Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OSBORNE REYNOLDS
5.1 PENDAHULUAN
V-1
V-2
Perilaku zat cair yang mengalir sangat bergantung pada kenyataan apakah
fluida itu berada di bawah pengaruh bidang batas padat atau tidak. Di daerah
dimana pengaruh dinding itu kecil, tegangan geser mungkin dapat diabaikan dan
perilaku fluida itu mungkin mendekati perilaku fluida ideal. Aliran fluida
demikian disebut sebagai aliran potensial, yang mempunyai ciri pokok : (1) dalam
aliran itu tidak terdapat sirkulasi atau putaran dan (2) dalam aliran itu tidak ada
gesekan, sehingga tidak ada pelepasan energi mekanik menjadi kalor.
Rasio antara viskositas absolut dan densitas fluida / , biasanya sangat
berguna. Sifat ini disebut viskositas kinematik dan ditandai dengan lambang .
Untuk membedakan dan , maka dinamakan viskositas dinamik. Dalam satuan
SI, satuan adalah m2/s. Dalam cgs, viskositas kinematik disebut stoke (st), yang
didefinisikan ialah 1 cm2/s, satuannya adalah fps (square feet per second ), faktor
konversinya adalah :
Viskositas kinematik ini berubah dengan suhu dalam jangkauan lebih sempit dari
viskositas absolut (McCabe, 1999).
Apabila kecepatan suatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa
melampaui harga kritik tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat fluida), maka
sifat aliran menjadi sangat sulit, kecepatan aliran di dalam lapisan batas pada
dinding pipa adalah nol dan semakin bertambah secara uniform di dalam lapisan
itu. Sifat-sifat lapisan batas sangat penting sekali dalam menentukan ketahanan
terhadap aliran, dan dalam menentukan perpindahan panas ke atau dari fluida
yang sedang tidak bergerak itu.
Aliran fluida secara umum bisa kita bedakan menjadi dua macam, yakni
aliran lurus alias laminar dan aliran turbulen. Aliran lurus bisa kita sebut sebagai
aliran mulus, karena setiap partikel fluida yang mengalir tidak saling berpotongan.
Adapun ciri-ciri umum lainnya dari fluida antara lain :
2
V-3
1. Aliran fluida bisa berupa aliran tunak (steady) dan aliran tak tunak (non-
steady). Aliran fluida dikatakan aliran tunak jika kecepatan setiap partikel di
suatu titik selalu sama. Hal ini terjadi apabila laju aliran fluida rendah alias
partikel fluida tidak saling berdesakan. Contohnya adalah air yang mengalir
dengan tenang. Aliran tak tunak berlawanan dengan aliran tunak. Jadi
kecepatan partikel fluida di suatu titik yang sama selalu berubah.
2. Aliran fluida bisa berupa aliran termampatkan (compressible) dan aliran tak-
termapatkan (incompressible). Jika fluida yang mengalir mengalami perubahan
volum (atau massa jenis) ketika fluida tersebut ditekan, maka aliran fluida itu
disebut aliran termapatkan. Sebaliknya apabila jika fluida yang mengalir tidak
mengalami perubahan volum (atau massa jenis) ketika ditekan, maka aliran
fluida tersebut dikatakan tak termampatkan. Kebanyakan zat cair yang
mengalir bersifat tak-termampatkan.
3. Aliran fluida bisa berupa aliran berolak (rotational) dan aliran tak berolak
(irrotational). Jika suatu benda (contohnya kincir) berada di atas air, kemudian
kincir itu bergerak tapi tidak berputar, maka gerakannya adalah tak berolak.
Sebaliknya jika bergerak sambil berputar maka gerakannya kita sebut berolak.
4. Aliran fluida bisa berupa aliran kental (viscous) dan aliran tak kental (non-
viscous). Kekentalan dalam fluida itu mirip seperti gesekan pada benda padat.
Makin kental fluida, gesekan antara partikel fluida makin besar.
(San, 2009).
