Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA USIA, RIWAYAT KETURUNAN DAN POLA MAKAN DENGAN

KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD ABDUL


WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

The Relationship Among The Age, History Of Heredity And Diet With The Incidence Of Diabetes
Mellitus Type 2 In The Flamboyan Room Of Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Siti Khoiroh Muflikhatin1, Fahrudini2

ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar didunia,
data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2013 telah
mencapai 382 juta orang, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta pada tahun
2035. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan
gula darah akibat gangguan sekresi insulin atau resistensi insulin. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan Diabetes Mellitus tipe 2 diantaranya adalah usia, riwayat keturunan dan pola makan.
Tujuan: Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara usia, riwayat keturunan dan pola
makan dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan case control. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yaitu dengan teknik purposive
sampling sebanyak 52 responden (26 kasus 26 kontrol).Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner.Analisa untuk uji hipotesis menggunakan uji statistik chi square.
Hasil dan Kesimpulan: Dari hasil analisa statistik chi square menunjukan ada hubungan antara usia
denga kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 dengan nilai P = 0,002 < (0,05) dan nilai OR 7,993. Ada
hubungan antara riwayat keturunan dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 dengan P = 0,000 <
(0,05) dan nilai OR 23.100. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian Diabetes Mellitus
tipe 2 dengan P = 0,002 < (0,05) nilai OR 7,500.
Saran: Diharapkan pada peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian dengan jumlah
responden yang lebih banyak dan meneliti tentang faktor resiko lainnya yang dapat berhubungan
dengan kejadaian Diabetes Mellitus tipe 2.
Kata kunci: Usia, riwayat keturunan, pola makan, diabetes mellitus tipe 2

ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a major health problem in the world, the data of global studies
shows that the number of people with Diabetes Mellitus in 2013 has reached 382 million people, the
number is expected to rise for 592 million by 2035. Diabetes Mellitus type 2 is the metabolic
disorders marked by the rise of blood sugar due to the disruption of insulin secretion or insulin
resistance. The factors which may cause the Diabetes Mellitus type 2 are the age, history of heredity
and diet.
Purpose: The purpose of the study is to determine the relationship among the age, history of
heredity and diet with the incidence of Diabetes Mellitus type 2 in the Flamboyan Room of RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Method: This study used a descriptive analytic design with case-control approach. The sampling
technique using non-probability sampling technique with purposive sampling, and the number of
samples in this research obtained 52 respondents (26 cases and 26 controls). The data was collected
by using a questionnaire. The analysis to test the hypothesis using a Chi Square statistical test.
Results and Conclusion: The results of chi square statistical analysis showed that there was a
relationship between the age and the incidence of Diabetes Mellitus type 2, with the P value = 0.002
< (0.05) and OR value of 7.993. There was a relationship between the history of heredity and the
incidence of Diabetes Mellitus type 2 with the P value = 0.000 < (0.05) and OR value of 23,100.
There was a relationship between diet and the incidence of Diabetes Mellitus type 2 with P value =
0.002 < (0.05) and OR value of 7.500.
Suggestion: It was expected for the next researcher to conduct research with the more number of
respondents and more research on the risk factors that may be associated with the incidence of
Diabetes Mellitus type 2.

