Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi adalah proses perubahan struktur tubuh makhluk hidup yang


berlangsung sangat lambat dan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi juga
merupakan perkembangan makhluk hidup yang berlangsung secara perlahan-lahan
dalam jangka waktu yang lama dari bentuk sederhana ke arah bentuk yang komplek.
Evolusi juga dapat diartikan proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit
dan memakan waktu yang lama.
Teori evolusi dimaksudkan sebagai penjelasan tentang bagaimana evolusi itu
terjadi (mekanisme evolusi). Bisa terjadi ada beberapa penjelasan yang diberikan
mengenai suatu fenomena. Mengenai evolusi, pada abad ke-19 Lamarck memberikan
penjelasan bagaimana evolusi itu terjadi, yang dikenal sebagai teori evolusi Lamarck
atau teori Lamarck. Penjelasan yang diberikan oleh Lamarck itu kemudian dianggap
tidak benar karena ada penjelasan lain yang dipandang lebih memuaskan, terutama
yang diberikan oleh Darwin dan dikenal sebagai teori evolusi Darwin atau teori
Darwin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah seleksi alam, mutasi dan
peran isolasi dalam pembentukan spesies baru. Ada perjuangan untuk hidup yaitu
antara individu-individu dalam suatu spesies untuk mendapatkan makanan, air,
cahaya atau faktor-faktor lain yang penting dalam lingkungan itu. Melalui peristiwa
isolasi dapat ditetapkan adanya perbedaan genetik. Organisme yang hidup di sekitar
kita telah mengalami tahap-tahap isolasi menuju pembentukan spesies baru. Bukti
teori evolusi adalah; adaptasi dan seleksi alam. Seleksi alam berlangsung secara
mikro evolusi, dengan hasil akhirnya adalah adaptasi. Dua unsur yang terdapat pada
teori Evolusi Darwin, yaitu; adaptasi dan pembentukan spesies baru. Terjadi adaptasi
melalui proses mikro evolusi, yakni perubahan pada individu dalam populasi secara
bertahap untuk membentuk spesies baru.

1
Pada makalah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang pembentukan
spesies baru (spesiasi).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan spesiasi?
1.2.2 Bagaimanakah mekanisme pembentukan spesies baru (spesiasi)?
1.2.3 Bagaimanakah mekanisme isolasi spesies?
1.3 Latar Belakang
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pembentukan spesies baru (spesiasi).
1.3.2 Untuk mengetahui mekanisme pembentukan spesies baru (spesiasi).
1.3.3 Untuk mengetahui mekanisme isolasi spesies.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spesiasi

2
Spesiasi merupakan unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies
adalah adalah kata dalam bahasa latin yang berarti jenis atau
penampakan.Waluyo (2005) menyatakan bahwa spesies adalah suatu kelompok
organisme yang hidup bersama di alam bebas, dapat mengandalkan perkawinan
secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan
induknya. Namun di sisi lain pertanyaan tentang apa itu spesies telah menimbulkan
perdebatan berkepanjangan sementara konsep-konsep spesies baru terus
bermunculan. Saat ini ada sekurang-kurangnya 22 konsep untuk mendefenisikan
spesies yang semuanya tampak berbeda-beda. Itu artinya bahwa para ahli memiliki
pandangan yang berbeda-beda dalam memahami tentang spesies. Munculnya
keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan yang mendasar.
Alasan pertama adanya perbedaan pendapat tentang spesiasi yang merupakan proses
munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para
ahli evolusi, tetapi juga memikat perhatian dari berbagai disiplin ilmu biologi lainnya
seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan
biologi tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies adalah hasil proses evolusi
yang terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses
spesiasi yang dibuat ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya.
Diantara sekian banyak konsep tentang spesies, Sterns and Hoekstra (2003)
menyatakan bahwa Ernst Mayr pada tahun 1963 mendefinisikan konsep spesies
biologis yang dapat diterima secara luas. Spesies menurut biological species
conncept (BSC) adalah suatu populasi atau kelompok populasi alami yang secara
aktual memiliki potensi dapat saling kawin (interbreeding) dan menghasilkan
keturunan yang fertil, namun tidak dapat menghasilkan keturunan yang fertil jika
kawin dengan spesies lain. Dengan kata lain suatu spesies biologi adalah unit
populasi terbesar dimana pertukaran genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara
genetik dari populasi kelompok lainnya. Konsep ini didasarkan pada dua pandangan
biologis yaitu reproduksi seksual meningkatkan keseragaman dalam gen pool melalui
rekombinasi genetik dan jika dua kelompok populasi itu tidak dapat melakukan kawin