Pelajaran yang mengemukakan adanya transisi, laminar dan turbulen pada
sebuah pipa tidak hanya menyangkut velocity, tetapi juga density dan viscosity
dari fluida dan diameter pipa tersebut. Variabel-variabel ini dicakup dalam
bilangan Reynolds, yaitu :
D
Nre = ................(5.2)
Dimana,
Nre = Bilangan Reynolds
D = diameter (m, cm, ft)
V-4
Deskripsi Alat:
1
1
2 2
3
5
6
10
11
12
13
Keterangan :
1. Penampung zat warna
3
4 2. Kran aliran zat warna
5 3. Sekrup pengatur ketinggian
6
7 4. Tangki
5. Overflow
8
V-7
6. Jarum suntik
9 7. Bell mouth entry
8. Kelereng kaca
9. Pipa pemasukan
10
10. Test-section
11. Flow control valve
11 12. Pipa pengeluaran
12 13. Penyangga yang dapat diatur
13
14 14. Gelas ukur
5.3.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Zat warna biru
- Air
d = 0,01 m
Nre visualisasi sifat aliran Nre
sudut flowrate(Qt) velocity (u) 2
kesalahan relatif
perhitungan xy x persamaa
putar (x) m3/s m/s percobaan perhitungan (%)
(y) n
150 1,773x10-5 0,226 2703,349 transisi transisi 73744,005 225 2793,0613 3,212
300 3,033x10-5 0,386 4617,224 turbulen turbulen 197727,27 900 4587,3201 0,652
450 4,333x10-5 0,551 6590,909 turbulen turbulen 382715,28 2025 6381,5784 3,280
600 5,272x10-5 0,671 8026,315 turbulen turbulen 596411,46 3600 8175,8367 1,828
=1500 =21937,797 =1250598,015 =6750
5.4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan pada pengamatan jenis aliran fluida pada variasi
bukaan 1, 2 dan 3 serta sudut putar 15 o, 30o, 45o dan 60o. Pada percobaan ini
digunakan pula zat warna yang berupa tinta biru yang berfungsi memperjelas
aliran yang timbu pada air untuk menggambarkan pola aliran yang terjadi saat
fluida melalui test section. Pada percobaan ini juga menggunakan tangki yang
diisi kelereng untuk mencegah terjadinya gelembung udara ketika menggunakan
air dari pipa pemasukan kerena laju aliran sangat besar sehingga menimbulkan
gejolak dan gelembung udara dalam tangki.
Aliran laminar terjadi pada laju aliran yang rendah dan akan
memperlihatkan zat warna yang mengalir membentuk garis lurus tanpa adanya
gangguan serta memiliki nilai Reynold Number dibawah 2100. Aliran turbulen
terbentuk apabila keceparan alirannya sangat besar dan membentuk pola aliran
tidak stabil/arah alirannya tidak beraturan serta memiliki nilai Reynold Number
diatas 4000. Antara aliran laminar dan turbulen terdapat aliran transisi pada laju
alir sedang, pada aliran transisi sedikit tidak beraturan, terjadi gejolak singkat dan
diikuti oleh aliran yang lebih bersifat laminar.
Variabel-variabel yang diamati pada percobaan ini yaitu memperhatikan
gambaran atau visualilisasi dari setiap aliran yang melewati pipa test section,
mengukur volume tertampung untuk setiap putaran kran, serta waktu
penampungan volume tersebut. Pada setiap variabel dilakukan tiga kali
pengambilan data dan hasilnya dirata-ratakan. Waktu untuk setiap penampungan
volume berkisar 5 detik.
Dari hasil perhitungan pada percobaan, dapat dibuat grafik hubungan
antara sudut putar dengan nilai Reynold Number. Pada kran bukaan 1 dapat dilihat
pada Gambar 5.4.
V-15
6000
5000
4000
Nilai Re 3000
2000
1000
0
10 20 30 40 50 60 70
Sudut (o)
Gambar 5.4 Hubungan antara Sudut Putar dengan NRe pada Bukaan 1
Gambar 5.4 menunjukkan grafik hubungan yang linier antara sudut putar
dengan bilangan Reynoldnya. Semakin besar sudut putaran, maka nilai
reynoldnya juga akan semkain besar sehingga aliran akan lebih turbulen. Dari
hasil perhitungan didapatkan nilai flowrate dan velocity berbanding lurus dengan
sudut putar pada flow control valve dan kran bukaan dimana semakin besar
bukaan kran dan sudut putar pada flow control valve maka flowrate dan velocity
akan semakin besar pula. Jika kecepatan aliran semakin besar, maka aliran
cendrung turbulen, karena nili Reynoldnya akan semakin besar. Sehingga
kecepatan dapat dikatakan berbanding lurus dengan nilai Reynolds.
Pada kran bukaan 1, aliran laminar terbentuk pada sudut flow control valve
15o, 30o dan 45o, sedangkan pada sudut 60o terbentuk aliran turbulen. Hasil
perhitungan dan secara visualisasi aliran terdapat pebedaan, hal ini dikarenakan
kurang telitinya pada saat penempatan jarum pada ben mouth entry. Grafik
hubungan antara reynold number percobaan dan reynold number persamaan
terhadap sudut putar pada flow control valve ditunjukkan oleh Gambar 5.5.
