Perancangan Pengering Cabai
Perancangan Pengering Cabai
100KG/PROSES
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada
Oleh :
201010120311123
FAKULTAS TEKNIK
2015
POSTER
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
201010120311123
Mengetahui,
NIP. 108.8909.0124
LEMBAR SURAT PERNYATAAN
NIM : 201010120311123
Fakultas : Teknik
used, in this case the technology that is expected are cheap, simple and easy in
application. Red chili has become a common need for people, especially housewives.
Besides having a spicy flavor that works as an appetite stimulant, red in the chili seemed
Red chili easily damaged. This is caused by the water content in the chili is very
high, which is about 90.9%. Most people use sunlight as media for the drying process.
Weakness sun dried products susceptible to microorganisms and other foreign substances
that are may harmful to human health, the consumers, and the relatively long drying time
requires a large place. It therefore requires an effort to overcome this is to design chilli
This dryer is square shaped and contained trays with hollows pedestal as a
material to be dried. Drying process is obtained by hot air which is flown into the drying
chamber. From the results obtained from design, heating load 162. 662, 25kj with an
dalam hal ini teknologi yang di harapkan adalah murah, sederhana dan mudah dalam
penerapannya Cabai merah selama ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya
kaum ibu rumah tangga. Selain memiliki rasa yang pedas yang berfungsi sebagai
perangsang nafsu makan, warna merah pada cabai seakan memberi kesan yang menarik
pada masakan.
Cabai merah memiliki sifat mudah rusak. Sifat mudah rusak ini dipengaruhi oleh
kadar air dalam cabai yang sangat tinggi, yaitu sekitar 90.9%. pengeringan pada
mikroorganisme dan benda asing lainnya yang berbahaya bagi kesehatan manusia
sebagai konsumennya, waktu pengeringan relative lama dan membutuhkan tempat yang
luas. Oleh sebab itu diperlukan suatu usaha untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
Pengering ini berbentuk persegi dan didalamnya berisi rak rak dengan alas
yang berlubang lubang sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Proses
pengeringan disini diperoleh dengan cara udara panas yang dialirkan ke ruang
energi sebesar 22,592 kw lama pengeringan selama 2 jam pada temperatur 70 oC.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
hambatan, namun berkat bantuan dari semua pihak segala kesulitan itu bisa
dihadapi dan teratasi. Oleh karena itu sangat tepatlah bila penyusun pada
kesempatan kali ini untuk menyampaikan terima kasih atas jasa baik yang selama
ini penyusun terima, baik nasehat, petunjuk serta bimbingan dan saran yang
berupa apapun sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas akhir ini. Rasa
Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Ir. Daryono, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
ini dilakukan.
4. Bapak Ir. Mulyono, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
terlupakan.
7. Kawan-kawan sebimbingan, serta teman-teman seangkatan TM 2010 kelas C
8. Serta semua pihak yang belum tersebutkan, terima kasih banyak
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kelemahan baik dalam penyusunan data maupun dalam
pembahasannya. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
tersebut diatas dan penyusun berharap semoga Tugas akhir bermanfaat bagi
Penulis
ABSTRACT...............................................................................................................................
ABSTRAK.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................
BAB II......................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................
2.10 Penguapan....................................................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................
BAB IV....................................................................................................................................
PERHITUNGAN PERANCANGAN......................................................................................
BAB V......................................................................................................................................
KESIMPULAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Cabai busuk dari salah satu penjual cabai di pasar..................... 2
PENDAHULUAN
khususnya kaum ibu rumah tangga. Selain memiliki rasa yang pedas yang
berfungsi sebagai perangsang nafsu makan, warna merah pada cabai seakan
dipengaruhi oleh kadar air dalam cabai yang sangat tinggi, yaitu sekitar 90.9%
(Direktorat Gizi Depkes RI, 2012). Pusat dan sentra produksi cabai merah
besar adalah daerah Kabupaten Malang dengan jumlah produksi 21,75 ribu
ton disusul Tuban 19,95 ribu ton, Kabupaten Kediri 12,77 ribu ton dan
Banyuwangi 8,08 ribu ton (Badan Pusat Statistik Jatim, 2012). Kandungan air
yang sangat tinggi ini menyebabkan banyaknya cabai yang tidak dapat
dimanfaatkan pada saat musim panen. Hal ini dikarenakan hasil panen yang
kerusakan dan susutnya cabai berkisar antara 15%-20% dari total panen
(Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia Jatim, 2014). Selain itu, harga cabai di
tingkat petani, sangat bergantung pada tinggi rendahnya produksi. Intinya jika
Jatim, 2014) pada saat panen raya dan harga rendah sangat diperlukan
tersebut.
Gambar 1.1 : Cabai busuk dari salah satu penjual cabai di pasar.
Sumber : Burty
kadar air dalam cabai bisa dengan cara melakukan pengeringan. Pengeringan
merupakan salah satu cara dalam teknlogi pangan yang dilakukan dengan
bumbu siap pakai, bahan pengganti lada dan juga menjadi oleoresin.
Keunggulan cabe bubuk dibanding dengan cabe basah antara lain adalah
harga yang lebih stabil, proses penggunaan cabe yang lebih praktis, dan
penyimpanan cabe bubuk lebih tahan lama dibanding dengan cabe basah
(Rukmana, 2009).
Prinsip pengeringan adalah upaya menguapkan air karena adanya
perbedaan kandungan uap air diantara udara dan bahan yang dikeringkan.
Udara mempunyai kandungan uap air yang lebih kecil dari pada bahan
sehingga dapat menghisap uap air dari bahan yang dikeringkan. Salah satu
faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah angin atau udara
yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara yang sudah jenuh
dapat diganti dengan udara kering sehingga proses pengeringan dapat berjalan
terus menerus.
Pengeringan yang biasa dilakukan oleh orang banyak selama ini masih
matahari. Metode ini kurang efektif karena membutuhkan area terbuka yang
luas, waktu pengeringan yang relatif lama, serta bergantung pada kondisi
cuaca yang terus berubah ubah. Menyikapi masalah ini penulis mencoba
bakar sebagai sumber panas . Tray Dryer jenis pengering berbentuk persegi
dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang
Sumber : Mujumdar
adalah:
1. Mengetahui banyaknya panas yang dibutuhkan oleh mesin pengering
cabai
2. Memperoleh dimensi alat pengering cabai dengan kapasitas 100 kg
per proses
TINJAUAN PUSTAKA
hari cabai akan busuk jika dibiarkan. Hal yang menyebabkan pembusukan
adalah adanya enzim atau bakteri. Usaha yang kita lakukan untuk
sehingga akan mati. Atas dasar inilah maka cabai dapat diawetkan dengan
dehidrasi.
pengering dll. Pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, oleh
karena permukaan bahan mungkin terlalu cepat kering, sehingga kurang bisa
dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terlambat. (Ir.Suharto, 1991)
Pemisahan air dari bahan dapat dilakukan dengan memeras zat cair itu
hujan)
3. Membutuhkan tempat yang besar
4. Bahan yang dikeringkan mudah terkontaminasi
b) Pengeringan menggunakan alat pengering buatan, dengan
baik.
faktor lain :
udara
b) Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan
dari suhu udara yang dialirkan disekelilingnya. Panas yang diberikan ini akan
menaikkan suhu bahan yang akan menyebabkan tekanan uap air di dalam
bahan akan lebih tinggi dari pada tekanan uap air di udara, sehingga terjadi
perpindahan uap air dari bahan ke udara yang merupakan perpindahan massa.