Keywords: age, history of heredity, diet, diabetes mellitus type 2

PENDAHULUAN diperkirakan memegang peranan dalam


Diabetes Mellitus adalah suatu kelainan proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu
metabolik kronis serius yang memiliki terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu
dampak signifikan terhadap kesehatan yang berhubungan dengan proses terjadinya
seseorang, kualitas hidup, harapan hidup Diabetes Melitus tipe 2 seperti, usia
pasien, dan pada sistem layanan (resistensi insulin cenderung meningkat pada
kesehatan.Diabetes Mellitus adalah kondisi usia di atas 45 tahun), obesitas, riwayat
dimana konsentrasi glukosa dalam darah keluarga (Brunner dan Suddart, 2001).
secara kronis lebih tinggi dari pada nilai Timbulnya penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
normal (hiperglikemia) akibat tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.
kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak Kelainan ini diturunkan secara autosomal
efektif (Subroto, 2006). dominan dan mutasi gen sehingga
Diabetes mellitus merupakan salah satu menyebabkan kekacauan metabolisme yang
masalah kesehatan yang besar. Data dari studi berujung pada timbulnya DM Tipe 2 (Kaban,
global menunjukan bahwa jumlah penderita 2007).
Diabetes Melitus pada tahun 2013 telah Prevalensi Diabetes Mellitus di
mencapai 382 juta orang, jumlah ini Indonesia berdasarkan wawancara yang
diperkirakan akan meningkat menjadi 592 terdiagnosis dokter sebesar 1,5%. Diabetes
juta pada tahun 2035. Selain itu pengeluaran Mellitus terdiagnosis dokter atau gejala
biaya kesehatan untuk Diabetes Mellitus telah sebesar 2,1%. Prevalensi diabetes yang
mencapai 548 miliar USD (IDF, 2013). terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
Mayoritas 382 juta orang dengan Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%),
Diabetes Mellitus berusia antara 40 sampai 59 Sulawesi Utara (2,4%). Prevalensi diabetes
tahun, dan 80% dari mereka hidup di negara- yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi
negara berpenghasilan rendah dan menengah. terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Semua jenis Diabetes Mellitus mengalami Utara (3,6%), Sulawesi Selatan, sedangkan
peningkatan, khususnya Diabetes Mellitus Kalimantan Timur menempati posisi ke 4
tipe 2 (IDF, 2013). yaitu 2,3% penderita yang terdiagnosa
Ada beberapa Tipe Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus (Riskesdes, 2013).
yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1, Diabetes Gaya hidup di perkotaan dengan pola
Mellitus Tipe 2, Diabetes Gestasional dan makan yang tinggi lemak, garam, dan gula
Diabetes Mellitus yang berkaitan dengan mengakibatkan masyarakat cenderung
keadaan atau sindrom lain. Jenis Diabetes mengkonsumsi makanan secara berlebihan,
Mellitus yang paling banyak diderita adalah selain itu pola makanan yang serba instan saat
Diabetes Mellitus Tipe 2 yaitu 90%-95% dari ini memang sangat digemari oleh sebagian
seluruh penyandang Diabetes Mellitus. masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit peningkatan kadar glukosa darah. Penyakit
gangguan metabolik yang di tandai oleh menahun yang disebabkan oleh penyakit
kenaikan gula darah akibat gangguan sekresi degeneratif seperti diabetes melitus
insulin atau resistensi insulin (Brunner dan meningkat sangat tajam. Perubahan pola
Suddart, 2001). penyakit ini diduga berhubungan dengan cara
Mekanisme yang tepat yang dapat hidup yang berubah. Pola makan di kota-kota
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan telah bergeser dari pola makan yang
sekresi insulin pada Diabetes Mellitus tipe II tradisional yang banyak mengandung
masih belum diketahui. Faktor genetik karbohidrat dan serat dari sayuran berubah
menjadi pola makan yang kebarat-baratan dan makan 3 kali sehari, jarang mengkonsumsi
sedikit serat.Komposisi makanan yang tinggi makanan cepat saji, makanan setiap hari
lemak, garam, dan sedikit serat pada makanan terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur-sayuran dan
siap saji yang pada akhir-akhir ini sangat terkadang mengkonsumsi buah-buahan serta
digemari dikalangan masyarakat Indonesia susu. Tiga dari lima responden mengatakan
(Suyono, 2007 dan Suiraoka, 2012). memiliki riwayat keturunan Diabetes Mellitus
Umur sangat erat kaitannya dengan tipe 2 dari orang tuanya.
terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, Berdasarkan latar belakang diatas
sehingga semakin meningkat usia maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
prevalensi diabetes dan gangguan toleransi yang berjudul hubungan antara usia,
glukosa semakin tinggi. Proses menua yang riwayat keturunan dan pola makan dengan
berlangsung setelah usia 30 tahun kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di ruang
mengakibatkan perubahan anatomis, Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai Samarinda.
dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat
jaringan dan akhirnya pada tingkat organ TUJUAN PENELITIAN
yang dapat mempengaruhi fungsi Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
homeostasis. Komponen tubuh yang dapat a. Mengidentifikasi karakteristik responden
mengalami perubahan adalah sel beta pada pasien ruang Flamboyan RSUD
pankreas yang menghasilkan hormon insulin, Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
sel-sel jaringan target yang menghasilkan b. Mengidentifikasi usia responden pada
glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang pasien ruang Flamboyan RSUD Abdul
mempengaruhi kadar glukosa (Goldberg dan Wahab Sjahranie Samarinda.
Coon, 2001). c. Mengidentifikasi riwayat keturunan
Berdasarkan data dari rekam medik Diabetes Mellitus tipe 2 pada pasien ruang
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
bahwa penderita Diabetes Mellitus tipe 2 Samarinda.
yang dirawat inap tahun 2012 sebanyak 1.127 d. Mengidentifikasi pola makan responden
orang, pada tahun 2013 sebanyak 1.410 orang pada pasien ruang Flamboyan RSUD
dan data pasien yang dirawat pada bulan Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Januari 2014 hingga 15 Desember 2014 e. Mengidentifikasi kejadian Diabetes
sebanyak 1.324 orang. Data Diabetes Mellitus Mellitus tipe 2 pada responden pada pasien
tipe 2 di ruang Flamboyan yang terdapat pada ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab
rekam medik selama satu bulan terakhir Sjahranie Samarinda.
sebanyak 32 pasien (Medical Record RSUD f. Menganalisa hubungan antara usia dengan
AWS, 2014). kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 pada
Berdasarkan dari studi pendahuluan pada pasien ruang Flamboyan RSUD Abdul
5 responden dengan Diabetes Mellitus tipe 2 Wahab Sjahranie Samarinda.
di ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab g. Menganalisa hubungan antara riwayat
Sjahranie Samarinda dengan cara wawancara keturunan dengan kejadian Diabetes
tidak terstruktur, usia dari 5 responden Mellitus tipe 2 pada pasien ruang
tersebut adalah 32 tahun, 34 tahun, 41 tahun, Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
50 tahun dan 52 tahun. Berdasarkan hasil Samarinda.
wawancara dengan 5 orang pasien Diabetes h. Menganalisa hubungan antara pola makan
Mellitus tipe 2 di ruang Flamboyan, 2 orang dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2
mengatakan bahwa mereka memiliki riwayat pada pasien ruang Flamboyan RSUD
pola makan yang kurang baik, seperti Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
konsumsi karbohidrat yang tinggi, kurangnya
mengkonsumsi serat seperti sayur-sayuran METODE PENELITIAN
dan buah-buahan, frekuensi makan lebih dari Rancangan penelitian adalah suatu yang
3 kali sehari, sering mengkonsumsi makanan sangat penting dalam penelitian,
cepat saji dan makanan yang manis-manis. memungkinkan pengontrolan maksimal
sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pola makan mereka baik seperti frekuensi akurasi suatu hasil. Dapat digunakan peneliti
sebagai petunjuk dalam perencanaan dan penelitian ini adalah: pasien Diabetes Mellitus
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu Tipe 2 yang dirawat di ruang Flamboyan
tujuan atau menjawab suatu pertanyaan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda,
penelitiaan dan merupakan hasil akhir dari tidak dalam keadaan emergency, dapat
