Anda di halaman 1dari 4

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERIKANAN (UDANG)

A. DESAIN IPAL

Untuk membuat pengolahan limbah harus ditentukan kasus per kasus dimana
pengolahan limbah tersebut akan diterapkan. Sebelum dibuang ke sungai limbah tersebut
harus diturunkan dahulu COD nya menjadi 200 ppm atau disesuaikan dengan ambang batas
untuk menurunkan COD tersebut dibutuhkan peralatan pengolahan sebagai berikut :

1. Penyaringan

Penyaringan ini dibutuhkan untuk memisahkan padatan yang terbawa oleh limbah cair,
penyaringan ini dipasang sesuai dengan kebutuhan misalnya saringan kasar, sedang dan
halus.

2. Bak / Tangki Ekualisasi

Tangki ekualisasi ini berfungsi untuk menampung limbah yang keluar sebelum diolah
sehingga kualitas limbah menjadi homogen. Besarnya bak/tangki ekualisasi ini diperkirakan
sama dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan t hari.

3. Fixed Bed Reactor

Fixed Bed Reaktor merupakan peralatan pengolahan Anaerobics yang bisa digunakan untuk
COD di atas 6000 ppm. Fixed Bed Reaktor juga merupakan peralatan proses biologi yang
murah dan mudah pengoperasiannya, selain efisiensinya bisa mencapai 80%.

4. Trikling Filter

Trikling Filter merupakan peralatan proses biologi aerob dan anaerob yang biasa digunakan
untuk mengolah limbah dengan COD sampai 4000 ppm. Trikling Filter banyak digunakan
karena konstruksinya sederhana, dan biaya operasionalnya relatif murah. Efisiensi Trikling
Filter bisa mencapai 90%.

5. Instalasi dan Pompa

Instalasi dan pompa merupakan peralatan penunjang biasanya dibutuhkan untuk


memindahkan limbah sebelum dan sesudah diolah.

B. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

1. Pengolahan Primer

Beberapa proses pengolahan primer yang biasa digunakan untuk mengolah limbah cair
adalah :
Equalisasi

Proses ini dimaksudkan untuk mengontrol karakteristik limbah cair agar supaya fluktuasi
kualitasnya dapat dikurangi. Proses ini sangat diperlukan apabila limbah cair akan mengalami
proses pengolahan berikutnya. Equalisasi dilakukan dalam suatu bak yang ukuran dan jenis
baknya sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah limbah cair yang diolah dan
variabilitas aliran air limbah cair. Bak equalisasi yang digunakan harus dapat menampung
keseluruhan jadwal proses dari suatu kegiatan produksi yang mungkin bervariasi dari segi
debit limbah cair yang dihasilkan.

Bak equalisasi ini dappat pula dipakai sebagai tempat pengkondisian limbah cair sebelum
mengalami proses pengolahan berikutnya. Secara sistematis, tujuan dilakukan proses di
dalam bak equalisasi adalah sebagi berikut :

1. Untuk menjaga terjadinya umpan kejutan (shock loading) pada system proses biologi

2. Untuk mengontrol pH

3. Unntuk menjaga agar aliran limbah cair yang diolah pada siistem biologi dapat mengalir
secara kontinyu, khususnya apabila keggiatan produksi sedang diberhentikan.

4. Untuk mencegah konsentrasi tinggi dari bahan-bahan toxic yang mungkin dihasilkan dari
kegiatan produksi sebelum masuk ke sistem pengolahan biologi.

Bak equalisasi biasanya memerlukan mixer untuk menjamin homogenitas limbah cair.
Tambahan pula, mixer ini juga membantu terjadinya proses transfer oksigen dari udara ke
dalam limbah cair yang pada gilirannya akan mengurangi kadar BOD di dalam limbah.

Netralisasi

Beberapa limbah cair industri makanan bersifat asam atau alkali. Kondisi ini memerlukan
langkah-langkah netralisasi sebelum limbah cair itu diijinkan untuk dibuangke badan air atau
dimasukkan ke dalam sistem pengolahan berikutnya, baik secara biologi maupun kimia.

2. Pengolahan Sekunder

Pada umumnya proses pengolahan sekunder terdiri dari proses aerobik dan anaerobik,
digunakan untuk mendegradasi senyawa-senyawa organik yang terlarut di dalam limbah cair.
Proses pengolahan ini menggunakan mikrooganisme untuk mendegradasi bahan organik yang
terkandung di dalam limbah cair. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya diambil
dari sistem yang sudah berjalan, dan dapat diambil dari keluaran sistem maupun dari lumpur
yang terjadi. Di dalam prakteknya, mikrooorganisme awal yang biasa disebut sebagai starter,
terlebih dahulu harus dilakukan aklimatisasi untuk mengkondisikan kebiasaan hidupnya
dengan lingkungan yang baru.

