PENDAHULUAN
Ektima adalah pioderma kutis yang ditandai dengan erosi krusta atau
ulserasi. Ektima sering menjadi kelanjutan dari kerusakan jaringan kulit seperti
adekuat serta kondisi kebersihan yang kurang terjaga (Arta IGJ, 2014; Craft N,
sering terjadi di lutut dan kaki anak-anak dan dewasa muda, terutama pada lesi
ekskoriasi karena penyakit yang gatal misalnya gigitan serangga dan lesi yang
1.2 Definisi
dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah
1.3 Etiologi
adekuat serta kondisi kebersihan yang kurang terjaga. Kuman Gram positif akan
1
Streptococcus hemolyticus
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Pseudomonas aeruginosa
Kolonisasi kuman di atas diperparah oleh keadaan suhu yang hangat dan
kelembapan tinggi. Ektima sering pula ditemukan pada pasien dengan penurunan
HIV/AIDS (Arta IGJ, 2014; Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008).
1.4 Epidemiologi
kasus paling banyak terjadi pada anak - anak, insidennya menduduki tempat
ketiga dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi (Davis L, William
Ektima paling sering terjadi di lutut dan kaki anak-anak dan dewasa muda,
terutama pada lesi ekskoriasi karena penyakit yang gatal misalnya gigitan
serangga dan lesi yang diabaikan. Frekuensi terjadinya ektima berdasarkan umur
biasanya terdapat pada anak-anak dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis
1.5 Patofisiologi
Seperti halnya Staphylococcus aureus, Streptococcus sp. Juga terkenal
Kandungan M-protein pada bakteri ini menyebabkan bakteri ini resisten terhadap
beberapa toksin yang dapat menyebabkan kerusakan lokal atau gejala sistemik
2
Impetigo yang disebabkan oleh Streptococcus dan Staphylococcus yang
tidak diterapi bisa menyerang ke lapisan kulit lebih dalam. Melalui penetrasi ke
diatasnya. Lesi ektima bisa mengikuti lesi awal pioderma, bisa juga tanpa
didahului lesi dermatosis (Hay RJ., Adrians BM. 2010; James WD., Berger TG.,
Adanya trauma ataupun inflamasi dari jaringan (luka bedah, luka bakar, trauma,
dermatitis, benda asing) juga menjadi faktor yang berpengaruh pada pathogenesis
dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al,
2008).
Ektima diawali dengan adanya vesikel atau pustule di atas kulit sekitar
pustule mengakibatkan kulit mengalami ulserasi dengan ditutupi oleh krusta. Bila
appearance atau berbentuk cawan dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi
ini dapat bertahan ukurannya, dan sembuh sendiri tanpa pengobatan, atau dapat
Lesi umumnya ditemukan pada daerah ekstremitas bawah tetapi bisa juga
didapatkan pada ekstremitas atas, wajah dan ketiak. Lesi yang terjadi pada ektima
gigitan serangga. Biasanya pasien datang dengan keluhan bengkak disertai krusta
3
bewarna coklat kehitaman, yang awalnya hanya dirasakan gatal lalu digaruk
sampai timbul luka (Davis L, William DJ, 2016; Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et
1.7 Diagnosis
1.7 Diagnosis
4
Diagnosis ektima dibuat berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik
yaitu pengecatan gram yang diambil dari dasar ulkus untuk memastikan kuman
Diagnosis dari penyakit ektima ini dibuat berdasarkan gejala klinis yang
pengecatan gram dan histopatologi kulit. Anamnesis pada ektima, antara lain:
1. Keluhan utama. Pasien datang dengan keluhan berupa luka maupun bengkak
dan bernanah.
2. Durasi. Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang, seperti
3. Lokasi. Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang, seperti
tungkai bawah.
berupa pustul kemudian pecah membentuk ulkus yang tertutupi krusta (Davis L,
jaringan dalam untuk pewarnaan Gram dan kultur. Selain itu, juga dapat dilakukan
5
Gambaran histopatologi menunjukkan peradangan dalam yang diinfeksi
bakteri kokus, dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari folikel
pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel
PMN. Krusta yang tebal menutupi permukaan dari ulkus pada ektima (Djuanda,
2010).
