BAB IV
informasi kuantitatif yang bersifat keuangan yang berguna bagi pihak perusahaan,
oleh sebab itu begitu pentingnya informasi tersebut sehingga perlu disusun suatu
sistem yang tepat dalam rangka pengolahan data yang dibutuhkan bagi
pertumbuhannya paling tinggi pada saat ini adalah sektor industri pangan yaitu
mencapai 27,4 %. Industri pangan merupakan salah satu industri pengolahan hasil
43
pertanian, dimana industri hasil pertanian merupakan salah satu bentuk industri
yang menghasilkan berbagai produk hasil pertanian olahan dalam bentuk makanan
merupakan salah satu sektor yang mampu bertahan dan bangkit pada saat krisis
ekonomi dan kenaikan BBM yang tinggi. Dalam hal ini industri merupakan salah
didirikan oleh A. Hamid pada tahun 1986 dan memproduksi tauco dengan merek
dagang Tauco Cap Cabe Rawit yang pada saat itu memproduksi tauco berskala
kecil.
Usaha ini dimulai dengan cara usaha mandiri yaitu mulai dari
Sebenarnya usaha ini sudah dilakukan oleh pamannya di Bandung, namun dengan
Sukabumi, sebagai tempat produksi tauco. Namun hal tersebut hanya berlangsung
Usaha Tauco Cap Cabe Rawit berkembang dengan pesat, sehingga pada
gedung baru yang telah di bangun. Lokasi Perusahaan Pangan Sejahtera sampai
saat ini berada di Jl. Pelabuhan II Km. 3 No. 30 Sukabumi, dengan luas tanah dan
dimaksudkan agar melalui bidang usaha pangan (tauco) ini dapat memberikan
Sejalan dengan berkembangnya zaman dan kondisi, sampai saat ini produksi
Peralatan produksi yang digunakan dan sistem proses produksi secara terus
meningkatkan taraf hidup keluarga dan adanya keinginan untuk mandiri. Selain
Pemerintah, maupun oleh Instansi lainnya yang terkait dengan usaha yang
45
orang dalam perusahaan secara tegas dan jelas dalam melaksanakan tugas kepada
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Perusahaan Pangan Sejahtera
PIMPINAN
PERAWATAN
PROSESSING DRIVER KASIR MESIN
1. Pimpinan
a. Penanggung jawab tertinggi terhadap mutu dan operasional perusahaan
b. Mengkoordinir dan mengatur pelaksanaan tugas staf
c. Menetapkan kebijakan perusahaan
d. Mengadakan hubungan dengan pihak luar
2. Bagian Produksi
a. Mempersiapkan bahan baku dan kemasan
b. Mengawasi pelaksanaan proses produksi
c. Mengecek hasil produksi
d. Mengkoordinir staf di bagian produksi
e. Menyampaikan laporan dan bertanggung jawab kepada pemimpin
1) Prosessing
a) Menyeleksi bahan baku dan bahan penunjang
b) Memproses produksi tauco
c) Menyeleksi hasil produksi
d) Bertanggung jawab kepada bagian produksi
2) Kemasan
a) Menyiapkan bahan kemasan
b) Melaksanakan kemasan barang
c) Bertanggung jawab pada bagian produksi
3. Bagian Pemasaran
a. Menyiapkan pelaksanaan pemasaran produk
b. Memasarkan produk ke relasi
c. Memasarkan produk ke masyarakat
d. Mempromosikan produk
e. Menjajakan perusahaan pasar
f. Bertanggung jawab kepada pemimpin
1) Driver
a) Mempersiapkan kendaraan dalam keadaan layak jalan
b) Mengantarkan sales
c) Memasarkan produk
d) Memelihara dan menjaga kebersihan kendaraan
e) Melaporkan atas kerusakan kendaraan
f) Bertanggung jawab kepada bagian pemasaran, bagian umum
maupun pimpinan
2) Sales
a) Memasarkan produk kepada relasi
b) Mencari dan mengembangkan pasar baru
47
4. Bagian Administrasi
a. Menyiapkan buku-buku administrasi
b. Mengkoordinir tugas-tugas kasir dan juga buku
c. Memonitor pelaksanaan administrasi pembukuan perusahaan
d. Membuat laporan perusahaan secara berkala
e. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan
1) Kasir
a) Melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang, baik
perusahaan
d) Bertanggung jawab kepada bagian administrasi
2) Juru Buku
a) Melakukan pembukuan perusahaan, baik yang menyangkut
5. Bagian Umum
a. Menyiapkan sarana dan prasarana perusahaan
b. Melakukan monitoring atas penggunaan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana perusahaan
c. Mengatur penggunaan sarana dan prasarana perusahaan
48
lainnya
c) Melakukan perbaikan atas kerusakan mesin
d) Mengusulkan penambahan mesin dan inventaris lainnya
e) Bertanggung jawab ke bagian umum
karena input atau bahan baku merupakan salah satu komponen untuk menunjang
proses produksi. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi tauco adalah
kacang kedelai. Kedelai yang digunakan dibeli dari gudang di Jakarta dan di
tergantung dari stok yang ada di gudang Jakarta. Jika stok kedelai di pusat banyak
maka biasanya harga beli kedelai lebih murah, atau sebaliknya. Harga beli kedelai
minggunya pembelian kedelai mencatat 3 4 kali pesan dari jumlah kedelai yang
dipesan berkisar antara 10 ton, 18 ton, atau 27 ton per minggu, sedangkan
mobil truk.
