Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU

I. Konsep Medis
A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus
tuberkulosis yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru.
Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk. Selain manusia,
satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia
melalui kotorannya.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe.

B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama
bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam
jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid.

Cara penularan TB :
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

C. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai
reaksi hipersensitivitas (lambat).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus
dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan
masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke
bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas
keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui
getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ
lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-
organ tubuh.

D. Manifestasi Klinik
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemikan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai :
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak
pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama,
maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan
yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.

4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa
aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru
(segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga
mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Pemeriksaan ini kurang mendaptat perhatian, karena hasilnya kadang-
kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.
Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila
penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit
masih tinggi. Laju endap darah mulai urun ke arah normal lagi.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan
sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah
diberikan.
c. Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau
pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan
Myobacteria patogen lainnya.

F. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut:
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
2. Prinsip Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
d. Jenis, sifat dan dosis OAT

1) Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis di Indonesia:
a) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)


a) Kategori Anak: 2HRZ/4HR

2) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara
ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
a) Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
b) Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini
disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu
(1) masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:


Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan
resep.
Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan
satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
2. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengonbatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta
tuberkulosis paru yang kembali aktif.
4. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
5. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain.
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang
sumpek.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
g. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran)
tidak ada gangguan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
j. Pola penanggulangan stres
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress
pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
l. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai inspeksi :
adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang
tertinggal, suara napas melemah.
a) Palpasi : Fremitus suara meningkat.
b) Perkusi : Suara ketok redup.
c) Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar
dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 15
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bdd akumulasi sekret kental atau sekret darah
2. Gangguan pertukaran gas b/d kerusakan membran alveoler-kapiler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
4. Nyeri akut b/d inflamasi paru
5. Hipertermia b/d proses inflamasi
6. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan
7. Defisiensi pengetahuan b/d kurangnya informasi