3
silang maka di sana terjadi aliran gen. Ketidakmampuan penggabungan perkawinan
akan memunculkan spesies yang berasal dari penggabungan bersama pada beberapa
waktu berikut setelah kondisi telah mengalami perubahan. Jadi berdasarkan konsep
ini, maka kriteria yang menentukan keberhasilan reproduksi seksual adalah
kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang fertil. Konsep spesies ini tidak
berlaku untuk organisme aseksual dan hibridisasi antar spesies.
Spesies dalam pandangan modern adalah suatu golongan populasi yang alami
(deme) yang tersendiri secara genetis dan memiliki bersama suatu gene pool. Suatu
spesies adalah unit atau kesatuan terbesar dalam populasi, di dalamnya terjadi
pertukaran gen. Kebanyakan spesies dipisahkan dengan perbedaan-perbedaan yang
nyata secara anatomi, fisologi dan tingkah laku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa spesiasi merupakan proses
pembentukan spesies baru yang disebabkan oleh berbagai faktor dimana spesies baru
yang dibentuk lambat laun sifat atau prilakunya akan berbeda.
2.2 Mekanisme Spesiasi
a. Spesiasi Alopatrik
Spesiasi alopatrik adalah spesiasi populasi yang terbagi dua. Salah satunya
populasi alopatrik geografis terisolasi, misalnya fragmentasi habitat akibat perubahan
geografis seperti dengan adanya gunung atau perubahan sosial seperti emigrasi.
Populasi yang terisolasi kemudian mengalami perbedaan genotipik dan fenotipik
mereka mengalami tekanan selektif yang berbeda atau secara independen mereka
menjalani pergeseran genetik. Ketika populasi kembali ke dalam kontak, mereka
telah berkembamg dan tidak lagi mampu bertukar gen. Pulau genetika,
kecenderungan kecil, kolam genetik terisolasi untuk menghasilkan sifat-sifat yang
tidak biasa, telah diamati dalam beberapa keadaan, termasuk kepulauan dan
perubahan radikal di kalangan tertentu di pulau yang terkenal, seperti Komodo dan
Galapagos, yang terakhir setelah melahirkan ekspresi modern teori evolusi, setelah
diamati oleh Charles Darwin.

4
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi.
Spesies yang beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat
menghalangi pertukaran gen antara spesies simpatrik. Populasi yang terpisah secara
geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan perilaku (ketika diuji
secara eksperimen) dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang
terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena
bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan kemudian masuk ke dalam simpatrik
tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi
yang terjadi gradual. Contoh: Burung Acaulhiza pusilla tersebar luas di benua
Australia dan mempunyai suatu populasi yang sedikit berbeda yaitu A. Ewingi.
Penjelasan yang masuk akal adalah selama peristiwa pleistocene glaciation, ketika
permukaan laut lebih rendah, Acanthiza menyerbu Tasmania dan membedakan ke
dalam A. ewingi yang terisolasi oleh suatu periode glacial, mungkin telah ada A.
pusilla pada pulau itu.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan
keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan
sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah homogen di atas rentang
kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku. Suatu contoh
allopatric speciation lainnya yaitu suatu kelompok ular (garter snake) (Thamnophis)
di bagian barat Amerika Utara. Hubungan kompleks antar ras ular Thamnophis. Di
dalam kelmpok akuatik, hammondii, gigas, couchi, hydrophila, aquaticus, dan
atratus membentuk suatu sekuens/urutan sbspesies allopatric yang melakukan
interbreed dimana jika mereka bertemu (daerah abu-abu); tetapi atratus hidup pada
waktu sama dengan hammondii tanpa interbreeding. Lebih dari itu, hydrophila
melakukan interbreed dengan biscutatus jika mereka bertem, tetapi biscutatus juga
melakukan interbreeds dengan anggota kelompok terestrial, yang dengan cara lain
memperluas sympatric dengan kelompok akuatik dan tidak melakukan interbreed.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di
Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Spesiasi burung finch

