Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin usaha dari Mentri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Sebagai fasilitas
kefarmasian dibidang pembuatan, industri farmasi harus membuat obat sesuai persyaratan
yang telah ditetapkan CPOB yakni aman (safety), berkhasiat (efficacy) dan bermutu (quality).
Dalam pencapaiannya menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan CPOB, industri
farmasi harus menerapkan aspek-aspek CPOB mulai dari Manajemen Mutu, Personalia,
Peralatan, Ruangan dan Fasilitas Sanitasi dan Hygine, Produksi, Pengawasan Mutu, Inspeksi
Diri dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak, hingga
Kualifikasi dan Validasi. Keseluruhan aspek tersebut merupakan mata rantai mutu yang tidak
dapat dipisahkan untuk menghasilkan produk yang bermutu. Apabila industri farmasi tidak
menerapkan ke 12 aspek ini, maka mutu obat yang dihasilkan tidak akan baik.

Salah satu aspek penting dalam CPOB adalah Kualifikasi dan Validasi. Aspek ini akan
menentukan mutu obat yang dihasilkan, karena kegiatan kualifikasi dan validasi dilakukan
sebelum, selama dan sesudah proses produksi obat dilakukan. Pengawasan selama proses
produksi obat disebut in procces control yang membutuhkan personil tervalidasi, artinya
personil yang melakukan pengawasan harus memahami tugasnya. Selain personil, peralatan
dan sistem yang digunakan untuk proses produksi sebelum dan sesudahnya harus divalidasi
agar dapat menciptakan obat yang bermutu. Kegiatan kualifikasi merupakan bagian dari
kegiatan validasi untuk personil, peralatan, dan sistem. Kualifikasi mencakup 4 kegiatan:
Kualifikasi Desain, Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional dan Kualifikasi Kinerja.

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan steril secara adalah Sediaan farmasi yang mempunyai
kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme. Steril merupakan syarat utama yang
harus dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi steril.
Steril adalah keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik vegetatif maupun spora,
baik patogen maupun apatogen. Sterilitas adalah tingkat kesterilan setelah dilakukan proses
sterilisasi. Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroorganisme. Pemahaman tentang
sterilisasi, proses dan caranya diperlukan untuk membuat produk steril. Semua produk steril
haruslah dibuat pada kondisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti.

I.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Kualifikasi?


Apa saja jenis kualifikasi yang terdapat dalam CPOB?
Bagaimana tahapan proses dari kualifikasi?
Apa pengertian dari suspensi steril?

I.3 Tujuan

Agar mahasiswa memahami pengertian dari kualifikasi


Agar mahasiswa memahami jenis-jenis kualifikasi yang terdapat dalam CPOB
Agar mahasiswa memahami tahapan proses dari kualifikasi
Agar mahasiswa memahami pengertian dari suspensi steril

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Suspensi Steril

Suspensi (Menurut Buku Remington : The Science and Practice of Pharmacy


21th edition) adalah sistem dua fase yakni fase terdistribusi / terdisperdsi sebagai
pertikel (padat) didalam dan fase kedua atau fase kontinyu (cair). Fase terdispersi
disebut sebagai fase dalam sedangkan fase kontinyu disebut sebagai fase luar (ukuran
partikel fase terdispersi 0.5 m atau lebih).

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. (FI Edisi IV tahun 1995). Suspensi steril adalah berupa zat
padat yang disuspensikan dalam pembawa yang sesuai, yang tidak boleh disuntikkan
ke dalam pembuluh darah atau ke dalam sumsum tulang belakang. Suspensi steril bisa
dalam bentuk injeksi (suntikan), obat tetes.

II.2 Kualifikasi

Salah satu aspek penting dalam CPOB adalah Kualifikasi dan Validasi. Aspek
ini akan menentukan mutu obat yang dihasilkan, karena kegiatan kualifikasi dan
validasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah proses produksi obat dilakukan.
Pengawasan selama proses produksi obat disebut in procces control yang
membutuhkan personil tervalidasi, artinya personil yang melakukan pengawasan
harus memahami tugasnya. Selain personil, peralatan dan sistem yang digunakan
untuk proses produksi sebelum dan sesudahnya harus divalidasi agar dapat
menciptakan obat yang bermutu. Kegiatan kualifikasi merupakan bagian dari kegiatan
validasi untuk personil, peralatan, dan sistem.

BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Prinsip Kualifikasi dan Validasi

Semua perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam proses pembuatan obat
hendaklah dikualifikasi dan / atau divalidasi. Apabila suatu peralatan dilengkapi dengan
sistem komputerisasi, maka kualifikasi dapat dilakukan secara bersamaan dan kualifikasi
perangkat.
Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan, sistem dan instrumen),
kalibrasi alat ukur dan validasi (prosedur dan proses).
III.2 Sediaan Steril

Prinsip

Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan


memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen, yang sangat tergantung dari
ketrampilan, pelatihan dan sikap personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting
dan pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan
prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau
pengujian produk jadi tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin
sterilitas atau aspek mutu lain.

Umum
1. Pembuatan produk steril hendaklah dilakukan di area bersih, memasuki area ini
hendaklah melalui ruang penyangga udara untuk personil dan/atau peralatan dan
bahan. Area bersih hendaklah dijaga tingkat kebersihannya sesuai standar kebersihan
yang ditetapkan dan dipasok dengan udara yang telah melewati filter dengan efisiensi
yang sesuai.
2. Berbagai kegiatan persiapan komponen, pembuatan produk dan pengisian hendaklah
dilakukan di ruang terpisah di dalam area bersih. Kegiatan pembuatan produk steril
dapat digolongkan dalam dua kategori; pertama produk yang disterilkan dalam wadah
akhir dan disebut juga sterilisasi akhir, kedua produk yang diproses secara aseptis
pada sebagian atau semua tahap.
3. Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik
lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat
kebersihan ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk meminimalkan
risiko pencemaran oleh partikulat dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang
ditangani.
4. Kondisi operasional dan nonoperasional hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang
bersih. Keadaan nonoperasional adalah kondisi di mana fasilitas telah terpasang dan
beroperasi, lengkap dengan peralatan produksi tetapi tidak ada personil. Kondisi
operasional adalah kondisi di mana fasilitas dalam keadaan berjalan sesuai modus
pengoperasian yang ditetapkan dengan sejumlah tertentu personil yang sedang
bekerja.
Agar tercapai kondisi operasional maka area tersebut hendaklah didesain untuk
mencapai tingkat kebersihan udara tertentu pada kondisi nonoperasional.
Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan:

Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup
karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini
dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di tempat
kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata
berkisar 0,36 0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih
terbuka.
Keadaan laminar yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan dan divalidasi.
Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat digunakan pada isolator tertutup
dan kotak bersarung tangan.
Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona Kelas A.
Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah.

III.2.1 Klasifikasi Ruang Bersih Dan Sarana Udara Bersih


Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN ISO 14644-1
Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan jelas dari pemantauan lingkungan pada saat
operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap Kelas
kebersihan adalah sebagai berikut:

Klasifikasi ruangan adalah bagian dari kualifikasi awal fasilitas dan biasanya juga
dilakukan pada saat rekualifikasi rutin; artinya baik aktivitas klasifikasi maupun status
klasifikasi akhir yang harus dicapai untuk ruang bersih dan sarana udara bersih.

Alat penghitung sentral dengan probe yang disambungkan dengan selang panjang tidak
dapat lagi digunakan untuk klasifikasi ruang bersih, karena risiko terlalu banyak partikel
(terutama partikel 5 m) melekat pada dinding selang. Oleh sebab itu alat penghitung partikel
portabel dengan selang pendek atau -lebih diutamakan, bila memungkinkan tanpa selang-
hendaklah digunakan untuk tujuan klasifikasi. Sertifikat kalibrasi dari alat penghitung
partikel hendaklah menyebutkan panjang selang dan jenis bahan (inox/ stainless steel atau
polimer).
Industri dapat melakukan rekualifikasi ruang bersih sesuai dengan EN/ISO 14644-2
(termasuk frekuensi yang dianjurkan).
Untuk rekualifikasi area Kelas A, kegiatan berikut dianjurkan pada saat melakukan
rekualifikasi tiap 6 bulan:

kecepatan aliran udara,


integritas filter, dan
perbedaan tekanan (tidak berlaku untuk area ruang bersih yang tidak dapat tertutup
rapat).