suatu tahap keputusan yang dibuat oleh membaca dan menulis, bersedia menjadi
peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu responden, dan kriteria inklusi untuk sampel
penelitian bisa diterapkan (Nursalam, 2008). kontrol dalam penelitian ini adalah: bukan
Jenis penelitian ini adalah penelitian pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dan tidak
kuantitatif yaitu deskriptif analitik yang menderita komplikasi dari penyakit Diabates
bertujuan untuk mendeskripsikan atau Mellitus,tidak dalam keadaan emergency,
memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang dapat membaca dan menulis, bersedia
terjadi pada setiap variabel penelitian dan menjadi responden secara tertulis, sedangkan
kemudian menganalisa hubungan antara kriteria eksklusi untuk sampel kasus dalam
variabel penelitian (Nursalam, 2011). penelitian ini adalah: Klien yang mengalami
Sedangkan rancangan penelitian yang disorientasi karena prognosis yang buruk
digunakan adalah case control yaitu penelitian seperti koma diabetikum atau mengalami
yang berusaha melihat kebelakang (backward penurunan kesadaran, pasein dengan Diabetes
looking) yang artinya mengumpulkan data Mellitus tipe 1 dan kriteria ekslusi untuk
dimulai dari efek atau akibat yang terjadi. sampel kontrol dalam penelitian ini adalah:
Kemudian dari efek tersebut ditelusuri klien yang mengalami disorientasi karena
penyebabnya atau variabel-variabel yang prognosis yang buruk dari suatu penyakit
mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, yang dialami responden seperti penurunan
2005).Dengan mengidentifikasi efek pada saat kesadaran, pasien yang mengalami Diabetes
ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi Mellitus tipe 1, tidak dapat membaca dan
adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu menulis., menolak menjadi responden.
(Sugiono, 2006). Variabel yang diteliti dalam penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ini adalah variabel dependen (kejadian DM
membedakan populasi menjadi 2 yaitu tipe 2), variabel independen (usia, riwayat
populasi kasus dan populasi keturunan dan pola makan) di ruang
kontrol/pembanding (bukan kasus).Populasi Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
kasus adalah semua kasus Diabetes Mellitus Samarinda.
tipe 2 yang dirawat di ruang Flamboyan Instrumen yang akan digunakan dalam
RSUD Abdul Wahab Sjahranie penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner A
Samarinda.Jumlah populasi Diabetes Mellitus berisi tentang data demografi responden yang
tipe 2 selama satu bulan terakhir sebanyak 32 terdiri dari Kode responden (diisi peneliti),
pasien.Populasi pembanding disebut juga umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
populasi bukan kasus atau kontrol adalah riwayat keturunan dan kejadian DM tipe 2
semua pasien yang tidak di diagnosa sebagai Sedangkan kuesioner B berisi tentang
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang pertanyaan mengenai pola makan.
dirawat di ruang Flamboyan RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.Pengambilan Uji validitas yang digunakan adalah uji
sampel dalam penelitian ini adalah dengan Point Biserial.yaitu uji validitas dilakukan
menggunakan teknik sampling non dengan jalan mengkorelasikan nilai masing-
probability sampling, yaitu pengambilan masing butir yang diperoleh responden
sampel secara purposive sempling. Dalam dengan jumlah totoal nilai yang diperoleh
penelitian ini sampel yang digunakan untuk oleh satu responden (Riwidikdo, 2013). Uji
kelompok kasus adalah pasien dengan yang digunakan untuk menilai reliabilitas dari
Diabetes Mellitus tipe 2 dan sampel yang kuesioner pola makan responden adalah uji
digunakan untuk kelompok kontrol adalah KR-20.
pasien yang bukan dengan Diabetes Mellitus
tipe 2 yang dirawat di ruang Flamboyan HASIL PENELITIAN
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Pengambilan data kuesioner dengan
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. sampel 26kelompok kasus dan 26 kelompok
Kriteria inklusi untuk sampel kasus dalam kontrol yang dirawat di ruang Flamboyan
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Dari tabel 4.2 diatas dapat digambarkan
dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni bahwa dari 26 responden yang mengalami
selama 30 hari. Pengolahan data dilakukan DM tipe 2 terdapat 12 (46.2%) orang yang
setelah data primer yang didapat melalui berpendidikan SD, 5 (19.2%) orang SMP, 9
kuesioner terhadap 26 kelompok kasus dan 26 (34.6%) orang SMA dan 0 (0%) orang S1.
kelompok kontrol terkumpul.Hasil penelitian Sedangkan dari 26 responden yang tidak
disajikan dalam analisis univariat dan analisis mengalami DM tipe 2, terdapat 8 (30.8%)
bivariat.Pada tahap univariat disajikan orang yang berpendidikan SD, 6 (23%) orang
gambaran distribusi frekuensi dari seluruh SMP, 10 (38.5%) orang SMA dan 2 (7.7%)
variabel data yang diteliti.Analisis bivariat orang S1.
dilakukan untuk melihat ada tidaknya
hubungan antara variabel bebas dengan c. Pekerjaan
variabel terikat. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan pekerjaan
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini
menggambarkan karakteristik responden Katagori responden
Pekerja Total
yaitu, jenis kelamin, pendidikan, riwayat kasus kontrol
keturunan, pola makan dan kejadian DM tipe an
N % N % N %
2 yang diuraikan dibawah ini : IRT 14 53,9 11 42,3 25 48,1
a. Jenis kelamin Petani 3 11,5 4 15,4 7 13,5
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden Swasta 9 34,6 9 34,6 18 34,6
berdasarkan jenis kelamin PNS 0 0 2 7,7 2 3,8
Total 26 100 26 100 52 100
Katagori responden Sumber data primer
Jenis Total
kasus kontrol
kelamin
N % N % N % Dari tabel 4.3 diatas dapat digambarkan
Laki-laki 9 34,6 14 53,.8 23 44,2 bahwa dari 26 responden yang mengalami
Perempuan 17 65,4 12 46,2 29 55,8 DM tipe 2 terdapat 14 (53.9%) orang
Total 26 100 26 100 52 memiliki pekerjaan sebagai IRT, 3 (11.5%)
Sumber data primer orang sebagai petani, 9 (34.6%) orang sebagai
wiraswasta dan 0 (0%) orang sebagai PNS.
Dari tabel 4.1 diatas dapat digambarkan Sedangkan dari 26 responden yang tidak
bahwa dari 26 responden yang mengalami mengalami DM tipe 2, terdapat 11 (42.3%)
DM tipe 2 terdapat 9 orang (34.6%) yang orang memiliki pekerjaan sebagai IRT, 4
berjenis kelamin laki-laki dan 17 (65.4%) (15.4%) orang sebagai petani, 9 (34.6%)
yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan orang sebagai wiraswasta dan 2 (7.7%) orang
dari 26 responden yang tidak mengalami DM sebagai PNS.
tipe 2, terdapat 14 orang (53.8%) yang
berjenis kelamin laki-laki dan 12 orang d. Usia
(65.4%) yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia
b. Pendidikan terakhir
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden Katagori responden
Total
berdasarkan pendidkan terakhir Usia kasus kontrol
Pendidik Katagori responden N % N % N %
Total
an kasus kontrol 45
Terakhir N % N % N % tahun 21 80,8 9 34,6 30 57,7
SD 12 46,2 8 30, 20 38,5 < 45 5 19,2 17 65,4 22 42,3
SMP 5 19,2 6 23 11 21,2 tahun
SMA 9 34,6 10 38,5 19 36,5 Total 26 100 26 100 52 100
S1 0 0 2 7,7 2 2,8 Sumber data primer
Total 26 100 26 100 52 100
Sumber data primer Dari tabel 4.4 diatas dapat digambarkan
bahwa dari 26 responden yang mengalami
DM tipe 2 terdapat 21 (80.8%) yang berusia > kurang baik dan 18 orang (69.2%) yang
45tahun dan 5 (19.2%) yang berusia < 45 berpola makan baik.
tahun. Sedangkan dari 26 responden yang
tidak mengalami DM tipe 2, terdapat 9 orang g. Kejadaian DM tipe 2
(34.6%) yang berusia 45 tahun dan 17 orang Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden
(65.4%) yang berusia < 45 tahun. berdasarkan kejadian Diabetes Mellitus
tipe 2
e. Riwayat Keturunan
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden No Kejadian Frekuensi %
berdasarkan riwayat keturunan Diabetes DM tipe 2
mellitus tipe 2 1 DM tipe 2 26 50
2 Tidak DM 26 50
Riwayat Katagori responden tipe 2
Total
Keturun kasus kontrol JUmlah 52 100
an N % N % N % Sumber data primer
84,
Ada
22 6 5 19,2 27 51,9 Tabel 4.7 di atas menunjukan dari 52
Tidak
4 15, 21 80,8 25 48,1 responden yang mengalami DM tipe 2
ada
4 sebanyak 26 responden (50,0%) dan yang
Total 26 100 26 100 52 100 tidak mengalami DM tipe 2 sebanyak 26
Sumber data primer responden (50,0%).