Pada saat proses ini terjadi, perpindahan massa dari bahan ke udara
dalam bentuk uap air berlangsung dan terjadilah pengeringan pada permukaan
bahan. Setelah itu tekanan uap pada permukaan bahan akan menurun, setelah
kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian permukaan bahan maka terjadilah
pergerakan air. Air secara difusi dari bahan ke permukaan dan seterusnya.
Proses penguapan pada permukaan bahan di ulangi lagi. Akhirnya setelah air
bahan berkurang, maka tekanan uap air akan menurun sampai terjadi
bahan dan peralatan yang ada. Variasi bentuk dan ukuran bahan,
itu dalam zat padat, serta metode pemberian kalor yang diperlakukan untuk
tunggal.
1. Pola suhu di dalam kalor
Gejala perubahan suhu dalam alat pengering bergantung pada
padat.
Dalam pengeringan tumpuk yang menggunakan medium
pemanasan sehingga suhu tetap, suhu zat padat yang basah itu
mengikat dengan cepat dari nilai awal Tsa menjadi suhu penguapan
Tv, menjelang tetap akhir pengeringan zat padat naik sampai Tsh.
2. Perpindahan Kalor di Dalam Pengering
Proses perpindahan panas merupakan proses panas yang
maupun pendinginan.
diantaranya :
a. Tray dryer (alat pengering berbentuk rak) bentuknya persegi dan
dan butiran.
adalah dapat mengeringkan bahan secara merata karena tersusun rata pada
dikeringkan.
a. Ruang Pengering
dimana kehantaran termalnya adalah 204 W/m oC. Pada bak pengering
Volume = p . l . t
Dimana :
p = panjang ruang pengering (m)
b. Tray (Rak)
luas tray
Kapasitas per tray = luas 1irisan cabai
distribusi suhu yang merata pada alat pengering ini dirancanglah bentuk
tray atau rak penampungan bahan yang nantinya dapat membentuk pola
c. Ruang Pemanas
Penggunaan air disini dengan alasan bahwa air yang dipanaskan sampai
temperatur yang cukup tinggi akan melepaskan energi yang lebih besar
dibandingkan pemanasan plat secara langsung. Selain itu, uap air yang
Dimana :
d. Ruang Bakar
diperkenalkan oleh Pertamina pada tahun 1968. Selama ini masih banyak
Petroleum Gas yang artinya gas yang dicairkan pada tekanan tertentu yang
utama penghasil LPG sebenarnya adalah minyak bumi, bukan gas bumi.
LPG juga bisa dihasilkan dari gas bumi namun membutuhkan proses yang
Volume = p . l . t
Dimana :
bergerak aatau berjalan dari suatu sistem ke sistem yang lainya, karena
secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan
demikian akan menaikkan suhu dan panas dalam partikel fluida ini.
Dimana :
3
z . ( T w T ) x
Gr d=
v2
Dimana :
Gr = Angka Grashof
g = Kecepatan grafitasi (9,81 m/s2)
= koefisien temperatur konduktifitas thermal 1/oC
Tw = Temperatur permukaan (oC)
T = Temperatur aliran fluida (oC)
V = Viskositas (m2/s)
Dimana :
Nu = Angka Nusselt
C = Kosentrasi (tabel) .....................(J.P Holman, 1994 :304)
m = Nilai konstanta
Gr = Angka Grashof
antara tebal lapisan batas yang berubah menurut angka reynold yang
aliran dimana sifat-sifat fluida yang berubah dengan suhu dan aliran
turbulen jauh lebih rumit, tetapi sangat penting arti praktisnya dalam
T
q=k . A ...............................................(J.P Holman, 1994: 2)
x
Dimana:
T
x = Gradien suhu ke arah perpindahan kalor (oC/m)
susunan yang acak atau jarang, yang umumnya terdapat pada bahan
bukan logam.