Frekuensi rekualifikasi untuk ruang Kelas B:


kondisi nonoperasional tiap 6 bulan, dan
kondisi operasional tiap 12 bulan.

Untuk ruang kelas lain: tiap tahun, dengan toleransi yang ditetapkan.

Pendekatan lain dapat diterapkan dengan justifikasi misal berdasarkan data pemantauan.

III.2.2 Pemantauan Ruang Bersih Dan Sarana Udara Bersih

Frekuensi, lokasi dan jumlah lokasi pengambilan sampel hendaklah berdasarkan


analisis risiko dan tidak terpaku pada ISO 14644-1. Data yang diperoleh selama klasifikasi
dan pemantauan terdahulu hendaklah dipertimbangkan. Lokasi kritis hendaklah dicakup.
Pada area kritis di mana bahan atau produk terpapar ke lingkungan, hendaklah
dilakukan pemantauan kontinu selama proses berlangsung. Sistem pemantauan hendaklah
mampu mendeteksi potensi terjadi penyimpangan jumlah partikel di luar yang biasa terjadi,
termasuk kejadian yang hanya berjalan sesaat. Sistem manifold mungkin tidak cocok untuk
pemantauan zona Kelas A karena keterlambatan respons. Pada saat melakukan pemantauan
Kelas A, penting untuk juga mencakup perakitan alat, karena dampak operator perakit
terhadap jumlah partikel besar. Hendaklah dibuat Protap yang menentukan batas waspada dan
mendefinisikan tindakan perbaikan dan intervensi yang diperlukan pada kasus waspada.
Pemantauan berkesinambungan hendaklah dilakukan di zona Kelas B di mana
penanganan wadah belum tertutup utuh/ belum tertutup sempurna, misal vial setengah-
tertutup dengan stopper di bawah unit aliran udara laminar bergerak (mobile laminar air
flow) sebelum diliofilisasi. Sistem manifold kemungkinan tidak cocok untuk pemantauan
zona Kelas B karena kurang responsive
Selama pemantauan hendaklah pengambilan sampel :
- dilakukan dengan cepat (terutama di area kritis),
- terhubung dengan pergerakan partikel pada saat ada kegiatan nyata, dan
- dapat memicu alarm sehingga operator segera mengetahui situasi.
Dengan demikian pengambilan 1 m3 sampel (yang biasanya membutuhkan waktu 30
menit) dapat menjadi tidak memadai selama pemantauan zona A pada saat beroperasi.

Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 m menjadi
penting karena merupakan sarana untuk deteksi dini kegagalan. Partikel ukuran > 5 m
kadang-kadang dapat terdeteksi yang merupakan pembacaan semu, hal ini disebabkan oleh
lonjakan elektris, stray light, kejadian tidak terduga dan lain-lain. Namun, pembacaan
partikel dalam jumlah rendah yang terjadi secara berurutan ataupun terus-menerus merupakan
indikasi kemungkinan terjadi pencemaran dan perlu diinvestigasi. Kejadian tersebut
merupakan indikasi dini kegagalan pada sistem tata udara, mesin pengisi atau merupakan
indikasi dari kebiasaan yang kurang sesuai selama perakitan alat dan kegiatan rutin.

Parameter lain misal suhu dan kelembaban udara akan tergantung pada jenis produk dan
proses yang dilakukan. Parameter ini hendaklah tidak memengaruhi kelas kebersihan yang
dipersyaratkan.

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan di berbagai kelas :


Contoh kegiatan untuk produk dengan sterilisasi akhir

Contoh kegiatan untuk produk dengan aseptis

Di mana berlangsung kegiatan aseptis, hendaklah sering dilakukan pemantauan misal


dengan cawan papar, pengambilan sampel udara secara volumetris, dan pengambilan sampel
permukaan (dengan menggunakan cara usap dan cawan kontak). Pengambilan sampel selama
kegiatan berlangsung hendaklah tidak memengaruhi perlindungan zona. Hasil pemantauan
hendaklah menjadi bahan pertimbangan ketika melakukan pengkajian catatan bets dalam
rangka pelulusan produk jadi. Permukaan tempat kerja dan personil hendaklah dipantau
setelah suatu kegiatan kritis selesai dilakukan. Pemantauan tambahan secara mikrobiologis
juga dibutuhkan di luar kegiatan produksi misal setelah validasi sistem, pembersihan dan
sanitasi.

Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama kegiatan berlangsung

III.2.3 Teknologi Isolator


Penggunaan teknologi isolator dimaksudkan untuk memperkecil intervensi manusia
pada area proses yang mungkin dapat mengakibatkan penurunan risiko pencemaran mikroba,
dari lingkungan, secara signifikan terhadap produk yang dibuat secara aseptis. Ada berbagai
desain isolator dan alat transfer. Isolator dan lingkungan sekitarnya hendaklah didesain
sedemikian rupa sehingga mutu udara yang dipersyaratkan untuk zona tersebut dapat dicapai.
Isolator dibuat dari berbagai bahan yang tahan terhadap tusukan dan kebocoran. Alat transfer
bervariasi dari desain satu pintu, dua pintu sampai ke sistem tertutup secara sempurna yang
disatukan dengan mekanisme sterilisasi.
Transfer bahan ke dalam dan ke luar unit merupakan sumber kontaminasi yang paling
potensial. Secara umum, area di dalam isolator merupakan zona lokal untuk melakukan
manipulasi yang berisiko tinggi, meskipun laminar air flow bisa tidak ada di area kerja ini.
Kelas udara yang diperlukan untuk lingkungan latar belakang tergantung pada desain
isolator tersebut serta penggunaannya. Hal tersebut hendaklah dikendalikan dan untuk proses
aseptis setidaknya Kelas D.

Isolator hendaklah digunakan hanya setelah dilakukan validasi yang sesuai. Validasi
hendaklah mempertimbangkan semua faktor kritis dari teknologi isolator, misal mutu udara
di dalam dan di luar (latar belakang) isolator, sanitasi isolator, proses transfer dan kekedapan
isolator.
Pemantauan hendaklah dilakukan secara rutin dan mencakup uji kebocoran isolator
dan sistem sarung tangan/lengan yang sering.

III.2.4 Teknologi Peniupan/Pengisian/ Penyegelan


Mesin peniup/pengisi/penyegel me-rupakan satu rangkaian mesin, dimana, dalam
suatu operasi yang kontinu, wadah produk dibentuk dari granulat termoplastis, diisi dan
kemudian disegel, semua ini dilakukan oleh satu unit mesin otomatis.
Mesin peniup/pengisi/penyegel yang digunakan untuk produksi aseptis yang
dilengkapi dengan air shower yang efektivitasnya sama dengan Kelas A dapat dipasang
dalam lingkungan minimal Kelas C, dengan syarat mengenakan pakaian kerja Kelas A/B.
Mesin yang digunakan untuk pembuatan produk dengan sterilisasi akhir hendaklah dipasang
dalam lingkungan minimal Kelas D.
Lingkungan kerja hendaklah memenuhi persyaratan jumlah partikel dan mikroba pada
kondisi nonoperasional dan persyaratan jumlah mikroba hanya pada saat beroperasi.
Disebabkan teknologi khusus ini, perhatian khusus hendaklah diberikan minimal pada hal
berikut:
a) desain dan kualifikasi peralatan,
b) validasi dan reprodusibilitas dari pembersihan-di-tempat dan sterilisasi-di-tempat,
c) tingkat kebersihan lingkungan latar belakang di mana peralatan tersebut ditempatkan,
d) pelatihan dan pakaian kerja operator, serta
e) intervensi terhadap zona kritis mesin termasuk proses perakitan aseptis sebelum memulai
proses pengisian.
III.2.5 Produk Yang Disterilisasi Akhir
Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang memungkinkan untuk disaring
dan disterilisasi, hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas D untuk mengurangi
risiko cemaran mikroba dan partikulat. Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan
yaitu karena cemaran mikroba, misal, produk yang secara aktif mendukung pertumbuhan
mikroba atau harus didiamkan selama beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses
dalam tangki tidak tertutup, maka penyiapan hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C.
Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di lingkungan
minimal Kelas C.
Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena cemaran dari
lingkungan, misal karena kegiatan pengisian berjalan lambat atau wadah berleher-lebar atau
terpaksa terpapar lebih dari beberapa detik sebelum ditutup, pengisian hendaklah dilakukan di
zona Kelas A dengan latar belakang minimal Kelas C. Pembuatan dan pengisian salep, krim,
suspensi dan emulsi umumnya hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C sebelum
disterilisasi akhir.

