Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Sejarah Mineral Optik

Gambar 1.1 Zacharies Janssen ( 1580-1638 ) dan mikroskopnya

Zacharias Janssen tercatat sebagai penemu Mikroskop pertama. Dilahirkan


pada tahun 1580 di negara Kincir Angin, Belanda, dan meninggal dunia pada usia
58 tahun atau tepatnya pada tahun 1638. merupakan seorang ilmuwan yang
berasal dari Belanda. Penemuannya yang paling terkenal yaitu mikroskop pertama
yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil ukurannya dan sulit
dijangkau bila menggunakan mata telanjang. Penemuan mikroskop ini
memberikan pengaruh besar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tidak
sedikit penemuan-penemuan besar yang sangat bermanfaat bagi peradaban dunia
diteliti dengan menggunakan mikroskop.
MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
Beliau menyadari betul bahwa di dunia ini terdapat benda-benda dengan
ukuran yang lebih kecil dan sulit dijangkau dengan kasat mata. Pada tahun 1590,
bersama dengan ayahnya, beliau berhasil menciptakan sebuah mikroskop dengan
menggunakan lensa cembung dan cekung untuk memperbesar tampilan benda-
benda yang sangat kecil ukurannya. Mekanisme penyetelan fokus yang pertama
untuk mikroskop tersebut dibuat dan disempurnakan oleh Campini, seorang
ilmuwan yang berasal dari Italia, pada tahun 1668.
Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei
(Italia), untuk membuat alat yang sama. Bahkan Galileo mengklaim dririnya
sebagai pencipta pertamanya yang telah membuat alat ini pada tahun 1610.

Gambar 1.2. Galileo Galelei ( 1968 ), dan mikroskopnya

Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609 dan


mikroskop yang dibuatnya diberi nama yang sama dengan penemunya, yaitu
mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-2


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
disebut mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optik memiliki
kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh
limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara
teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer.
Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati ukuran di
bawah 200 nanometer.
Mikroskop adalah suatu instrumen ilmiah yang terkenal abad ke - 19 dan
telah diterapkan secara luas di dalam banyak ilmu pengetahuan. Akan tetapi,
seorang geologist sudah dapat melihat material-material yang terdapat dalam
tanah yang biasanya tidak bisa dilihat langsung di pegunungan tetapi dengan
mikroskop. Pada tahun 1829, Edinburgh New Philosophical Journal
dipublikasikan dalam artikel sebanyak dua halaman yang diberi judul "The Nicol
Prism" oleh William Nicol (1768-1851) dosen filsafat di Edinburgh.

Gambar 1.3. Nicol William ( 1768-1851 ), sejarahwan yang pertama kali mempelajari
mineral optik
Prisma ini dibuat dari dua bagian, yaitu kalsit dan balsam Kanada, sebagai
penghasil cahaya bidang polarisasi. Dua tahun yang lalu Nicol mempublikasikan
artikel kedua dengan pokok bahasan tahapan preparasi mineral dan fosil kayu
melalui pemeriksaan mikroskop. Dengan dua artikel William Nicol,
menghadirkan sebuah alat geologi yang sekarang diterapkan pada mikroskop
untuk mempelajari batuan. Sorby menulis buku yang dipublikasikan pada tahun
1850 dan 1860, tetapi sedikit diterima di negerinya, namun banyak diminati oleh
peneliti di beberapa benua, khususnya : Zirkel, Vogelsang, dan Rosenburgh di

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-3


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
Jerman dan Fouque dan Michel Levi di Prancis yang telah mengangkat ilmu
petrografi pada statusyang dapat diterima oleh para ilmuan dan menjadi cabang
ilmu yang mempelajari batuan secara mikroskopis.

Petrografi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari cara deskripsi


batuan berdasarkan tekstur, struktur, dan mineralogi secara mikrokopis. Petrografi
sangat berhubungan dengan disiplin ilmu geologi yang lain. Seperti dengan ilmu
Petrologi. Petrografi dengan Petrologi sangat berhubungan erat dimana petrologi
mempelajari batuan, baik proses, asal usul batuan, petrogenesa (mempelajari
batuan secaara luas) sedangkan petrografi merupakan cara untuk mempelajari
batuan atau cara deskripsi batuan. Petrografi juga sangat berhubungan dengan
Kristalografi dan mineralogi atau pun Mineral optik. Dimana dalam mineral optik
dipelajari mineral-mineral berdasarkan sifat optiknya. Sedangkan petrografi dalam
penamaan batuan harus dikenali mineral apakah yang menyusun batuan tersebut.

Dalam pendiskripsian batuan secara petrografi memiliki beberapa keuntungan


dibandingkan secara megaskopis. Keuntungan pengamatan secara petrografi
adalah : dalam pengamatan batuan dapat dilihat teksur khusus yang ada pada
batuan, sedangkan secara megaskopis sulit untuk melihat tekstur khusus batuan.
Secara mikroskopis dapat ditentukan mineral yang yang menyusun batuan sampai
kejenis dari pada mineralnya. Misalkan plagioklas, dari kembarannya dapat
ditentukan jenis plagioklasnya apakah anortit, bitownit, labradorit, andesin atau
oligoklas. Pengamatan secara petrografi ini dapat ditentukan variasi dari pada
batuannya.

Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari
batuan. Seseorang yang mempelajari petrografi disebut petrografer. Kandungan
mineral dan hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara rinci. Klasifikasi
batuan didasarkan pada informasi yang diperoleh selama analisis petrografi.
Deskripsi petrografi dimulai dengan catatan lapangan di singkapan dan mencakup
deskripsi makroskopik spesimen tangan. Namun, alat yang paling penting bagi
petrografer adalah mikroskop petrografi. Analisis rinci dari mineral dengan
mineralogi optik dari sayatan tipis dan mikro-tekstur dan struktur sangat penting

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-4


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
untuk memahami asal-usul batuan. Analisis mikroskrop elektron dari butir
individu serta analisis kimia batuan keseluruhan oleh resapan atom atau
fluoresensi sinar x digunakan di laboratorium petrografi modern. Butiran mineral
individu dari sampel batuan juga dapat dianalisis dengan difraksi sinar-X ketika
sarana optik tidak mencukupi. Analisis inklusi fluida mikroskopis dalam butiran
mineral dengan tahap pemanasan pada mikroskop petrografi memberikan
petunjuk mengenai kondisi suhu dan tekanan selama pembentukan mineral

Pictographs adalah grafik yang menggunakan simbol untuk mewakili set data
dan informasi numerik. Banyak orang berpikir bahwa pictographs membuat
informasi lebih mudah untuk membaca. Kerugian pictographs adalah bahwa ia
hanya dapat berkomunikasi sejumlah kecil informasi spesifik

Piktogram adalah suatu ideogram yang menyampaikan suatu makna melalui


penampakan gambar yang menyerupai atau meniru keadaan fisik objek yang
sebenarnya. Tanda atau gambar yang termasuk piktogram disebut piktograf.
Contoh suatu piktograf meliputi gambar-gambar kuno dan lukisan prasejarah yang
ditemukan dalam dinding gua. Piktograf juga digunakan dalam menulis dan
sistem grafis.

Manusia pertama yang mengenal tulisan tidak menggunakan huruf, kata-kata,


dan tanda baca dalam tulisan mereka. Ribuan tahun yang lalu, mereka "menulis"
dengan membuat gambar yang saat ini disebut piktograf. Para pakar mengatakan
piktograf tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.
Kata "piktograf" diturunkan dari kata dalam bahasa Inggris "pictograph". Akar
kata "pictograph" adalah "pict" dan "graph". "Pict" merupakan kata dalam bahasa
Latin untuk picture (gambar). Sementara "graph" merupakan kata dalam bahasa
Yunani yang artinya tulisan. Piktograf merupakan simbol. Kadang-kadang
piktograf mewakili keseluruhan kata, tetapi kadang-kadang hanya mewakili suku-
suku kata, atau bagian-bagian kata. Ribuan tahun lalu, bangsa Sumeria kuno
menemukan salah satu bentuk piktograf. Dalam bahasa Sumeria kuno, ti berarti
"panah". Ti (atau til) juga berarti "kehidupan". Karena itu, orang Sumeria
menggunakan simbol panah untuk kedua kata tersebut.

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-5


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
Piktogram pertama kali digunakan secara resmi pada Olimpiade di Inggris
pada tahun 1948, dan mulai rutin digunakan sejak Olimpiade di Jepang pada
tahun 1964. Karena Olimpiade dihadiri oleh berbagai peserta dari berbagai suku
bangsa dan bahasa, maka penggunaan piktogram dipandang bisa memudahkan
komunikasi.Piktogram lalu digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi,
menggambarkan cabang-cabang olahraga yang dilombakan. Piktogram ini
digunakan pada tiket, sign system, dan lainnya, demikian sehingga peserta dengan
mudah dapat mencari tempat kegiatan berlangsung.

Sejarah Piktogram sebenarnya diawali oleh lukisan-lukisan pra sejarah.


Kebudayaan Mesir, China, dan Sumeria sudah menggunakannya sejak hampir
5000 tahun silam. Tulisan China yang sampai sekarang bertahan, pada dasarnya
juga penerapan piktogram. Piktogram mudah dipahami, karena bentuknya
berupaya menyederhanakan, dan tidak sekedar menyimbolkan. Kalau pada rambu
lalu lintas, tanda P berarti parkir, ini bukan bahasa visual karena tidak
menggambarkan kegiatan yang ingin disampaikan seperti pada piktogram.
Bandingkan dengan gambar rambu orang yang sedang membawa sekop, dan di
depannya terdapat siluet kumpulan pasir/tanah. Ini baru piktogram. Sebagian ahli
menyebutkan, tulisan bermula dari piktogram dan ideogram. Piktogram (tulisan-
gambar) adalah gambar yang menunjukkan arti khusus secara taat asas. Piktogram
juga dapat dikatakan sebagai aksara berupa gambar yang mengungkapkan pesan
tertentu.

Salah satu contoh piktogram adalah tulisan hieroglif Mesir. Tulisan hieroglif
Mesir didasarkan pada perwujudan gambar. Untuk mengacu ke pria, wanita,
matahari, dan sejenisnya, bangsa Mesir hanya membuat gambar objek-objek itu.
Adapun ideogram adalah tanda grafis yang dipakai untuk menggambarkan bagian
ujaran. Pada ideogram, gambar atau lambang digunakan untuk merepresentasikan
ujaran yang abstrak yang sebenarnya tak dapat digambarkan, misalnya panas,
dingin. Perbedaan piktogram dan ideogram terletak pada hubungan antara
lambang dan objek yang diwakili. Piktogram lebih konkret, sedangkan ideogram
lebih abstrak. Ciri utama piktogram dan ideogram adalah keduanya tidak
mewakili kata-kata atau bunyi-bunyi dalam bahasa tertentu (tidak universal).

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-6


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
Diantara gambar-gambar pada batu-batu peninggalan terdapat gambar-
gambar yang dapat ditafsirkan hanya dengan istilah saja, misalnya gambar seekor
anak beruang dapat dikatakan sebagai anak beruang, bayi beruang, atau beruang
kecil bila tidak ada gambar lain di sekelilingnya. Belum dapat dipastikan apakah
tanda itu harus ditafsirkan ide demi ide, secara bebas, ataukah menurut kata per
kata. Ini karena sebuah lambang dapat mewakili berbagai konsep. Oleh karena itu,
tidak ada bukti untuk menyimpulkan apakah yang dimaksudkan oleh pembuat
lambang itu sebuah kata ataukah sebuah makna.

Diduga, sejumlah lambang yang kemudian menjadi sistem tulisan berasal dari
piktogram atau ideogram. Misalnya, aksara hieroglif Mesir. Pada dasarnya sistem
tulisan berbeda dalam dua hal: sistem tulisan berbeda dalam pilihan lambang-
lambangnya. Alfabet bahasa Inggris, Yunani, dan Rusia mempunyai lambang-
lambang yang berbeda meskipun ada yang bertindih dalam sistem tulisan yang
menyangkut jenis satuan yang dinyatakan lambang-lambang itu.

1.2. Pengertian Mineral Optik

Mineral optik adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari mineral


dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop, yaitu mikroskop polarisasi
cahaya bias. Mineral optik merupakan cabang dari ilmu mineralogi yang
mempelajari sifat-sifat secara mikroskopis. Perkembangan selanjutnya akan
berhubungan dengan kristal yang disebut optik kristal sebagai mana mempelajari
mineral atau lebih dikenal dengan sistem kristal dari suatu mineral tertentu,
sehingga pada awalnya mineral optik ini dikenal dengan optik kristal.
Mineral optik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang mineral secara
optik dengan menggunakan mikroskop polarisasi cahaya bias. Mineral yang
diamati dengan mikroskop adalah mineral yang tembus cahaya yaitu mineral yang
bersifat isotrop dan anisotrop. Mineral yang bersifat isotrop adalah mineral yang
mempunyai sistem kristal isometrik, atau dapat pula terjadi pada mineral yang
memiliki sistem kristal tetragonal dan heksagonal yang disayat tegak lurus
terhadap sumbu C. Sedangkan mineral yang bersifat anisotrop adalah semua

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-7


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
mineral yang mempunyai sistem kristal selain isometrik, ataupun dapat pula
mineral yang mempunyai sistem kristal isometrik dan gelas vulkanik yang telah
mengalami stress atau tekanan.Di dalam praktikum akan diutamakan pengamatan
pada mineral-mineral anisotrop.

1.3. Maksud Dan Tujuan


1.3.1. Maksud

Adapun maksud dari praktikum Mineral optik ini adalah untuk menentukan
dan mengetahui sifat-sifat optis dari sayatan tipis mineral agar memudahkan
pembelajaran kepraktikum setelahnya yaitu petrografi.

1.3.2. Tujuan
Sedangkan tujuan mempelajari mineral optik adalah :
a. Untuk mengetahui dan menginterpretasikan sifat-sifat optis dan perjalanan
tiap-tiap sinar kepada masing-masing sumbu kristal dari mineral.
Sehingga, dapat dikenali mineral tersebut sampai dengan penamaannya
secara mikroskopis.
b. Untuk mengetahui cara menganalisa mineral dengan menggunakan
mikroskop polarisasi bias. Baik Olympus, dan Zeiss.
c. Untuk menghindari kesalahan pada pengamatan secara megaskopis.

1.4. Pengenalan Mikroskop


Mikroskop yang digunakan dalam pengamatan atau pengenalan mineral
secara optis adalah mikroskop polarisasi cahaya bias. Ada beberapa model
mikroskop polarisasi contohnya adalah mikroskop jenis Olympus dan Zeiss.
Pengenalan akan bagian-bagian dari mikroskop sangatlah diperlukan sebelum
melakukan pengamatan sifat-sifat optis mineral.

1.4.1. Bagian-bagian Mikroskop


Adapun bagian-bagian dari mikroskop beserta sungsinya secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1. Kaki Mikroskop (Microscope Base)

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-8


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
a. Tempat bertumpunya seluruh bagian-bagian mikroskop
2. Lengan Mikroskop (Microscope Arm)
a. Untuk melengkung atau miring (dapat diatur posisinya)
b. Untuk memegang tubus mikroskop dengan perlengkapannya
c. Pada mikroskop olimpus dibagian atas lengan terdapat skrup pengatur
fokus kasar (B2) dan skrup pengatur fokus halus (B3) yang berguna
untuk menaik turunkan tubus atau mengatur jarak antara lensa objektif
ke sampel sayatan.
d. Pada mikroskop Zeiss, skrup pengatur fokus berada dibagian bawah
(H3, kasar dan H4 halus), berguna untuk menaik turunkan meja objek.
3. Cermin (Mirror)
a. Untuk menangkap dan meneruskan sinar yang datang dari luar
kemudian dipantulkan menuju kedalam sistem optik mikroskop.
b. Pada mikroskop olimpus salah satu sisi cermin datar dan sisi lain
cekung. Cermin datar untuk memantulkan sinar sesuai dengan sinar
yang diterima tidak menghasilkan konsentris atau dispersi sinar
datang. Sedangkan cermin cekung untuk menangkap sinar lebih
banyak dan memantulkan sebagai suatu kerucut iluminasi yang tidak
simetris.
c. Pada miksoskop Zeiss cermin berada dibagian dalam kaki mikroskop
(tidak kelihatan).
4. Substage Unit, dapat dinaik turunkan dengan skrup (D3) dan terdiri dari :
Polarisator (E)
Berada dibagian bawah dari subtage unit
Terdiri dari suatu lembar polaroid atau prisma nikol
Untuk menyerap cahaya secara memilih dan kuat, meneruskan
sinar atau cahaya yang hanya bergetar pada satu arah bidang datar
Pada mikroskop Zeiss terdapat lengan untuk memutar polarisator
(E1)
Diafragma Iris (F)
Berada dibagian atas polarisator
Untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang diteruskan

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-9


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
Untuk menentukan atau mengatur intensitas cahaya yang diterima
oleh mata sipengamat.
Dapat diatur dengan menambahkan dan mengurangi intensitas
cahaya
Untuk menentukan sifat optis relief, dimana intensitas cahaya
dikurangi
Lensa Kondensor (G)
Berada dibagian atas dari diafragma iris, berupa lensa cembung
Untuk memusatkan atau memberikan cahaya yang memusat yang
datang dari cermin
Untuk pengamatan konoskopis
Pada mikroskop olimpus tidak kelihatan (tertutup meja)
Pada mikroskop Zeiss dapat dikeluar masukkan
Terdapat skrup pengatur untuk memasang atau mengeluarkan
kondensor (G1) dan skrup pemusat kondensor (G2)
Saat pengamatan ortoskopis, bila menggunakan lensa objektif
dengan perbesaran maksimal maka kondensor harus pada
ketinggian paling atas.
5. Meja Objektif (H)
a. Berbentuk seperti piring dan tengahnya berlubang untuk jalannya
cahaya
b. Dapat diputar dan pada bagian tepi meja terdapat pembagian skala
lateral dengan pembagian 0 - 360
c. Pada bagian tepi terdapat nonius untuk pembacaan harga skala (H1)
dan skrup pengunci meja objektif
d. Bagian dalam meja terdapat lubang untuk penjepit peraga
e. Pada mikroskop Zeiss dapat dinaik turunkan dengan skrup pengatur
fokus kasar
6. Tubus Mikroskop atau Microscope Tube (I)
a. Terletak diatas meja objektif sebagai teropong

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-10


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
b. Pada mikroskop olimpus dapat dinaik turunkan dengan skrup pengatur
fokus kasar atau halus (B2 atau B3)
c. Terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
Lensa Objektif (K)
- Berada dibagian bawah dari tubus
- Memiliki beberapa kali perbesaran, 4x, 5x, 10x, 40x dan 100x
- Pada mikroskop olimpus lensa dipasang satu persatu
- Ditepi dari bagian atas lensa terdapat skrup pengatur sentris atau
skrup pemusat objek
- Pada mikroskop Zeiss terdapat kepala putaran (revolving head)
yang terdiri dari empat lensa objektif dengan berbagai
perbesaran. Terdapat dua gelang dimasing-masing lensa objektif
guna memusatkan objektif (K2) untuk membuat kondisi
mikroskop sentris
Lubang Kompensator (L)
- Merupakan suatu lubang pada tubus dengan bentuk gepeng
untuk tempat memasukkan kompensator
- Kompensator berbentuk keping digunakan saat pengamatan
ortoskopis cross nicol dan pengamatan konoskopis. Guna
kompensator untuk membedakan arah bidang getaran sinar
lambat () dan arah getaran sinar cepat () yang akan tercermin
dari warna interferensi, terdiri dari tiga jenis, yaitu kompensator
biji kwarsa, keping gips dan keping mika. Yang biasa digunakan
keping gips dan mika.
Biji kwarsa terdiri dari sayatan tipis kwarsa, berguna untuk penambahan
atau pengurangan warna interferensi pada kristal dan pengaruh sayatan
terhadap retradasi ()
Keping gips terbuat dari sayatan gipsum denga harga = 550 m
digunakan pada mineral yang memiliki warna interferensi (WI) rendah.
Keping Mika terbuat dari sayatan muskovit dengan harga = 150 m,
dipakai untuk mineral yang memiliki warna interferensi tinggi atau ekstrim
Analisator

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-11


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
- Terbuat dari lembaran polaroid atau prisma nikol (seperti
polarisator)
- Kedudukan dapat diatur atau diputar
- Pada mikroskop olimpus dapat dikeluar masukkan, digunakan pada
saat pengamatan ortoskopis cross nicol dan konoskopis
- Kedudukan bidang getarnya harus tegak lurus terhadap bidang getar
polarisator
Lensa Betrand Amici (N)
- Berada dibagian atas, dipasang (di in kan) dengan memutar skrup
diisi samping tubus mikroskop
- Untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang
titik api balik dari lensa objektif dan memfokuskannya pada bidang
lensa okuler
- Digunakan saat pengamatan konoskopis dengan kondensor untuk
penentuan tanda optik
Lensa Okuler (O)
- Berada dibagian paling atas tubus
- Untuk mengurangi kesalahan abrasi oleh lensa objektif
- Memiliki beberapa pembesaran, yaitu 5x, 7x, 10x
- Dibagian dalam lensa okuler pada bidang fokusnya terdapat benang
silang (cross hair) atau hanya bidang horizontal yang memiliki harga
dalam satuan milimeter.

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-12


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM

Gambar 1.4. Mikroskop model Bausct and lomb ( Phillips, 1971)

Gambar 1.5. Mikroskop model Zeiss dan bagian-bagiannya A : kaki; B : lengan; C : sumber
cahaya; D: Substage units; D1 : skrup pengatur ketinggian substage units; E :
polarisator; E1: lengan untuk memutar polarisator; F: diafragma iris; G:lensa
kondensor; G: lensa kondensor; G1 : skrup pengatur untuk mengatur atau
memasang atau mengeluarkan kondensor; G2 : skrup pemusat kondensor; H : meja
objektif; H1 : nonius: H2 : skrup pengunci meja objektif; H3 : skrup pengatur fokus
halus; H4 : skrup pengatur fokus kasar; I : tubus mikroskop; J 1 : kepala putaran; K :

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-13


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
lensa objektif; K2: dua gelang untuk memusatkan objektif; L : tubus mikroskop;
M : analisator; N : lensa betrand amici dan O : lensa okuler ( Phillips, 1971)

Gambar 1.6. Mikroskop Olympus

1.4.2. Syarat Mikroskop Siap Pakai

Untuk melakukan pengamatan mineral dengan mikroskop, selain harus


mengenal bagian-bagiannya juga harus memperhatikan apakah kondisi
mikroskop telah siap dipakai. Hal ini sangat penting untuk menghindari
kesalahan didalam mendiskripsi sifat optis dari mineral. Adapun tiga syarat atau
kondisi mikroskop yang harus dilakukan agar mikroskop siap pakai adalah:
memusatkan peraga terhadap medan pandang (sentris), membuat arah getar

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-14


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, membuat polarisator tegak
lurus dengan analisator.
1. Memusatkan peraga terhadap medan pandang
a) Kondisi peraga atau mineral yang memusat (sentris) terhadap medan
pandang, bila saat meja objek diputar, jarak mineral terhadap pusat
salib sumbu atau pusat medan pandang tetap atau mineral
mengelilingi pusat salib sumbu atau pusat medan pandang.
b) Kondisi tidak sentris, bila meja diputar mineral tidak mengitari pusat
salib sumbu, tetapi membentuk titik pusat lain (O). Untuk membuat
sentris cukup dilakukan penggeseran titik pusat (O) kearah pusat salib
sumbu atau pusat benang silang dengan memutar skrup untuuk
memusatkan objektif (K2).

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-15


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM

Gambar 1.3. (A) Mikroskop tidak sentris, mineral (butiran outih dan hitam) saat meja
diputar tidak mengitari pusat salib sumbu).
(B) Mikroskop belum sentris, mineral (butiran putih dan hitam) saat meja diputar
mengitari pusat salib sumbu, tapi dengan jari-jari yang tidak sama dari pusat
salib sumbu.
(C) Mikroskop keadaan sentris,mineral (butiran putih dan hitam) saat meja diputar
mengitari pusat salib sumbu dengan jarak atau jari-jari yang sama.

2. Membuat arah getar polarisator sejajar dengan salah satu benang silang
Bidang getar polarisator dapat dibuat sejajar dengan benang silang yang
berarah Utara Selatan atau arah Timur Barat, dan yang sedang dipakai
dilaboratorium ITM adalah yang berarah Timur Barat (E W) dengan
langkah sebagai berikut :
a) Posisikan lensa okuler tepat pada kedudukannya, yaitu memposisikan
kedua benang silang pada arah Utara Selatan (N S) dan Timur
Barat (E W).
b)Gunakan sayatan dari mineral biotit yang disayat sejajar dengan sumbu
c (nampak belahan satu arah yang sejajar dengan sumbu/bidang
panjang mineral biotit)
c) Melakukan pengamatan ortoskopis paralel nikol, putar meja objek
sampai kenampakkan biotit gelap maksimum. Pada saat demikian arah
getaran polarisator sejajar dengan belahan biotit.
d)Untuk membuat bidang getar polarisator sejajar dengan salah satu
bidang datar atau benang silang adalah dengan cara memutar
polarisator sampai salah satu benang silang sejajar dengan bidang
belah biotit atau sejajar dengan biotit yang sedang padam maksimum.
Atau dengan kata lain biotit harus padam maksimum saat belahan
sejajar dengan bidang horizontal atau sejajar dengan benang silang
arah E W.

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-16


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM
e) Untuk mikroskop Olimpus, polarisator yang diputar adalah bagian
pinggir dari polarisator (E). Sedangkan untuk mikroskop Zeiss,
polarisator diputar pada bagian lengan pemutar (E1)

Gambar 1.4. (A) Kenampakan biotit terang maksimum saat belahan sejajar arah N S (U - S).
(B) Kenampakan biotit gelap maksimum saat belahan sejajar dengan arah getar
polarisator, yaitu pada arah E W (T B).

3. Membuat polarisator tegak lurus dengan analisator


Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Membuat posisi mikroskop ortoskopis cross nicol (gunakan analisator)
dengan tanpa praga.
b)Amati kenampakan dibawah lensa objektif, bila :
Bila memberikan kenampakan gelap maksimum berarti posisi
polarisator sudah tegak lurus dengan analisator
Memberikan kenampakan agak terang berarti antara polarisator
dengan analisator masih membentuk sudut < 90 atau belum saling
tegak lurus. Cara membuat analisator dan polarisator menjadi
saling tegak lurus dengan cara memutar analisator (dibagian tepi)
sambil mengamati medan pandang sampai memberikan
kenampakan gelap maksimum.

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-17


MUHAMMAD ARI SUHERMAN
14307009
ITM

LAPORAN MINERAL OPTIK BAB I-18

Anda mungkin juga menyukai