Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN CA ENDOMETRIUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ
endometrium atau pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang
berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin.
Kanker endometrium kadang-kadang disebut dengan kanker rahim, tetapi ada
sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel
myometrium. Kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal, karena
sering menghasilkan perdarahan vagina diantara periode menstruasi atau setelah
menopause (Whoellan, 2009).

2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker
endometrium, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa rangsangan
estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker
endometrium. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan munculnya kanker
endometrium yaitu sebagai berikut:
1) Obesitas
2) Haid pertama (menarche)
3) Tidak pernah melahirkan
4) Penggunaan estrogen
5) Hyperplasia endometrium
6) Diabetes Mellitus
7) Hipertensi
8) Faktor lingkungan dan diet
9) Riwayat keluarga
10) Tumor memproduksi estrogen

3. POHON MASALAH

CA
ENDOMETRIUM

Nyeri kronis Ovarium, tuba


falopii, dan saluran
menuju vagina.
Menetap dan
tumbuh di luar
rahim.

Membawa jaringan dinding


rahim melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening.

Masuk kembali
ke tuba falopii

Darah
menstruasi

Rasa sakit pada


saat menstruasi

4. KLASIFIKASI

5. GEJALA KLINIS
Berikut adalah gejala klinis yang dialami pasien dengan ca endometrium:
a. Rasa sakit pada saat menstruasi
b. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit
ini akan bertambah pada saat berhubungan seks.
c. Sakit punggung pada bagian bawah.
d. Sulit buang air besar atau diare.
e. Keluar darah pada saat buang air kecil dan terasa sakit.
f. Keputihan bercampur darah dan nanah.
g. Terjadi pendarahan abnormal pada rahim.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sebelum dilakukannya operasi pada
penderita karsinoma endometrium, adalah sebagai berikut:
a. Foto Thoraks untuk menyingkirkan metastasis paru-paru.
b. Tes Pap yang berfungsi untuk menyingkirkan kanker serviks.
c. Pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah tepi, faal hati,
faal ginjal, elektrolit.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut adalah penatalaksanaan medis pada pasien dengan ca endometrium:
a. Pemeriksaan USG Vaginal
Pemeriksaan USG vaginal dilakukan untuk melihat ketebalan dinding
endometrium. Ketebalan endometrium dianggap normal pada wanita
premenopause bila < 15 mm, pada post menopause 5 mm.
b. Biopsy jaringan endometrium
Biopsy endometrium dapat menentukan diagnosis karsinoma
endometrium ditetapkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan
endometrium. Biopsy endometrium merupakan prosedur diagnostic di
poliklinik, prosedur ini relatif mudah dan murah, tetapi tindakan ini harus
disertai dengan kuret endoserviks. Biopsy endometrium dapat dilakukan
dengan bantuan alat endoram.
c. Pengobatan
1) Pengobatan Stadium I
Terapi pembedahan tanpa terapi adjuvant merupakan kelompok
risiko rendah, hanya dimungkinkan bila pengobatan primer adalah
pembedahan. Radioterapi prabedah yaitu radiasi eksterna dan
brakhiterapi. Radioterapi prabedah bertujuan untuk menurunkan
kejadian kekambuhan di puncak vagina, serta mencegah metastatis saat
atau akibat pembedahan. Brakhiterapi adalah radiasi prabedah yang tidak
akan mempengaruhi histopatologi dari uterus. Setelah itu segera
dilanjutkan dengan pembedahan. Pengobatan pembedahan kanker
endometrium bertujuan untuk mendiagnosis/penetapan stadium dan
tujuan pengobatan. Faktor prognosis kanker endometrium yang
didapatkan dengan pembedahan yaitu kedalaman invasi, keadaan
kelenjar getah bening, sitologi cairan peritonium. Pembedahan yang
tidak lengkap akan menyulitkan penetapan stadium yang berdampak
pada kesulitan pemilihan terapi. Bila tumor berderajat differensiasi yang
buruk (G3), merupakan indikasi untuk terapi adjuvant radiasi. Tumor
stadium IA, IB dengan derajat differensiasi yang baik (G1) dan sedang
(G2) umumnya tidak dilakukan terapi adjuvant.
2) Pengobatan Stadium II
Pembedahan histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvis
merupakan salah satu terapi pembedahan. Terapi pembedahan ini
dilakukan pada karsinoma endometrium, karena 8 28% karsinoma
endometrium stadium II telah bermetastatis ke parametrium dan 25%
mengalami metastatis ke kelenjar getah bening pelvis. Selain itu, dapat
dilakukan pembedahan kanker endometrium standart, tetapi pascabedah
harus diberikan adjuvant radioterapi. Hasil pembedahan histerektomi
radikal lebih baik dibandingkan dengan pembedahan non-radikal.
Survival 5 tahun pada non-radikal dan yang radikal 79% dan 94%,
sedangkan untuk survival 10 tahun 74% dan 94%.
3) Pengobatan Stadium III
Pada stadium III masih memungkinkan dilakukan pembedahan.
Walaupun demikian, sebagian besar stadium III yang tidak
memungkinkan dilakukannya pembedahan, maka dilakukan radioterapi.
Hal ini dikarenakan perluasan ke parametrium yang mencapai panggul
menjadi sulit dilakukan pembedahan. Namun pada keadaan tertentu,
pembedahan masih bisa dilakukan pada tumor yang perluasannya masih
memungkinkan pembedahan, kemudian dilanjutkan dengan adjuvant
radioterapi.
4) Pengobatan Stadium IV
Pemberian radioterapi pelvis memiliki tujuan untuk
menghentikan perdarahan. Kemoterapi atau pemberian terapi hormonal
bila metastasis sudah meluas atau sistemik. Pemberian radioterapi lokal
umunya diberikan pada metastasis ke tulang atau metastasis ke serebral.
Pembedahan pada kanker endometrium adalah pembedahan sitoreduksi,
kemudian dilanjutkan dengan terapi adjuvant radiasi. Radiasi adjuvant
yang diberikan berupa radiasi saja dan adjuvant kemoradiasi. Adjuvant
kemoradiasi memberi hasil yang lebih dibandingkan dengan radiasi saja.
Median survival dengan terapi adjuvant radiasi saja 15 bulan, kemoterapi
saja 13 bulan, sitoreduksi optimal mencapai 48 bulan, sub-optimal
mencapai 25 bulan, dan kemoradiasi (cisplatinum) 54 bulan.