III.3 Pembuatan Secara Aseptis

Tujuan dari proses aseptis adalah untuk mempertahankan sterilitas produk yang dibuat
dari komponen-komponen yang masing-masing telah disterilisasi sebelumnya dengan
menggunakan salah satu cara dari metode yang ada.

Kondisi operasional hendaklah dapat mencegah kontaminasi mikroba.

Untuk menjaga sterilitas komponen dan produk selama proses aseptis, perhatian perlu
diberikan pada :

lingkungan;
personil;
permukaan yang kritis;
sterilisasi wadah/ tutup dan prosedur pemindahannya;
waktu tunggu maksimum bagi produk sebelum pengisian ke dalam wadah akhir; dan
filter untuk sterilisasi.

III.4 Personalia
Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di area bersih;
hal ini penting khususnya pada proses aseptis. Inspeksi dan pengawasan hendaklah
dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.
Personil yang bekerja di area bersih dan steril hendaklah dipilih secara seksama untuk
memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin dan
tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap produk.
Semua personil (termasuk bagian pembersihan dan perawatan) yang akan bekerja di
area tersebut hendaklah mendapat pelatihan teratur dalam bidang yang berkaitan
dengan pembuatan produk steril yang benar, termasuk mengenai higiene dan
pengetahuan dasar mikrobiologi. Bila personil dari luar yang tidak pernah menerima
pelatihan seperti di atas (misal kontraktor bangunan atau perawatan), yang harus
masuk ke dalam area bersih, perhatian khusus hendaklah diberikan dengan instruksi
dan pengawasan.

Staf yang bekerja dengan bahan yang berasal dari jaringan hewan atau biakan
mikroba selain dari yang digunakan dalam proses pembuatan yang berlaku (the
current manufacturing process) hendaklah tidak memasuki area produk-steril kecuali
mematuhi prosedur masuk yang ketat dan rinci.

Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial. Personil yang
terlibat dalam pembuatan produk steril hendaklah diinstruksikan untuk melaporkan
semua kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran cemaran yang tidak
normal jumlah dan jenisnya; pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan.
Tindakan yang diambil terhadap personil yang dapat menimbulkan bahaya
pencemaran mikrobiologis hendaklah diputuskan oleh personil kompeten yang
ditunjuk.

Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler hendaklah tidak dibawa masuk ke dalam
kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C. Untuk tiap
personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril (disterilkan atau disanitasi
dengan memadai) hendaklah disediakan untuk tiap sesi kerja. Sarung tangan
hendaklah secara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung tangan
hendaklah diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja.
Penggantian dan pencucian hendaklah mengikuti prosedur tertulis yang didesain
untuk meminimalkan kontaminasi pada pakaian area bersih atau membawa masuk
kontaminan ke area bersih.

Arloji, kosmetika dan perhiasan hendaklah tidak dipakai di area bersih.

Personil yang memasuki area bersih atau area steril hendaklah mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan kaki. Pakaian
ini tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah mampu
menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh. Pakaian ini hendaklah nyaman dipakai
dan agak longgar untuk mengurangi gesekan. Pakaian ini hanya boleh dipakai di area
bersih atau area steril yang relevan.

Pakaian dan mutunya hendaklah disesuaikan dengan proses dan kelas kebersihan area
kerja. Pakaian tersebut hendaklah dipakai sesuai dengan tujuannya untuk melindungi
produk dari kontaminasi.

