Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus.
Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma
uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.
Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang
banyak dan penekanan pada pelvis. (1,3)

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,


sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh
wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun
dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit
kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang
tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma
(2,3)
uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.

Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri
mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut
rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh
didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini
akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim,
keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus
haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yangdikenal
dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi
seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah
perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila
(4)
tumor sudah sangat besar.

1
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 53 tahun dengan diagnosa mioma
uteri, yang selanjutnya ditatalaksana untuk laparotomi dengan Total Abdominal
Histerektomi (TAH). Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan,
penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,
leimioma, ataupun fibroid.4
Neoplasma ini berbatas tegas, memiliki kapsul, terbentuk dari otot polos dan
elemen jaringan penyambung fibrosa.5 Mioma uteri terdiri dari serabut-serabut
otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dikelilingi kapsul yang
tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian duktus Muller, tetapi paling sering
terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak.
Ukuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong sampai sebesar bola
kaki 6,7

II. Anatomi Uterus


Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum
di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram.
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus,
disamping itu serabut serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.
Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi
dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
II.1 Pembagian Uterus
a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.

3
b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut
porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina.
II.2 Pembagian Dinding Uterus
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan
banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid
endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh menebal
dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah bertambah banyak
yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler,
dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting
pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit
pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang
menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
1. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal,
dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis.
Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antaralain vena dan arteria
uterine.
2. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian
belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri kiri
dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat.

4
4. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal

III. EPIDEMIOLOGI
III.1 Distribusi Frekuensi Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan
belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan
pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-
kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-
25%.15 Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause
dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001).
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita
kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita
kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.

5
Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita
dengan usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan
proporsi 35%.21 Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008
melaporkan proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari
2.034 kasus ginekologi.22 Management of Uterine Fibroid at The University of
Nigeria Teaching Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri
9,8% dari seluruh kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi.
Penelitian Gaym A di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia
tahun 2004 mencatat penderita mioma uteri sebanyak 588 kasus.

IV. ETIOLOGI
Etiologi pasti mioma uteri tidak diketahui dan diduga merupakan penyakit
multifactor. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari
mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q 13-15. Faktor predisposisi terjadinya mioma
uteri antara lain :
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relative
infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertile
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertile, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras,,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga menderita
mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormone estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setlah
menopause.3
V. PATOFISIOLOGI

6
Patofisiologi Mioma Uteri

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium


normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian
estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur.
Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde
diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor
keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar
bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut
letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum. 3

VI. KLASIFIKASI MIOMA

7
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut
arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:

a Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa umumnya dapat diketahui dengan tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
b Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak
mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan
konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
c Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
d Mioma Intraligamenter

8
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus
sehingga disebut mondering/parasitic fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.
Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga
ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari
berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun sebagai kumparan (whorle
like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.

VII. Diagnosa
VII.1 Gejala Subjektif

9
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala
subjektif dipengaruhi oleh letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala subjektif pada mioma uteri:
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah:
pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan
endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan
kontraksi otot rahim karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium,
sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
2. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat
mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

VII.2 Gejala Objektif


Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli
medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan
Abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar

10
dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap,
area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan
Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa
yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium
servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat
digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.
2. Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan
maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui
pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat
dilakukan.
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

VII.3 DIAGNOSIS BANDING


1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan
pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma
lebih besar dari kehamilan 10-12 munggu, tumor yang berkembang cepat,
terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
2. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.
Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi
pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah
analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesteron,
danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen
lain seperti gossypol dan amantadine (Verala, 2003).
3. Operatif

11
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan
embolisasi arteri uterus.
a. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada
mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina.
b. Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan
terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
c. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter
yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan
menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada
setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta
waktu penyembuhannya yang cepat (Swine, 2009).
4. Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi
pada beberapa kasus.

XI. KOMPLIKASI
1. Degenerasi ganas Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari
semua 15 sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gamgguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen
akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Komplikasi lain
Perdarahan, anemia, perlekatan paca miomektomi, dapat terjadinya ruptur uteri
(apabila pasien hamil post miomektomi). 7&8

12
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

13
Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Mriyunan Tengah Rt 1 Rw 2 Sedayu Gresik

Status : Menikah

MRS : 17 Januari 2017

II. ANAMNESA

1. Keluhan Utama :
Terasa benjolan di perut bagian bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluh terasa benjolan di perut bawah yang tidak nyeri sejak 2-3
bulan ini . Pasien didiagnosa menderita Myoma Uterri tanggal 5 januari
2007 dan disarankan untuk operasi. Pasien juga mengeluhkan keluar darah
pervaginam yang banyak saat menstruasi sejak 1 bulan terakhir dan nyeri
selama menstruasi. Darah yang keluar bergumpal dan haid yang dialami
lama, pasien mengaku haidnya selama ini teratur. Keputihan (-), BAB dan
BAK Normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki penyakit penyerta HT, DM (-), Jantung (-)
4. Riwayat Penyakit Kelurga :
Dm (+), HT, Jantung dan Asma di Sangkal

5. Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan.