1. Impetigo krustosa adalah infeksi piogenik pada kulit yang superficial dan
disertai dengan gejala umum, hanya terdapat pada anak anak. Tempat
predileksinya di muka, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap
sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel
yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat ialah
krusta tebal bewarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di
6
2. Folikulitis adalah radang pada rambut. Etiologiny adalah Staphylococccus
berupa papul dan pustul yang ertematosa dan ditengahnya terdapat rambut,
Contohnya sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral (Djuanda
A, 2010)
1.9 Penatalaksanaan
dan eradikasi kuman penyebab. Pengobatan yang utama adalah dengan pemberian
antibiotik secara topikal maupun sistemik. Kadang diberikan obat tambahan yang
demam dan gatal. Penatalaksanaan ektima sama dengan impetigo(Arta IGJ, 2014;
Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008). Penatalaksanaan ektima, antara lain:
1. Farmakologi
Sistemik :
Pengobatan sistemik digunakan jika infeksinya luas. Pengobatan sistemik
7
Dewasa : 250 500 mg/dosis P.O, 3 - 4 kali per hari selama 5 7 hari
Anak : 5 - 15 mg/kgBB/dosis, 3 - 4 kali/hari.
b. Amoksisilin + Asam klavulanat
Dewasa : 250 500 mg/dosis P.O 3kali/hari
Anak : 7,5 - 25 mg/kgBB P.O 3 kali/hari
Pengobatan lini kedua.
Diberikan memiliki reaksi alergi terhadap obat - obatan lini pertama.
a. Azitromisin 1 x 500 mg, kemudian 1 x 250 mg selama 4 hari
b. Klindamisin 15 mg/kgBB/hari
c. Eritomisin
Dewasa : 250 - 500 mg 4kali/hari selama 5 7 hari
Anak : 12,5 - 50 mg/kgBB/dosis 4 kali/hari
Topikal
- Lesi sedikit dan dini dengan hanya obat topikal cukup menolong, Drainage
: bula dan pustule dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah penyebaran
lokal.
- Mencuci lesinya pelan pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat
kuat, dikomopres lebih dulu dengan larutan sodium chloride 0,9%. Krusta
merupakan antibiotik pilihan yang dapat digunakan secara topikal pada ektima.
atas 2 kali sehari (Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008; Pedoman Diagnosis
2. Non Farmakologi
penyakit kulit. Sebaiknya mandi secara teratur dengan sabun mandi. Pakaian,
handuk, seprei sering ganti dan dicuci air panas dan dipakai sendiri (Davis L,
8
William DJ, 2016, Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008; Pedoman Diagnosis
1.10 Prognosis
parut. Pada lesi yang tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat, dapat
erisipelas, bakterimia dan septikemia (Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008;
9
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Identitas
Umur : 8 th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
2.1 Anamnesis
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang dengan keluhan
gatal pada kaki kanan dan kiri. Gatal sudah berlangsung selama 1 bulan. Awalnya
10
timbul 1 bintik air di kaki kanan yang berisi air, setelah itu di garuk dan menjadi
lebar. Dan menyebar hampir kesuluruh tungkai kaki, dan timbul luka. Dan
sekarang juga timbul pada pergelangan tangan kanan sekitar 1 minggu. Setelah
timbul luka, yang digaruk adalah pinggir pinggir luka tersebut. Badan tidak
terasa demam. Tambah terasa gatal saat malam hari tetapi tidak mengganggu tidur.
Selama ini kaki sudah di rendam dengan air garam dan di berikan salep
Pernah gatal gatal sebelumnya pada kaki dan tangan tetapi sembuh
11
Thorax : dalam batas normal
dextra.
Multiple krusta tebal warna
12
Regio Ekstremitas Bawah
sinistra.
Ulkus et regio dorsum pedis dextra
Multiple krusta tebal warna
dextra et sinistra
13
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.5 Resume
minggu.
