Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HERPES

Disusun Oleh :
M. Yoga Wardana
Syamsir
Halimatus Sadiyah
Nurmila
Raudatul Jannah
St. Erna Martiwi

SMP NEGERI 1 PULAU LAUT TIMUR


TAHUN PELAJARAN 2016 - 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-

Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami

ucapkan kepada Bapak/Ibu Guru dan teman-teman yang telah memberikan dukungan

dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh

sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-

teman. Amin...

Berangas, Maret 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang.
Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia.
Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita
dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena
itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara.
Di Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan
bahwa herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital
adalah kasus yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.

Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis diperlukan


adanya pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya
mematuhi pengobatan yang diberikan, cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk
pasangan seks tetapnya, dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu
untuk wanita hamil dengan infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap
minggu dari serviks dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio
caesaria direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir. Herpes genitalis
merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih sering di jumpai di Indonesia.
Setiap orang dewasa mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakit ini dan penularannya
pun sangat mudah, yaitu kontak langsung atau melalui hubungan seksual, maka dari itu
penulis tertarik untuk menulis tentang penatalaksaan herpes genitalis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM

Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang
bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes.

Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut:

1. Herpes Simpleks

2. Herpes Genitalis

3. Herpes Zoster

4. Herpes Zoster Oftalmik

B. MACAM-MACAM HERPES

1. HERPES SIMPLEKS

a. Definisi

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

b. Etiologi

Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:


1 ) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)

Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes


simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian
kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai
baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral
sex).

2 ) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)

Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi


tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah
genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital.

c. Patofisiologi

Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup
di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain
kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih
banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer,
virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.

Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi
tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul
fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sens orik yang
mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang aks on untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.

d. Manifestasi Klinis

1. Inokulasi kompl e k s pri m e r (primary inoculation complex)

Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama
kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi l okal dan sistemik yang
hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja,
penderita sudah mengalami panas tinggi (39-40 oC ), disusul o leh pembesaran
kelenjar limfe submentalis, pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas
12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini
diikuti rasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-
5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh sp ontan setelah
2-6 minggu.

2. herpes gingivostomatiti s

Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regional dan malaise. Lesi
berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus.
Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga
mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan.
Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.

3. Infeksi herpes kompleks di seminata

Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun,
dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-
paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi
ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis. Kematian banyak terjadi pada
stadium viremia yang berat.

4. Herpes genitalis (proge nital i s )

Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat
melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital.
Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau menggerombol, bilateral, pada dasar
kulit yang eritematus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau
ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala
konstitusi berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50%
mengalami limfadenopati inguinal.

e. Penatalaksanaan Medis

Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan me nurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus
analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja
dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV
yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat
antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir,
dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan
untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi
kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami
kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap
hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical
dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau
profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan
melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah
infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.

f. Pencegahan

Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan


seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju
pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari
ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka
berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan
dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko
penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual.
Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun
bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar dengan
menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda
menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin. Juga,
tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.

2. HERPES GENITALIS

a. Definisi

Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks.

b. Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu
HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan
HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa
menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku)
dan bisa ditularkan kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes
bisanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis
atau cangkroid).

c. Patofisiologi

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan
yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan
ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk
biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami
kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.

Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.


Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala
berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.

Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit
depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di
vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus,
maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.

Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV),


luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di


sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk
kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf
panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan
menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan
penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan
memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus
kedua tidak terlalu berat.

d. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status
imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum
punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi
lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:

1. infeksi oro-fasial

2. infeksi genital

3. infeksi kulit lainnya

4. infeksi okular

5. kelainan neurologist

6. penurunan imunitas

7. herpes. neonatal

e. Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5%
sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini
memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri
hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital,
penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani
gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital
adalah:

a) Asiklovir (Zovirus)

Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam
selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir
topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan
ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.

b) Famsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat


replikasi HSV-1 dan HSV-2.

c) Valasiklovir (Valtres)

adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai
54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam
darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan
asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode
awal.

f. Pencegahan

Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit


menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV
yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya
satu orang yang bebas infeksi.

3. HERPES ZOSTER

a. Definisi

Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal
dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh
virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau
cacar/chickenpox.

b. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri
dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162
sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph
yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.

c. Patofisiologi

Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima
virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara
permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di
ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak anak. Sekitar 20%
orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya
hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.

d. Manifestasi Klinis

a. Pengobatan

1) Pengobatan topical

Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah

Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 menit

Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.

2) Pengobatan sistemik

Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun
hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang
dianjurkan adalah vidarabine (AraA, ViraA) dapat diberikan lewat infus intravena
atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi
dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik
diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan
priritus.

b. Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan
cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis.
Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat
diberikan

c. Neuralgia Pasca Herpes zoster

1) Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 1075 mg/hari)
2) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan

3) Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.

e. Pencegahan

Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit
sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes
zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular
virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan
telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada
pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta
imunosupresi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal
dengan sebutan dampa atau cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut
pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella
zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.

B. Saran

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara
pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada penyakit
herpes.

DAFTAR PUSTAKA

http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html

http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA

http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.healthscout.com/ency/68/162/main.html

http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html

Anda mungkin juga menyukai