8. KOMPLIKASI
Pasien tidak mengalami komplikasi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi
kesehatan:
1) Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan:
a. Apa penyebab pasien sulit untuk memelihara kesehatan selama sakit?
b. Bagaimana upaya pasien agar kesehatannya kembali normal?
c. Apa jenis pemeliharaan kesehatan yang bisa dilakukan pasien selama
menjalani perawatan di rumah sakit?
2) Pola Metabolik-Nutrisi:
Pasien yang memiliki gangguan pola metabolik nutrisi yaitu dapat
mengalami kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, kurus, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
3) Pola Eliminasi:
a. Apakah BAB pasien teratur setiap harinya selama sakit?
b. Apakah pasien mengalami gangguan saat BAB atau BAK selama sakit?
c. Apa yang pasien rasakan setelah melakukan BAB atau BAK selama
sakit?
d. Bagaimana frekuensi, warna, dan bau BAK pasien selama sakit?
4) Pola Aktivitas dan Latihan:
a. Apakah aktivitas pasien mengalami hambatan selama sakit?
b. Apakah pasien selama sakit bisa mengikuti latihan yang diberikan
perawat dengan baik?
c. Apakah pasien merasakan nyeri saat melakukan aktivitas dan latihan
selama sakit?
5) Pola Tidur dan Istirahat:
a. Bagaimana kualitas tidur dan istirahat pasien selama sakit?
b. Apakah pasien mengalami gangguan saat tidur selama sakit?
c. Bagaimana kondisi pasien saat bangun tidur selama sakit?
d. Apakah pasien merasa tidak nyaman saat bangun tidur selama sakit?
6) Pola Kognitif Perseptual:
a. Apakah pasien sering mengalami kecemasan jika menghadapi suatu
masalah?
b. Apakah pasien memiliki rasa percaya diri yang tinggi?
c. Apa penyebab pasien mengalami cemas, takut, atau gugup?
d. Bagaimana upaya pasien untuk mencegah terjadinya kecemasan pada
dirinya?
7) Pola Konsep diri:
Timbulnya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri pasien.
Dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non-verbal, ekspresi wajah,
merasa tidak berdaya, dan gugup pada diri pasien.

8) Pola Seksual dan Reproduksi:


a. Apakah pasien rutin memeriksakan genitalnya di pelayanan kesehatan?

b. Apa saja keluhan alat reproduksi yang dialami pasien?

c. Bagaimana riwayat haid pasien?

d. Apa yang dialami pasien pada alat reproduksinya selama sakit?

9) Pola Peran Hubungan:


Pola peran hubungan ditandai dengan sikap pasien yang terlihat nervus,
tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung. Apabila bisa menyesuaikan
berarti tidak ada masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarganya.
10) Pola Pertahanan Diri (Koping-Toleransi-Stress):
a. Bagaimana cara pasien beradaptasi di lingkungan yang baru?
b. Apakah pasien sulit untuk beradaptasi di lingkungan yang baru?
c. Apakah pasien sering mengalami depresi atau stress?
d. Apa yang sering menyebabkan pasien mengalami stress?

11) Pola Sistem Nilai dan Keyakinan:


Pasien mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama/keyakinan
pasien selama sakit. Pola ini menerangkan sikap dan keyakinan pasien
dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (NANDA)

3. Rencana Asuhan Keperawatan (NANDA, NIC, NOC)

Tujuan dan
Diagnosa
No. Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
(NOC)
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Mengetahui
perfusi jaringan asuhan keperawatan tanda vital adanya
berhubungan selama 3 x 24 jam, ortostatik, hipertensi atau
dengan diharapkan pasien termasuk tekanan hipotensi yang
penurunan suplai dapat memenuhi darah. dialami
2. Lindungi pasien
darah. kriteria hasil yaitu pasien.
dari trauma yang 2. Mengurangi
sebagai berikut:
1. Tekanan darah dapat risiko
diastolik tidak menyebabkan perdarahan.
3. Mencegah
ada deviasi dari perdarahan.
3. Gunakan sikat perdarahan
kisaran normal.
2. Tekanan darah gigi yang dari rongga
sistolik tidak ada berbulu lembut mulut.
4. Menekankan
deviasi dari untuk perawatan
perdarahan
kisaran normal. rongga mulut.
3. Sakit perut 4. Pertahankan agar dengan cara
abnormal tidak pasien tetap tirah tirah baring.
ada. baring jika 5. Mengetahui
terjadi perubahan
perdarahan aktif. hemoglobin
5. Catat nilai
dan
hemoglobin dan
hematokrit
hematokrit
sebelum dan
sebelum dan
setelah pasien
setelah pasien
kehilangan
kehilangan darah
darah sesuai
sesuai indikasi.
indikasi.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji secara 1. Mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan komprehensif lokasi,
dengan agen selama 3 x 24 jam, tentang nyeri, karakteristik,
injuri biologis pasien dapat meliputi lokasi, berat, dan
dan agen injuri memenuhi kriteria karakteristik, faktor-faktor
fisik. hasil yaitu sebagai beratnya nyeri, pencetus nyeri.
2. Mengetahui
berikut: dan faktor-faktor
1. Monitor tanda penyebab nyeri
pencetus.
dan gejala 2. Observasi yang dialami
komplikasi. isyarat-isyarat pasien.
2. Dapatkan 3. Mengetahui
verbal dan non
sampel darah ekspresi pasien
verbal dari
yang sesuai saat nyeri.
ketidaknyamana
4. Mengurangi
permintaan.
n, meliputi
3. Mengidentifikas tingkat nyeri
ekspresi wajah,
i pemahaman yang dialami
pola tidur, nafsu
budaya yang pasien.
makan, aktifitas 5. Mengetahui
mempengaruhi
dan hubungan penyebab nyeri
pengobatan.
4. Lakukan sosial. yang tidak
3. Gunakan
prosedur yang hilang dan
komunikasi
direkomendasik mengetahui
terapeutik agar
an. adanya
5. Sesuaikan pasien dapat
keluhan lain.
tingkat aktivitas mengekspresikan
selama sakit. nyeri.
Skala: (1) tidak 4. Anjurkan klien
pernah untuk
menunjukkan, (2) meningkatkan
jarang tidur/istirahat.
5. Anjurkan klien
menunjukkan, (3)
untuk
kadang-kadang
melaporkan
menunjukkan, (4)
kepada tenaga
sering
kesehatan jika
menunjukkan, (5)
tidak berhasil
secara konsisten
atau terjadi
menunjukkan.
keluhan lain.
3. Ansietas Setelah dilakukan 1. Tenangkan 1. Mengurangi
berhubungan asuhan keperawatan pasien dan kaji kecemasan
dengan krisis selama 3 x 24 jam, tingkat yang dialami
situasional diharapkan pasien kecemasan pasien.
2. Mengetahui
(kemoterapi). dapat memenuhi pasien.
2. Berusaha kecemasan
kriteria hasil yaitu
memahami pasien
sebagai berikut:
1. Efek terapeutik keadaan pasien berhubungan
yang diharapkan (rasa empati). dengan
3. Dorong pasien
tidak terganggu. keadaan
2. Respon perilaku untuk
pasien.
yang diharapkan menyampaikan 3. Mengetahui
tidak terganggu. tentang isi isi perasaan
3. Reaksi alergi
perasaannya. pasien
tidak ada. 4. Ciptakan
mengenai
4. Dampak buruk
hubungan saling
kecemasan
tidak ada.
percaya.
5. Efek perilaku yang
5. Bantu pasien
yang merugikan dialaminya.
untuk
4. Membantu
tidak ada.
mengungkapkan
pasien dalam
hal-hal yang
mengurangi
membuat cemas
tingkat
dan dengarkan
dengan penuh kecemasan
perhatian. pasien.
6. Kolaborasi 5. Menunjukkan
dengan dokter perhatian
untuk pemberian terhadap
obat. pasien.
6. Mengurangi
kecemasan
yang dialami
pasien dalam
pemberian
obat.
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan 1. Mencegah
berhubungan asuhan keperawatan lingkungan risiko infeksi
dengan selama 3 x 24 jam, setelah yang berasal
ketidakadekuatan diharapkan pasien digunakan oleh dari
imun tubuh. dapat memenuhi pasien. lingkungan
2. Ganti peralatan
kriteria hasil yaitu pasien.
pasien setiap 2. Mencegah
sebagai berikut:
1. Fungsi selesai tindakan. risiko infeksi
3. Batasi jumlah
gastrointestinal setelah selesai
pengunjung.
tidak terganggu. melakukan
4. Cuci tangan
2. Suhu tubuh
tindakan
sebelum dan
tidak terganggu.
kepada pasien.
3. Tumor ringan sesudah kontak
3. Mengurangi
atau tidak ada. dengan pasien.
risiko infeksi
5. Kolaborasi
dari
pemberian terapi
lingkungan
antibiotik
luar.
dengan
4. Mencegah
memperhatikan
risiko infeksi
prinsip
dari tangan.
pemberian obat 5. Mencegah
6 benar (benar risiko infeksi
nama, benar dengan
obat, benar pemberian
dosis, benar cara obat
pemberian, antibiotik.
benar waktu,
benar
dokumentasi).
5. Retensi urin Setelah dilakukan 1. Monitor intake 1. Mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan dan output. intake dan
2. Menjaga teknik
dengan selama 3 x 24 jam, output cairan
aseptik dalam
penekanan yang pasien dapat tubuh pasien.
melakukan 2. Mengurangi
keras pada memenuhi kriteria
kateterisasi. risiko infeksi
uretra. hasil yaitu sebagai
3. Memelihara
dalam
berikut:
drainase urinari
1. Secara konsisten melakukan
secara tertutup.
menunjukka kateterisasi.
3. Mencegah
respon berkemih
masuknya
sudah tepat
kuman dari
waktu.
2. Secara konsisten lingkungan
menunjukkan luar.
mengenali
keinginan untuk
berkemih.
3. Berkemih > 150
mililiter setiap
harinya.
4. Tidak pernah
menunjukkan
infeksi saluran
kemih.
(NANDA, 2015., Gloria M. Bulechek, 2013., Sue Moorhead, 2013.)

C. DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA:


ELSEIVER.
Chelmow. 2005. Gynecologic Myomectomy (Online).
http://www.emedicine.com/med/topic3319.html. Diunduh pada 10 Maret 2017.

Herdman, T. Heither. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 -


2017. Jakarta: EGC.

Joedosaputro. 2003. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEIVER.

Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi Evaluasi.


(Online). https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-
evaluasi-keperawatan. Diunduh pada 10 Maret 2017.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Denpasar, ..2016

Nama Pembimbing/CI: Nama Mahasiswa

.. Nyoman Devi Pradnya Paramita

NIP. NIM. P07120215046

Nama Pembimbing/CT

..
NIP.

Anda mungkin juga menyukai