Oleh
Kelompok8
UNIVERSITAS JEMBER
2017
2
Oleh
Kelompok8
UNIVERSITAS JEMBER
2017
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1
2.1.1 Pengertian...........................................................................3
2.1.3 Penatalaksana.....................................................................5
BAB 3. KESIMPULAN..................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
4
BAB 1. PENDAHULUAN
Plasenta akreta merupakan kondisi klinis ketika bagian dari plasenta, atau
seluruh plasenta, menginvasi dinding rahim sehingga sulit terlepas. Plasenta
akreta menjadimasalah kehamilan yang serius karena dianggap sebagai kondisi
yang mengancam nyawa dan penyebab utama kematian ibu. Plasenta akreta
terjadi ketika pembuluh darah plasenta (ari-ari) atau bagian lain dari plasenta yang
tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim, sehingga saat proses melahirkan
plasenta tertahan melekat di dinding rahim. Secara klinis, plasenta akreta menjadi
masalah saat persalinan ketika plasenta tidak sepenuhnya terpisah dari rahim dan
diikuti oleh perdarahan yang tinggi. Hilangnya darah persalinan pada wanita
dengan plasenta akreta rata-rata 3.000 sampai 5.000 ml. Sebanyak 90% pasien
dengan plasenta akreta membutuhkan transfusi darah, dan 40% membutuhkan
lebih dari 10 unit PRC (packed red blood cells).Keadaan seperti ini dapat
menyebabkan ibu kehilangan banyak darah yang kemudian akan menyebabkan
kematian. Kematian ibu dapat terjadi meskipun perencanaan yang optimal,
manajemen transfusi, dan perawatan bedah. Permasalahan plasenta akreta yang
menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu dilaporkan setinggi 7% sampai
10% dari kasus kematian ibu di dunia.
Tingkat kejadian plasenta akreta dapat ditingkatkan dalam beberapa kondisi
sepertioperasi caesar yang berulang, plasenta previa, operasi rahim sebelumnya
terutama jika plasenta komprehensif di lokasi sebelumnya bekas luka sayatan, usia
ibu berusia lebih dari 35 tahun, kebiasaan merokok, riwayat operasi seperti
miomektomi dan kuretase. Sebuah penelitan menunjukan bahwa jika tingkat
operasi caesar terus meningkat pada tingkat saat ini, maka lebih dari 50% dari
semua kelahiran di AS diperkirakan dilakukan dengan operasi caesar pada tahun
2020. Hal ini bisa mengakibatkan lebih dari 6000 kasus plasenta previa, 4500
kasus plasenta akreta, dan 130 kematian ibu. Tingkat kejadian plasenta akreta
5
dapat dikurangi dengan menekan angka kelahiran melalui operasi caesar dan
selama kehamilan perlu adanya deteksi USG untuk mendeteksi plasenta akreta
secara dini. Deteksi plasenta akreta melalui USG memiliki akurasi baik untuk
plasenta akreta di trimester kedua dan ketiga, tapi tidak mencapai tinggi akurasi
pada trimester pertama. Meskipun akurasi baik hanya untuk trimester kedua dan
ketiga teapi deteksi melalui USG Dapat membantu mengurangi kematian ibu dan
morbiditas.
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
plasentaakreta.
1.2.2Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi plasenta akreta.
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab plasentaakreta.
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala plasentaakreta.
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada klien dengan
plasentaakreta.
5. Mahasiswa mambu menjelaskan dan memahami asuhan
keperawatan pada contoh kasus padaklien dengan plasentaakreta.
2.1.1 Pengertian
2.1.3 Penatalaksanaan
Terapi plasenta akreta parsialis masih dapat dilepaskan secara
manual, tetapi plasenta akreta kompleta tidak boleh dilepaskan secara
manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim.
Terapi terbaik dalam ini adalah histerektomi. Histerektomi adalah bedah
pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan, ada
beberapa tingkat histerektomi yaitu:
dibawa ke rumah sakit oleh ibunya karena merasa mau melahirkan. Setelah Ny. A
melahirkandengan normal, bayi dilahirkan 40 menit yang lalu dan sampai saat ini
plasenta belum keluar. Ny. A tampak lemah, membran mukosa kering, turgor kulit
menurun, pucat, tegang otot, berkeringat dingin, wajah tampak meringis menahan
sakit, mengeluh nyeri pada bagian perut dengan skala 8, pasien juga terlihat kacau
dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya serta hanya fokus pada diri sendiri.