C. Rencana Keperawatan

TUJUAN DAN
N DIAGNOSA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
O KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1. Ketidakefektifan bersihan NOC : NIC :
jalan nafas Respiratory
Domain 11 (Keamanan / status : Airway Suction :
Perlindungan) Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
Respiratory tracheal suctioning
Kelas 2 Cedera Fisik Auskultasi suara nafas
status : Airway
Kode Dx : 00031 patency sebelum dan sesudah
Aspiration suctioning.
Definisi : Ketidakmampuan Control Informasikan pada klien
untuk membersihkan sekresi dan keluarga tentang
atau obstruksi dari saluran Kriteria Hasil : suctioning
Mendemonstrasi Minta klien nafas dalam
pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan kan batuk efektif sebelum suction
jalan nafas. dan suara nafas dilakukan.
yang bersih, Berikan O2 dengan
Batasan Karakteristik : tidak ada sianosis menggunakan nasal
-Dispneu, Penurunan suara dan dyspneu untuk memfasilitasi
nafas (mampu suksion nasotrakeal
-Orthopneu mengeluarkan Gunakan alat yang steril
-Cyanosis sputum, mampu sitiap melakukan
-Kelainan suara nafas (rales, tindakan
bernafas dengan
wheezing) Anjurkan pasien untuk
mudah, tidak ada
-Kesulitan berbicara istirahat dan napas dalam
-Batuk, tidak efekotif atau pursed lips)
Menunjukkan setelah kateter
tidak ada
jalan nafas yang dikeluarkan dari
-Mata melebar
-Produksi sputum paten (klien tidak nasotrakeal
-Gelisah merasa tercekik, Monitor status oksigen
-Perubahan frekuensi dan irama nafas, pasien
irama nafas frekuensi Ajarkan keluarga
pernafasan dalam bagaimana cara
Faktor-faktor yang rentang normal, melakukan suksion
berhubungan: tidak ada suara Hentikan suksion dan
Lingkungan : merokok, nafas abnormal) berikan oksigen apabila
menghirup asap rokok, Mampu pasien menunjukkan
perokok pasif-POK, infeksi mengidentifikasi bradikardi, peningkatan
Fisiologis : disfungsi kan dan saturasi O2, dll.
neuromuskular, hiperplasia mencegah factor
dinding bronkus, alergi jalan yang dapat
nafas, asma. menghambat Airway Management :
Obstruksi jalan nafas : jalan nafas Buka jalan nafas,
spasme jalan nafas, sekresi guanakan teknik chin lift
tertahan, banyaknya mukus, atau jaw thrust bila perlu
adanya jalan nafas buatan, Posisikan pasien untuk
sekresi bronkus, adanya memaksimalkan ventilasi
eksudat di alveolus, adanya Identifikasi pasien
benda asing di jalan nafas. perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
Domain 3 (Eliminasi dan Respiratory
Pertukaran) Status : Gas Airway Management :
Kelas 4 Fungsi Pernafasan exchange Buka jalan nafas,
Kode Dx : 00030 Respiratory guanakan teknik chin lift
Status : atau jaw thrust bila perlu
Definisi : ventilation Posisikan pasien untuk
Kelebihan atau kekurangan Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
dalam oksigenasi dan atau Identifikasi pasien
pengeluaran karbondioksida Kriteria Hasil : perlunya pemasangan alat
di dalam membran kapiler Mendemonstrasik jalan nafas buatan
alveoli an peningkatan Pasang mayo bila perlu
ventilasi dan Lakukan fisioterapi dada
Batasan karakteristik : oksigenasi yang jika perlu
-Gangguan penglihatan adekuat Keluarkan sekret dengan
-Penurunan CO2 Memelihara batuk atau suction
-Takikardi kebersihan paru Auskultasi suara nafas,
-Hiperkapnia paru dan bebas catat adanya suara
-Keletihan tambahan
-somnolen dari tanda tanda
Lakukan suction pada
-Iritabilitas distress
pernafasan mayo
-Hypoxia
Mendemonstrasik Berika bronkodilator bial
-kebingungan
-Dyspnoe an batuk efektif perlu