Awalnya hanya 1 bintik dan melebar setelah digaruk dan menjadi seperti
14
a. Non Medikamentosa
Memberi pengertian kepada pasien tentang pentingnya menjaga
b. Farmakologi
Sistemik
Eritromisin 250 mg 2 x 1 tab selama 7 hari
Loratadin 10 mg 2 x tab
Topikal
Sodium fusidate cream 2% digunakan pagi dan malam hari
2.8.3 Planning Monitoring
Keluhan pasien
Efloresensi
Efek samping obat
2.8.4 Planning Edukasi
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini disebabkan
bekas pada kulit. Dan prognosis baik jika pasien menaati aturan terapi.
2.9 Prognosis
15
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien An. MA, 8tahun berjenis kelamin laki laki. Hal ini
sesuai dengan literature yang mengatakan bahwa iktema lebih banyak menyerang
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jombang dengan keluhan
gatal pada kaki kanan dan kiri. Gatal sudah berlangsung selama 1 bulan. Awalnya
timbul 1 bintik air di kaki kanan yang berisi air, setelah itu di garuk dan menjadi
lebar. Dan menyebar hampir kesuluruh tungkai kaki, dan timbul luka. Dan
16
sekarang juga timbul pada pergelangan tangan kanan sekitar 1 minggu. Setelah
timbul luka, yang digaruk adalah pinggir pinggir luka tersebut. Badan tidak
terasa demam. Tambah terasa gatal saat malam hari tetapi tidak mengganggu tidur.
Selama ini kaki sudah di rendam dengan air garam dan di berikan salep
pikangsuang, dan juga minum CTM tetapi tidak berkurang. Pada riwayat
dahulunya pasien pernah gatal gatal sebelumnya pada kaki dan tangan tetapi
sembuh setelah diberi bedak salisil. Dan kebisaan pasien pada musim hujan,
sinistra
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa ektima diawali dengan adanya
vesikel atau pustule di atas kulit sekitar yang mengalami inflamasi, membesar
ulserasi dengan ditutupi oleh krusta. Bila krusta terlepas, tertinggal ulkus
dengan dasar merah dan tepi meninggi. Lesi ini dapat bertahan ukurannya, dan
sembuh sendiri tanpa pengobatan, atau dapat pula mengalami perluasan. Biasanya
17
ekstremitas bawah tetapi bisa juga didapatkan pada ekstremitas atas, wajah dan
ketiak. Lesi yang terjadi pada ektima biasanya disebabkan karena trauma kulit,
dengan keluhan bengkak disertai krusta bewarna coklat kehitaman, yang awalnya
hanya dirasakan gatal lalu digaruk sampai timbul luka. Ektima sering menjadi
kebersihan yang kurang terjaga. Ektima paling sering terjadi di lutut dan kaki
anak-anak dan dewasa muda, terutama pada lesi ekskoriasi karena penyakit yang
gatal misalnya gigitan serangga dan lesi yang diabaikan (Davis L, William DJ,
2016; Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008; Arta IGJ, 2014).
3.3 Diagnosis
ektima.
Hal ini sejalan dengan teori bahaw diagnosis ektima dibuat berdasarkan
dari anamnesis, gejala klinis yang ditemukan pada pasien, serta ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium yaitu pengecatan gram yang diambil dari dasar ulkus
untuk memastikan kuman yang menginfeksi. Diagnosis dari penyakit ektima ini
dibuat berdasarkan gejala klinis yang terdapat pada pasien serta ditunjang dengan
1. Keluhan utama. Pasien datang dengan keluhan berupa luka maupun bengkak
dan bernanah.
2. Durasi. Ektima terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma berulang, seperti
18
gigitan serangga dan garukan.
