Anda di halaman 1dari 30

I.

JUDUL
STUDI PRESSURE MAINTENANCE (WATER INJECTION)
PADA LAPANGAN X

II. LATAR BELAKANG


Pada banyak reservoir minyak tekanan reservoir akan berkurang selama
proses produksi berlangsung maka laju produksi minyak akan berkurang dengan
penurunan tenaga dorong dari reservoir secara alami. Penurunan tekanan ini
disebabkan karena terbatasnya dukungan tekanan dari lapisan air (aquifer).
Berdasarkan pertimbangan kondisi dan cadangan minyak yang masih banyak
direservoir maka tekanan harus dipertahankan dengan menginjeksikan air
kedalam reservoir. Pressure maintenance ialah suatu kegiatan injeksi air atau gas
kedalam reservoir yang dilaksanakan pada tahap awal produksi (primary
recovery), dimana energi pendorong reservoir masih mampu untuk mengalirkan
minyak kepermukaan tetapi sudah mengalami penurunan. Hal ini dilakukan agar
energi pendorong tetap terjaga (tidak menurun secara drastis). Dipilih air sebagai
fluida untuk operasi injeksi dikarenakan air mempunyai sifat keefektifan yang
baik dalam proses pendorongan minyak untuk berbagai kondisi dan karakteristik
reservoir.

III. PERMASALAHAN
Kemampuan reservoir untuk mengalirkan minyak kepermukaan masih
cukup besar tetapi penurunan tekanan reservoir sangat cepat sehingga diperlukan
suatu pelaksanaan pressure maintenance untuk membantu menjaga tekanan
reservoir agar mampu mendorong minyak kepermukaan dan juga mampu untuk
memperpanjang umur produksi sehingga dapat meningkatkan recovery minyak.

IV. MAKSUD DAN TUJUAN


Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui potensi cadangan minyak dan
perilaku reservoir terhadap pelaksanaan pressure maintenance (injeksi air) agar
tekanan reservoir dapat dipertahankan sehingga dapat mengimbangi laju
pengurasan dan tekanan tidak mengalami penurunan terus maka diperoleh laju
produksi yang optimum. Dan juga bertujuan untuk menentukan skenario produksi
dan injeksi air yang tepat dalam usah meningkatkan perolehan produksi minyak.

V. TINJAUAN PUSTAKA
Berkurangnya produksi minyak dari suatu reservoir dapat diakibatkan oleh
makin menurunnya tekanan reservoir selama diproduksi, sehingga tekanan
drowdown tidak mampu lagi memberikan laju produksi yang ekonomis dan
produksi terpaksa harus terhenti, walaupun sebenarnya jumlah cadangan minyak
yang tertinggal (remaining reserve) masih cukup besar.
Salah satu usaha untuk memperpanjang umur produksi adalah dengan
melakukan pemeliharaan tekanan reservoir (pressure maintenance) untuk
meningkatkan perolehan minyak yaitu dengan cara menginjeksi air kedalam
reservoir.
Operasi suatu injeksi air pada umumnya dapat dibagi menjadi dua fungsi
yaitu: Pressure maintenance dan Secondary Recovery.
Pressure maintenance ini dilaksanakan pada tahap awal produksi, yaitu
pada saat tenaga pendorong resevoir masih cukup besar untuk mengalirkan
minyak kepermukaan. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju produksi suatu
reservoir dengan laju perembesan air, maka tekanan reservoir dapat dipetahankan.
Sedangkan pada secondary recovery, injeksi air dilakukan untuk mendesak
minyak sisa yang masih tertinggal ketika tahap awal produksi dilaksanakan. Hal
ini dilakukan agar minyak yang masih tersisa tetap dapat diproduksikan
kepermukaan.
5.1. Klasifikasi Injeksi Air
Untuk memperoleh suatu hasil yang optimum, maka perlu dipilih
penempatan dari sumur injeksi, sehingga dengan penempatan sumur tersebut
dapat diperoleh hsil yang diharapkan. Bila dilihat dari temapat air diinjeksikan,
maka dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu:
Bottom Water Injection yaitu air diinjeksikan kedalam aquifer (water
zone) yang terletak dibawah zone oil, karena adanya perbedaan masa
jenis antara minyak denga air maka gaya gravitasi dapat
mempertahankan tekanan reservoir.
Edge Water Injection yaitu air diinjeksikan kedalam water zone yang
terletak disamping oil zone.
Crestal Water Injection yaitu air diinjeksikan pada batas antara gas dan
minyak (GOC)
Mekanisme dalam penginjeksi air ini adalah dengan gaya gravitasi karena
adanya perbedaan massa. Injeksi air yang dilakukan dari atas, samping dan dari
bawah dilakukan sebagai untuk mempertahankan tekanan dan sumur yang
digunakan sebagai sumur injeksi tidak banyak.
5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi injeksi air
Injeksi air secara umum dapat diterapkan pada semua reservoir secara
acak, tetapi yang menjadi pertimbangan adalah apakah air injeksi tersedia dalam
jumlah yang cukup selama masa produksi, kemudian apakah fluida injeksi sesuai
(compatible) dengan batuan dan fluida reservoir.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan injeksi air adalah:
Geometri reservoir
Struktur dan stratigrafi reservoir mempunyai pengaruh dalam menentukan
sumur injeksi yang digunakan, oleh karena itu perlu diketahui tenaga
pendorong dari suatu reservoir.
Sifat fisik batuan dan sifat fisik fluida
Lithologi batuan seperti : porositas, permaebilitas, kandungan lempung
dan kebasahan (wettability) juga mempengaruhi keberhasilan suatu
operasi injeksi air.
Laju injeksi
Bila laju injeksi terlalu besar maka akan terjadi penerobosan-penerobosan
oleh air yang lebih besar sehingga tekanan yang dipertahankan tidak
sempurna dan bila laju injeksi kecil, maka dapat menimbulkan pengaruh
gravitasi yang dapat mendesak minyak yang terperangkap dalam pori
batuan sehingga membantu dalam pressure maintenance.
Sifat-sifat air injeksi
Keberhasilan dan kegagalan suatu operasi injeksi air juga sangat
dipengaruh oleh keadaan atau sifat air injeksi apakah compatible dengan
air formasi atau akan menimbulkan problem air injeksi yang serius.