Bahan baku lainnya yang digunakan untuk pembuatan tauco adalah gula
merah, tepung beras, vetsin, garam, benzoate, dan potassium. Fungsi dari vetsin
yaitu untuk menyedapkan makanan. Benzoate adalah bahan kimia yang dapat
menetralisir rasa asam dari hasil fermentasi pada tauco, sedangkan potassium
Bahan baku lainnya dibeli dari agen pasar tradisional di Sukabumi. Adapun bahan
baku yang digunakan pada produksi tauco secara lengkap dapat di lihat pada tabel
4.1
Tabel 4.1
Jumlah Bahan Baku Untuk Produksi Tauco Berdasarkan Penggunaan 600
Kg kedelai di Perusahaan Pangan Sejahtera
2. Proses Produksi
a. Peralatan Produksi Tauco
Tabel 4.2
Jumlah Peralatan Produksi yang dipakai Pada Proses Produksi Tauco
Berdasarkan Jumlah dan Nilainya Pada Perusahaan Pangan Sejahtera
hari senin sampai hari sabtu. Gambar alur proses produksi pembuatan
Gambar 4.2
Alur Proses Produksi Tauco
PENGUPASAN KEDELAI
PERENDAMAN 1 HARI
PENCUCIAN
PEREBUSAN
PENIRISAN
FERMENTASI/ PEMBACEMAN
PENGOCEKAN
TAUCO
5) Perebusan Kedelai
Setelah dicuci bersih, kedelai direbus dalam dua tungku besar,
malam.
7) Fermentasi
Air rebusan biasanya tidak dibuang tetapi diberi garam, karena
Jumlah bak yang ada sebanyak 10 bak, dan setiap bak berisi dua
gentong besar.
pelengkap yaitu :
a) Gula merah sebanyak 200 Kg yang dicairkan dengan
matang.
54
c. Pengemasan
pengemasan seperti hekter beserta isinya, plastik cabe, plastik jumbo, tali
8 ons (dua takaran sendok makan), dan ukuran kecil dengan berat 3 ons
(satu takaran sendok makan), sedangkan kemasan botol berat 250gr, tauco
kardus. Setiap kardus berisi 50 lembar tauco cabe/ kecil dan jumbo. Satu
lembar berisi 10 bungkus untuk ukuran cabe/ kecil, dan ukuran jumbo
berisi 5 bungkus tauco. Kemasan botol dalam satu dus berisi 12 buah.
Tabel 4.3
Kebutuhan bahan baku dalam pengemasan berdasarkan jumlah kedelai dan
biaya yang dikeluarkan setiap tahun 600 Kg kedelai
3. Pemasaran
menggunakan tenaga sales yang mendatangi langsung pedagang grosir/ agen dan
pedagang eceran.
a. Sistem kanvas kegiatan yang dilakukan oleh sales, umumnya sistem ini
Sukabumi.