Dari tabel 4.5 diatas dapat digambarkan 2. Analisa Bivariat


bahwa dari 26 responden yang mengalami Hasil analisis bivariat dari usia, riwayat
DM tipe 2 terdapat 22 (48.6%) yang memiliki keturunan dan pola makan dengan kejadian
riwayat keturunan dan 4 (15.4%) yang tidak Diabetes Mellitus tipe 2 di ruang Flamboyan
memiliki riwayat keturunan. Sedangkan dari RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
26 responden yang tidak mengalami DM tipe yaitu antara variabel usia dengan variabel
2, terdapat 5 orang (19.2%) yang kejadian DM tipe 2. Variabel riwayat
memupunyai riwayat keturunan dan 21 orang keturuna denga kejadian DM tipe 2 dan
(80.8%) yang tidak memiliki riwayat variabel pola makan dengan kejadian DM tipe
keturunan. 2 di ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
f. Pola makan Hubungan masing-masing variabel
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden tersebut didapatkan berdasarkan analisa
berdasarkan pola makan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square
(X2) dengan tingkat kemaknaan 95 % atau
Riwayat Katagori responden = 0,05. Dinyatakan berhubungan jika nilai P
Total
Keturuna Kasus kontrol value 0,05 berarti memiliki hubungan antara
n N % N % N % variabel independen dan variabel dependen,
Kurang
79, sedangkan jika nilai P value 0,05 berarti
20 9 8 30,8 28 53,8 tidak memiliki hubungan antara variabel
baik
6 23, 18 62,2 24 46,2 independen dan variabel dependen. Hubungan
Baik
1 antara variabel tersebut adalah sebagai
Total 26 100 26 100 52 100 berikut:
Sumber data primer
a. Hubungan antara usia dengan kejadian
Dari tabel 4.6 diatas dapat digambarkan Diabetes Mellitus tipe 2
bahwa dari 26 responden yang mengalami Tabel 4.8 Analisa bivariat hubungan usia
DM tipe 2 terdapat 20 (79.9%) yang bepola dengan kejadian Diabetes mellitus tipe 2
makan kurang baik dan 6 (23.1%) yang
berpola makan baik. Sedangkan dari 26
responden yang tidak mengalami DM tipe 2, DM tipe 2 P OR
terdapat 8 orang (30.8%) yang berpola makan Usia Jumlah
DM Tidak value CI
tipe DM 95% Hasil uji statistik diperoleh hasil P value
2 tipe 2 0,001 < (0,05) sehingga dapat dinyatakan
45 hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis
tahun 21 9 30 alternatif yang mengatakan terdapat hubungan
0,002 7,993 yang bermakna antara riwayat keturunan
< 45 5 17 22
tahun dengan kejadian Diabetes mellitus tipe 2.
Total 26 26 52 Nilai OR 23,100 dengan CI 95% (5,449-
Sumber data primer 97,925) yang berarti responden yang memiliki
riwayat keturunan DM tipe 2 beresiko 23,100
Dari tabel 4.8 diatas dapat digambarkan kali untuk mengalami DM tipe 2
bahwa dari 26 responden yang mengalami dibandingkan dengan responden yang tidak
DM tipe 2 terdapat 21 (80.8%) yang berusia > memiliki riwayat keturunan DM tipe 2.
45tahun dan 5 (19.2%) yang berusia < 45
tahun. Sedangkan dari 26 responden yang c. Hubungan antara pola makan dengan
tidak mengalami DM tipe 2, terdapat 9 orang kejadian Diabetes Mellitus tipe 2
(34.6%) yang berusia > 45 tahun dan 17 Tabel 4.10 Analisa bivariat hubungan
orang (65.4%) yang berusia < 45 tahun. antara pola makan dengan kejadian
Hasil uji statistik diperoleh hasil P value Diabetes Mellitus tipe 2
0,002 < (0,05) sehingga dapat dinyatakan
hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis DM tipe 2
alternatif yang menyatakan terdapat hubungan OR
Pola DM Tidak P
bermakna antara usia dengan kejadian Jumlah CI
makan tipe DM value
Diabetes mellitus tipe 2. Nilai OR 7,933 95%
2 tipe 2
dengan CI 95% (2,236-28,1510) yang berarti Kurang
responden yang memiliki usia 45 tahun 20 8 28
baik 0,002 7,500
beresiko 7,933 kali untuk mengalami 6 18 24
Baik
Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan Total 26 26 52
responden yang memiliki usia < 45 tahun. Sumber data primer
b. Hubungan antara riwayat keturunan Dari tabel 4.8 diatas dapat digambarkan
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 bahwa dari 26 responden yang mengalami
Tabel 4.9 Analisa bivariat hubungan antara DM tipe 2 terdapat 20 (79.9%) yang bepola
riwayat keturunan dengan kejadian Diabetes makan kurang baik dan 6 (23.1%) yang
Mellitus tipe 2 berpola makan baik. Sedangkan dari 26
responden yang tidak mengalami DM tipe 2,
DM tipe 2 terdapat 8 orang (30.8%) yang berpola makan
Riwayat DM Tidak P OR kurang baik dan 18 orang (69.2%) yang
Jumlah
keturunan tipe DM value CI 95% berpola makan baik.
2 tipe 2 Hasil uji statistik diperoleh hasil P value
Ada 22 5 27 0,002 < (0,05) sehingga dapat dinyatakan
0,001 23,100 hipotesis nol di tolak dan menerima hipotesis
Tidak ada 4 21 25
Total 26 26 52 alternatif yang mengatakan terdapat hubungan
Sumber data primer bermakna antara pola makan dengan kejadian
Diabetes Mellitus tipe 2. Nilai OR 7,500
Dari tabel 4.9 diatas dapat digambarkan dengan CI 95% (2,181-25,795) yang berarti
bahwa dari 26 responden yang mengalami responden yang berpola makan kurang baik
DM tipe 2 terdapat 22 (48.6%) yang memiliki beresiko 7,500 kali untuk mengalami
riwayat keturunan dan 4 (15.4%) yang tidak Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan
memiliki riwayat keturunan. Sedangkan dari responden yang berpola makan baik.
26 responden yang tidak mengalami DM tipe
2, terdapat 5 orang (19.2%) yang
memupunyai riwayat keturunan dan 21 orang
(80.8%) yang tidak memiliki riwayat PEMBAHASAN
keturunan. 1. Pembahasan Univariat
a. Umur akan mendukung kemampuan individu untuk
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa menerima informasi dan tingkat pendidikan
karakteristik responden menunjukan dari 26 seseorang dapat membentuk nilai-nilai bagi
responden yang mengalami DM tipe 2, dirinya sendiri. Sedangkan menurut peneliti
mayoritas responden berjenis kelamin tingkat pendidikan memiliki pengaruh
perempuan (65.4%) sedangkan dari 26 terhadap kejadian penyakit Diabetes Mellitus
responden yang tidak mengalami DM tipe 2 Tipe 2. Orang yang tingkat pendidikannya
mayoritas responden berjenis kelamin laki- tinggi biasanya akan memiliki banyak
laki (53.8%). pengetahuan tentang kesehatan. Dengan
Hasil penelitian ini mendukung adanya pengetahuan tersebut orang akan
penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanto memiliki kesadaran dalam menjaga
(2012), dimana menujukan jumlah penderita kesehatannya dengan berprilaku hidup yang
DM pada perempuan lebih banyak dari pada baik.
laki-laki. Menurut Purnomo (2013) bahwa
insiden pada wanita lebih banyak dari laki- c. Pekerjaan
laki karena pada perempuan terjadi masa pra Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
menopause dan menopause dengan ditambah karakteristik responden menunjukan dari 26
faktor-faktor lain seperti gaya hidup, kurang responden yang mengalami DM tipe 2,