-nasal faring Barikan pelembab udara
dan suara nafas
-AGD Normal Atur intake untuk cairan
yang bersih, tidak
-sianosis mengoptimalkan
ada sianosis dan
-warna kulit abnormal (pucat, keseimbangan.
dyspneu (mampu
kehitaman) Monitor respirasi dan
-Hipoksemia mengeluarkan
status O2
-hiperkarbia sputum, mampu
-sakit kepala ketika bangun bernafas dengan
-frekuensi dan kedalaman Respiratory Monitoring
mudah, tidak ada
nafas abnormal Monitor rata rata,
pursed lips)
Tanda tanda vital kedalaman, irama dan
Faktor faktor yang dalam rentang usaha respirasi
berhubungan : Catat pergerakan
normal
- ketidakseimbangan dada,amati kesimetrisan,
perfusi ventilasi penggunaan otot
- perubahan membran tambahan, retraksi otot
kapiler-alveolar supraclavicular dan
intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan Nutritional Status
tubuh : food and Fluid Nutrition Management :
Domain 2 (Nutrisi) Intake Kaji adanya alergi
Kelas 1 Makan makanan
Kode Dx : 00002 Kriteria Hasil : Kolaborasi dengan ahli
Adanya gizi untuk menentukan
Definisi : peningkatan berat jumlah kalori dan nutrisi
Intake nutrisi tidak cukup badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
untuk keperluan metabolisme dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
tubuh. Berat badan ideal meningkatkan intake Fe
sesuai dengan Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : tinggi badan meningkatkan protein
-Berat badan 20 % atau lebih Mampu dan vitamin C
di bawah ideal mengidentifikasi Berikan substansi gula
-Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi Yakinkan diet yang
makanan yang kurang dari Tidak ada tanda dimakan mengandung
RDA (Recomended Daily tanda malnutrisi tinggi serat untuk
Allowance) Tidak terjadi mencegah konstipasi
-Membran mukosa dan penurunan berat Berikan makanan yang
konjungtiva pucat badan yang terpilih ( sudah
-Kelemahan otot yang berarti dikonsultasikan dengan
digunakan untuk ahli gizi)
menelan/mengunyah Ajarkan pasien
-Luka, inflamasi pada rongga bagaimana membuat
mulut catatan makanan harian.
-Mudah merasa kenyang, Monitor jumlah nutrisi
sesaat setelah mengunyah dan kandungan kalori
makanan Berikan informasi tentang
-Dilaporkan atau fakta adanya kebutuhan nutrisi
kekurangan makanan Kaji kemampuan pasien
-Dilaporkan adanya
untuk mendapatkan
perubahan sensasi rasa
nutrisi yang dibutuhkan
-Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah
Nutrition Monitoring :
makanan
-Miskonsepsi BB pasien dalam batas
-Kehilangan BB dengan normal
makanan cukup Monitor adanya
-Keengganan untuk makan penurunan berat badan
-Kram pada abdomen Monitor tipe dan jumlah
-Tonus otot jelek aktivitas yang biasa
-Nyeri abdominal dengan atau dilakukan
tanpa patologi Monitor interaksi anak
-Kurang berminat terhadap atau orangtua selama
makanan makan
-Pembuluh darah kapiler Monitor lingkungan
mulai rapuh
selama makan
-Diare dan atau steatorrhea
Jadwalkan pengobatan
-Kehilangan rambut yang
dan tindakan tidak
cukup banyak (rontok)
-Suara usus hiperaktif selama jam makan
-Kurangnya informasi, Monitor kulit kering dan
misinformasi perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Faktor-faktor yang Monitor kekeringan,
berhubungan : rambut kusam, dan
Ketidakmampuan pemasukan mudah patah
atau mencerna makanan atau Monitor mual dan
mengabsorpsi zat-zat gizi muntah
berhubungan dengan faktor Monitor kadar albumin,
biologis, psikologis atau total protein, Hb, dan
ekonomi. kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4. Nyeri akut NOC : NIC :