V-16
6000
5000
4000
Nilai Re 3000
2000
Re Percobaan Re Persamaan
1000
0
0.0000E+00 1.0000E-05 2.0000E-05 3.0000E-05 4.0000E-05
Flowrate (m3/s)
9000
8000
7000
6000
5000
Nilai Re 4000
3000
2000
1000
0
10 20 30 40 50 60 70
Sudut (o)
Gambar 5.6 Hubungan antara Putaran Sudut dengan NRe pada Bukaan 2
Grafik pada Gambar 5.6 di atas menunjukkan hubungan antara sudut putar
dan NRe berbanding lurus, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar sudut putar
flow control valve maka semakin besar pula nilai bilangan Reynoldnya. Nilai N Re
untuk perhitungan pada sudut putar 15o, 30o, 45o dan 60o berturut-turut adalah
2703,349; 4617,224; 6590,909 dan 8026,315. Sehingga dapat diketahui aliran yan
didapat pada sudut 15o adalah transisi, sedangkan untuk sudut 30o-60o adalah
aliran turbulen. Hasil perhitungan dan secara visualisasi aliran terdapat perbedaan.
Hal ini menandakan aliran yang terlihat pada percobaan dan hasil perhitungan
tidak sesuai, dikarenakan pengamatan zat warna yang mengalir di test section,
serta disebabkan oleh aliran pada pipa pemasukan yang tidak stabil dan adanya
gelembung udara pada alat, serta pengaruh gesekan antara fluida dengan pipa.
Grafik hubunga antara NRe percobaan dan NRe persamaan terhadap sudut putar
pada flow control valve ditunjukkan oleh Gambar 5.7.
V-18
9000
8000
7000
6000
5000
Nilai Re 4000
3000 Re Percobaan Re Persamaan
2000
1000
0
0.000E+00 1.000E+00 2.000E+00 3.000E+00 4.000E+00 5.000E+00
Flowrate (m3/s)
12000
10000
8000
Nilai Re 6000
4000
2000
0
10 20 30 40 50 60 70
Sudut (o)
Gambar 5.8 Hubungan antara Putaran Sudut dengan NRe pada Bukaan 3
10000
9000
8000
7000
6000
Nilai Re 5000
4000 Re Percobaan Re Persamaan
3000
2000
1000
0
3.0E-05 3.5E-05 4.0E-05 4.5E-05 5.0E-05 5.5E-05 6.0E-05 6.5E-05 7.0E-05
Flowrate (m3/s)
5.5 PENUTUP
5.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam percobaan ini adalah:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi reynold number adalah viskositas
kinematik, diameter pipa, nilai friksi, bukaan flow control valve dan velocity.
2. Semakin besar putarasan pada flow control valve, maka kecepatan linier juga
semakin besar dan NRe akan semakin meningkat.
3. Pada bukaan 1, aliran laminar ditandai dengan pola aliran garis lurus yang
dibentuk zat warna di dalam air dan terjadi pda sudu putar 15o, 30o, 45o
dengan NRe 1040,669; 1614,832; 1830,113. Alitan turbulen ditandai dengan
aliran zat warna yang sangat cepat dan terlohat menyatu dengan air, terjadi
pada sudut putar 60o dengan nilai Nre 5179,425.
4. Pada bukaan 2, jenis akiran transisi ditandai pola aliran bergolak dan tak ber
aturan, terjadi pada sudut putar 15o dengan Re 2703,349 dan aliran turbulen
terjadi pada sudut putar 30o, 45o, 60o dengan nilai Re 467,224; 6590,909 dan
8026,315.
5. Pada bukaan 3, jenia aliran yang terjadi semuanya adalah turbulen pada sudut
putar 15o, 30o, 45o dan 60o dengan nilai Re sebesar 5916,267; 6590,909;
8504,784 dan 9940,191.
5.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya variasi
sudut lebih bermacam-macam, agar didapatkan hasil data yang lebih bervariasi
untuk jenis alirannya.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. G, 1956. Unit Operation. John Willey and Son. Inc. New York.
McCabe W.L. dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta
2. Velocity ()
Diketahui : Qt = 6,866 . 106 m3/ds
A = 7,854. 105 m2
Ditanya : = ?
Qt
Jawab := A
6,866 . 10 6 m3/ s
= = 0,087 m/s
7,854. 10 5 m 2
LP V-1
Jika dilakukan metode least square, maka:
y = a x + nb x x x y = a (x)2 + n bx
xy = ax2 + bx x n n xy = n ax2 + n bx _
xy - n xy = a [(x)2 bx
xy n xy
a=
(x)2 - n x 2
y a x
b =
n
xy n xy
a=
( x ) 2n x 2
= 84,211
y a x
b = n
( 9665,096 ) - ( 84,211 ) ( 150 )
=
4
= -741,641
= 521,525
LP V-2