bagian dari perusahaan. Para sales tersebut dilengkapi dengan kendaraan dan
supir. Jumlah sales yang dimiliki perusahaan saat ini ada dua orang. Para sales
melakukan kegiatan penjualan secara kanvas, yang dalam hal ini memungkinkan
pedagang eceran. Untuk lebih jelas, dapat dilihat alur sistem pemasaran yang
berikut :
Gambar 4.3
Alur Sistem Pemasaran Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
Agen Pengecer
Pengecer
juga menggunakan tenaga agen (grosir) dan pengecer. Para grosir membeli tauco
dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan pedagang eceran. Akan
tetapi, pelaku pemasaran yang terakhir (pengecer) selama ini juga berperan dalam
penjualan Tauco Cap Cabe Rawit, walaupun para pedagang eceran membeli
Tabel 4.4
Wilayah Pemasaran Produk Tauco Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
57
Wilayah Pasar
Jabotabek Parung, Cibinong, Depok, Keramat Jati,
Cibadak
Bandung Ujung Berung, Andir, Caringin, Padalarang,
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi
yang diukur dengan rasio efisiensi dan laba bersih yang diukur dengan selisih
perusahaan untuk memproses atau mengolah bahan baku menjadi barang jadi
58
yang siap jual. Pada perusahaan pangan sejahtera biaya produksi ialah biaya yang
Sukabumi.
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam
pengendalian biaya ini bertujuan untuk mengetahui apakah biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan sesuai dan tepat dengan biaya yang telah direncanakan
Salah satu alat yang digunakan oleh pihak manajemen untuk menilai
efisiensi biaya produksi adalah sistem anggaran. Begitu pula yang dilakukan oleh
AnggaranRealisasi
Rasio Efisiensi = x 100%
Anggaran
biaya produksi yang terjadi pada perusahaan pangan sejahtera sukabumi dari
tahun 2003 sampai dengan 2012 yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.5
Data efisiensi biaya produksi perusahaan pangan sejahtera sukabumi
Periode 2003-2012
Biaya Produksi
Anggaran Realisasi Efisiensi Peningkatan /
Tahun (Rp) (Rp) Biaya (penurunan)
Produksi (%)
2003 1.134.630.750 1.098.787.300 3,16 -
2004 1.236.261.550 1.187.869.200 3,91 0,75
2005 1.515.610.100 1.450.215.550 4,31 0,40
2006 1.783.229.300 1.736.375.100 2,63 (1,68)
2007 1.968.107.750 1.852.589.450 5,87 3,24
2008 2.385.318.850 2.282.436.200 4,31 (1,56)
2009 2.504.511.000 2.364.932.000 5,57 1,26
2010 2.766.216.370 2.644.964.000 4,38 (1,19)
2011 2.878.914.000 2.787.911.000 3,16 (1,22)
2012 3.141.156.300 2.997.507.090 4,57 1,41
Sumber : Laporan Biaya Produksi Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas, bisa diketahui rasio efisiensi biaya
menyeluruh dari tahun 2003 sampai 2012 terjadi selisih positif antara anggaran
biaya yang ditetapkan dengan realisasi biayanya atau efisien. Rasio efisiensi biaya
5,87 %, adapun proses dari anggaran biaya produksi Perusahaan Pangan Sejahtera
Tabel 4.6
60
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa untuk komponen biaya
produksi untuk bahan baku setiap tahunnya mengalami peningkatan, karena harga
grafik berikut :
6 5.87
5.57
5
4.38 4.57
4.31 4.31
4 3.91
3 3.16 3.16
2.63
2
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 4.4
Grafik Perkembangan Efisiensi Biaya Produksi
Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
Periode 2003 2012
perusahaan pangan sejahtera sukabumi dari tahun 2003 sampai dengan 2012
Pada tahun 2003 efisiensi biaya produksi berjumlah 3,16 %, dan terjadi
peningkatan pada tahun 2004 sebesar 3,91 %. Kemudian pada tahun 2005
halnya pada tahun 2006, ini disebabkan oleh adanya kenaikan biaya produksi
yang dikeluarkan perusahaan pada biaya overhead pabrik dan biaya bahan baku.
Dari sepuluh tahun terakhir yang diteliti yaitu tahun 2003 sampai dengan
tahun 2012, nilai efisiensi biaya produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu
sebesar 5,87 %. Hal ini menunjukan bahwa biaya produksi dapat dikendalikan
dengan baik oleh perusahaan, dimana pada tahun tersebut perusahaan dapat
menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Namun hal tersebut tidak berlangsung
lama karena nilai efisiensi biaya produksi kembali mengalami penurunan pada
tahun 2008 yaitu sebesar 4,31 %, hal ini disebabkan karena adanya krisis
ekonomi, dimana untuk biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan
Setelah mengalami penurunan pada tahun 2008, pada tahun 2009 nilai
namun peningkatan tersebut tidak berlangsung lama, nilai efisiensi biaya produksi
terjadi pada tahun 2010 sebesar 4,38 % dan menjadi 3,16 % pada tahun 2011, hal
mulai melakukan pengendalian biaya produksi dengan lebih baik. Hal ini terlihat
dari nilai efisiensi biaya produksi yang mengalami peningkatan sebesar 4,57 %.