Pasien alergi ikan pindang.

6. Riwayat kontrasepsi :
Pasien memakai KB Pil Andalan

14
7. Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan haid pertama (menarke) pada usia 12 tahun. Pasien
memiliki siklus haid teratur. Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai
berikut :

1. Aterm, dirumah bersalin, Spontan, perempuan, Bbl ?, Usia 34 Thn


2. Aterm, dirumah bersalin, spontan, laki-laki, Bbl ?, Usia 19 Thn

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kesadaran : Compos Mentis


GCS :456

2. Vital Sign
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler
Suhu : 36,5oC
RR : 20 x/menit
Status Generalis

3. Kepala : A/I/C/D: -/-/-/-


4. Leher : Pembesaran KGB (-)
5. Thorax
* Paru : vesikuler +/+, Ronchi -/-, Whezing -/-

* Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

6. Ekstremitas :
- Akral hangat +/+

- Oedema -/-

- Status Ginekologi

1. Inspeksi
a. Tidak tampak kelainan.
b. Tidak tampak peradangan
c. Tidak tampak bekas operasi
2. Palpasi

15
a. Teraba massa padat, immobile, kenyal, permukaan licin, Nyeri
tekan perut kanan bawah (+).
b. Nyeri tekan lepas perut kanan bawah (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan penunjang, tanggal 18-1-2017

Hasil Lab tanggal 30-12-2016


Hb : 7,5 g%
Hct : 30,7 %
Leukosit : 61200/mm3
Trombosit : 522.00/mm3
Bun : 10,3 mg/dl
Kreatinin : 0,8 mg/dl
GDA : 98 mg/dl
SGPT : 36 U/L
SGOT : 225 U/L
PTT : 11,6 detik
APTT : 25,6 detik
Hbs Ag : Non Reaktif
Anti HIV : Non Reaktif

ULTRASONOGRAFI (USG) :
Uterus antefleksi dengan ukuran membesar 5X6 cm
Adneksa kiri kanan kesan normal
Kesan Myoma Uteri

EKG :

Normal

Foto Thorax :

Cor/Pulmo dalam batas normal

VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI

Myoma Uteri

VII. RENCANA TINDAKAN

Observasi keadaan umum dan vital sign pasien


Cek DL, Fungsi Ginjal, hepar, dan gula darah.
Infuse, pemberian antibiotik
Rawat ruangan persiapan operasi

16
Transfusi PRC
Kie pasien dan keluarganya

VIII. OPERASI POST

Tindakan operasi : Total abdominal histerektomi (TAH) + BSO

Follow up tgl 17 Januari 2017

S = Teraba benjolan dibagian bawah perut di sertai nyeri perut


bila dtekan

O = vital sign : T = 140/90 mmHg, N = 82, S = 36C

Status obstetric : Teraba massa padat, immobile, kenyal, permukaan


licin, Nyeri tekan perut kanan bawah (+). Nyeri tekan lepas perut
kanan bawah (+).

A = Mioma Uteri

P = Konsul Sp.Ast

17
Pemasangan kateter

Transfusi PRC 2 Kolf jika Hb <10 mgdL

Inj. Ceftriaxon 2gr

Follow up tgl 18 Januari 2017

S = pasien dipuasakan (+) Pusing (-),

O = vital sign : T = 140/90 mmHg, N = 82, S = 36C

Status obstetric : palpasi TFU setinggi pusat, Corpus uteri dan adnexa
parametrium teraba massa solid keras, PPV (+)

Lab. Hb 7,6 gr/dL

A = Mioma Uteri

P = Pre Op.