4
q pancaran = . A . T ....................................( J.P Holman, 1994: 13)
Dimana :
Dalam aliran turbulen terlihat lapisan lapisan fluida yang nyata, aliran
dalam tabung seperti pada waktu masuk tebentuk suatu lapisan batas lama
kelamaan lapisan ini memenuhi seluruh tabung dan kita katakan aliran itu
sudah berkembang penuh jika aliran itu laminer, profil kecepatan itu aliran itu
um d
d =
v ..............................................(J.P Holman, 1994:
196)
Dimana :
Re = Angka Reynold
um = Kecepatan (m/s)
d = Diameter (m)
V = Viskositas (m2/s)
Sedangkan untuk angka Nurselt untuk aliran turbulen yang sudah jadi
atau berkembang penuh (fully developed turbulen flow) dalam tabung licin
sisinya terdapat fluida panas A dan pada sisi lainnya fluid B yang lebih
T a 1T b 1
q=
1994: 32) 1 1 1
+ +
Ah1 Ak Ah2
Dimana :
q = Laju perpindahan kalor menyeluruh (W)
Ta,b = Temperatur aliran fluida (oC)
h1,2 = Koefisien perpindahan kalor (W/m2.oC)
k = Konduktivitas thermal (W/m2.oC)
A = Luas permukaan
beberapa diantaranya :
1. Pengering dengan menggunakan bahan bakar
2. Pengering gabungan
biasanya)
1. Pengeringan adiabatik
Pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara
1991: 88)
Dimana :
G1 = banyaknya bahan yang mungkin dikeringkan (kg/jam)
G2 = banyaknya bahan yang dihilangkan kandungan airnya
(kg/jam)
Gd = banyaknya seluruh bagian kering di dalam aktivitas
bahan dan dengan udara adalah sama dengan banyaknya kebasahan yang
tinggal di dalam bahan dan tinggal di sistem udara. Bila dimisalkan tidak
1991 : 90)
Dimana :
L = banyaknya udara kering yang melewati sistem
(kg/jam)
d1,2 = kondisi banyaknya kebasahan udara melewati dan
METODOLOGI PENELITIAN
yang dapat digambarkan dalam suatu rangkaian diagram alir seperti berikut :
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Ya
Gambar Kerja
Selesai
1. Studi Literatur
Pada awal mula dimulai dari pencarian pustaka seperti jurnal yang
berisi rancangan terdahulu, paten dan buku referensi. Pengeringan buah cabai
menggunakan type tray dryer karena cocok untuk bahan yang berbentuk
padat dan dapat mengeringkan cabai secara merata karena tersusun rata pada
gambaran awal tentang rancangan yang akan dibuat. Gambar sket ini
dibutuhkan dalam proses perancangan alat pengering buah cabai. Secara garis
pengering yaitu:
a. Perhitungan dimensi alat pengering yang akan dirancang seperti ruang
5. Analisa hasil
Analisa hasil merupakan proses peninjauan kesesuaian antara hasil
telah dibuat.
6. Gambar kerja
ini menggunakan air panas sebagai media untuk mengeringkan cabai. Dalam
ruang pemanasan bahan bakar LPG di rubah menjadi energi panas untuk
memanaskan air. Air yang dipanaskan akan memanaskan udara yang terdapat
pada ruang pengeringan. Udara panas yang terdapat pada ruang pengeringan
akan menguapkan kadar air yang terkandung dalam cabai yang sudah disusun
kecil, karena sumber pemanas akan memanaskan air terlebih dahulu untuk
keluar.
