JUDUL
STUDI PRESSURE MAINTENANCE (WATER INJECTION)
PADA LAPANGAN X
III. PERMASALAHAN
Kemampuan reservoir untuk mengalirkan minyak kepermukaan masih
cukup besar tetapi penurunan tekanan reservoir sangat cepat sehingga diperlukan
suatu pelaksanaan pressure maintenance untuk membantu menjaga tekanan
reservoir agar mampu mendorong minyak kepermukaan dan juga mampu untuk
memperpanjang umur produksi sehingga dapat meningkatkan recovery minyak.
V. TINJAUAN PUSTAKA
Berkurangnya produksi minyak dari suatu reservoir dapat diakibatkan oleh
makin menurunnya tekanan reservoir selama diproduksi, sehingga tekanan
drowdown tidak mampu lagi memberikan laju produksi yang ekonomis dan
produksi terpaksa harus terhenti, walaupun sebenarnya jumlah cadangan minyak
yang tertinggal (remaining reserve) masih cukup besar.
Salah satu usaha untuk memperpanjang umur produksi adalah dengan
melakukan pemeliharaan tekanan reservoir (pressure maintenance) untuk
meningkatkan perolehan minyak yaitu dengan cara menginjeksi air kedalam
reservoir.
Operasi suatu injeksi air pada umumnya dapat dibagi menjadi dua fungsi
yaitu: Pressure maintenance dan Secondary Recovery.
Pressure maintenance ini dilaksanakan pada tahap awal produksi, yaitu
pada saat tenaga pendorong resevoir masih cukup besar untuk mengalirkan
minyak kepermukaan. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju produksi suatu
reservoir dengan laju perembesan air, maka tekanan reservoir dapat dipetahankan.
Sedangkan pada secondary recovery, injeksi air dilakukan untuk mendesak
minyak sisa yang masih tertinggal ketika tahap awal produksi dilaksanakan. Hal
ini dilakukan agar minyak yang masih tersisa tetap dapat diproduksikan
kepermukaan.
5.1. Klasifikasi Injeksi Air
Untuk memperoleh suatu hasil yang optimum, maka perlu dipilih
penempatan dari sumur injeksi, sehingga dengan penempatan sumur tersebut
dapat diperoleh hsil yang diharapkan. Bila dilihat dari temapat air diinjeksikan,
maka dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu:
Bottom Water Injection yaitu air diinjeksikan kedalam aquifer (water
zone) yang terletak dibawah zone oil, karena adanya perbedaan masa
jenis antara minyak denga air maka gaya gravitasi dapat
mempertahankan tekanan reservoir.
Edge Water Injection yaitu air diinjeksikan kedalam water zone yang
terletak disamping oil zone.
Crestal Water Injection yaitu air diinjeksikan pada batas antara gas dan
minyak (GOC)
Mekanisme dalam penginjeksi air ini adalah dengan gaya gravitasi karena
adanya perbedaan massa. Injeksi air yang dilakukan dari atas, samping dan dari
bawah dilakukan sebagai untuk mempertahankan tekanan dan sumur yang
digunakan sebagai sumur injeksi tidak banyak.
5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi injeksi air
Injeksi air secara umum dapat diterapkan pada semua reservoir secara
acak, tetapi yang menjadi pertimbangan adalah apakah air injeksi tersedia dalam
jumlah yang cukup selama masa produksi, kemudian apakah fluida injeksi sesuai
(compatible) dengan batuan dan fluida reservoir.
Faktor yang mempengaruhi pemilihan injeksi air adalah:
Geometri reservoir
Struktur dan stratigrafi reservoir mempunyai pengaruh dalam menentukan
sumur injeksi yang digunakan, oleh karena itu perlu diketahui tenaga
pendorong dari suatu reservoir.
Sifat fisik batuan dan sifat fisik fluida
Lithologi batuan seperti : porositas, permaebilitas, kandungan lempung
dan kebasahan (wettability) juga mempengaruhi keberhasilan suatu
operasi injeksi air.
Laju injeksi
Bila laju injeksi terlalu besar maka akan terjadi penerobosan-penerobosan
oleh air yang lebih besar sehingga tekanan yang dipertahankan tidak
sempurna dan bila laju injeksi kecil, maka dapat menimbulkan pengaruh
gravitasi yang dapat mendesak minyak yang terperangkap dalam pori
batuan sehingga membantu dalam pressure maintenance.
Sifat-sifat air injeksi
Keberhasilan dan kegagalan suatu operasi injeksi air juga sangat
dipengaruh oleh keadaan atau sifat air injeksi apakah compatible dengan
air formasi atau akan menimbulkan problem air injeksi yang serius.