Follow up tgl 19 Januari 2017

S = nyeri post operasi total abdominal hysterectomy

O = vital sign : T = 150/90 mmHg, N = 78, S = 36C

Status obstetric : palpasi TFU (-), massa konsistensi keras padat(-),


PPV (-)

Lab. Cek Hb

18
A = uterus myomatosus (post TAH+BSO)

P = R/ Inj. Ceftriazone 2 gr No.II

R/ Inj. Kalnex fl No. III

R/ Inj. Teranol fl No. III

LAPORANKELUARRUMAHSAKIT

KRStanggal :20Januari2017

Keadaanpasienwaktupulang:keadaanumumcukup, T=150/90
mmHg,N=78,S=36C

Hb :11gr/dL
Fundusuteri :TFU()
PPV :
Massakonsistensikeraspadat:
Diagnosesaatpulang :uterusmyomatosus(postTAHBSO)

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 53 tahun
P2A0 H2 dengan diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab
pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Diperkirakan
ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma
uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause.3
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural,

20
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. 6
Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain gangguan haid berupa menoragia
yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal. Sebab kelainan ini terletak
pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan
endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu. 6
Gejala yang lain yaitu rasa penuh (kemeng), nyeri dan berat pada perut bagian
bawah. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga
menimbulkan gejala dan tanda penekanan.6
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik. Pada
palpasi abdomen teraba massa mioma yang berkonsistensi padat dan bersifat
terfiksir pada region umbilikus. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras
seperti batu hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal
seperti karet.8 Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan fluksus karena perdarahan
yang ditimbulkan mioma.
Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran
uterus yang membesar dengan ukuran 5 x 6 cm dengan kesan mioma uteri, tidak
tampak adanya kista. Pemeriksaan dengan CT scan maupun MRI juga dapat
dilakukan, namun lebih mahal dan menghabiskan waktu lebih lama tetapi tidak
memberikan informasi yang lebih daripada USG.8
Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri
melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah
didapatkan keluhan perdarahan pervaginam. Kemudian dari pemeriksaan fisik
ditemukan ditemukan fundus uteri 3 jari di atas simpisis pubis. Dari inspekulo dan
VT didapatkan fluksus dan pembukaan, kemudian juga teraba massa mioma
berukuran 5 x 6 cm. Pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis
mioma uteri dimana terdapat uterus yang membesar dengan ukuran 5 x 6 cm.
Penatalaksanaan pasien ini dilakukan konsul anastesi untuk mengevaluasi keadaan
pasien untuk operasi. Direncanakan Total Abdominal Histerektomi (TAH) elektif
karena selain untuk mengendalikan perdarahan, pasien juga sudah tidak
mempunyai keinginan untuk hamil lagi sehingga tidak perlu mempertahankan
fungsi dari rahim. Miomektomi bisa dipilih untuk pasien yang masih

21
menginginkan anak, sehingga perlu mempertahankan fungsi uterus. Histerektomi
total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
servisis uteri. (6,7 & 8)

BAB V
PENUTUP

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi


padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid.1,5, Berdasarkan otopsi, ditemukan 27% wanita berusia 25
tahun memiliki sarang mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,
sedangkan setelah menopause hanya sekitar 10% mioma yang masih bertumbuh.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di
Indonesia mioma ditemukan pada 2,39-11,7% penderita ginekologi yang dirawat.
Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun. Multipara lebih

22
sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan
nullipara atau primipara.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah
tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. 4,5
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone. Beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri yaitu umur, paritas, faktor ras
dan genetik, serta fungsi ovarium.
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Gejala klinis secara umum meliputi perdarahan
abnormal, rasa nyeri, gejala dan tanda penekanan, serta infertilitas dan abortus.
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi
dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar
secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas.
Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif

Saran
Mioma uteri perlu dideteksi secara dini dalam praktek klinis sehari-hari
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang
dilakukan agar terhindar dari komplikasi yang tidak diinginkan. Maka dari itu,
pemeriksaan kandungan secara rutin perlu dianjurkan kepada pasien terutama
yang sudah berusia diatas 35 tahun.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Yuad H,2007. Miomectomi Pada Kehamilan, Available from:


http://www.ksuheimi.blogspot.com Accested:March 01,2008
2. Pinkerzzz,2007.Mioma Uteri, Available from :
http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : March 01,2008
3. Javuska O., 2007. Mioma Geburt, Available from :
http://www.oncejevuska.blogspot.com.Accested : March 01,2008
4. Anonim,2008. Sekilas Tentang Tumor (Myoma) Rahim. Available from :
http://www.klinikkandalas.wordpress.com.Accested : March 02,2008
5. Suwiyoga K,et all,2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-
Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obgsyn FK UNUD
Rs.Sanglah, Denpasar

24
6. Sutoto J.S.M.,2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo, Jakarta.
7. Marjono B.A. et all.,2008. Tumor Ginekologi. Available from :
http://www.geocities.com.accested : March 02,2008.
8. Edward E.,2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available
from http;//www.gynalternatives.com. accested : March 02,2008

25

Anda mungkin juga menyukai