untuk pembuatan mesin pengering cabai adalah tipe tray dryer dengan
padat dan dapat mengeringkan cabai secara merata karena tersusun rata pada
1. Temperatur (C)
2. Waktu (s)
3. Massa (kg)
4. Massa jenis ()
PERHITUNGAN PERANCANGAN
- Panjang = 1,55 m
- Lebar = 1,045 m
- Tebal = 0,002 m
- Jumlah = 10 buah
Kapasitas tray ditentukan dengan cara sebagai berikut, Luas
penampang tray :
= 1,55 m x 1,045 m
= 1,620 m2
luas tray
Kapasitas per tray = luas 1 cabai
1.620 m2
= 0,004 m2/cabai = 404,94 404
cabai
tray dapat menampung 404 buah (dalam kg) per tray adalah
pengering
Panjang = 1.654 m
Lebar = 1,219 m
Tinggi = 1,106 m
4.3 Perhitungan Beban Pemanasan Bahan
Dimana
= (Wawal - Wakhir) x m
(direncanakan)
Sehingga :
Q1 = 14.774,27 kJ
4.3.2 Panas penguapan air dalam bahan suhu 70o C (Q2)
1. Tray = 10 buah
Tebal = 0,002 m
m=xV
V = luas x tebal
0,002
V = 0,0038 m3
m=xV
m = 2707 x 0,0038
m = 10,29 kg
sehingga :
= 396,46 kJ
Q3 = 396,46 x 10 buah
Q3 = 3964,56 kJ
251)
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,00024 m3
m=xV
m = 2707 x 0,00024
m = 0,6468 kg
sehingga :
251)
Q4 = 24,92 x 20 buah
Q4 = 498.37 kJ
Tebal = 0,002 m
251)
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,00404
m=xV
m = 2707 x 0,00404
m = 10,9393 kg
sehingga :
251)
= 421,47 kJ
251)
m=xV
V = luas x tebal
V = (p x l) x tebal
V = 0,00406
m=xV
m = 2707 x 0,00406
m = 10,9818
sehingga :
251)
= 423,11 kJ
251)
m=xV
V = luas x tebal
V = (l x t) x tebal
V = 0,0027
m=xV
m = 2707 x 0,0027
m = 7,2992
sehingga :
251)
Qs = 7,2992 x 0,896 x (70-27)
= 281,22 kJ
Qs = 281,22 x 2
Qs = 562,45 kJ
m=xV
V = luas x tebal
V = (p x t) x tebal
V = 0,00368 m3
m=xV
m = 2707 x 0,00368
m = 9.9638 kg
sehingga :
251)
= 383.89 kJ
Sehingga Q5 menjadi :
Q5 = Qa + Qb + Qs + Qbel
251)
Almunium
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,0113 m3
m=xV
m = 2707 x 0,0113
m = 30,5050 Kg
sehingga :
251)
= 1.175,30 kJ
Karpet
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,0113 m3
m=xV
m = 330 x 0,0112
m = 3,7188 Kg
sehingga :
251)
= 1.383.18kJ
m=xV
V = luas x tebal
V = (p x l) x tebal
V = 0,0092 m3
m=xV
m = 2707 x 0,0092
m = 24,8290 Kg
sehingga :
= 956,61 kJ
m=xV
V = luas x tebal
V = (p x l) x tebal
V = 0,00370 m3
m=xV
m = 2707 x 0,00370
m = 10,0083 kg
sehingga :
251)
= 385,60 kJ
Karpet
m=xV
V = luas x tebal
V = (p x t) x tebal
V = (1,514 x 1,221) x 0,005
V = 0,00924 m3
m=xV
m = 330 x 0,00924
m = 3,0502 kg
sehingga :
251)
= 170,51 kJ
Qs = 556,1 x 2
= 1.112,21 kJ
Almunium
m=xV
V = luas x tebal
0,002
V = 0,00200 m3
m=xV
m = 2707 x 0,00200
m = 5,4058 kg
sehingga :
251)
= 208,28 kJ
Karpet
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,00308 m3
m=xV