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi biaya produksi pada
ini ditunjukan dari efisiensi biaya produksi setiap tahunnya masih ada yang
Variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah laba bersih
yang diukur dengan indikator selisih pendapatan dengan beban. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, laba bersih menunjukan kenaikan bersih atas modal yang
berasal dari kegiatan usaha. Adapun sumber laba bersih yang diperoleh
Dengan diketahuinya laba bersih pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi ini
Sukabumi dalam mengelola usahanya secara efektif dan efisien, karena keinginan
untuk memperoleh laba bersih yang besar merupakan tujuan utama dari setiap
perusahaan.
Sukabumi, berikut ini disajikan laba bersih yang dimilki oleh Perusahaan Pangan
Sejahtera Sukabumi :
Tabel 4.7
Data laba bersih perusahaan pangan sejahtera sukabumi
Periode 2003 2012
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, bisa diketahui laba bersih Perusahaan Pangan
Sejahtera Sukabumi pada periode 2003 2012. Laba bersih Perusahaan Pangan
berada pada nilai terendah yaitu Rp. 2.163.400.000 dan nilai tertinggi yaitu
Sejahtera Sukabumi pada periode 2003 2012 dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut :
Laba Bersih
5000000000
4500000000
4000000000
3500000000
3000000000
2500000000
2000000000
1500000000
1000000000
500000000
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 4.5
65
Pada tahun 2003 laba bersih perusahaan sebesar Rp. 3.325.092.500, kemudian
untuk tahun berikutnya tahun 2004 sebesar Rp. 3.374.603.500 dan menjadi Rp.
3.577.560.000 pada tahun 2005. Ini menunjukan kinerja perusahaan yang baik
sehingga bisa membuat nilai laba bersih mengalami peningkatan secara terus
menerus dari tahun sebelumnya. Berbeda halnya pada tahun 2006 nilai laba bersih
merupakan nilai penurunan paling tinggi dimana laba bersih yang diperoleh
perusahaan pangan sejahtera sukabumi hanya sebesar Rp. 2.163.400.000. Hal ini
karena biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan efisien dan penjulan tauco
mengalami peningkatan. Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada tahun 2007
yaitu sebesar Rp. 4.498.189.000, nilai perubahan kenaikan laba bersih di tahun
tersebut merupakan nilai kenaikan laba bersih tertinggi yaitu sebesar Rp.
2.334.789.000.
Pada tahun 2008 laba bersih perusahaan turun sebesar Rp. 4.369.985.000
dan di tahun 2009 laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami peningkatan
yaitu sebesar Rp. 4.472.050.000. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan mulai
2009. Namun peningkatan tersebut tidak berlangsung lama, karena nilai laba
bersih pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp. 1.030.987.500, dimana
laba bersih yang diperoleh hanya sebesar Rp. 3.441.062.500. turunnya laba bersih
pada perusahaan masih terjadi hingga tahun 2011, laba bersih yang diperoleh
perusahaan hanya sebesar Rp. 3.189.340.000. Sedangkan pada tahun 2012, laba
Apabila melihat nilai laba bersih perusahaan selama sepuluh tahun terakhir
yang diteliti menunjukan trend laba bersih yang fluktuatif dengan kecenderungan
menurun, dimana pada tahun 2006 laba bersih yang diperoleh turun sebesar Rp.
