Anda di halaman 1dari 9

Kasus 2

Topik : Kejang Demam Sederhana

Tanggal Kasus : 23 Juni 2016

Presenter : dr. Fairuz Athiyyah

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr. Novieka Dessy M

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin

Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik, Anak

Deskripsi : pasien anak, perempuan, usia 2 tahun

dengan Kejang Demam Sederhana, keadaan umum

tampak sakit sedang, adanya panas badan dan

muntah 1 kali.

Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana simptomatis dan

kausatif Kejang Demam Sederhana dan edukasi tindakan

preventif

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

Data Pasien : Nama Pasien : An. B

Data untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis

Kejang Demam Sederhana

1
2. Riwayat Pengobatan

Belum pernah

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :

a) Demam sejak 2 hari


b) Batuk berdahak dan pilek 2 hari
c) Penurunan nafsu makan
d) Muntah 1 kali

4. Riwayat Keluarga

5. Lain-lain :

a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : kompos mentis

HR : 110x/menit, Suhu: 38.9C, RR: 28x/menit

Status Gizi : BB : 10 kg

Mata : air mata +/+, konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Hidung : hiperemis (+), secret (-)

Mulut : mukosa basah (+)

Thorax : BJ I II (+), VBS +/+ whz -/-rh-/-

Abdomen : supel, hepar/lien tidakteraba, defans muscular (-),

timpani, bising usus(+) nyeri tekan epigastrium (-)

Ekstremitas : edema -/-, CRT < 2, akral hangat

Kulit : rash maculopapular erithem generalisata (+)

2
Leukosit : 12.100

Hasil Pembelajaran

1 Diagnosis Kerja

Kejang Demam Sederhana

2 Subyektif

Pasien adalah anak perempuan berusia 2 tahun. Pada anamnesis didapatkan

kejang kurang lebih 30 menit sebelum ke IGD, kejang mata terbalik dan

tangan mengepal kurang lebih 2 menit sebanyak 1 kali. sSeelah kejang

pasien sadar. Sebelumnya mengalami demam selama 2 hari disertai batuk

berdahak dan pilek. Muntah 1 kali terjadi setelah kejang. Awalnya diberi obat

penurun panas tapi kemudian demam lagi. Tidak ada riwayat kejang

sebelumnya.

3 Objektif / Dasar Diagnosis (1)

Diagnosis klinis kejang demam adalah salah satu klinis. Tidak semua kejadian

demam dianggap kejang demam. Untuk sebab itu kita melakukan hal-hal sebagai

berikut :

Anamnesis :

Biasanya didapatkan riwayat kejang deman pada anggota keluarga lainnya

(ayah, ibu atau saudara kandung).

Pemeriksaan neurologis :

Tidak didapatkan kelainan

3
Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi sumber

infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah).

Pemeriksaan radiologi :

X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan

atas indikasi

Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) :

Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi

kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal

dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Bayi < 12 bulan : diharuskan

2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan

3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) :

Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas

(misalnya kejang demam komplikata pada anak usia > 6 tahun atau kejang

demam fokal).

4
4 Tatalaksana (2)

Terapi RS Bhayangkara :

- D5 NS 12 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2x400 mg
- Inj. Paracetamol 3x100 mg

Pada tata laksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu pasien sedang kejang

semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan apabila muntah untuk

mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.

Pengisapan lendir dilakukan secara teratur, diberikan oksigen, kalau perlu

dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah,

pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan

kompres air dingin dan pemberian antipiretik. Diazepam adalah pilihan utama

dengan pemberian secara intravena atau intrarektal.

2. Mencari dan mengobati

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan meningitis, terutama pada pada pasien kejang demam yang pertama.

Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada

kasus yang dicurigai mengalami meningitis atau bila kejang demam berlangsung

lama.

3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam

Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena

menakutkan dan bila sering berulang menyebabkan kerusakan otak yang menetap.

5
Ada 2 cara profilaksis, yaitu:

a. Profilaksis intermittent pada waktu demam

Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk

pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg pasien, dan 10 mg untuk pasien

dengan berat badan lebih dari 10 kg. Dapat pula diberikan diazepam oral dengan

dosis 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat demam.10

b. Profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan tiap hari

Pemberian fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dengan kadar sebesar 16 g/ml

dalam darah menunjukkan hasil yang bermakna. Selain itu dapat digunakan asam

valproat.

6
7
DAFTAR PUSTAKA

8
1. Theme: Febrile seizures, Epilepsy Reprinted from Australian Family
Physician. Vol. 34, No. 12, December 2005. 1021-1025

2. Arnold S.T. How should Febrile Seizures be Evaluated and Treated 2011;
(online (http://www.epilepsy.org/ctf/febrile Seizures.htm, diakses 17
September 2016)

Anda mungkin juga menyukai