Proses Aerobik

Proses aerasi bertujuan untuk memindahkan oksigen, baik oksigen murni maupun udara, ke
dalam proses pengolahan biologis. Aerasi dapat juga digunakan untuk mengusir senyawa
yang mudah dari sejumlah limbah cair. Aerasi merupakan proses perpindahan (transfer)
massa antara gas (oksigen) dan cairan. Transfer oksigen ke dalam limbah cair dipengaruhi
oleh variabel fisik dan kimia, antara lain :

- Temperature

- Pencampuran secara turbulen

- Kedalaman limbah cair

- Karakteristik limbah cair

Beberapa peralatan aerasi yang umum digunakan pada skala industri saat ini adalah unit air
diffusion; yaitu sistem aerasi turbin dimana udara dilepaskan dari bawah baling-baling yang
berputar dan dari unit aerasi permukaan dimana akan terjadi perpindahan oksigen yang
memungkinkan terjadinya turbulensi yang tinggi dari permukaan limbah cair.

Proses Anaerobik

Dekomposisi bahan organik di dalam limbah cair akan menghasilkan gas metana dan
karbondioksida. Proses dekomposisi ini berjalan tanpa adanya oksigen. Walaupun secara
kinetika dan keseimbangan bahan sangat mirip dengan proses aerobik, tetapi beberapa syarat
dasar perlu mendapatkan perhatian dalam merancang unit anaerobik ini.

Pada proses ini konversi dari asam-asam organik yang akan membentuk gas metana
menghasilkan energi yang rendah. Akibat dari hal tersebut maka hasil pertumbuhan
mikroorganisme dan kecepatan degradasinya juga rendah. Konversi bahan organik menjadi
gas baik metana maupun karbondioksida dapat mencapai kisaran antara 80 90%. Untuk
mencapai efisiensi yang tinggi, diperlukan kenaikan temperatur. Tetapi hal ini perlu
diperhitungkan dengan matang, mengingat bahwa kenaikan temperatur ini akan menambah
biaya operasional dari penanganan limbah cair.

Keuntungan dari proses ini adalah dihasilkannya gas metana yang merupakan bahan bakar
yang dapat digunakan sebagi sumber panas. Selain itu, keuntungan lain adalah bahwa proses
ini mampu untuk mendegradasi bahan organik yang tinggi di dalam limbah cair. Kandungan
bahan organik yang rendah tidak efisien untuk diolah secara anaerobik.
Trickling Fillter (Unggun Percik)

Trickling Filter merupakan tumpukan media dimana limbah cair memercik dari
bagian atas media dan menembus sela-selanya. Dalam prosesnya, media akan diselimuti oleh
lapisan yang merupakan mikroorganisme. Saat limbah cair melintasi media ini, maka akan
terjadi proses degradasi bahan organik di dalam limbah cair. Media yang dipakai biasanya
terbuat dari bahan plastik. Untuk skala besar, tinggi media ini bisa sampai 12 m dengan laju
pengumpanan sebesar 0,16 m3/(min.m2). Sistem ini mampu mencapai degradasi bahan
organik sebesar 90%. Limbah cair yang melalui tumpukan media memberikan nutrien kepada
lapisan film yang adalah lapisan mikroorganisme. Bersamaan dengan itu, oksigen juga
terdifusi masuk ke dalam lapisan film tersebut. Disinilah terjadi proses degradasi bahan
organik yang terkandung di dalam limbah cair. Dari proses degradasi ini lalu dihasilkan gas
CO2 yang terdifusi keluar dari lapisan film. Apabila lapisan film ini terlalu tebal, maka
kemungkinan akan terjadi proses anaerobik pada bagian lapisan film sebelah dalam. Hal ini
mengingat bahwa oksigen tidak dapat menembus masuk jauh ke dalam lapisan film tersebut.

Pada trickling filter ini, unjuk kerja akan erat berhubungan dengan terbentuknya lapisan film
pada permukaan media dan lama waktu kontak antara limbah cair dengan lapisan film
tersebut. Karena transfer oksigen ke dalam lapisan film berhubungan erat dengan turbulensi
dari limbah cair, maka transfer oksigen ini sangat dipengaruhi oleh laju pengumpanan dan
konfigurasi dari media yang dipakai di dalam trickling filter.

Apabila trickling filter ini akan dipakai untuk mendegradasi limbah cair yang mengandung
bahan organik tinggi, maka konsentrasinya harus diperhatikan. Apabila konsentrasi bahan
organik terlalu tinggi, maka akan terjadi proses anaerobik di dalam trickling filter. Akibatnya,
dari trickling filter ini akan timbul bau busuk. Pada umumnya, bahan organik di dalam
limbah cair yang diperkenankan untuk diolah di dalam trickling filter mempunyai besaran
BOD antara 600 sampai 1200 mg/l. Lebih dari 1200 mg/l, prosesnya memerlukan resirkulasi
untuk pengenceran konsentrasi dari limbah cair umpan.

Kondisi temperatur sangat mempengaruhi kinerja dari trickling filter. Pada temperatur
rendah, maka kecepatan degradasi akan berrkurang, transfer oksigen ke dalam lapisan film
akan berkurang serta limbah cair akan cepat mencapai kejenuhan oksigen. Akibat dari kondisi
tersebut adalah menurunnya aktivitas dari lapisan mikroorganisme, sehingga kinerja dari
trickling filter akan menurun.

Anda mungkin juga menyukai