VI. METODELOGI
Untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi maka dilakukan studi
pressure maintenance dengan melakukan suatu simulasi reservoir. Studi yang
dilakkan meliputi:
6.1. Studi karakteristik formasi
6.1.1. Persiapan Data
Data Geologi
Data geologi ini meliputi : peta kontur struktur dan iso, peta lapisan
kotor reservoir, peta lapisan lapisan bersih reservoir dan peta lapisan
minyak/gas.

Data Batuan
Data batuan ini meliputi : porositas (), permeabilitas (k), saturasi air
(sw), tekanan kapiler ( Pc ).
Data Fluida
Data fluida ini meliputi : densitas air, minyak dan gas; viskositas air,
minyak dan gas; faktor volume formasi air minyak dan gas.

Data Produksi
Data produksi ini meliputi : laju produksi air, minyak dan gas serta
kumulatif air, minyak dan gas.
Data Tekanan
Data tekanan ini meliputi : sejarah tekanan terhadap perubahan waktu
dan tekanan reservoir awal.

6.1.2. Metoda Yang Digunakan Dalam Perolehan Data

Metoda-metoda yang dipergunakan untuk memperoleh data tersebut


antara lain :

1. Perolehan Data Geologi

Data ini diperoleh dari peta kontur dan iso, kedalaman dan puncak
struktur, ketebalan lapisan kotor reservoir, ketebalan lapisan bersih reservoir.
Dimana peta-peta ini kemudian disimpan dalam bentuk Mesh Map atau dalam
bentuk angka-angka ordinat.

2. Perolehan Data Batuan Reservoir

Metoda yang digunakan dalam memperoleh data batuan reservoir meliputi :

a. Porositas

Data mengenai porositas batuan dapat diperoleh dengan melakukan


pengukuran dengan menggunakan :

- Metoda coring
Dengan metoda ini umumnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan
Boyles Porosimeter dan Saturation Methode. Pengukuran ini diperlukan
untuk menentukan volume pori dan volume bulk batuan, secara matematis
porositas dapat dirumuskan sebagai berikut :

Vp
100 %......................................................................................(6-1)
Vb

dimana :

= porositas (%).

Vp = volume pori batuan, cc.

Vb = volume bulk batuan, cc.


- Metoda Logging

Umumnya alat log yang digunakan untuk menentukan porositas adalah


density log, neutron log dan sonic log.

b. Saturasi Air

Pengukuran saturasi air dapat dilakukan dengan menggunakan :

- Metoda coring

Alat yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air adalah metoda
retort dan metoda destilasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Vw
Sw ..............................................................................................(6-2)
Vp

dimana :

Sw = saturasi air (%)

Vw = Volume air yang menempati pori batuan, cc.

Vp = Volume pori batuan, cc.

- Metoda Logging

Alat yang digunakan dalam menentukan harga saturasi air dengan


menggunakan kombinasi log seperti density-resistivity, neutron-resistivity,
kemudian menggunakan persamaan Archie :

a Rw
S wn ..........................................................................................(6-3)
m Rt

dimana :

a = lithologi

m = cementation exponent

Sw = saturasi air

n = saturasi exponent = 2
Rw = resistivity air formasi

Ro = resistivity uninvaded zone

c. Permeabilitas
Untuk penentuan harga permeabilitas absolut dapat menggunakan
Permeability Plug Methode, dengan menggunakan persamaan darcy yaitu:
2. g .Qgsc .L.Pb
k 2 2 .................................................................................
A( P1 P2 )
(6-4)
dimana :
k = permeabilitas absolut, darcy
g = viskositas gas, cp
Pb = tekanan dasar (tekanan atmosfir), atm
P1 = tekanan masuk , atm
P2 = tekanan keluar, atm
L = panjang core, cm
A = luas penampang, cm2
Qgsc = laju alir gas pada kondisi standart, cm3/sec
disamping itu permeabilitas juga dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan klinkenberg effect yaitu :
1
k g kl ......................................................................................(6-5)
Pm
dimana :
kg = permeabilitas gas yang terukur
Pm = tekanan rata
kl = ekivalen dari permeabilitas cair disebut permeabilitas absolut.
c = besarnya sudut yang terbenyuk pada grafik.
Sedangkan di dalam menentukan harga permeabilitas relatif dapat
menggunakan korelasi seperti : korelasi Wyllie and Gardner; Torcaso and
Wyllie, Pirson, Corey dan Stone2.
d. Tekanan Kapiler
Pengukuran tekanan kapiler dapat menggunakan metoda restored state.
Disamping itu juga pengukuran tekanan kapiler dapat dilakukan dengan
melakukan perbandingan saturasi dari perhitungan log versus kedalaman
dengan menggunakan persamaan :
h
Pc ( Sw) w o .........................................................................(6-
144
6)

dimana :
h = ketinggian cairan (air) dari batas WOC
w = densitas air, lb/cuft
o = densitas minyak, lb/cuft
Pc = Tekanan Kapiler, psi