Domain 12 (Kenyamanan) Pain Level, Pain Management :
Kelas 1 Kenyamanan Fisik Pain control, Lakukan pengkajian
Kode Dx : 00132 Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Definisi : Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
Sensori yang tidak Mampu durasi, frekuensi, kualitas
menyenangkan dan mengontrol nyeri dan faktor presipitasi
pengalaman emosional yang (tahu penyebab Observasi reaksi
muncul secara aktual atau nyeri, mampu nonverbal dari
potensial kerusakan jaringan menggunakan ketidaknyamanan
atau menggambarkan adanya tehnik Gunakan teknik
kerusakan (Asosiasi Studi nonfarmakologi komunikasi terapeutik
Nyeri Internasional): untuk untuk mengetahui
serangan mendadak atau mengurangi pengalaman nyeri pasien
pelan intensitasnya dari nyeri, mencari Kaji kultur yang
ringan sampai berat yang bantuan) mempengaruhi respon
dapat diantisipasi dengan Melaporkan nyeri
akhir yang dapat diprediksi bahwa nyeri Evaluasi pengalaman
dan dengan durasi kurang berkurang dengan nyeri masa lampau
dari 6 bulan. menggunakan Evaluasi bersama pasien
manajemen nyeri dan tim kesehatan lain
Batasan karakteristik : Mampu tentang ketidakefektifan
-Laporan secara verbal atau mengenali nyeri kontrol nyeri masa
non verbal (skala, intensitas, lampau
-Fakta dari observasi frekuensi dan Bantu pasien dan
-Posisi antalgic untuk tanda nyeri) keluarga untuk mencari
menghindari nyeri Menyatakan rasa dan menemukan
-Gerakan melindungi nyaman setelah dukungan
-Tingkah laku berhati-hati Kontrol lingkungan yang
nyeri berkurang
-Muka topeng
Tanda vital dalam dapat mempengaruhi
-Gangguan tidur (mata sayu,
tampak capek, sulit atau rentang normal nyeri seperti suhu
gerakan kacau, ruangan, pencahayaan
menyeringai) dan kebisingan
-Terfokus pada diri sendiri Kurangi faktor presipitasi
-Fokus menyempit nyeri
(penurunan persepsi Pilih dan lakukan
waktu, kerusakan proses penanganan nyeri
berpikir, penurunan (farmakologi, non
interaksi dengan orang dan farmakologi dan inter
lingkungan) personal)
-Tingkah laku distraksi, Kaji tipe dan sumber
contoh : jalan-jalan, nyeri untuk menentukan
menemui orang lain intervensi
dan/atau aktivitas, Ajarkan tentang teknik
aktivitas berulang-ulang) non farmakologi
-Respon autonom (seperti Berikan analgetik untuk
diaphoresis, perubahan mengurangi nyeri
tekanan darah, perubahan Evaluasi keefektifan
nafas, nadi dan dilatasi kontrol nyeri
pupil) Tingkatkan istirahat
-Perubahan autonomic dalam Kolaborasikan dengan
tonus otot (mungkin dalam dokter jika ada keluhan
rentang dari lemah ke dan tindakan nyeri tidak
kaku) berhasil
-Tingkah laku ekspresif Monitor penerimaan
(contoh : gelisah, merintih, pasien tentang
menangis, waspada, manajemen nyeri
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah) Analgesic Administration :
-Perubahan dalam nafsu Tentukan lokasi,
makan dan minum karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
Faktor yang berhubungan : pemberian obat
Agen injuri (biologi, kimia, Cek instruksi dokter
fisik, psikologis) tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
5. Hipertermia NOC : NIC :
Domain 11 (Keamanan / Thermoregulation
Perlindungan) Fever treatment :
Kelas 6 Termoregulasi Kriteria Hasil : Monitor suhu sesering
Kode Dx : 00007 Suhu tubuh mungkin
dalam rentang Monitor IWL
Definisi : normal Monitor warna dan suhu
suhu tubuh naik diatas Nadi dan RR kulit
rentang normal dalam rentang Monitor tekanan darah,
normal nadi dan RR
Batasan Karakteristik : Tidak ada Monitor penurunan
-kenaikan suhu tubuh diatas perubahan warna tingkat kesadaran
rentang normal kulit dan tidak Monitor WBC, Hb, dan
-serangan atau konvulsi ada pusing, Hct
(kejang) merasa nyaman Monitor intake dan
-kulit kemerahan output
-pertambahan RR Berikan anti piretik
-takikardi Berikan pengobatan
-saat disentuh tangan terasa untuk mengatasi
hangat penyebab demam
Selimuti pasien
Faktor faktor yang Lakukan tapid sponge
berhubungan : Berikan cairan intravena
-penyakit/ trauma Kompres pasien pada
-peningkatan metabolisme lipat paha dan aksila
-aktivitas yang berlebih Tingkatkan sirkulasi
-pengaruh medikasi/anastesi udara
-ketidakmampuan/penurunan Berikan pengobatan
kemampuan untuk
untuk mencegah
berkeringat
terjadinya menggigil
-terpapar dilingkungan panas
-dehidrasi
-pakaian yang tidak tepat Temperature regulation :
Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan
RR
Monitor warna dan suhu
kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan
akibat panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring :

Monitor TD, nadi, suhu,


dan RR

Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

Monitor VS saat pasien


berbaring, duduk, atau
berdiri

Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan

Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan
setelah aktivitas

Monitor kualitas dari


nadi

Monitor frekuensi dan


irama pernapasan
Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan


abnormal

Monitor suhu, warna, dan


kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

6. Ansietas NOC : NIC :


Domain 9 (Koping / Toleransi
Stress) Anxiety control Anxiety Reduction
Kelas 2 Respon Koping Coping (penurunankecemasan)
Kode Dx : 00146 Impulse control Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Definisi : KriteriaHasil : Nyatakan dengan jelas
Perasaan gelisah yang tak harapan terhadap pelaku
Klien mampu pasien
jelas dari ketidaknyamanan
mengidentifika Jelaskan semua prosedur
atau ketakutan yang disertai
si dan
respon autonom (sumner dan apa yang dirasakan
mengungkapka
tidak spesifik atau tidak selama prosedur
n gejala cemas
diketahui oleh individu); Pahamiprespektifpasienter
Mengidentifika
perasaan keprihatinan hdapsituasistres
disebabkan dari antisipasi si,
Temani pasien untuk
terhadap bahaya. Sinyal ini mengungkapka
memberikan keamanan
merupakan peringatan adanya n dan
dan mengurangi takut
ancaman yang akan datang menunjukkan
Berikan informasi faktual
dan memungkinkan individu tehnik untuk
mengontol mengenai diagnosis,
untuk mengambil langkah tindakan prognosis
untuk menyetujui terhadap cemas
Vital sign Dorong keluarga untuk
tindakan
dalambatas menemani anak
Ditandai dengan normal Lakukan back / neck rub
Gelisah Posturtubuh, Dengarkan dengan penuh
Insomnia ekspresiwajah, perhatian
Resah bahasatubuhda Identifikasi tingkat
Ketakutan ntingkataktivita kecemasan
Sedih
smenunjukkan Bantu pasien mengenal
berkurangnyak situasi yang menimbulkan
Fokuspadadiri
ecemasan kecemasan
Kekhawatiran
Dorong pasien untuk
Cemas
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
7 Defisiensi Pengetahuan NOC : NIC :

Domain 5 (Presepsi / Kowlwdge : Teaching : disease Process


Kognisi) Kelas 4 Kognisi disease process 1. Berikan penilaian tentang
Kode Dx : 00126 Kowledge : tingkat pengetahuan
health pasien tentang proses
Definisi : Behavior penyakit yang spesifik
KriteriaHasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari
Tidak adanya atau kurangnya penyakit dan bagaimana
informasi kognitif Pasien dan hal ini berhubungan
sehubungan dengan topic keluarga dengan anatomi dan
spesifik. menyatakan fisiologi, dengan cara
pemahaman yang tepat.
tentang 3. Gambarkan tanda dan
Batasan karakteristik : penyakit, gejala yang biasa muncul
memverbalisasikan adanya kondisi, pada penyakit, dengan
masalah, ketidakakuratan prognosis dan cara yang tepat
mengikuti instruksi, perilaku program 4. Gambarkan proses
tidak sesuai. pengobatan penyakit, dengan cara
Pasien dan yang tepat
keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
Faktor-faktor yang mampu penyebab, dengna cara
berhubungan : melaksanakan yang tepat
keterbatasan kognitif, prosedur yang 6. Sediakan informasi pada
interpretasi terhadap dijelaskan pasien tentang kondisi,
informasi yang salah, secara benar dengan cara yang tepat
kurangnya keinginan untuk Pasien dan 7. Hindari jaminan yang
mencari informasi, tidak keluarga kosong
mengetahui sumber-sumber mampu 8. Sediakan bagi keluarga
informasi. menjelaskan atau SO informasi tentang
kembali apa kemajuan pasien dengan
yang dijelaskan cara yang tepat
perawat/tim 9. Diskusikan perubahan
kesehatan gaya hidup yang mungkin
lainnya. diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

http://www.scribd.com/doc/119263890/LP-tb-paru#scribd. Di akses Rabu, 08 Maret 2017, Jam


17:00 WITA

http://www.scribd.com/doc/78820747/Laporan-Pendahuluan-Tb-Paru#scribd. Di akses Rabu, 08


Maret 2017, Jam 17:05 WITA

Anda mungkin juga menyukai