kembali terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 344.1062.500 dan turun
menjadi Rp. 3.189.340.000 pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena terus
Analisis deskriptif efisiensi biaya produksi ini terdiri dari efisiensi biaya
bahan baku, efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead
biaya produksi pada perusahaan pangan sejahtera sukabumi dari tahun 2003
67
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik) dari tahun 2003
Tabel 4.8
Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2003 sampai dengan tahun 2012
TAHUN
ANGGARAN REALISASI VARIANS (%) KRITERIA
NILAI
2003 1.134.630.750 1.098.787.300 35.843.450 3,16 CE 1
2004 1.236.261.550 1.187.869.200 48.392.350 3,91 E 2
2005 1.515.610.100 1.450.215.550 65.394.550 4,31 E 2
2006 1.783.229.300 1.736.375.100 46.854.200 2,63 CE 1
2007 1.968.107.750 1.852.589.450 115.518.300 5,87 SE 3
2008 2.385.318.850 2.282.436.200 102.882.650 4,31 E 2
2009 2.504.511.000 2.364.932.000 139.579.000 5,57 SE 3
2010 2.766.216.370 2.644.964.000 121.252.370 4,38 E 2
2011 2.878.914.000 2.787.911.000 91.003.000 3,16 CE 1
2012 3.141.156.300 2.997.507.090 143.649.210 4,57 E 2
2. Laba Bersih
Perhitungan laba bersih ini menggunakan Net Profit Margin yaitu dengan
membanding laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersihnya. Semakin besar
nilai Net Profit Margin, maka semakin tinggi laba bersih yang diperoleh
Tabel 4.9 adalah tabel perhitungan laba bersih yang menggunakan rasio
Net Profit Margin dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.
Tabel 4.9
Perhitungan Net Profit Margin Tahun 2003 sampai dengan tahun 2012
Persentase Net Profit Margin (NPM) dapat terlihat dari tabel 4.2. Tabel ini
menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai laba yang cukup maksimal, yang
dapat dilihat dari rasio NPM yang selalu berada pada kriteria Tinggi dan
Rendah. Dari tabel terlihat bahwa apabila semakin tinggi nilai rasio NPM, maka
akan semakin baik bagi perusahaan, yang artinya perusahaan sudah menghasilkan
Analisis statistik deskriptif untuk efisiensi biaya produksi, yang terdiri dari
efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik, yang
Tabel 4.10
69
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 10
Tabel 4.10 merupakan descriptive statistics dari Net Profit Margin dan
produksi (0,738).
Tabel 4.11
Hasil Estimasi Regresi
70
Coefficientsa
Y = 2655163176,920 + 10,112X
Dimana :
Y = Laba Bersih
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
Interpretasi model :
Tujuan uji normalitas ini adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Situmorang, dkk.: 2008 : 55).
Tabel 4.12
Efisiensi Biaya
Produksi Laba Bersih
N 10 10
Tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah
0,964 untuk efisiensi biaya produksi dan 0,823 untuk laba bersih, dan di atas nilai
berdistibusi normal.
4.1.3.4 Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial apakah variabel bebas (X),
yaitu efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan
efisiensi biaya overhead pabrik memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial
tingkat signifikansi () = 5 %.
Tabel 4.13
Perhitungan Uji t
73
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Variabel efisiensi biaya produksi memilki nilai signifikan 0,090 > 0,05
t hitung > t tabel , yang artinya memiliki pengaruh yang positif. Maka secara
terhadap laba bersih pada Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi. Hal ini
sebesar satu satuan (Rp), maka laba bersih (Y) akan meningkat sebesar Rp 10.112.
sehingga dapat dijelaskan pula bahwa jika perusahaan sudah melakukan efisiensi
terhadap biaya produksi dengan baik, yaitu dengan meminimalkan biaya produksi
Tabel 4.14
Model Summary
1. Nilai R adalah 0,563 yang berarti bahwa hubungan antara efisiensi biaya
tenaga kerja langsung, dan efisiensi biaya overhead pabrik terhadap laba
bersih adalah 56,3 %, artinya memiliki hubungan yang cukup. Berikut ini
2. Angka R Square adalah 0,317 atau 31,7 % yang berarti sebesar 31,7 %
yaitu laba bersih. Sedangkan sisanya 68,3 % dapat dijelaskan oleh faktor-
terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Semakin tinggi nilai
Adjusted R Square, maka akan semakin baik model regresi karena hal ini
75
terikat semakin besar. Nilai Adjusted R Square (R2) tersebut adalah 0,231.
dijelaskan oleh variabel terikat, yaitu laba bersih. Sisanya sebesar 76,9 %
dapat dijelaskan oleh factor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
4.2 Pembahasan
meminimalisir sumber daya biaya yang timbul akibat proses produksi dengan
menggunakan sumber daya yang ada namun menghasilkan output yang maksimal,
yang berkualitas dan sesuai dengan tujuan yang dicapai perusahaan. Dalam
perusahaan manufaktur biaya produksi merupakan salah satu faktor biaya penting
dalam proses produksi suatu produk, yang mana dapat mempengaruhi hasil
kegiatan produksi.