aktifitas fisik, faktor stres, dan lain mayoritas responden sebagai IRT (53.9%)
sebagainya. sedangkan dari 26 responden yang tidak
Menurut peneliti prevalensi kejadian mengalami DM tipe 2 terdapat 42.3%
DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada responden juga sebagai IRT. Peningkatan
laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap kadar gula darah seseorang dapat disebabkan
diabetes karena secara fisik wanita memiliki oleh peningkatan pola makan karbohidrat
peluang peningkatan indeks masa tubuh yang yang tinggi dan kurangnya aktifitas fisik yang
lebih besar. Sindroma siklus bulanan diikuti oleh kondisi stres yang dapat
(premenstrual syndrome), pasca-menopouse mempengaruhi perubahan kadar gula darah
yang membuat distribusi lemak tubuh pasien, dimana diketahui keadaan stres dapat
menjadi mudah terakumulasi akibat proses memicu peningkatan produksi Efinefrin yang
hormonal tersebut sehingga wanita berisiko dapat menyebabkan mobilisasi glukosa, asam
menderita Diabetes Mellitus tipe 2. lemak dan asam laktat (Smeltzer dan Bare,
2001). Efinefrin adalah sebagai antagonis
b. Pendidikan terakhir insulin sehingga menghambat kerja insulin
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dan dapat mempengaruhi perubahan kadar
karakteristik responden menunjukan dari 26 gula darah. Menurut penelitian Purnomo
responden yang mengalami DM tipe 2, (2013) pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
mayoritas responden berpendidikan hanya memiliki beban yang tinggi sehinga dapat
sampai SD (46.2%) sedangkan dari 26 memicu terjadinya stres yang dapat berakibat
responden yang tidak mengalami DM tipe 2 buruk terhadap kesehatan diri, salah satunya
mayoritas responden berpendidikan sampai adalah peningkatan kadar gula darah.
SMA (38.5%). Pendidikan adalah salah satu Menurut asumsi peneliti peningkatan
usaha untuk mengembangkan keperibadian kadar gula darah responden disebabkan oleh
dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah beban kerja yang tinggi sehingga terjadi stres,
dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan dimana stres dapat memicu terjadinya
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi peningkatan produksi Efinefrin dan
pendidikan seseorang makin mudah orang mempengaruhi kadar gula darah serta kondisi
tersebut untuk menerima informasi, baik dari responden yang dalam keadaan stres dapat
orang lain maupun dari media massa, semakin menyebabakan perubahan pola makan seperti
banyak informasi yang masuk semakin banyak mengkonsumsi makan makanan yang
banyak pula pengetahuan yang didapat tinggi karbohidrat.
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian purnomo (2013) d. Usia
bahwa pendidikan yang pernah ditempuh oleh Dalam penelitian ini usia yang dikaji
seseorang merupakan salah satu faktor yang adalah waktu dari kelahiran hingga ulang
tahun terakhir dari responden. Hasil penelitian memupunyai riwayat keturunan dan 21 orang
ini menujukan bahwa dari 26 responden yang (80.8%) yang tidak memiliki riwayat
mengalami DM tipe 2 terdapat 21 (80.8%) keturunan. Mayoritas responden yang
yang berusia 45 tahun dan 5 (19.2%) yang mengalami DM tipe 2 memiliki riwayat
berusia < 45 tahun. Sedangkan dari 26 keturunan sedangkan responden yang tidak
responden yang tidak mengalami DM tipe 2, mengalami DM tipe 2 mayoritas tidak
terdapat 9 orang (34.6%) yang berusia > 45 memiliki riwayat keturunan.
tahun dan 17 orang (65.4%) yang berusia < Prevalensi DM tipe 2 yang tinggi pada
45 tahun. Mayoritas usia responden kelompok anak dari orang tua yang menderita diabetes
DM tipe 2 adalah 45 tahun sedangkan usia dan keterkaitan DM tipe 2 dengan banyak gen
responden yang tidak mengalami DM tipe 2 kandidat telah teridentifikasi pada berbagai
adalah < 45 tahun. populasi, tetapi tidak ada gen yang terlihat
Proses menua yang berlangsung pada sebagai gen utama di dalam proses terjadinya
usia 45 tahun ke atas mengakibatkan kelainan tersebut. Munculnya diabetes yang
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia, biasa muncul ketika dewasa merupakan
perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut bentuk monogenik DM tipe 2 dengan usia 45
pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tahun ke atas. Kelainan ini diturunkan secara
tingkat organ yang dapat mempengaruhi autosomal dominan dan mutasi disebutkan
fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang terjadi paling sedikit pada lima gen. varian
dapat mengalami perubahan adalah sel beta genetik lainnya adalah kehilangan
pankreas yang menghasilkan hormon insulin, pendengaran yang diwariskan secara maternal
sel sel jaringan target yang menghasilkan pada diabetes mellitus (MIDDM, maternally
glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang inherited deafness in diabetes melitus) yang
mempengaruhi kadar glukosa. (Goldberg dan merupakan ciri khas DM tipe 1 maupun tipe
Coon, 2001). Menurut penelitian purnomo 2. Hanya anak perempuan yang dapat
(2013) bahwa usia diatas 45 tahun cendrung mewariskan penyakit ini kepada keturunan,
mengalami penurunan fungsi kerja organ kendati kedua gander sama-sama dapat
tubuh seperti fungsi kerja hati, ginjal, sel dan terkena (Michael dkk, 2006).Menurut
lain sebagainya. penelitian Kaban (2007) Timbulnya penyakit
Menurut peneliti mayoritas usia Diabetes Melitus Tipe 2 sangat dipengaruhi
responden yang mengalami DM tipe 2 45 oleh faktor genetik. Bila terjadi mutasi gen
tahun karena pada usia tersebut kemampuan menyebabkan kekacauan metabolisme yang
tubuh dalam bermetabolisme mengalami berujung pada timbulnya DM Tipe 2.
tahap penurunan dan sebagian besar Menurut peneliti mayoritas responden
responden yang sudah lanjut usia pada masa memiliki riwayat keturunan DM tipe 2 karena
mudanya berpola hidup yang kurang baik, DM tipe 2 memiliki faktor-faktor penyebab
seperti pola makan yang kurang baik dan yang dikatagorikan menjadi 2, yaitu faktor
kurangnya aktifitas fisik. Jika seseorang yang dapat dirubah dan tidak dapat dirubah,
memiliki kesadaran yang tinggi tentang riwayat keturunan termasuk dari salah satu
kesehatan maka akan berusaha untuk faktor yang tidak dapat dirubah. Anak yang
menghindari hal-hal yang akan bisa memiliki orang tua dengan Diabetes Mellitus
mengganggu kesehatan. tipe 2 mempunya resiko yang lebih besar
untuk mengalami DM tipe 2 dibandingkan
e. Riwayat keturunan anak yang tidak memiliki orang tua dengan
Dalam penelitian ini riwayat keturunan DM tipe 2.
yang dikaji apakah responden memiliki
riwayat keturunan Diabetes Mellitus tipe 2 f. Pola makan
dari salah satu atau kedua orang tuanya. Dalam penelitian ini pola makan yang