5
termasuk dalam isolasi geografik, spesialisasi ekologi, serta penyebaran kedua dan
penguatan. Fenomena penguatan merupakan satu di antara sedikit mekanisme
spesiasi di mana seleksi alam mengambil peran (Stearns and Hoekstra, 2003).
Menurut Darwin bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang
sama.

Gambar 1. Contoh spesiasi Aloptarik


b. Spesiasi Peripatrik
Spesiasi yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme terisolasi dalam
sebuah lingkungan yang kecil dari populasi tertua. Spesiasi peripatrik dapat
mengurangi variasi genetik karena tidak kawin secara acak yang akhirnya dapat
mengakibatkan hilangnya variasi genetik, populasi baru dapat berubah, baik secara
genotipe maupun fenotipe dari populasi asalnya. Populasi baru berpisah dari populasi
induk akan tetapi masih berada di area mengarah ke terbentuknya evolusi.

c. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik


Dalam spesiasi parapatik, spesies baru terbentuk secara terisolasi dapat
membentuk populasi kecil yang dicegah dari gen bertukar dengan penduduk asli. Hal
ini terkait dengan konsep efek pendiri, karena populasi kecil sering mengalami
kemacetan. Genetik drift sering diusulkan untuk memainkan peran penting dalam
spesiasi peripatric contoh yang teramati adalah isolasi reproduksi terjadi pada
populasi subjek Drosophila terhadap penduduk, varian dari nyamuk Culex pipiens
yang masuk di London.

6
Spesiasi parapatric adalah dua zona populasi divergen yang terpisah tetapi
saling tumpang tindih. Hanya ada pemisahan parsial yang terjadi oleh geografi,
sehingga individu-individu dari setiap spesies bisa masuk dalam kontak atau saling
terhalang dari waktu ke waktu, tetapi keutuhan dapat mengurangi heterozigot yang
mengarah ke seleksi alam untuk perilaku atau mekanisme yang mencegah
perkembangbiakan antara kedua spesies. Ekologi mengacu pada spesiasi parapatric
dan peripatric dalam hal relung ekologi. Semua berguna untuk spesies baru yang akan
sukses. Contoh yang teramati spesies burung camar disekitar Kutub Utara.
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang berdekatan atau parapatrik,
frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya seleksi pada suatu lokus yang
berkontribusi terhadap isolasi reproduktif, populasi dapat membedakan kepada
spesies yang terisolasi secara reproduktif. Endler (1977) dalam Widodo (2003)
berargumen bahwa zona bastar yang biasanya menandai untuk dapat terjadinya
kontak sekunder sebenarnya sudah muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi
parapatrik dan spesies yang muncul juga parapatrik).
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk
gene flow. Populasi berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih
mudah kawin dengan tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam
cakupan populasi yang berbeda. Individu lebih mungkin untuk kawin dengan
tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan. Di dalam gaya ini,
penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan
bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis
Anthoxanthum odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi
stasipatrik dari White (1968, 1978 dalam Widodo, 2003:55). White mengamati
belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam
konfigurasi kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosom
mekanisme isolasi parsial-muncul dalam suatu populasi dan memperluas
cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona bastar. Tetapi suatu