III.5 Bangunan Dan Fasilitas


Semua bangunan dan fasilitas hendaklah, sedapat mungkin, didesain untuk mencegah
personil, yang melakukan pengawasan atau pengendalian, masuk bila tidak
diperlukan. Area Kelas A dan B hendaklah didesain sehingga semua kegiatan dapat
diamati dari luar.
Di area bersih, semua permukaan yang terpapar hendaklah halus, kedap air dan tidak
retak untuk mengurangi pelepasan atau akumulasi partikel atau mikroba dan untuk
memungkinkan penggunaan berulang bahan pembersih dan bahan disinfektan.
Untuk mengurangi akumulasi debu dan memudahkan pembersihan hendaklah tidak
ada bagian yang sukar dibersihkan dan lis yang menonjol, rak, lemari serta peralatan
hendaklah dalam jumlah terbatas. Pintu hendaklah didesain untuk menghindarkan
bagian yang tersembunyi dan sukar dibersihkan; pintu sorong hendaklah dihindarkan
karena alasan tersebut.
False ceilings hendaklah disegel untuk mencegah pencemaran dari ruang di atasnya
Pipa dan saluran serta sarana pendukung lain hendaklah dipasang dengan tepat
sehingga tidak menimbulkan tempat tersembunyi yang sukar dibersihkan.
Bak cuci dan drainase hendaklah dilarang di area Kelas A/B. Di area lain, penyekat
udara hendaklah dipasang di antara mesin atau bak cuci dan drainase. Saluran
pembuangan untuk daerah yang lebih rendah tingkat kebersihannya, jika dipasang,
hendaklah dilengkapi dengan jebakan yang efektif atau penutup air untuk mencegah
aliran balik. Semua saluran air hendaklah terbuka dan mudah dibersihkan serta
dihubungkan dengan drainase luar dengan tepat untuk mencegah cemaran
mikrobiologis masuk.
Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personil dan tidak digunakan
untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan.
Tidak boleh ada perubahan lebih dari satu kelas kebersihan pada airlock atau jalan
masuk dan ruang ganti, Contoh: Jalan masuk dari Kelas D terhubung dengan airlock
Kelas C, yang kemudian menuju ke ruang ganti Kelas B untuk menuju ke ruang
bersih Kelas B.
Ruang ganti hendaklah mempunyai ukuran yang cukup untuk kenyamanan berganti
pakaian dan dilengkapi dengan cermin sehingga personil dapat memeriksa dan
memastikan pengenaan pakaian yang benar sebelum meninggalkan ruang ganti.
Pintu-pintu ruang penyangga udara hendaklah tidak dibuka secara bersamaan. Sistem
interlock atau sistem peringatan visual dan/atau audio hendaklah dioperasikan untuk
mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang bersamaan
Modifikasi biasanya dilakukan pada tekanan ruang antara atau ruang ganti dengan
sistem yang disebut sink airlock dan bubble airlock. Hal yang sama dapat juga
dipakai untuk mengurangi tekanan absolut dari ruang dengan kelas paling kritis demi
melindungi konstruksi ruang yang dapat berubah karena tekanan besar.

Contoh dari sink airlock : Contoh dari bubble airlock :

Bila ukuran ruang tidak memungkinkan untuk dibuat arah pembukaan pintu
seperti tersebut pada butir 51, maka perlu dipertimbangkan strategi untuk menahan
agar pintu dapat selalu dalam keadaan tertutup.

Hendaklah dibuktikan bahwa pola aliran-udara tidak menimbulkan risiko


pencemaran, misal perhatian hendaklah diberikan untuk memastikan bahwa aliran
udara tidak menyebarkan partikel dari personil yang menimbulkan partikel, kegiatan
atau mesin ke zona yang mempunyai risiko lebih tinggi terhadap produk.
Sistem peringatan dapat berupa alarm yang akan berbunyi atau lampu yang akan
menyala jika batas perbedaan tekanan udara terlewati. Catatan perbedaan tekanan
dapat dilakukan secara manual dengan menuliskan pada buku log atau secara otomatis
jika menggunakan Building Automation System (BAS).
Suhu dan kelembaban udara hendaklah dijaga untuk mencegah pertumbuhan jamur/
kapang.
Dapat digunakan sistem komunikasi elektris 2 arah, misalnya interkom (hands free).

Anda mungkin juga menyukai