3. Perolehan Data Fluida Reservoir


Data fluida yang diperlukan meliputi : densitas, spesific gravity gas,
viskositas, faktor volume formasi. Perolehan data ini umumnya dengan
melakukan analisa fluida reservoir di laboratorium. Perolehan data juga dapat
diperoleh dari hasil korelasi standart seperti Standing, Frik, Glaso, Lasater,
Carr, Kobayasshi-Burrows.
Pengukuran analisa fluida reservoir meliputi :
a. Densitas
Berat jenis gas didefenisikan sebagai perbandingan antara rapatan gas
tersebut dengan rapatan suatu gas standar, biasanya yang digunakan
sebagai gas standar adalah gas kering. Secara matematis berat jenis
dirumuskan sebagai berikut :
g
BJgas ..........................................................................................(6-7)
u
dimana :
g = rapatan gas
u = rapatan udara
b. Spesific Gravity gas
Spesific gravity gas (SG gas) adalah perbandingan antara densitas gas
terhadap udara bila diukur pada kondisi temperatur dan tekanan standar
( Pres 14,7 psi dan Temp. 60 F).
Secara matematis densitas gas didefenisikan :
psc M a
g RTsc Ma Ma
g or g or g ........................(6-8)
air psc M air M air 28.96
RTsc
dimana :
g = Spesific gravity gas
air = Densitas udara
Mair = Jumlah berat molekul udara = 28.96
Ma = Jumlah berat molekul gas
psc = Tekanan, psia
Tsc = Temperatur, R
c. Viskositas
Pengukuran visositas biasa menggunakan Rolling Ball Viscometer dan
Rankine Capillary Viscosimeter. Rankine Capillary Viscometer mengikuti
hukum Poisulles yaitu sebagai berikut :
r 4 .Pt
.....(6-
8 Lv

9)
dimana :
= Viskositas, poise
r = Jari-jari kapiler, cm
Lv = Panjang tabung, cm
Pt = Tekanan , dyne/cm2
d. Faktor Volume Formasi
Faktor volume formasi gas didefenisikan sebagai perbandingan antara
volume gas pada kondisi reservoir dengan volume gas pada kondisi
standart yang diukur terhadap perubahan tekanan atau sebagai fungsi dari
tekanan. Secara matematis Bg dirumuskan sebagai berikut :
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / csf (6-10)
Pr

dimana :
Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/scf
Zr = Standar deviasi gas pada kondisi reservoir
Tr = Temperatur reservoir, F
Pr = Tekanan reservoir, psia

4. Metoda Uji Sumur


Metoda well testing (uji sumur) ini dilakukan untuk menentukan kemampuan
suatu formasi untuk menghasilkan fluida formasi atau dengan kata lain adalah
menentukan produktivitas suatu sumur.
a. Pressure Buildup Test
Test ini dilaksanakan dengan memproduksikan sumur dengan laju konstan
pada waktu tertentu, kemudian menutup sumur dengan membiarkan terjadi
kenaikan tekanan di lubang sumur. Kemudian perubahan tekanan dicatat
sebagai fungsi dari waktu. Hasil dari pengukuran ini adalah data
permeabilitas dan faktor skin. Faktor skin dirumuskan sebagai berikut :
P1 jam Pwf k
S 1.151 log 2
3. 23 .
m . .Ct .rw
(6-11)
dimana :
S = Faktor skin, konstanta
P1jam = Tekanan setelah uji sumur selama 1 jam, psia
K = Permeabilitas fluida, D
m = Kemiringan kurva, psig/cycle
= Porositas, %
Pwf = Tekanan yang diukur sebelum penutupan , psig
C = Kompresibilitas fluida, 1/psi
rw = Jari-jari sumur,ft
b. Pressure Drawdown
Test ini dilaksanakan dengan memproduksi sumur dengan tekanan yang
sama. Laju produksi dan tekanan dicatat sebagai fungsi waktu. Data yang
didapatkan dari tes ini adalah data permeabilitas, faktor skin dan volume
reservoir.
c. Drill Stem Test
Pelaksanaan test ini dapat dilakukan pada sumur yang sedang dibor
maupun pada sumur pengembangan. Test ini dilakukan dengan melakukan
pengukuran tekanan reservoir dengan cara menutup sumur selama periode
waktu tertentu, dimana untuk memperoleh hasil pencatatan tekanan yang
baik harus memenuhi kriteria seperti :
- Pressure base line adalah merupakan garis lurus dan jelas.
- Tekanan hidrostatik mula-mula dan akhir yang dicatat sama dan tetap
terhadap kedalaman dan berat lumpur yang sama.
- Tekanan aliran dan build up pressure yang dicatat merupakan kurva yang
smooth.
6.2. Studi Laju Produksi dan Tekanan Reservoir
Dalam memulai kegiatan pressure maintenance yang lebih baik keadaan
reservoir ditunjukkan oleh besarnya tekanan, saturasi fluida dan distribusi
saturasi-saturasinya. Hal ini dapat diketahui dengan analisa perilaku reservoir
dengan secara material balance.
Seperti kita ketahui bahwa pressure maintenance dilaksanakan pada
keadaan tekanan dan laju produksi minyak yang masih tinggi. Oleh karena itu
untuk mendapatkan recovery yang sebesar-besarnya injeksi air dapat dilaksanakan
pada saat awal reservoir dikembangkan. Tetapi kondisi yang paling baik
dilaksanakan pressure maintenance adalah pada saat tekanan mencapai titik
gelembung (bubble point), karena pada kondisi ini vicositas minyak mencapai
harga minimum dan faktor volume formasi mencapai maksimum, sehingga sisa
minyak akan ditinggalkan setelah injeksi air pada pressure maintenance akan
mencapai harga minimum.
6.3. Studi Pelaksanaan Pressure Maintenance
6.3.1. Studi air yang akan diinjeksikan
Sebelum kita melakukan injeksi air kedalam reservoir maka dilakukan
suatu studi air injeksi dilaboratorium yang mendukung dalam dilakukannya
kegiatan pressure maintenance, agar air injeksi diharapkan compatible dengan
formasi dan tidak menimbulkan problem dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan itu
air injeksi harus sesuai dengan kualitas standart dan cocok dengan formasi
reservoir meliputi:
Kandungan dari iron salt tidak lebih dari 0.1-0.2 mg/liter
Kandungan padatan tidak lebih dari 1-2 mg/liter
Tidak mengandung hydrogen sulfida atau karbon dioksida yang dapat
mengakibatkan korosi pada peralatan
Konsentrasi Ion hydrogen , pH = 7-8
6.3.2. Uji Injektivitas
Dalam uji injekstivitas yang paling berperanan dalam keberhasilan injeksi
air pressure maintenance yaitu debit injeksi air yang ditentukan untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimal, dimana batas bawah debit injeksi
adalah debit yang menghasilkan produksi minyak yang merupakan batas
ekonomis. Sedangkan batas atas debit injeksi berhubungan dengan tekanan injeksi
yang mulai menyebabkan terjadi rekahan.
Laju injeksi yang optimum adalah laju injeksi air yang dapat mengimbangi
besarnya pengurasan reservoir, sehingga tekanan reservoir tidak cepat mengalami
penurunan. Jadi laju injeksi optimum ditunjukkan untuk dapat memelihara
tekanan reservoir agar relatif konstan dan dalam kondisi yang relatif tinggi.
Persamaan dasr untuk laju injeksi air ke dalam suatu sumur dinyatakan
dengan rumus:
7,082 k w h ( Pw Pe )
i .............................................................................(6-12)
w ln (re / rw )
jika air diinjeksikan terus-menerus maka jari-jari pendesakan (re) akan bertambah,
sedangkan laju injeksi (i) akan berkurang dengan bertambahnya waktu. Jari-jari
pendesakan tergantung pada volume air injeksi kumulatif didalam ruang yang
dapat dilewati air injeksi tersebut dan dapat dinyatakan dengan persamaan:

V 1,976 f h re (10 5 ) ..............................................................................(6-13)


2

keterangan:
V =volume air injeksi kumulatif, bbl
f =bagian batuan yang dapat ditempati air, fraksi
h =ketebalan pasir, ft
re =jari-jari pendesakan, ft
Umumnya harga f adalah perkalian dari porositas batuan dengan saturasi
gas. Minyak mungkin bisa digerakan oleh kemajuaniar, tetapi mungkin pula tidak.
Bila minyak tidak bergerak maka air akan mengisi ruang gas. Bila minyak
bergerak didepan water bank, volume injeksi air untuk mengisi reservoir dengan
dengan cairan (minyak dan air) untuk jarak pendesakan tertentu masih merupakan
volume yang diisi dengan gas.
Bila prosentase minyak yang dibergerak cukup besar, maka persamaan (6-
12) menjadi kurang tepat. Sedangkan persamaan yang lebih sesuai adalah:
7,082 k w h ( Pw Pe )
i .................................................(6-14)
( w / k w ) ln (re / rw ) ( o / k o ) ln ( re / rw )

Dari persamaan (6-12) dan persamaan (6-13) perubahan laju intake dapat
dihitung dengan persamaan:
0 , 00617 khP
0,0253k Pt 0,0142 k h P
1 1 x 10 wi
.............................(6-15)
w f rw 2 wi
Persamaan (6-15) adalah untuk sumur tunggal (aliran radial). Bila terjadi
interferensi antar sumur dimana didorong menyebar kearah sumur produksi, maka
intake pressure akan turun dan akhirnya stabil.
Keterangan:
P =perbedaan tekanan injeksi didasar dengan tekanan reservoir, psi.

6.3.3. Studi Peralatan Injeksi Air dan Sistem Pengolahan Air Injeksi
6.3.3.1. Peralatan Injeksi
Operasi injeksi air dalam proyek presure maintenance dalam
pelaksanaanya menggunakan dua jenis sumur yang berbeda fungsinya, yaitu
sumur injeksi dan sumur produksi. Kedua jenis sumur ini masing-masing
dilengkapi dengan peralatan permukaan dan dibawah permukaan atau disebut juga
komplesi ( yang disesuai dengan fungsi sumur-sumur tersebut).
Peralatan untuk sumur injeksi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu berupa fasilitas injeksi dan komplesi injeksi. Fasilitas injeksi yang
dimaksud mencakup pompa, tangki penyimpanan air (storage), sistem preparasi
air (water treatment), saringan-saringan, dan pipa-pipa salur. Komplesi sumur
injeksi dapat menggunakan open hole maupun perforated completion. Pada
gambar 6.1. dapat dilihat contoh komplesi sumur injeksi.
Gambar 6.1. Komplesi Sumur Injeksi 6)