7
mutasi chromosom yang menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk
mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak dapat meningkatkan frekuensi
kecuali oleh genetic drift di dalam populasi yang sangat terbatas atau kecil, tetapi
akhirya model spasipatrik tidak dapat diterima secara luas.
d. Spesiasi Simpatrik
Spesiasi sympatrik adalah spesies yang menyimpang sementara dalam
mendiami suatu tempat yang sama. Sering dikutip contoh dari spesiasi sympatric
yaitu ditemukan pada hewan serangga yang menjadi ketergantungan pada tanaman
inang host yang berbeda di daerah sama. Namun, keberadaan spesiasi sympatric
sebagai mekanisme spesiasi yang masih diperebutkan. Orang-orang berpendapat
bahwa bukti-bukti spesiasi sympatric dalam kenyataan adalah spesiasi mikro-
allopatric atau heteropatric. Contoh yang diterima secara luas sebagian besar spesiasi
sympatric adalah bahwa dari Cichlids danau Nabugabo di Afrika Timur, yang
diperkirakan karena seleksi seksual.
Spesiasi melalui poliploidi, spesiasi poliploidi adalah mekanisme yang sering
dikaitkan dengan peristiwa spesiasi yang dapat menyebabkan beberapa di sympatry.
Tidak semua poliploidi secara reproduktif terisolasi dari tanaman induknya, sehingga
peningkatan jumlah kromosom tidak dapat mengakibatkan penghentian lengkap
terhadap aliran gen antara poliploidi baru dengan diploid orang tua mereka (lihat
juga spesiasi hibrida). Poliploidi diamati di banyak spesies kedua tumbuhan dan
hewan. Bahkan, telah diusulkan bahwa semua tanaman yang ada dan sebagian besar
pada hewan, poliploid tersebut telah mengalami suatu kejadian polyploidization
dalam sejarah evolusi mereka. Namun, seringkali oleh reproduksi partenogenesis
sejak hewan poliploid sering steril, contohnya mamalia poliploid diketahui, dan
paling sering mengakibatkan kematian perinatal.
Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model spesiasi
spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tanaman. Jika bastar antara dua
spesies diploid membentuk tetraploid akan dapat memperbesar isolasi reproduktif

8
dari tetua yang diploid. Keturunan triploid akibat backcross mempunyai proporsi
aneuploidi yang tinggi, karena gamet membawa cacat bawaan. Pembatasan
interbreeding diantara bentuk diploid dan tetraploid dapat muncul, tetapi tidak pada
poliploidi. Mutasi tunggal atau perubahan kromosom menimbulkan isolasi
reproduktif lengkap di dalam satu tahap tidak akan sukses bereproduksi, kecuali jika
ada perkawinan inbreeding (perkawinan dalam keluarga yang membawa mutasi
baru). Pada hewan secara umum perkawinan inbreeding tidak biasa terjadi, tetapi
pada golongan Chaicidoidea (Hymenoptera) itu biasa terjadi. Keanekaragaman
spesies yang tinggi di dalam kelompok dimudahkan oleh perkawinan inbreeding).
Isolasi reproduktif antar spesies yang berkerabat dekat pada umumnya dapat
dihubungkan dengan adanya perbedaan bukan pada lokus gen tunggal, tetapi pada
banyak lokus. Kebanyakan spesiasi berlangsung secara gradual , karena tidak
sempurnanya gen awal terhadap arus gen (gene flow) menjadi semakin efektif
(Askew, 1968 dalam Widodo, 2003).
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive
selection), seperti ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan
sumber yang berbeda dan hal itu merupakan suatu multiple-niche polymorphism.
Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan AA teradaptasi dengan
spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA tidak teradaptasi dengan baik.
Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating
secara assortative dengan genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan
heterozigot yang tidak fit. Assortative mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus
B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk
memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan
kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam
pemilihan inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak
dari serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh
perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
Contoh simpatrik yaitu spesies baru rumput rawa payau yang berasal dari sepanjang