bahwa dari 26 responden yang mengalami dikaji adalah pola makan masa lalu dari
DM tipe 2 terdapat 22 (84.6%) yang memiliki responden. Hasil penelitian ini menujukan
riwayat keturunan dan 4 (15.4%) yang tidak bahwa dari 26 responden yang mengalami
memiliki riwayat keturunan. Sedangkan dari DM tipe 2 terdapat 20 (79.9%) yang bepola
26 responden yang tidak mengalami DM tipe makan kurang baik dan 6 (23.1%) yang
2, terdapat 5 orang (19.2%) yang berpola makan baik. Sedangkan dari 26
responden yang tidak mengalami DM tipe 2, glukosa dalam darah atau hiperglikemia
terdapat 8 orang (30.8%) yang berpola makan (Smeltzer & Bare, 2001). Hasil penelitian ini
kurang baik dan 18 orang (69.2%) yang menunjukan dari 52 responden yang
berpola makan baik. Mayoritas pola makan mengalami DM tipe 2 dan yang tidak
responden yang mengalami DM tipe 2 mengalami DM tipe 2 memiliki frekuensi
berpola makan kurang baik sedangkan yang sama.
responden yang tidak mengalami DM tipe 2
mayoritas berpola makan baik. 2. Analisa Bivariat
Pola makan adalah berbagai informasi a. Hubungan antara usia dengan kejadian
yang memberikan gambaran macam dan Diabetes Mellitus tipe 2
model bahan makanan yang dikonsumsi Hasil analisa menggunakan metode Chi
setiap hari.Pola makan adalah gambaran Square didaptkan hasil P value 0,002 <
tentang jenis, Sumber dan jumlah bahan (0,05). Hasil ini menujukan bahwa
makanan yang dikonsumsi setiap hari yang adahubungan bermakna antara usia dengan
sudah merupakan kebiasaan yang berlaku kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di ruang
dalam suatu kelompok masyarakat.(Persagi, Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie
2009).Tubuh kita secara umum membutuhkan Samarinda. Dan didapatkan juga nilai OR
diet seimbang untuk menghasilkan energi 7,933 dengan CI 95% (2,236-28,1510) yang
untuk melakukan fungsi-fungsi vital. Terlalu berarti responden yang memiliki usia 45
banyak makanan, akan menghambat pankreas tahun beresiko 7,933 kali untuk mengalami
untuk menjalankan fungsi sekresi insulin, jika Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan
sekresi insulin terhambat maka kadar gula responden yang memiliki usia <45 tahun.
dalam darah akan meningkat. Orang-orang Hal ini sejalan dengan teori yang
yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang dikemukakan oleh Goldberg dan Coon (2001)
banyak mengandung karbohidrat seperti yang menyatakan proses menua yang
biskuit, coklat, es cream dan lain sebagainya berlangsung pada usia 45 tahun ke atas
sangat berpotensi untuk terserang penyakit mengakibatkan perubahan anatomis,
diabetes melitus (Waspadji, 2004). Menurut fisiologis dan biokimia, perubahan dimulai
penelitian Sudaryanto (2012) Faktor makanan dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat
juga merupakan faktor utama yang jaringan dan akhirnya pada tingkat organ
bertanggung jawab sebagai penyebab diabetes yang dapat mempengaruhi fungsi
melitus tipe 2. Makan terlalu banyak homeostasis. Komponen tubuh yang dapat
karbohidrat, lemak dan protein semua mengalami perubahan adalah sel beta
berbahaya bagi tubuh. pankreas yang menghasilkan hormon insulin,
Menurut peneliti mayoritas pola makan sel sel jaringan target yang menghasilkan
responden kurang baik karena kurangnya glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
pengetahuan tentang bagaimana pola makan mempengaruhi kadar glukosa. Perubahan
yang baik, hal itu bisa terlihat dari tingkat metabolisme tubuh yang ditandai dengan
pendidikan responden yang mayoritas penurunan produksi hormon tertosteron untuk
berpendidikan SD. Masih sering kita jumpai laki-laki dan estrogen untuk perempuan
masyarakat yang mempunyai persepsi salah biasanya memasuki usia 45 tahun keatas,
terhadap mutu bahan makanan, yang dalam kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam
mengkonsumsi sehari-hari lebih pengaturan hormon seks, tetapi juga
mengutamakan nasi dari pada bahan makan metabolisme pengaturan proses metabolisme
yang lain, mereka menganggap bahwa dengan tubuh, salah satu fungsi dua hormon tersebut
makan nasi, semua zat gizi yang diperlukan adalah mendistribusikan lemak keseluruh
tubuh bisa terpenuhi. tubuh akibatnya, lemak menumpuk diperut,
batasan lingkar perut normal untuk
g. kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 perempuan < 80cm dan untuk laki-laki <
Dalam penelitian ini kejadian DM tipe 2 90cm. Membesarnya lingkaran pinggang akan
yang di kaji apakah responden mengalami diikuti dengan peningkatan gula darah dan
DM tipe 2 atau tidak mengalami DM tipe 2. kolesterol yang akan diikuti dengan sindroma
DM tipe 2 merupakan sekelompok kelainan metabolik yakni terganggunya metabolisme
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
tubuh dari sinilah mulai timbulnya penyakit riwayat keturunan DM tipe 2 beresiko 23,100
degeneratif (Tjokroprawiro, 2006). kali untuk mengalami DM tipe 2
Umur adalah salah satu faktor yang yang dibandingkan dengan responden yang tidak
paling umum yang mempengaruhi individu memiliki riwayat keturunan DM tipe 2.
untuk diabetes. Faktor resiko meningkat Hal ini sejalan dengan teori yang
secara signifikan setelah usia 45 tahun dan dikemukakan oleh Michael dkk (2006) yang
meningkat secara dramatis setelah usia 65 menyatakan prevalensi DM tipe 2 yang tinggi
tahun. Hal ini terjadi karena orang-orang pada pada anak dari orang tua yang menderita
usia ini kurang aktif, berat badan akan diabetes dan keterkaitan DM tipe 2 dengan
bertambah dan massa otot akan berkurang banyak gen kandidat telah teridentifikasi pada
sehingga menyebabkan disfungsi pankreas. berbagai populasi, tetapi tidak ada gen yang
Disfungsi pankreas dapat menyebabkan terlihat sebagai gen utama di dalam proses
peningkatan kadar gula dalam darah karena terjadinya kelainan tersebut. Munculnya
tidak diproduksinya insulin (DAdamo, diabetes yang biasa muncul ketika dewasa
2007). merupakan bentuk monogenik DM tipe 2
Hasil penelitian ini selaras dengan dengan usia 45 tahun ke atas. Kelainan ini
penelitian sebelumnya yaitu penelitian diturunkan secara autosomal dominan dan
yang dilakukan oleh Wicaksono (2011) mutasi disebutkan terjadi paling sedikit pada
dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan lima gen. varian genetik lainnya adalah
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di kehilangan pendengaran yang diwariskan
Poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Dr. secara maternal pada diabetes mellitus
Kariadi Semarang yang menunjukkan bahwa (MIDDM, maternally inherited deafness in
terdapat hubungan bermakna antara usia diabetes melitus) yang merupakan ciri khas
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di DM tipe 1 maupun tipe 2. Hanya anak
Poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Dr. perempuan yang dapat mewariskan penyakit
Kariadi Semarang. ini kepada keturunan, kendati kedua gander
Hasil penelitian ini didapatkan pula ada sama-sama dapat terkena.
9 (34,6%) dari 26 responden yang memiliki Hasil penelitian ini selaras dengan
usia 45 tahun tetapi tidak mengalami DM penelitian sebelumnya yaitu penelitian
tipe 2. Menurut peneliti hal ini terjadi karena yang dilakukan oleh Wicaksono (2011)
kesadaran tentang kesehatan yang dimiliki dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan
responden baik, sehingga responden dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di
terdorong untuk berpola hidup yang baik, Poli klinik penyakit dalam Rumah Sakit Dr.
seperti melakukan aktifitas fisik yang cukup Kariadi Semarang yang menunjukkan bahwa
dan menjaga pola makan dengan baik. terdapat hubungan bermakna antara riwayat
Sebaliknya ada 5 (19,2%) dari 26 responden keturunan dengan kejadian Diabetes Mellitus
yang memiliki usia < 45 tahun tetapi tipe 2 di Poli klinik penyakit dalam Rumah
mengalami Diabetes Mellitus tipe 2. Menurut Sakit Dr. Kariadi Semarang.
peneliti hal ini disebabkan oleh banyak faktor Hasil penelitian ini didapatkan pula ada
seperti pola makan responden yang kurang 5 (19,2%) dari 26 responden yang memiliki
baik serta responden yang memiliki orang tua riwayat keturunan DM tipe 2 dari orang
dengan DM tipe 2. tuanya tetapi tidak mengalami DM tipe 2.
Menurut peneliti hal ini terjadi karena dari
b. Hubungan antara riwayat keturunan pengetahuan responden tersebut yang baik,
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 mereka tahu bahwa Diabetes dapat diturunkan
Hasil analisa menggunakan metode Chi dari orang tua yang mengalami Diabetes, oleh
Square didaptkan hasil P value 0,000 < karena itu mereka menjaga pola hidup dengan
(0,05). Hasil ini menujukan bahwa ada baik. Sebaliknya ada 4 (15,4%) dari 26
hubungan bermakna antara riwayat keturunan responden yang tidak memiliki riwayat
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di keturunan DM tipe 2 tetapi mengalami
ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Diabetes Mellitus tipe 2. Menurut peneliti hal
Sjahranie Samarinda. Dan didaptkan juga ini disebabkan oleh banyak faktor seperti pola
nilai OR 23,100 dengan CI 95% (5,449- makan responden yang kurang baik serta
97,925) yang berarti responden yang memiliki kurangnya aktifitas fisik.
karena banyak faktor, seperti usia responden
c. Hubungan antara pola makan dengan yang masih berada di usia yang kurang
kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 bersiko untuk mengalami DM tipe 2 atau < 45
Setelah didapatkan data dari variabel tahun, pada rentang usia itu tubuh masih bisa
independen yaitu pola makan dan data mentoleransi prilaku hidup yang kurang baik,
variabel dependen yaitu kejadiaan Diabetes namun apabila tubuh sudah tidak dapat
Mellitus tipe 2, maka dilakukan analisa tabel mentoleransi karena usia yang semakin
silang (crosstabs) menggunakan metode Chi menua, maka dapat terjadi hal yang lebih
Square didaptkan hasil P value 0,002 < buruk. Sebaliknya ada 6 (23,1%) dari 26
(0,05). Hasil ini menujukan bahwa ada responden yang berpola makan baik tetapi
hubungan bermakna antara riwayat keturunan mengalami Diabetes Mellitus tipe 2. Menurut
dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di peneliti hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab faktor salah satunya riwayat keturunan dari
Sjahranie Samarinda. Dan didaptkan juga orang tua responden yang mengalami DM
nilai OR 7,500 dengan CI 95% (2,181- tipe 2. Sesuai dengan teori dan penelitian
25,795) yang berarti responden yang berpola terdahulu bahwa anak dengan orang tua yang
makan kurang baik beresiko 7,500 kali untuk mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 lebih
mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 beresiko untuk mengalami DM tipe 2 dari
dibandingkan dengan responden yang berpola pada anak yang tidak memiliki riwayat
makan baik. keturunan DM tipe 2 dari orang tuanya.
Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Waspadji (2004) yang KETERBATASAN PENELITIAN
menyatakan faktor makanan juga merupakan Variabel penelitian yang terbatas yaitu
faktor utama yang bertanggung jawab sebagai pada variabel independen hanya pada usia,
penyebab diabetes melitus tipe 2.Makan riwayat keturunan dan pola makan pasien
terlalu banyak karbohidrat, lemak dan protein yang diteliti, hal ini memungkinkan masih
semua berbahaya bagi tubuh.Tubuh kita banyak faktor lain seperti aktifitas fisik, status
secara umum membutuhkan diet seimbang gizi, dan lain lain yang dapat berpengaruh
untuk menghasilkan energi untuk melakukan terhadap kejadian Diabetes Mellitus tipe
fungsi-fungsi vital. Terlalu banyak makanan, 2.Tempat penelitian yang terbatas pada rumah
akan menghambat pankreas untuk sakit sehingga cakupan penelitian lebih
menjalankan fungsi sekresi insulin, jika sedikit dibandingkan di wilayah masyarakat.
sekresi insulin terhambat maka kadar gula Persepsi responden tentang pola makan
dalam darah akan meningkat. Orang-orang sukar untuk dikontrol oleh peneliti.Upaya
yang terbiasa mengkonsumsi makanan yang yang dilakukan untuk mengurangi kendala ini
banyak mengandung karbohidrat seperti adalah dengan memberikan penjelasan
biskuit, coklat, es cream dan lain sebagainya tentang pertanyaan kuesioner.
sangat berpotensi untuk terserang penyakit Salah satu kelemahan utama case control
diabetes melitus tipe 2. adalah keterbatasan dalam mengingat kembali
Hasil penelitian ini selaras dengan kejadian yang telah berlalu.
penelitian sebelumnya yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Wicaksono (2011)
dengan judul hubungan antara pola makan, DAFTAR PUSTAKA
genetik dan kebiasaan olahraga terhadap D"Adamo, P, J. (2008) Diet Sehat Diabetes
kejadian diabetes melitus tipe 2 di wilayah Sesuai Golongan Darah. Yogyakarta:
kerja puskesmas Nusukan, Banjarsari yang Delapratsa.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara pola makan dengan kejadian IDF. (2013). http://www.idf.org/media-
Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja event/press release / 2013 / diabetes -
puskesmas Nusukan, Banjarsari. atlas-6-edition, diperoleh 15 Januari
Hasil penelitian ini didapatkan pula ada 2015.
8 (30,8,2%) dari 26 responden yang berpola
makan kurang baik tetapi tidak mengalami Kaban, S. 2007. Diabetes Tipe 2 di Kota
DM tipe 2. Menurut peneliti hal ini terjadi Sibolga Tahun 2005. Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 40 No. 2 Sugiono. (2006). Statistik Untuk Penelitian.
Juni 2007. diperoleh 15 Januari 2015 Jakarta: Alfa Beta.

Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif.
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jogyakarta: Nuhamedika.
(2014). Suyono, S. (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit
dalam. Jakarta: Departeman Penyakit
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Dalam FKUI.
Penelitian Kesehatan, Edisi revisi.
Jakarta: Rineka Cipta. Tjokroprawiro, A. (2006). Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diagnosis dan Terapi.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Metodelogi penelitian Keperawatan.
Jakarta: Info Medika. Waspadji, S. (2004). Diabetes Mellitus :
Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya
PERKENI. (2011). konsensus pengelolaan yang Rasional Dalam Penatalaksanaan
diabetes mellitus tipe 2 di indonesia Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta: FKUI.
2006. jakarta: PB PERKENI.
Wiardani, N. K. (2005). Pola Makan dan
Purnomo, A. (2013). Hubungan Antara Obesitas Sebagai Faktor Resiko
Tingkat Pengetahuan Tentang Home Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit
Care Dengan Prilaku Pemanfaatan Sanglah Denpasar. Jurnal Gizi Klinik
Pelayanan Home Care Pada Pasien Indonesia.
Ulkus Diabetik Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jati Luhur, Karang Anyar. Wicaksono, R. (2011). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
PERSAGI. (2009). Tabel komposisi pangan Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik
Indonesia. Jakarta. PT Elex Media Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr.
Komputindo/ Kariadi.

Riskesdes. (2013). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: 2013.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan :


Belajar Mudah Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Sanjaya, I. N. (2006). Pola Konsumsi
Makanan Tradisional Bali Sebagai
Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe II
di Tabanan.

Smeltzer, & Bare. (2001). Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart, Volume 2, Edisi VIII. Jakarta:
EGC.

Sudaryanto, A. (2012). Hubungan Antara


Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan
Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nusukan, Banjarsari.

Anda mungkin juga menyukai