Ny. A sambil menangis histerismengatakan bahwa Ia sangat khawatir pada
kondisinya, serta merasa putus asa dan tidak berdaya karena kurangnya dorongan
dari suaminya yang tidak ada saat proses melahirkan. Ny. A berprilaku agitasi
karena memiliki pengetahuan yang kurang terhadap komplikasi pascapartum. Ibu
Ny. A mengatakan bahwa saat memasuki kehamilan trimester ketiga Ny. A sering
mengalami pendarahan vagina. TTV menunjukkan perdarahan 510 cc, suhu 38 oC,
turgor kulit menurun, TD 90/70 mmHg, RR 20 x/menit, dan HR 70x/menit.
Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan diagnosa medis plasenta akreta
parsialis.
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
3) Pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vita
No Data Masalah
1. Ds: keluarga klien mengatakan saat memasuki Kekurangan
kehamilan trimester ketiga klien sering mengalami volume
pendarahan vagina. cairan
11
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
1.1 Kesimpulan
adherent yang abnormal merupakan implantasi abnormal plasenta ke dinding rahim dan terbagi menjadi plasenta akreta,
inkreta, dan perkreta. Plasenta akreta adalah plasenta dimana vili dari plasenta menginvasi langsung ke miometrium. Plasenta akreta
dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta total atau kompleta dan plasenta akreta parsialis. Sebagian besar plasenta akreta disebabkan
oleh pembedahan uterus sebelumnya dan plasenta previa. Plasenta akreta memiliki tanda-tanda yang tidak bisa dilihat secara kasat
mata. Pada trimester pertama dan kedua plasenta akreta dapat terdeteksi ketika melakukan USG, sedangkan pada trimester ketiga
biasanya terjadi pendarahan vagina, namun saat terjadi proses persalinan plasenta akreta ini dapat diketahui saat plasenta gagal lepas.
Klien dengan kondisi plasenta akreta membutuhkan perhatian yang lebih saat melakukan asuhan keperawatan, banyak hal yang perlu
diperhatikan oleh perawat. Perawat harus memperhatikan klien secara keseluruhan agar mendapatkan informasi pengkajian yang
lengkap dan akurat, sehingga dapat mendiagnosa dengan benar. Diagnosa yang benar akan mendapatkan intervensi dan implementasi
yang tepat, sehingga saat evaluasi permasalahan kesehatan klien dapat teratasi.
1.2 Saran
Memberikan asuhan keperawatan pada klien merupakan tugas utama seorang perawat, maka dari itu kami menyarankan
sebagai perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional terutama pada kasus klien dengan plasenta akreta.
19
Perawat dapat meningkatkan pengetahuannya agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih berkualitas sehingga dapat
meningkatkan pelayanan prima pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk., Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Indonesia: Moco Media.
Fitzpatrick, et al. 2012. Incidence and Risk Factors for Placenta Accreta/Increta/ Percreta in the UK: A National Case-Control Study.
Plos one. DOI:10.1371/journal.pone.0052893. [Serial Online].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3531337/pdf/pone.0052893.pdf [akses pada tanggal 25 Februari 2017].
Fitzpatrick, et al. 2013. The management and outcomes of placenta accreta, increta, and percreta in the UK: a population-based
descriptive study. General obstetrics. DOI: 10.1111/1471-0528.12405. [Serial Online].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3906842/pdf/bjo0121-0062.pdf [akses pada tanggal 25 Februari 2017].
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Kesepuluh. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima Bahasa Indonesia. Indonesia:
Moco Media.
20
Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
Deepublish.
Rahimi-Sharbaf, et al. 2014. Ultrasound detection of placenta accreta in the first trimester of pregnancy. Original article. 12 (6):421-
426. [Serial Online]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4111891/pdf/ijrm-12-421.pdf [akses pada tanggal 25
Februari 2017].
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.