9
pantai Inggris selatan pada tahun 1870-an. Rumput ini adalah suatu allopoliploid
yang diturunkan dari spesies Eropa (Spartina maritima) dan spesies Amerika
(Spartina alternaflora). Benih dari spesies Amerika terselip di pemberat kapal dan
tidak sengaja terbawa masuk ke Inggris pada awal abad ke-19. Tumbuhan pendatang
itu berhibridisasi dengan spesies lokal, dan akhirnya menghasilkan spesies keiga
(Spartina anglica), yang secara morfologi berbeda dan terisolasi secara reproduktif
dari kedua spesies tetuanya, berkembang sebagai suatu allopoliploid. Jumlah
kromosom konsisten dengan mekanisme spesiasi ini. Untuk S. Maritima, 2n=60,
S.alternaflora, 2n=62, dan untuk spesies baru itu, S.anglica, 2n=122. Sejak awal
S.anglica telah tersebar dipantai Inggris dan menyumbat muara sebagai gulma.
Spesiasi simpatrik dapat terjadi dalam evolusi hewan. Masing-masing spesies pohon
ara diserbuki oleh suatu spesies tawon tertentu, yang kawin dan meletakkan telurnya
di pohon ara. Suatu perubahan genetik yang menyebabkan tawon untuk memilih
spesies pohon ara yang berbeda akan memisahkan individu yang kawin dari fenotipe
yang baru ini dari populasi tetuanya, dan hal ini akan mengkibatkan perubahan
evolusioner lebih lanjut. Suatu polimorfismeseimang bersama dengan perkawinan
asortatif dapat menghasilkan spesies simpatrik (Campbell et all, 2000).

Gambar 2. Mekanisme Spesiasi

10
2.3 Mekanisme Isolasi Spesies
2.3.1 Pengertian
Mekanisme Isolasi menurut Futuyama (1981) dalam bukunya Evolutionary
Biologi adalah karakteristik biologi yang menyebabkan spesies simpatrik (yang
menempati daerah geografi yang sama atau saling menutup dengan daerah persebaran
geografi) tetap bertahan (eksis), misalnya mempertahankan gene pool yang terbatas.
Istilah ini mungkin kurang menguntungkan karena pola ini meliputi pencegahan
interbreeding (pembiakan dengan spesies yang berbeda) yang mana sering kali
menjadi kasus yang sering muncul
2.3.2 Klasifikasi Mekanisme Isolasi
a. Isolasi Geografi
Menurut pendapat Campbel dalam buku evolusi molekuler (Riyanto,2012:116)
mengemukakan bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi
menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara
perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah, suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk hambatan bagi penyebaran
spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan
evolusinya berlangsung sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua
populasi tersebut akan mati berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan
cara masing-masing. Hampir semua para ahli biologi berpendapat bahwa sebagian
besar faktor yang mencegah persilangan adalah pemisahan secara geografis. Kalau
sistem populasi yang semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang
menyebabkan hambatan bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah
ini tidak mungkin memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka
selanjutnya akan terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem populasi
yang terpisah itu semakin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan
caranya masing-masing.
b. Isolasi Reproduksi