perusahaan dapat dilihat dengan rasio efisiensi biaya produksi, yaitu dengan
biaya produksi ini digunakan untuk mengukur besarnya nilai efisiensi biaya
tinggi nilai efisiensi biaya produksi ini, menunjukan perusahaan dapat mengelola
biaya produksi, diketahui bahwa nilai efisiensi biaya produksi pada Perusahaan
5,87% dengan rata-rata sebesar 4,19%. Perolehan efisiensi terendah terjadi pada
tahun 2006, ini menunjukan bahwa pada tahun tersebut tidak adanya disiplin
anggaran yang baik sehingga terdapat biaya produksi yang dikeluarkan tidak
menyebabkan perusahaan mulai melakukan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari
rasio efisiensi biaya produksi tahun 2007 yang mengalami peningkatan sebesar
hal mengelola biaya produksi dengan tepat agar tidak terjadinya pemborosan.
Karena untuk nilai efisiensi biaya produksi yang diperoleh perusahaan dikatakan
kurang efisien, hal tersebut dilihat dari masih adanya nilai dari efisiensi biaya
secara keseluruhan, yaitu manajemen harus tahu sumber daya mana saja yang
efisiennya penggunaan biaya produksi, maka harga pokok penjualan dapat ditekan
Laba bersih merupakan selisih lebih pendapatan atas beban dan merupakan
kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. Perusahaan akan
haruslah dicapai sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
yang diperolah kita bisa mengetahui seberapa efisien kegiatan operasional usaha
suatu perusahaan. Besarnya atau tingginya perolehan laba haruslah dicapai sesuai
laba bersih, diketahui bahwa laba bersih Perusahaan Pangan Sejahtera Sukabumi
78
tertinggi diperoleh pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 4.498.189.000, hal ini
disebabkan karena biaya produksi yang dikeluarkan efisien dan penjualan dari
terjadi pada tahun 2006, dimana laba bersih yang diperoleh hanya sebesar Rp.
Sukabumi selama sepuluh tahun terakhir, bisa dilihat bahwa trend laba bersih
fluktuatif dan mengalami penurunan. Pada tahun 2006 laba bersih perusahaan
mengalami penurunan sebesar Rp. 2.163.400.000, lalu berselang satu tahun yaitu
pada tahun 2008 laba bersih yang diperoleh perusahaan turun dari Rp.
4.498.189.000 pada tahun 2007 menjadi Rp. 4.369.985.000. Setelah itu terjadi
penurunan lagi pada tahun 2010 sebesar Rp. 3.441.062.500 dan kembali turun
sebesar Rp. 3.189.340.000 pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena terus
bersih merupakan selisih lebih pendapatan atas beban dan merupakan kenaikan
bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. Karena untuk sumber utama
79
menciptakan suatu barang untuk dijual kepada konsumen. Dimana dalam kegiatan
produksi ini perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya yaitu biaya produksi. Biaya
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual, dimana biaya produksi
ini terdiri dari tiga komponen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Munawir (2002 : 184) bahwa, langkah-
langkah yang dapat dilakukan manajemen perusahaan untuk mencapai laba yang
optimal ialah dengan menekan biaya produksi atau biaya operasi serendah
mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang
ada.
berpengaruh terhadap laba bersih sebesar 31,7 % dan sisanya 68,3 % dipengaruhi
oleh faktor lain. Regresi linier sederhana dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih dan dengan analisis
bahwa jika tidak terjadi perubahan pada efisiensi biaya produksi, maka laba bersih
menunjukan adanya koefisien arah regresi yang positif. Hal ini menunjukan
bahwa setiap terjadi kenaikan atau penurunan pada efisiensi biaya produksi akan
uji t. Uji t ini dilakukan untuk menarik kesimpulan hipotesis yang diajukan. Dari
hasil perhitungan, diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel . Maka dapat
pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu efisiensi
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Nakman Harahap dan Dewi Kumala Vera (2008), yang berjudul
pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih pada PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan bahwa efisiensi biaya produksi memilki pengaruh
dikehendaki.
3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
bersih terjadi disaat biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi
pengendalian terhadap biaya produksi yaitu melalui efisiensi biaya produksi dan
hipotesis yang diajukan bahwa efisiensi biaya produksi berpengaruh terhadap laba