VI. METODELOGI
Untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi maka dilakukan studi
pressure maintenance dengan melakukan suatu simulasi reservoir. Studi yang
dilakkan meliputi:
6.1. Studi karakteristik formasi
6.1.1. Persiapan Data
Data Geologi
Data geologi ini meliputi : peta kontur struktur dan iso, peta lapisan
kotor reservoir, peta lapisan lapisan bersih reservoir dan peta lapisan
minyak/gas.
Data Batuan
Data batuan ini meliputi : porositas (), permeabilitas (k), saturasi air
(sw), tekanan kapiler ( Pc ).
Data Fluida
Data fluida ini meliputi : densitas air, minyak dan gas; viskositas air,
minyak dan gas; faktor volume formasi air minyak dan gas.
Data Produksi
Data produksi ini meliputi : laju produksi air, minyak dan gas serta
kumulatif air, minyak dan gas.
Data Tekanan
Data tekanan ini meliputi : sejarah tekanan terhadap perubahan waktu
dan tekanan reservoir awal.
Data ini diperoleh dari peta kontur dan iso, kedalaman dan puncak
struktur, ketebalan lapisan kotor reservoir, ketebalan lapisan bersih reservoir.
Dimana peta-peta ini kemudian disimpan dalam bentuk Mesh Map atau dalam
bentuk angka-angka ordinat.
a. Porositas
- Metoda coring
Dengan metoda ini umumnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan
Boyles Porosimeter dan Saturation Methode. Pengukuran ini diperlukan
untuk menentukan volume pori dan volume bulk batuan, secara matematis
porositas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Vp
100 %......................................................................................(6-1)
Vb
dimana :
= porositas (%).
b. Saturasi Air
- Metoda coring
Alat yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air adalah metoda
retort dan metoda destilasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Vw
Sw ..............................................................................................(6-2)
Vp
dimana :
- Metoda Logging
a Rw
S wn ..........................................................................................(6-3)
m Rt
dimana :
a = lithologi
m = cementation exponent
Sw = saturasi air
n = saturasi exponent = 2
Rw = resistivity air formasi
c. Permeabilitas
Untuk penentuan harga permeabilitas absolut dapat menggunakan
Permeability Plug Methode, dengan menggunakan persamaan darcy yaitu:
2. g .Qgsc .L.Pb
k 2 2 .................................................................................
A( P1 P2 )
(6-4)
dimana :
k = permeabilitas absolut, darcy
g = viskositas gas, cp
Pb = tekanan dasar (tekanan atmosfir), atm
P1 = tekanan masuk , atm
P2 = tekanan keluar, atm
L = panjang core, cm
A = luas penampang, cm2
Qgsc = laju alir gas pada kondisi standart, cm3/sec
disamping itu permeabilitas juga dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan klinkenberg effect yaitu :
1
k g kl ......................................................................................(6-5)
Pm
dimana :
kg = permeabilitas gas yang terukur
Pm = tekanan rata
kl = ekivalen dari permeabilitas cair disebut permeabilitas absolut.
c = besarnya sudut yang terbenyuk pada grafik.
Sedangkan di dalam menentukan harga permeabilitas relatif dapat
menggunakan korelasi seperti : korelasi Wyllie and Gardner; Torcaso and
Wyllie, Pirson, Corey dan Stone2.
d. Tekanan Kapiler
Pengukuran tekanan kapiler dapat menggunakan metoda restored state.
Disamping itu juga pengukuran tekanan kapiler dapat dilakukan dengan
melakukan perbandingan saturasi dari perhitungan log versus kedalaman
dengan menggunakan persamaan :
h
Pc ( Sw) w o .........................................................................(6-
144
6)
dimana :
h = ketinggian cairan (air) dari batas WOC
w = densitas air, lb/cuft
o = densitas minyak, lb/cuft
Pc = Tekanan Kapiler, psi
9)
dimana :
= Viskositas, poise
r = Jari-jari kapiler, cm
Lv = Panjang tabung, cm
Pt = Tekanan , dyne/cm2
d. Faktor Volume Formasi
Faktor volume formasi gas didefenisikan sebagai perbandingan antara
volume gas pada kondisi reservoir dengan volume gas pada kondisi
standart yang diukur terhadap perubahan tekanan atau sebagai fungsi dari
tekanan. Secara matematis Bg dirumuskan sebagai berikut :
Z r Tr
B g 0.00504 bbl / csf (6-10)
Pr
dimana :
Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/scf
Zr = Standar deviasi gas pada kondisi reservoir
Tr = Temperatur reservoir, F
Pr = Tekanan reservoir, psia
keterangan:
V =volume air injeksi kumulatif, bbl
f =bagian batuan yang dapat ditempati air, fraksi
h =ketebalan pasir, ft
re =jari-jari pendesakan, ft
Umumnya harga f adalah perkalian dari porositas batuan dengan saturasi
gas. Minyak mungkin bisa digerakan oleh kemajuaniar, tetapi mungkin pula tidak.