Peralatan sumur produksi juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:


fasilitas produksi dan komplesi sumur produksi. Yang dimaksud fasilitas produksi
adalah peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang
berasal dari lubang sumur sampai ke penyimpanan sementara sebelum minyak
dijual. Peralatan mencakup kepala sumur, sumur, pipa salur, tangki pemisah,
tangki penyimpan, dan lain-lain. Komplesi sumur produksi pada proyek injeksi air
sama seperti sumur-sumur pada umumnya, baik dalam hal komplesi formasi,
tubing komplesi, dan wellhead komplesi.
Pompa
Merupakan alat yang memberikan tekanan masuk injeksi
Storage tank
Yaitu tangki tempat pengumpulan air bersih yang disiapkan untuk
diinjeksikan ke dalam sumur setelah mengalami penurunan pada bagian
yang khusus untuk membersihkannya.
Pipa Alir
Merupakan pipa yang dipakai sebagai media alir untuk fluida injeksi yang
akan dimasukkan ke dalam reservoir setelah dipompakan. Pemakaian dan
pemilihanya tergantung pada debit injeksi dari fluida yang direncanakan
serta tekanan dan faktor ekonomi.
6.3.3.2.Sistem Pengolahan Air Injeksi
Hal pertama yan harus diperhatikan dalam merencanakan konstruksi
sistem pengolahan air adalah ruang yang dibutuhkan atau ruang yang tersedia dan
jarak antara sumber air primer dan titik injeksi. Kemudian setalah itu diputuskan
kemungkinan-kemungkinan daripada sistem pengolahan yang digunakan.
1. Sistem Perbaikan Air Tetutup (Closed Water Treating System)
Pada sistem pengolahan air tertutup ini pabrik atau sistem didesign
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak antara air dengan udara. Ini untuk
menghindari reaksi reduksi-oksidasi dimana pengendapan dapat terbentuk dan
pemecahan oksigen atsmosfer dalam air. Gambar 6.2. menunjukkan elemen-
elemen sebuah sistem perbaikan air tertutup sederhana dimana sistem ini
dipergunakan secara luas dalam operasi-operasi injeksi air.

Gambar 6.2.
Diaram Alir Sederhana Untuk sistem Perbaikan Air tertutup 9)

2. Sistem Perbaikan Air Terbuka (Open Water


Treating System)
Sistem ini dipakai apabila air tersedia mempunyai saturasi yang tinggi atau
saturasi rendah dengan karbonat dan membutuhkan kestabilan. Dalam sistem ini
peralatan yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan sistem tertutup,
karena fluida injeksi bersinggungan lansung dengan udara. Untuk mencegah
timbulnya masalah baru yang dapat menghambat pelaksanaan proyek ini maka
dipasang sejumlah peralatan pembersih air. Peralatan yang digunakan antara lain:
1. Aeration, berfungsi untuk membebaskan gas terlarut
2. Chemical treatment, berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
dapat mengkibatkan korosi, swelling dan scale.
3. Sedimentasi, berfungsi sebgai penyaring pertikel-partikel yang tersuspensi
didalam air, dengan ukuran yang lebih kecil.
4. Clear Water Storage, yaitu tangki pengumpul air yang siap diinjeksikan dan
benar-benar telah bersih.
Dalam gambar 6.3. terlihat bahwa suplai air berasal dari sumber yang
dialirkan ke aeration untuk membebaskan sejumlah gas yang terlarut setelah itu
dialirkan ke bagian sedimentasi untuk mengendapkan padatan yang tersuspensi,
lalu disaring sebelum masuk ke tangki pengumpul.

Gambar 6.3.
Diagram Alir Sederhana Untuk Sistem Perbaikan Air Terbuka 9)
3. Sistem Perbaikan Air Setengah Tertutup
Sistem ini merupakan gabungan antara sistem terbuka dengan sistem
tertutup. Dalam hal ini terdapat dua proses yaitu:
1. Pengolahan air, seperti pada sistem terbuka mulaisuplai well sampai
clear water storage.
2. Dari Clear Water Storage dipompakan ke vacum aeration untuk
menghilangkan gas yang masih terlarut sebelum diinjeksikan kedalam
sumur.
Sistem ini umumnya merupakan injeksi fluida yang bebas oksigen. Secara
skematis sistem ini dapat dilihat pada gambar 6.4. Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa air injeksi harus memenuhi data dan kondisi karakteristik
suatu reservoir yang bersangkutan.
Gambar 6.4.
Diagram Alir Sederhana Untuk Sistem Perbaikan Air Setengah Tertutup 9)

6.3.4. Perhitungan Perkiraan Ulah Reservoir dari Pressure Maintenance


Peramalan perilaku reservoir merupakan satu cara yang dapat digunakan
untuk menentukan perkiraan perolehan minyak atau gas dari suatu reservoir.
Adapun metode yang digunakan untuk memperkirakan perolehan minyak adalah
metode material balance.
Untuk perkiraan laju produksi dan perolehan minyak kumulatif dengan
menggunakan persamaan material balance, terlebih dahulu dilakukan suatu
perkiraan harga water cut dimasa akan mendatang, dengan mengambil setiap
harga dari hasil ekstrapolasi kurva yang diperoleh dari data produksi masa lalu.
Secara jelasnya, langkah-langkah perkiraan laju produksi minyak yang
diharapkan oleh adanya laju water influx (dWe/dt) yang dihitung dengan
persamaan material balance adalah sebagai berikut:
1. Perkiraan besarnya laju pengosongan reservoir dV/dt untuk setiap harga
tekanan reservoir yang dipilih. Persamaan laju pengosongan adalah:
dV
Bt q o ( R Rsi ) Bg q o q w Bw ......................................(6-16)
dt
WC
qw x q o ..........................................................................................(6-17)
1 WC
Perkiraan water cut (WC = water cut %) diperoleh dari data produksi selama
periode injeksi, yang harganya semakin besar pada setiap periode.
2. Injeksi air sebagai pressure maintenance, maka diharapkan laju
pengosongan reservoir adalah sebanding dengan laju water influx
dan injeksi airnya, maka:
dV dWe dWi
, sehingga qo yang diharapkan adalah :
dt dt dt
dWe dWi

qo dt dt
.......................................................(6-18)
Bt ( R Rsi) Bg WC Bw
1 WC
Seperti telah diuraikan sebelumnya, perkiraan laju produksi (q o) dan perolehan
minyak kumulatif (Np) dilakukan sampai harga water cut mendekati 100 % pada
kondisi ini dianggap hanya air terproduksi ke permukaan.
3. Menentukan mekanisme pendorong yang bekerja dalam suatu reservoir
dapat ditentukan dari index pendorong (drive index) perhitungan
menggunakan persamaan material balance sebagai berikut:

m.Bti
N ( Bt Bti ) (bg Bgi ) (We Wp.Bw) Wi
Bgi ...........................(6-19)
1
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
keterangan:

N ( Bt Bti )
DDI = .....................................................................(6-20)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
mNBti
( Bg Bgi )
SDI = Bgi ....................................................................(6-21)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
We Wp.Bw
WDI = ...................................................................(6-22)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
Wi
IDI = ....................................................................(6-23)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
keterangan:
DDI = Depletion drive index
SDI = Segregation drive index
WDI = Water drive index
IDI = Injected drive index
Sehinggga penjumlahan keempat index pendorong adalah sama dengan satu atau:
DDI + SDI + WDI + IDI = 1.........................................................................(6-24)
4. Perhitungan Water Influx (We)
Untuk mengetahui pengaruh pendorongan minyak oleh air dari aquifer
dalam suatu reservoir, maka dilakukan perhitungan volume perembesan air (water
influx). Besarnya water influx yang terjadi pada suatu reservoir perlu diketahui,
hal ini diperlukan untuk mengetahui besarnya pengaruh air dari aquifer pada suatu
reservoir terhadap perilaku tekanan resevoir:
Persamaan umum material balance sebagai berikut:
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg (We Wp.Bw)
N
mBti (1 m) Bti
( Bt Bti ) ( Bg Bti ) ( Sw.Cw Cf ) P .................(6-25)
Bgi 1 Sw
Jika pada awal tidak terdapat gas cap, maka harga m = 0 dan faktor
pengembangan volume pori serta satursi air connate (Swc) diabaikan,
persamaanya 6-25 menjadi:
Np Bt ( Rp Rsi) Bg We Wp.Bw
N ................................................(6-26)
Bt Bti
sehingga untuk kondisi satu fasa maka We:
We Np Bo ( Rp Rsi ) Bg Wp.Bw N ( Bo Boi ) ..............................(6-27)

Sedangkan untuk kondisi dua fasa:


We Np Bt ( Rp Rsi ) Bg Wp.Bw N ( Bt Bti) ..................................(6-28)

Setelah dilakukan injeksi air, maka persamaan water influx juga harus
memperhitungkan banyaknya air yang diinjeksikan ke dalam reservoir (Wi),
yaitu:
We* = We + Wi
Sehingga persamaan menjadi :
Np Bo ( Rp Rsi ) Bg Wp.Bw N ( Bt Bti ) Wi
We .........................(6-29)
( Bt Bti )
Untuk kondisi satu fasa :
We Np Bo ( Rp Rsi) Bg Wp.Bw N ( Bo Boi ) Wi .......................(6-30)

dan untuk kondisi dua fasa:


We Np Bt ( Rp Rsi ) Bg Wp.Bw N ( Bt Bti ) Wi .........................(6-31)

keterangan:
Bt =Bo + (Rsi-Rs) Bg
Rp =Gp/Np
5. Perhitungan Konstanta Water Influx (k)
Metode yang digunakan untuk menghitung perembesan air (water influx)
adalah metode Schilthuis, metode Hurst, metode van Everdingen dan metode
Allard and Chen.
5.1.Metode Schilthuis
Persamaan perembesan air (water influx) digunakan untuk menghitung
water influx dari aquifer dengan anggapan kondisi aliran mantap (steady state)
adalah:
t
We k ( Pi P ) dt .....................................................................................(6-32)
0

Sedangkan untuk menghitung laju water influx persatuan waktu tertentu:


dWe
k ( Pi P ) ..........................................................................................(6-33)
dt
Persamaan 6-33 menjadi :
dWe
k dt ..................................................................................................(6-34)
( Pi P )

keterangan:
k =Konstanta water influx, Bbl/Day/Psi
(Pi - P) =Perbedaan tekanan reservoir, Psi
dWe/dt =Laju water influx, Bbl/unit waktu
T =Hari, day
5.2.Metode Hurst
Metode Hurst (1943) ini digunakan untuk aliran semi mantap (pseudo
steady state), dengan menggunakan persamaan pengembangan dari persamaan
Schilthuis, yaitu:
t
( Pi P ) dt
We c ....................................................................................(6-35)
0
log at

keterangan:
We =laju perembesan air, Bbl.
(Pi-P) =penurunan tekanan reservoir, psi
c =konstanta water influx, bbl/psi
a =konstanta konversi waktu
Untuk menentukan harga a dan harga c dapat digunkan persamaan sebagai
berikut:
log a K i K i log t i nc ........................................................................(6-36)

log a K i t i K i t i log t i c t i .............................................................(6-37)