m = 330 x 0,00308
m = 1,0165 kg
sehingga :
251)
= 56,82 kJ
Sehingga
ruang pengering :
Almunium
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,0012 m3
m=xV
m = 2707 x 0,0012
m = 3,3352 kg
sehingga :
251)
= 104,59 kJ
Karpet
m=xV
V = luas x tebal
m=xV
m = 330 x 0,0031
m = 1,0165 kg
sehingga :
= 46,25 kJ
Kaca
m=xV
V = luas x tebal
V = (p x t) x tebal
V = 0,0055 m3
m=xV
m = 2579 x 0,000055
m = 14,2391 kg
sehingga :
m=xV
V = luas x tebal
V = 0,0031 m3
m=xV
m = 650 x 0,0031
m = 2,0021 kg
sehingga :
251)
= 119,13 kJ
Qtotal = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 + Q7
= 140.774,27 + 138.095,08 + 3964,56 + 498,37 + 1.790,92+
= 22,7006 kJ/s
v = Viskositas kinematik
= 2,0658 x 10-5
k = konduktivitas termal
= 1,8507
Pr = Angka prandlt
= 0,707
Tf = Suhu film
1 1
= Tf = 48,5
g = Percepatan gravitasi
= 9,8
sehingga:
g ( T ' 1T ' 2 ) d 2 Pr
Gr Pr = v (JP Holman, 1994:311)
2,212
1 ( 3) . 0,707
= 9,8 . 48.5 ( 7027 ) 2,0658
= 1,5578 x 1011
sehingga :
1/ 4
Nu = ( C ) ( ) (JP Holman, 1994:310)
1,5578 x 10
= ( 11)1/ 4
( 0.27 )
= 452,8688
Dan
Nu k
h = Dx 2 (JP Holman, 1994:311)
(452,8688)(1,8507)
= 1,106 x 2
= 378.8989 W/m2.oc
Q = hA(T`1 T`2)
1,664))
= 10.434028 m2
Qtotal = 163,444.17 kJ
Qtotal = m x Cp x (T2-T1)
163,444.17
m = 4,1854 x (7027)
m = 908,16 kg
jadi kebutuhan air selama proses pengeringan buah cabai diperlukan 908,16 kg
No
Bahan Bakar Nilai Kalori Unit
.
1 Gas Alam 8.988 kkal/m3
2 Solar 9.063 kkal/l
3 LPG 11.200 Kkal/kg
4 IDO 9.270 Kkal/l
5 Kerosene 8.840 Kkal/l
6 Batubara 6.000 Kkal/kg
Tabel 4.1 : Kandungan nilai kalori
= 39,030,468 cal
Panas Pengering
Pemakaian LPG per proses = Nilai Kalori 1 Kg LPG
39,030,468 cal
= 11.200 .000 cal/kgLPG
= 3,48 Kg LPG
Sisa Kalori = Nilai kalori LPG 12,5 kg Panas
Pengering
= 140.000.000 cal 36.879.469 cal
= 103.120.531 cal
BAB V
KESIMPULAN
cabai kapasitas 100 kg per proses yang dirancang, untuk mengeringkan 100 kg
a. Tray
Panjang : 1550 mm
Lebar : 1045 mm
Tebal : 2 mm
Diameter lubang : 10 mm
b. Ruang Pengering
Panjang : 1664 mm
Lebar : 1219 mm
Tinggi : 1106 mm
c. Dinding Luar
Panjang : 1878 mm
Lebar : 1221 mm
Tinggi : 1514 mm
5.2 SARAN
1. Diharapkan setelah membaca skripsi ini nantinya akan ada penelitian dan
massa, dan lain sebagainya untuk diproses menjadi sumber energi dari
https://asepsaiba.wordpress.com/2011/10/07/konversi-bbm-ke-bbg/ dilihat
http://saungsumberjambe.blogspot.com/2011/09/budidaya-cabai-merah-
http://kafita1.blogspot.com/2013/02/sifat-kimia-dan-sifat-fisika-
September 2014.
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih,Yuyun. 2005. Penanganan Pascapanen Cabai
http://caberawit.indonetwork.co.id/2747442/cabai-cabe-rawit-bubuk-b.htm