3. Lokasi. Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang, seperti
tungkai bawah.
berupa pustul kemudian pecah membentuk ulkus yang tertutupi krusta (Arta IGJ,
3.4 Penatalaksanaan
Hal ini sesuai dengan teori bahwa ektima sering menjadi kelanjutan dari
kerusakan jaringan kulit seperti impetigo, ekskoriasi dan dermatitis yang tidak
penyakit kulit. Sebaiknya mandi secara teratur dengan sabun mandi. Pakaian,
19
handuk, seprei sering ganti dan dicuci air panas dan dipakai sendiri (Arta IGJ,
2014; Davis L, William DJ, 2016; Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al, 2008;
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa penatalaksanaan dari peyakit ektima
ini bertujuan untuk mengatasi infeksi dan eradikasi kuman penyebab. Pengobatan
yang utama adalah dengan pemberian antibiotik secara topikal maupun sistemik.
ektima sama dengan impetigo(Arta IGJ, 2014; Craft N, Lee PK, Zipoli MT, et al,
1. Farmakologi
Sistemik :
Pengobatan sistemik digunakan jika infeksinya luas. Pengobatan sistemik dibagi
20
Topikal
- Lesi sedikit dan dini dengan hanya obat topikal cukup menolong, Drainage
: bula dan pustule dengan ditusuk jarum steril untuk mencegah penyebaran
lokal.
- Mencuci lesinya pelan pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat
kuat, dikomopres lebih dulu dengan larutan sodium chloride 0,9%. Krusta
merupakan antibiotik pilihan yang dapat digunakan secara topikal pada ektima.
atas 2 kali sehari (Craft, Noah, et al, 2008, Pedoman Diagnosis dan Terapi, 2005).
3.5 Prognosis
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa ektima sembuh secara perlahan, dan
menjadi limfangitis, selulitis atau erisipelas, bakterimia dan septikemia (Craft N.,
BAB IV
KESIMPULAN
21
Pasien atas naman An. AM datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Jombang pada hari jumat, 30 Desember 2016 dengan keluhan gatal pada kaki
kanan dan kiri. Gatal sudah berlangsung selama 1 bulan. Awalnya timbul 1 bintik
air di kaki kanan yang berisi air, setelah itu di garuk dan menjadi lebar. Dan
menyebar hampir kesuluruh tungkai kaki, dan timbul luka. Dan sekarang juga
timbul pada pergelangan tangan kanan sekitar 1 minggu. Setelah timbul luka,
yang digaruk adalah pinggir pinggir luka tersebut. Badan tidak terasa demam.
Tambah terasa gatal saat malam hari tetapi tidak mengganggu tidur. Selama ini
kaki sudah di rendam dengan air garam dan di berikan salep pikangsuang, dan
appearance) et regio brachii dextra et regio kruris anterior sinistra, multiple krusta
tebal kemerahan dan kekuningan et regio brachii dextra et regio kruris anterior
dextra et sinistra et regio dorsum pedis dextra et sinistra. Dalam hal ini tidak
mendapatkan terapi sistemik dan topikal, terapi sistemik nya adalah Eritromisin
cream 2% digunakan pagi dan malam hari. Pasien ini di edukasi untuk menjaga
kebersihan badan dan lingkungan salah satunya dengan cara mandi 2 3 kali
sehari menggunakan sabun mandi serta untuk berhenti untuk bermain hujan
hujanan. Dan perlu dijelaskan juga bahwa jika sembuh, ektima masih akan
22
menimbulkan bekas Prognosis pada ektima ini tergantung kepatuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
23
Belazarian L., Lorenzo ME., Nicole PC., et al. 2008. Bacterial Colonizations and
Infections of Skin and Soft Tissue di dalam Fitzpatrick`s Dermatology in
General Medicine Edisi 7. Mc Graw Hill Education. New York Pp. 520
589
Craft N., Lee PK., Zipoli MT., et al. 2008. Superficial Cutaneous Infections and
Pyoderma. In: Wolff Klause, Goldsmith Lowell, Katz Stephen, eds.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7th ed. New York:
McGraw-Hill Companies; 2008. Pp. 1694 1701
Davis L, William DJ, 2016.Ecthyma. America Academi of Dermatology.
Medscape.
Djuanda Adhi.2010. Pioderma dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi .
Jakarta: FK UI. Hal: 57 63
Hay RJ., Adrians BM. 2010. Bacterial Infection. in Rooks Teksbook of
Dermatologyi.Edisi 8. Wiley-Blackwell. USA. Pp. 30.1 30.17
James WD., Berger TG., Elston DM. 2011. Bacterial Infection in: Andrews
Disease of The Skin Clinical Dermatology. Edisi 11.Saunders. USA. Pp:
248 287.
24