11
Isolasi reproduksi adalah dua populasi/spesies yang terdapat pada daerah yang
sama tidak mampu melakukan perkawinan. Isolasi reproduksi dapat di bedakan
menjadi isolasi prazigot dan poszigot.
1. Isolasi Prazigot
Isolasi prazigot adalah isolasi yang menyebabkan dua spesies tidak dapat
kawin yang meliputi:
a. Isolasi Ekologi, apabila dua spesies simpartik yang terdapat disuatu daerah
masing-masing menempati habitat yang berbeda. Contoh : katak pohon kawin
didanau yang tidak permanen (kubangan) sedangkan katak banten kawin
didanau atau badan air permanen yang lebih besar.
b. Isolasi Musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing-masing memiliki
pemasakan kelamin yang berbeda. Contoh : masa kawin lalat buah drosophila
pseudoobscura pada sore hari sedangkan masa kawin Drosophila pseumilis pada
pagi hari.
c. Isolasi Tingkah Laku, terjadi bila dua spesies simpatik mempunyai bentuk
morfologi alat kelamin yang berbeda pada saat kawin. Contoh : pada berbagai
jenis ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina oleh ikan jantan berbeda.
d. Isolasi Mekanik, terjadi apabila dua spesies simpatik terdapat sel gamet jantan
yang tidak mempunyai viabilitas pada saluran kelamin betina. (viabilitas adalah
kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah dikeluarkan oleh organ
reproduksi jantung). Contoh : tanaman sage hitam memiliki bunga kecil yang
hanya dapat diserbukan oleh lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih
yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya dapat diserbukan oleh
lebah besar.
e. Isolasi Gamet, menghalangi terjadinya pembuahan akibat susunan kimiawi dan
melekul yang berbeda antara dua sel gamet. Contoh : pada ikan, telur ikan yang
dikeluarkan di air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena
selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat
melekul sel sprema dari spesies yang sama.
2. Isolasi Poszigot

12
Isolasi poszigot terjadi jika isolasi prazigot gagal. Isolasi ini menghalangi
berkembangnya zigot atau jika zigot telah terbentuk akan menjadi organisme mandul.
Isolasi poszigot meliputi:
a. Hibrid
Embrio yang terbentuk dari dua spesies yang berbeda akan gugur, disebabkan
gen-gen dari kedua induk yang berbeda tidak dapat bekerja sama mendorong
mekanisme membentuk embrio normal.
b. Hibrid Mandul
Hibrid mandul terjadi jika induk memiliki jumlah kromosom yang berbeda,
sehingga sinapsis/pasangan kromosom homolog dalam meiosis tidak terjadi.
c. Hibrid Pecah
Kadang-kadang hibrid berkembang subur dan dapat menghasilkan generasi F2
dari persilangan antara dua hibrid atau hibrid dengan galur induk. Filial-filial (F2)
yang dihasilkan tersebut dinamakan hybrid pecah.
c. Isolasi Ekologi
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal
barier), suatu ketika mempunyai karakter yang khusus untuk berbagai keadaan
lingkungan meskipun penghambat luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan
simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada tempat dimana populasi lain
berada, mereka dapat mengalami pada perbedaaan-perbedaan genetik yang dapat
tetap memisahkan mereka. Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang
mencegah gene flow diantara spesies pada keadaan yang alami. Misalnya, pada pohon
Plantus occidentalis yang terdapat di Timur laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah
tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak dapat terjadi (Riyanto, dalam
Waluyo,2005:119).
d. Isolasi Poliploidi
Poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set kromosom
(genom) lebih dari sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut

13
sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang untuk menghasilkan
organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi. Organisme hidup pada umumnya
memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya. Organisme ini
disebut diploid (disingkat 2n). Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap
yang sama memiliki lebih dari sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan
poliploidi (dari bahasa Yunani yang artinya berganda). Organisme dengan kondisi
demikian disebut poliploid. Tipe poliploid dinamakan tergantung banyaknya set
kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n),
oktoploid, dan seterusnya. Dalam kenyataan, organisme dengan satu set kromosom
(haploid, n) juga ditemukan hidup normal di alam. Poliploidi umum terjadi pada
tumbuhan. Ia ditemukan pula pada hewan tingkat rendah (seperti cacing pipih, lintah,
atau beberapa jenis udang), dan juga fungi.
Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan
lingkungan ekstrem, atau persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan sel.
Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya perbanyakan
vegetatif atau partenogenesis, dan menyebar luas. Poliploidi buatan dapat dilakukan
dengan meniru yang terjadi di alam, atau dengan menggunakan mutagen. Kolkisin
adalah mutagen yang umum dipakai untuk keperluan ini. Efeknya cepat diketahui dan
aplikasinya mudah. Penggunaannya beresiko tinggi karena kolkisin sangat
karsinogenik. Poliploidi seringkali memberikan efek dramatis dalam penampilan atau
pewarisan sifat yang bisa positif atau negatif. Tumbuhan secara umum bereaksi
positif terhadap poliploidi. Tetraploid (misalnya kentang) dan heksaploid (misalnya
gandum) berukuran lebih besar (reaksi "gigas", atau "raksasa") daripada leluhurnya
yang diploid. Karena hasil panen menjadi lebih tinggi, poliploidi dimanfaatkan dalam
pemuliaan tanaman. Berbagai kultivar tanaman hias (misalnya anggrek) dibuat
dengan mengeksploitasi poliploidi. Reaksi negatif terjadi terhadap kemampuan
reproduksi, khususnya pada poliploidi berbilangan ganjil, meskipun ukurannya
membesar. Karena terjadi ketidakseimbangan pasangan kromosom dalam meiosis,
organisme dengan ploidi ganjil biasanya mandul (steril). Pemuliaan tanaman, sekali

14
lagi, mengeksploitasi gejala ini. Karena mandul, semangka triploid tidak memiliki
biji yang normal (bijinya tidak berkembang normal atau terdegenerasi) dan dijual
sebagai "semangka tanpa biji". Penangkar tanaman hias menyukai tanaman triploid
karena biji tanaman ini tidak bisa ditumbuhkan sehingga konsumen harus membeli
tanaman dari si penangkar. Poliploidi pada mamalia biasanya berakhir dengan
kematian pralahir. Vertebrata tertentu, seperti salamander dan kadal, juga memiliki
"versi" poliploid. Cacing pipih, lintah, dan udang, dibantu dengan perilaku
partenogenesis, juga memiliki anggota yang poliploid. Pada tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbunga, poliploid mudah ditemukan baik terjadi secara alami atau
campur tangan manusia (baik sengaja maupun tidak) dalam proses pemuliaannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spesiasi adalah proses suatu spesies berdivergen menjadi dua atau lebih
spesies. Terdapat empat mekanisme spesiasi yang paling umum terjadi pada hewan
adalah spesiasi alopatrik, yang terjadi pada populasi yang awalnya terisolasi secara
geografis, misalnya melalui fragmentasi habitat. Mekanisme kedua adalah spesiasi
peripatrik, yang terjadi ketika sebagian kecil populasi organisme menjadi terisolasi
dalam sebuah lingkungan yang baru. Ini berbeda dengan alopatrik dalam hal ukuran
populasi yang lebih kecil dari populasi tetua. Mekanisme ketiga spesiasi adalah

15
spesiasi parapatrik. Ia mirip dengan spesiasi peripatrik dalam hal ukuran populasi
kecil namun berbeda dalam hal tidak adanya pemisahan secara fisik antara dua
populasi. Mekanisme keempat spesiasi adalah spesiasi simpatrik, di mana spesies
berdivergen tanpa isolasi geografis. Mekanisme spesiasi dapat dibagi menjadi empat
yaitu isolasi geografi, isolasi reproduksi, isolasi ekologi dan isolasi popiploidi. Isolasi
geografis adalah terpisahnya satu spesies yang sama oleh suatu keadaan geografis
menjadi dua atau lebih kelompok populasi. Isolasi reproduksi adalah dua
populasi/spesies yang terdapat pada daerah yang sama tidak mampu melakukan
interhibridasi (perkawinan). Isolasi ekologi merupakan bagian dari isolasi reproduksi.
Sedangkan isolasi poliploidi adalah kondisi pada suatu organisme yang memiliki set
kromosom (genom) lebih dari sepasang.
3.2 Saran
Pada penyajian makalah ini mungkin tidak menampilkan penjelasan secara
mendalam. Oleh karena itu, penyusun meminta kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sehingga penulis memperbaki pada penulisan makalah selanjutnya.

16

Anda mungkin juga menyukai