5.3.Metode van Everdingen dan Hurst


van Everdingen dan Hurst (1949), metode ini digunakan untuk aquifer
radial untuk aliran tidak mantap (kondisi radial unsteady state), bentuk persamaan
adalah sebagai berikut:
t
We B PQ(t D ) .....................................................................................(6-38)
0

keterangan:
We =laju perembesan air, bbl
B =konstanta water influx, Bbl/psi
P =penurunan tekanan reservoir,psi
Q(tD) =water influx yang merupakan fungsi dari tD, tak berdimensi
5.4.Metode Allard dan Chen
Metode ini digunakan untuk aliran tidak mantap pada reservoir yang
mempunyai perembesan air dibawah (bottom water drive). Bentuk persamaannya
adalah sebagai berikut:
t
We B P Q(t D ) ...................................................................................(6-39)
0
dari persamaan (6-39) sama dengan persamaan untuk menghitung perembesan air
dengan metode van Everdingen dan Hurst. Perbedaannya adalah didalam
menentukan harga perembesan air tidak berdimensi.
5. Perhitungan Laju Injeksi Air Optimum Untuk Mempertahankan
Tekanan Reservoir.
Laju injeksi air optimum adalah laju injeksi air yang dapat mengimbangi
besarnya laju pengurasan minyak direservoir sehingga tekanan tidak mengalami
penerusan terus, dengan kata lain laju injeksi optimum diperlukan untuk dapat
mempertahakan tekanan reservoir agar tetap konstan sehingga dapat diperoleh
laju produksi minyak yang optimum.
Persamaan yang dipakai menggunakan prinsip material balance yaitu:
dRV dWe
..................................................................................................(6-40)
d dt
sehingga:
dNp dGp dNp dWp
dRV Bt ( Rsi. ) Bg Bw ......................................(6-41)
dt dt dt dt
dWe
k ( Pi P) ...........................................................................................(6-42)
dt
jadi untuk kondisi satu fasa, yaitu:
dNp dGp dNp dWp
Bo ( Rs. Bg Bw k ( Pi P ) ................................(6-43)
dt dt dt ) dt

untuk kondisi dua fasa:


dNp dGp dNp dWp
Bt ( Rsi. Bg Bw k ( Pi P ) ...............................(6-44)
dt dt dt dt

Jika besarnya laju water influx dari aquifer yang masuk kedalam reservoir tidak
dapat mengimnbangi besarnya laju pengosongan reservoir maka, diperlukan
tenaga tambahan dari air yang diinjeksikan kedalam reservoir, sehingga
persamaanya menjadi:
dRV dWe dWi
........................................................................................(6-45)
dt dt dt
dimana untuk menentukan besarnya dWi/dt (laju injeksi air) adalah:
untuk kondisi dua fasa:
dWi dNp dGp dNp dWp
Bo ( Rsi. ) Bg Bw k ( Pi P ) ...................(6-46)
dt dt dt dt dt

untuk kondisi dua fasa:


dWi dNp dGp dNp dWp
Bt ( Rsi. ) Bg Bw k ( Pi P ) ...................(6-47)
dt dt dt dt dt

keterangan:
dRV/dt = Laju Pengurasan reservoir, Bbl/day
dNp/dt = Laju Produksi, STB/day
dGp/dt = Laju Produksi gas, SCF/day
dWp = Laju Produksi Air, STb/day
Bt = Faktor volume formasi dua fasa, Bbl/SCF
Bg = Faktor volume formasi gas, Bbl/SCF
Bw = Faktor volume formasi air, Bbl/STB
Rp = Perbandingan kumulatif Gas- Minyak dipermukaan, SCF/STB
Rsi = Kelarutan gas dalam minyak awal, SCF/STB
dWe/dt = Laju Water Influx (Perembesan Air dari Aquifer) STB/Day
k = Konstanta water influx, Bbl/day/Psi
(Pi - P) = Perbedaan tekanan, Psi
6.3.4.1.Evaluasi Pelaksanaan Pressure Maintenance
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan proyek injeksi air maka
diperlukan data-data produksi. Adapun untuk mengevaluasi hasil dari injeksi air
ada beberapa cara meliputi:
1. Membuat beberapa grafik, yaitu grafik laju produksi minyak terhadap waktu,
grafik laju produksi minyak terhadap kumulatif produksi air, grafik kumulatif
injeksi air terhadap kumulatif produksi minyak, grafik WOR
terhadapkumulatif produksi minyak, grafik WOR terhadap waktu, grafik
tekanan terhadap waktu.
2. Menghitung mekanisme injeksi air dengan teori kemajuan front, dan
menghitung efisiensi pendesakannya.
3. Membuat tabel perbandingan antara jumlah fluida yang diinjeksikan dengan
jumlah fluida yang bisa diangkat.
4. Membandingkan decline curve eksponensial sebelum injeksi dan sesudah
injeksi.
6.3.4.2.Prediksi Performance dengan Pressure maintenance
Performance dari reservoir injeksi air dapat diprediksi dengan salah
satunya menggunakan metode Tarner dengan persamaan material balance atau
metode front drive. Dengan persamaan material balance kita dapat memprediksi
produksi kumulatif minyak dengan persamaan:
N ( B Bti ) Np ( Rp Rs) Bo f Np ......................................................(6-48)

keterangan:
f =barrel dari injeksi air per barrel dari produksi minyak.
dan juga dapat dibuat grafik plot antara net air kumulatif (Wi-Wp.Bw) terhadap
produksi kumulatif minyak, sehingga dari grafik tersebut yang linear didapat
trend persamaannya.

VII. Data yang Diperlukan


Data Keseluruhan Reservoir
Yang termasuk dalam data ini adalah:
a. Penentuan jumlah grid, jumlah lapisan dan dimensi simulasi
b. Tekanan reservoir awal
c. Kontak air-minyak dan minyak-gas
d. Kompresibilitas batuan
Data batuan dan Fluida reservoir
a. Data Petrofisik/Batuan:
Porositas (), Permeabilitas (k), Saturasi air (Sw), Permeabilitas relatif (Kr),
Kompresibilitas (C), dan tekanan kapiler (Pc).

b. Data fluida:
Densitas air, minyak, dan gas, faktor volume formasi air (B w), minyak
(Bo), gas (Bg) serta viscositas air (w), minyak (o), gas (g).
Data masing-masing grid
Meliputi informasi geologi reservoir untuk setiap grid. Data tersebut berupa
kedalaman, ketebalan lapisan, struktur, batas dan kedalaman reservoir.
Data sumur dan Data Produksi
a. Data Produksi
Data produksi meliputi: laju produksi minyak (qo), laju produksi air (qw),
laju produksi gas (qg), kumulatif produksi minyak, kumulatif produksi air,
kumulatif produksi gas.
b. Data sumur
Data sumur antara lain: kedalaman sumur, ukuran tubing, faktor skin.