Bila minyak tidak bergerak maka air akan mengisi ruang gas. Bila minyak
bergerak didepan water bank, volume injeksi air untuk mengisi reservoir dengan
dengan cairan (minyak dan air) untuk jarak pendesakan tertentu masih merupakan
volume yang diisi dengan gas.
Bila prosentase minyak yang dibergerak cukup besar, maka persamaan (6-
12) menjadi kurang tepat. Sedangkan persamaan yang lebih sesuai adalah:
7,082 k w h ( Pw Pe )
i .................................................(6-14)
( w / k w ) ln (re / rw ) ( o / k o ) ln ( re / rw )
Dari persamaan (6-12) dan persamaan (6-13) perubahan laju intake dapat
dihitung dengan persamaan:
0 , 00617 khP
0,0253k Pt 0,0142 k h P
1 1 x 10 wi
.............................(6-15)
w f rw 2 wi
Persamaan (6-15) adalah untuk sumur tunggal (aliran radial). Bila terjadi
interferensi antar sumur dimana didorong menyebar kearah sumur produksi, maka
intake pressure akan turun dan akhirnya stabil.
Keterangan:
P =perbedaan tekanan injeksi didasar dengan tekanan reservoir, psi.
6.3.3. Studi Peralatan Injeksi Air dan Sistem Pengolahan Air Injeksi
6.3.3.1. Peralatan Injeksi
Operasi injeksi air dalam proyek presure maintenance dalam
pelaksanaanya menggunakan dua jenis sumur yang berbeda fungsinya, yaitu
sumur injeksi dan sumur produksi. Kedua jenis sumur ini masing-masing
dilengkapi dengan peralatan permukaan dan dibawah permukaan atau disebut juga
komplesi ( yang disesuai dengan fungsi sumur-sumur tersebut).
Peralatan untuk sumur injeksi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu berupa fasilitas injeksi dan komplesi injeksi. Fasilitas injeksi yang
dimaksud mencakup pompa, tangki penyimpanan air (storage), sistem preparasi
air (water treatment), saringan-saringan, dan pipa-pipa salur. Komplesi sumur
injeksi dapat menggunakan open hole maupun perforated completion. Pada
gambar 6.1. dapat dilihat contoh komplesi sumur injeksi.
Gambar 6.1. Komplesi Sumur Injeksi 6)
Gambar 6.2.
Diaram Alir Sederhana Untuk sistem Perbaikan Air tertutup 9)
Gambar 6.3.
Diagram Alir Sederhana Untuk Sistem Perbaikan Air Terbuka 9)
3. Sistem Perbaikan Air Setengah Tertutup
Sistem ini merupakan gabungan antara sistem terbuka dengan sistem
tertutup. Dalam hal ini terdapat dua proses yaitu:
1. Pengolahan air, seperti pada sistem terbuka mulaisuplai well sampai
clear water storage.
2. Dari Clear Water Storage dipompakan ke vacum aeration untuk
menghilangkan gas yang masih terlarut sebelum diinjeksikan kedalam
sumur.
Sistem ini umumnya merupakan injeksi fluida yang bebas oksigen. Secara
skematis sistem ini dapat dilihat pada gambar 6.4. Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa air injeksi harus memenuhi data dan kondisi karakteristik
suatu reservoir yang bersangkutan.
Gambar 6.4.
