Anda di halaman 1dari 3

Mekanika Benda Langit ( Pengayaan )

Mekanika Benda Langit (Part I)


Sebelum berbicara tentang MBL ini, ada baiknya kita semua mengetahui dulu sifat
fisis dari elips.
Di mana :

a = setengah sumbu panjang elips (semi-major axis)

b = setengah sumbu pendek elips (semi-minor axis)

c = jarak fokus elips (focal length)

f = titik fokus elips (foci)

Perhatikan bahwa elips mempunyai 2 buah titik fokus.


Hubungan-hubungan yang berlaku di antara besaran-besaran di atas adalah
e = c/a

di mana : e = eksentrisitas elips. Eksentrisitas adalah ukuran kelengkungan sebuah


elips. Nilainya ada di antara 0 dan 1 (0 < e < 1).
Lintasan benda-benda langit (dalam hal ini kita batasi saja dulu, lintasan planet-
planet dalam tata surya kita), kebanyakan berbentuk elips, walaupun sebenarnya
orbitnya hampir menyerupai lingkaran (dikarenakan oleh eksentrisitas yang cukup
kecil, mendekati 0, hanya untuk planet-planet yang cukup dekat dengan matahari).
Orbit Bumi mengelilingi matahari, misalkan, mempunyai eksentrisitas 0.0167.
Sedangkan Komet Halley, mempunyai orbit yang sangat lonjong, eksentrisitasnya
0,967 (nyaris parabola). Karena itu, untuk orbit-orbit yang eksentrisitasnya sangat
kecil, untuk mempermudah persoalan, biasanya akan diasumsikan orbit benda yang
dimaksud berbentuk lingkaran (e = 0).
Dari sifat fisis elips di atas, kita melihat bahwa elips mempunyai 2 titik fokus. Lalu
apakah mataharinya ada 2? Tidak. Matahari ada pada salah satu titik fokus dari
elips tersebut. Ini adalah salah satu bunyi dari Hukum Kepler Pertama, Planet
mengorbit matahari dengan lintasan yang berbentuk elips dengan matahari terletak
pada salah satu titik fokus elips. Konsekuensinya, pada saat tertentu, planet akan
mempunyai jarak yang terdekat dengan matahari, dan juga ada saatnya planet
berada pada jarak terjauhnya dari matahari. Keadaan ini disebut perihelion (untuk
jarak terdekat dari matahari) dan aphelion (untuk jarak terjauh dari matahari).
Keadaan ini juga memiliki konsekuensi. Sesuai dengan aturan kekekalan momentum
sudut (mvr = konstan), maka kecepatan planet mengorbit planet tidaklah sama
pada setiap saat. Ketika planet ada di perihelion, maka kecepatannya akan
maksimum (karena r-nya minimum) dan ketika planet ada di aphelion, maka
kecepatannya akan minimum (karena r-nya maksimum).
Kepler merumuskan 3 hukumnya dari data-data pengamatan gerak benda langit
oleh seseorang yang bernama Tycho Brahe. Hukum Kepler pertama sudah tertulis di
atas. Hukum Kepler yang kedua menjelaskan bahwa untuk selang waktu yang sama,
planet menyapu luas juring yang sama. Konsekuensinya, pada perihelion planet
akan mempunyai kecepatan orbit yang paling besar dan pada aphelion planet akan
mempunyai kecepatan orbit yang paling kecil. Hukum Kepler yang ketiga
menjelaskan bahwa perbandingan dari kuadrat periode orbit dengan pangkat tiga
dari jari-jari orbit adalah sama untuk semua planet. Hukum Kepler ketiga sering
dinamakan hukum harmonis.
Mekanika benda langit prinsipnya adalah sama seperti mekanika benda biasa,
hanya bedanya, mekanika benda langit sebagian besar akan membahas gerak
benda langit yang melingkar (orbit lingkaran/elips). Jadi akan sangat jarang kita
menggunakan rumus mekanika biasa untuk menyelesaikan masalah tentang gerak
benda langit, rumus-rumus yang akan banyak dipakai adalah tentang gravitasi,
mekanika gerak melingkar, hukum kekekalan energi dan kekekalan
momentum sudut. Kebanyakan permasalahan MBL diselesaikan dengan
kombinasi keempat hukum tersebut.

Eksentrisitas Orbit
Dalam astrodinamik, dengan asumsi standar, setiap orbit harus mempunyai bentuk
irisan kerucut. Eksentrisitas pada irisan kerucut ini, yang juga dikenal sebagai
eksentrisitas orbit, merupakan sebuah parameter penting pada orbit untuk
menentukan bentuk aslinya. Eksentrisitas bisa diartikan sebagai ukuran berapa
deviasinya terhadap bentuk lingkaran.

Pada asumsi standar, harga eksentrisitas (e):

untuk orbit lingkaran: e = 0

untuk orbit elips : 0<1

untuk parabola : e = 1

untuk hiperbola : e > 1

Eksentrisitas orbit dapat dihitung:

e = |e|

e = vektor eksentrisitas

untuk orbit berbentuk elips, dapat dihitung dengan menggunakan apoapsis dan
periapsis:

e = (ra-rp)/(ra+rp)

= 1 - (2/[(ra/rp) + 1])

dimana :

ra = radius pada apoapsis (titik terjauh)


rp = radius pada periapsis (titik terdekat)

atau juga bisa dicari dengan :

Anda mungkin juga menyukai