VIII. Hasil yang diharapkan


Agar kita dapat memperkirakan performance resevoir dari kegiatan studi
pressure maintenance sehingga dapat merencanakan laju injeksi air dan laju
produksi minyak yang optimal. Dan juga peranan dari pressure maintenance dapat
memperpanjang umur produksi dan meningkatkan perolehan minyak dengan
memelihara tekanan reservoir dengan optimal.

RENCANA DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
RINGKASAN...............................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

BAB I.PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II. TINJAUAN UMUM......................................................................
2.1.Sejarah Lapangan X...................................................................
2.2.Kondisi Geologi dan Stratigrafi Lapangan................................
2.3. Karakteristik Batuan dan Fluida Reservoir Lapangan X.......

BAB.III.DASAR TEORI PRESSURE MAINTENANCE.......................


3.1.Sifat Fisik Batuan Reservoir.....................................................
3.1.1.Porositas............................................................................
3.1.2.Wettabilitas........................................................................
3.1.3.Saturasi..............................................................................
3.1.4.Permeabilitas.....................................................................
3.2.Sifat Fisik Fluida.......................................................................
3.2.1.Densitas Minyak...............................................................
3.2.2.Viscositas Minyak.............................................................
3.2.3.Faktor Volume Formasi.....................................................
3.2.4.Kelarutan gas dalam minyak.............................................
3.3.Mekanisme Pendorong Reservoir.............................................
3.4.Dasar dilaksanakannya Injeksi Air............................................
3.4.1.Struktur Geologi...............................................................
3.4.2.Heterogenitas reservoir....................................................
3.4.3.Sifat Fisik Air Injeksi.......................................................
3.4.4.Laju Injeksi......................................................................
3.4.5.Fraksi Aliran.....................................................................
3.4.6.Water Oil Ratio................................................................
3.4.7.Mobilitas Ratio.................................................................
3.5.Mekanisme Pendesakan dalam Injeksi Air...............................
3.5.1.Konsep Pendesakan Torak...............................................
3.5.2.Konsep Desaturasi...........................................................
3.5.3.Efisiensi Pendesakan........................................................
3.5.4.Model Pendesakan Satu Lapisan.....................................
3.5.5.Model Pendesakan Multi Lapisan....................................
3.6.Teori Simulator Eclipse.............................................................
3.6.1.Batasan dan Kekurangan.................................................
3.6.2.Input Data........................................................................
3.6.2.1.Data Model...............................................................
3.6.2.2.Data Produksi...........................................................
3.6.2.3.Data Prediksi............................................................
BABIV.ANALISA DATA.............................................................................
4.1.Perhitungan Data Model.............................................................
4.1.1.Perhitungan Koefisien Dysktran-Parson (Vdp)......................
4.1.2.Penentuan Cadangan Minyak (OOIP)
dan Ketebalan Reservoir (h).................................................
4.1.3.Penentuan Porositas rata-rata................................................
4.1.4.Penentuan Faktor Volume Formasi Minyak awal (Boi),
Faktor Volume Formasi Air Awal (Bwi),
Viscositas minyak, dan Viscositas Air.................................
4.1.5.Penentuan Saturasi Air Awal(Swi),Saturasi Minyak
Sisa (Sor),Permeabilitas Relatif Minyak (Kro),
Dan Permeabilitas Relatif Air (Krw)......................................
4.1.6.Penentuan Fraksi Aliran (Fw)................................................
BABV.PREDIKSI PERFORMANCE PRESSURE MAINTENANCE. .
5.1.Studi decline curve awal.............................................................
5.2.Studi decline curve setelah injeksi air.........................................
5.3.Pembuatan Model Produksi........................................................
5.4.Pembuatan History Matching.....................................................
5.5.Penentuan Prediksi Performance Pressure Maintenance............
5.6.Evaluasi Keberhasilan Pressure Maintenance............................

BAB.VI.PEMBAHASAN............................................................................
BAB.VII.KESIMPULAN............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN

IX.DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

1. Aziz, K and Antonius., Petroleum Reservoir Simulation, Applied Science


Publisher Ltd., London 1979.
2. Circlow, H.B., Modern Reservoir Engineering A simulation Approach,
Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. 1977
3. Cole W Frank., Reservoir Engineering Manual, Gulf Publishing Company,
Houston, Texas, 1969.
4. Forrest F. Craigh, Jr., The Reservoir engineering Aspect of Waterflooding,
Society of Petroleum Engineer of AIME, New York.1971
5. Gomaa E. Ezzat. Dr., Advance Reservoir Engineering . IATMI, Yogyakarta,
2003.
6. Harry Budiharjo. S., Ir. MT., Perbandingan antara Injeksi Air pada Pressure
Maintenance dan Injeksi Air pada Secondary recovery, Jurusan Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional, Yogyakarta 1999.
7. I. Muravyov, R. Andriasov, SH. Gimatudinov, G. Govorova, V. Polozkov
Development and Exploitation of Oil and Gas Fields, Peace Publishers
Moscow
8. Marsisewojo, P., Ir. Dr., Simulasi reservoir I , HMTM Patra, ITB, Bandung,
1986
9. Septoratno Siregar., Ir. Dr., dan Dedy Kristanto Ir. Msc., Enhanced Oil
Recovery , ITB, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta 1999

Anda mungkin juga menyukai