Diagram Alir Sederhana Untuk Sistem Perbaikan Air Setengah Tertutup 9)
m.Bti
N ( Bt Bti ) (bg Bgi ) (We Wp.Bw) Wi
Bgi ...........................(6-19)
1
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
keterangan:
N ( Bt Bti )
DDI = .....................................................................(6-20)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
mNBti
( Bg Bgi )
SDI = Bgi ....................................................................(6-21)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
We Wp.Bw
WDI = ...................................................................(6-22)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
Wi
IDI = ....................................................................(6-23)
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg
keterangan:
DDI = Depletion drive index
SDI = Segregation drive index
WDI = Water drive index
IDI = Injected drive index
Sehinggga penjumlahan keempat index pendorong adalah sama dengan satu atau:
DDI + SDI + WDI + IDI = 1.........................................................................(6-24)
4. Perhitungan Water Influx (We)
Untuk mengetahui pengaruh pendorongan minyak oleh air dari aquifer
dalam suatu reservoir, maka dilakukan perhitungan volume perembesan air (water
influx). Besarnya water influx yang terjadi pada suatu reservoir perlu diketahui,
hal ini diperlukan untuk mengetahui besarnya pengaruh air dari aquifer pada suatu
reservoir terhadap perilaku tekanan resevoir:
Persamaan umum material balance sebagai berikut:
Np Bt ( Rp Rsi ) Bg (We Wp.Bw)
N
mBti (1 m) Bti
( Bt Bti ) ( Bg Bti ) ( Sw.Cw Cf ) P .................(6-25)
Bgi 1 Sw
Jika pada awal tidak terdapat gas cap, maka harga m = 0 dan faktor
pengembangan volume pori serta satursi air connate (Swc) diabaikan,
persamaanya 6-25 menjadi:
Np Bt ( Rp Rsi) Bg We Wp.Bw
N ................................................(6-26)
Bt Bti
sehingga untuk kondisi satu fasa maka We:
We Np Bo ( Rp Rsi ) Bg Wp.Bw N ( Bo Boi ) ..............................(6-27)
Setelah dilakukan injeksi air, maka persamaan water influx juga harus
memperhitungkan banyaknya air yang diinjeksikan ke dalam reservoir (Wi),
yaitu:
We* = We + Wi
Sehingga persamaan menjadi :
Np Bo ( Rp Rsi ) Bg Wp.Bw N ( Bt Bti ) Wi
We .........................(6-29)
( Bt Bti )
Untuk kondisi satu fasa :
We Np Bo ( Rp Rsi) Bg Wp.Bw N ( Bo Boi ) Wi .......................(6-30)
keterangan:
Bt =Bo + (Rsi-Rs) Bg
Rp =Gp/Np
5. Perhitungan Konstanta Water Influx (k)
Metode yang digunakan untuk menghitung perembesan air (water influx)
adalah metode Schilthuis, metode Hurst, metode van Everdingen dan metode
Allard and Chen.
5.1.Metode Schilthuis
Persamaan perembesan air (water influx) digunakan untuk menghitung
water influx dari aquifer dengan anggapan kondisi aliran mantap (steady state)
adalah:
t
We k ( Pi P ) dt .....................................................................................(6-32)
0
keterangan:
k =Konstanta water influx, Bbl/Day/Psi
(Pi - P) =Perbedaan tekanan reservoir, Psi
dWe/dt =Laju water influx, Bbl/unit waktu
T =Hari, day
5.2.Metode Hurst
Metode Hurst (1943) ini digunakan untuk aliran semi mantap (pseudo
steady state), dengan menggunakan persamaan pengembangan dari persamaan
Schilthuis, yaitu:
t
( Pi P ) dt
We c ....................................................................................(6-35)
0
log at
keterangan:
We =laju perembesan air, Bbl.
(Pi-P) =penurunan tekanan reservoir, psi
c =konstanta water influx, bbl/psi
a =konstanta konversi waktu
Untuk menentukan harga a dan harga c dapat digunkan persamaan sebagai
berikut:
log a K i K i log t i nc ........................................................................(6-36)
keterangan:
We =laju perembesan air, bbl
B =konstanta water influx, Bbl/psi
P =penurunan tekanan reservoir,psi
Q(tD) =water influx yang merupakan fungsi dari tD, tak berdimensi
5.4.Metode Allard dan Chen
Metode ini digunakan untuk aliran tidak mantap pada reservoir yang
mempunyai perembesan air dibawah (bottom water drive). Bentuk persamaannya
adalah sebagai berikut:
t
We B P Q(t D ) ...................................................................................(6-39)
0
dari persamaan (6-39) sama dengan persamaan untuk menghitung perembesan air
dengan metode van Everdingen dan Hurst. Perbedaannya adalah didalam
menentukan harga perembesan air tidak berdimensi.
5. Perhitungan Laju Injeksi Air Optimum Untuk Mempertahankan
Tekanan Reservoir.
Laju injeksi air optimum adalah laju injeksi air yang dapat mengimbangi
besarnya laju pengurasan minyak direservoir sehingga tekanan tidak mengalami
penerusan terus, dengan kata lain laju injeksi optimum diperlukan untuk dapat
mempertahakan tekanan reservoir agar tetap konstan sehingga dapat diperoleh
laju produksi minyak yang optimum.
Persamaan yang dipakai menggunakan prinsip material balance yaitu:
dRV dWe
..................................................................................................(6-40)
d dt
sehingga:
dNp dGp dNp dWp
dRV Bt ( Rsi. ) Bg Bw ......................................(6-41)
dt dt dt dt
dWe
k ( Pi P) ...........................................................................................(6-42)
dt
jadi untuk kondisi satu fasa, yaitu:
dNp dGp dNp dWp
Bo ( Rs. Bg Bw k ( Pi P ) ................................(6-43)
dt dt dt ) dt
Jika besarnya laju water influx dari aquifer yang masuk kedalam reservoir tidak
dapat mengimnbangi besarnya laju pengosongan reservoir maka, diperlukan
tenaga tambahan dari air yang diinjeksikan kedalam reservoir, sehingga
persamaanya menjadi:
dRV dWe dWi
........................................................................................(6-45)
dt dt dt
dimana untuk menentukan besarnya dWi/dt (laju injeksi air) adalah:
untuk kondisi dua fasa:
dWi dNp dGp dNp dWp
Bo ( Rsi. ) Bg Bw k ( Pi P ) ...................(6-46)
dt dt dt dt dt
keterangan:
dRV/dt = Laju Pengurasan reservoir, Bbl/day
dNp/dt = Laju Produksi, STB/day
dGp/dt = Laju Produksi gas, SCF/day
dWp = Laju Produksi Air, STb/day
Bt = Faktor volume formasi dua fasa, Bbl/SCF
Bg = Faktor volume formasi gas, Bbl/SCF
Bw = Faktor volume formasi air, Bbl/STB
Rp = Perbandingan kumulatif Gas- Minyak dipermukaan, SCF/STB
Rsi = Kelarutan gas dalam minyak awal, SCF/STB
dWe/dt = Laju Water Influx (Perembesan Air dari Aquifer) STB/Day
k = Konstanta water influx, Bbl/day/Psi
(Pi - P) = Perbedaan tekanan, Psi
6.3.4.1.Evaluasi Pelaksanaan Pressure Maintenance
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan proyek injeksi air maka
diperlukan data-data produksi. Adapun untuk mengevaluasi hasil dari injeksi air
ada beberapa cara meliputi:
1. Membuat beberapa grafik, yaitu grafik laju produksi minyak terhadap waktu,
grafik laju produksi minyak terhadap kumulatif produksi air, grafik kumulatif
injeksi air terhadap kumulatif produksi minyak, grafik WOR
terhadapkumulatif produksi minyak, grafik WOR terhadap waktu, grafik
tekanan terhadap waktu.
2. Menghitung mekanisme injeksi air dengan teori kemajuan front, dan
menghitung efisiensi pendesakannya.
3. Membuat tabel perbandingan antara jumlah fluida yang diinjeksikan dengan
jumlah fluida yang bisa diangkat.
4. Membandingkan decline curve eksponensial sebelum injeksi dan sesudah
injeksi.
6.3.4.2.Prediksi Performance dengan Pressure maintenance
Performance dari reservoir injeksi air dapat diprediksi dengan salah
satunya menggunakan metode Tarner dengan persamaan material balance atau
metode front drive. Dengan persamaan material balance kita dapat memprediksi
produksi kumulatif minyak dengan persamaan:
N ( B Bti ) Np ( Rp Rs) Bo f Np ......................................................(6-48)
keterangan:
f =barrel dari injeksi air per barrel dari produksi minyak.
dan juga dapat dibuat grafik plot antara net air kumulatif (Wi-Wp.Bw) terhadap
produksi kumulatif minyak, sehingga dari grafik tersebut yang linear didapat
trend persamaannya.
b. Data fluida:
Densitas air, minyak, dan gas, faktor volume formasi air (B w), minyak
(Bo), gas (Bg) serta viscositas air (w), minyak (o), gas (g).
Data masing-masing grid
Meliputi informasi geologi reservoir untuk setiap grid. Data tersebut berupa
kedalaman, ketebalan lapisan, struktur, batas dan kedalaman reservoir.
Data sumur dan Data Produksi
a. Data Produksi
Data produksi meliputi: laju produksi minyak (qo), laju produksi air (qw),
laju produksi gas (qg), kumulatif produksi minyak, kumulatif produksi air,
kumulatif produksi gas.
b. Data sumur
Data sumur antara lain: kedalaman sumur, ukuran tubing, faktor skin.
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
RINGKASAN...............................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
BAB I.PENDAHULUAN.............................................................................
BAB II. TINJAUAN UMUM......................................................................
2.1.Sejarah Lapangan X...................................................................
2.2.Kondisi Geologi dan Stratigrafi Lapangan................................
2.3. Karakteristik Batuan dan Fluida Reservoir Lapangan X.......
BAB.VI.PEMBAHASAN............................................................................
BAB.VII.KESIMPULAN............................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN