Anda di halaman 1dari 5

Dari percobaan yang di lakukan yaitu penambahan pereaksi Nesler dan larutan K Na Tartrat 3 % yang

kemudian diteliti lewat spektrofotometer, didapatkan konsentrasi larutan NH 4 yang ada dalam sampel air

adalah sebesar 0,91 mg/L.


Jumlah ini tidak diperbolehkan ada dalam suatu badan air yang
peruntukanya untuk air minum, karena kadar maksimum
konsentrasi yang disyaratkan adalah nol, menutrut kriteria dan
standar kualitas air Nasional Direktur Penyelidakan Masalah air.
Metode penelitian keberadaan amoniak dilakukan dengan menggunakan metode Nesler, metode

pengerjaan berdasarkan perkiraan kadar amoniak dalam air. Bila perkiraan kadar amoniak dalam sampel

antara 1 25 mg NH3 N/L maka digunakan titrasi dengan standar asam sulfat, sedangkan bila kadar

amoniak antara 0,25 5,0 mg NH 3 N/L dapat ditentukan dengan metode Nesler. Kadar NH 3 N lebih dari 5

mg/L dapat ditentukan dengan metode Nesler dan pengenceran.


Metode nesler adalah metode yang mengandung suatu analisis kimiawi dengan

menggunakan spektrofotometer. Reaksi Nesler ( KI + HgI 2 K2 Hg I4 ) akan bereaksi dengan NH3 dalam

larutan yang bersifat basa.

Dari teori yang ada dipergunakan untuk analisa NH 3 dengan perkiraan konsentrasi NH3 dalam sampel

antara 0,05 0,5 mg/L dan hasil percobaan ( Nesler Spektrofotometer ) didapatkan konsentrasi amonium

adalah 0,91 mg/L maka metode ini tepat unutk dilakukan.

Gangguan pada analisa Nesler adalah kekeruhan dan warna. Pada analisa Nesler tanpa destilasi harus

ditambah basa dan ZnSO4 untuk mencegah gangguan ion Ca 2+, Fe, dan Sn yang dapat menimbulkan

kekeruhan. Dengan tambahan larutan basa dan ZnSO 4 maka ion ion tersebut akan mengendap.

asil pengukuran kadar nitrit pada contoh air yang berasal dari inlet PDAM
Pejompongan masih memenuhi persyaratan air baku air minum menurut PP
No.2011990. Sebaliknya kadar nitrit yang ditemukan pada seluruh contoh air dari
inlet PDAM Pulogadung tidak .ads yang memenuhi syarat menurut PP No.U)/1990,
karena lebih besar dari 1 mgL, yaitu mengandung kadar nitrit antara 1,80-2,00 mgL.
Hasil pengukuran nitrit pada contoh air hasil pengolahan PDAM Pejompongan
menyatakan 93,8% contoh air memenuhi persyaratan sebagai air minum menurut
Permenkes No.416/1990, dan 6,2% contoh air tidak memenuhi persyaratan. Contoh
air hasil pengolahan PDAM Pejompongan yang mengandung nitrit dengan kadar
lebih besar dari 1 mg/L ditemukan berasal dari pipa distribusi pada jarak 5 km dan
10 km dari instalasi PDAM Pejompongan masing-masing 2 contoh air. Kadar nitrit
yang diukur pada contoh air hasil pengolahan PDAM Pulogadung yang menyimpang
dari persyaratan baku mutu air minum menurut Permenkes N0.416/1990 terdapat
pada 4,6% contoh air yang berasal dari outlet dan 3,1% contoh air yang berasal dari
pipa distribusi pada jarak 5 km dari instalasi PDAM. Hasil uji statistik menyatakan
bahwa peningkatan rata-rata kadar nitrit pada contoh air di titik pengambilan
adalah tidak bermakna. Selanjutnya Tabel 2 menyatakan gambaran tentang
kemampuan pengolahan instalasi PDAM Pejompongan dan PDAM Pulogadung dalam
menurunkan kadar nitrat dan nitrit dari air bakunya Perhitungan persentase
penurunan adalah sebagai berikut : tadar nitrat inlet-tadar nitmt outkt %-penunman
nitrat = x 100% tadar nitrat inlet Terlihat bahwa instalasi PDAM Pejompongan
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar nitrat dari air baku hanya sampai
30,5% dan kadar nitrit sampai 82,1%. Sedangkan instalasi PDAM Pulogadung
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar nitrat air baku sampai 50% dan
kadar nitrit sampai 63,2%.

Kadar ammonia berdasarkan hasil penelitian sebesar 0,05-0,1 mg/l dimana kadar
maksimum menurut Kepmenkes 907/2002 yaitu sebesar 1,5 mg/l sehingga disimpulkan
memenuhi persyaratan kualitas air minum. Haryanto (1994) menyatakan bahwa kadar
ammonia yang tinggi dalam air disebabkan karena pencemaran sumber air minum oleh
bahan-bahan organik. Ammonia dalam air tersebut kemudian akan diuraikan oleh bakteri
Nitrisomonas menjadi nitrit. Dalam penyediaan air minum, ammonia dikenal sebagai
penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, dan mengganggu
proses desinfeksi dengan chlor.

Hubungan dengan parameter lain

Kordi (2009) dalam Silaban et al (2012), yang menyatakan bahwa presentase


amonia dalam perairan akan semakin meningkat seiring meningkatnya pH air. Pada
saat pH tinggi ammonium yang terbentuk tidak terionisasi dan bersifat toksik pada
ikan. Peningkatan nilai pH di perairan disebabkan konsentrasi di dalam perairan
rendah.

Menurut Jangkaru (1996) dalam Minggawati dan Saptono (2012),


kadar amonia bebas yang melebihi 0,2 mg/L
bersifat racun bagi beberapa jenis ikan, selain itu
kadar ammonia yang tinggi dapat di jadikan
sebagai indikasi adanya pencemaran bahan
organik yang berasal dari limbah domestik dan
limpasan pupuk pertanian adapun sumber ammonia di perairan adalah hasil dari
pemecahan nitrogen organik berupa tumbuhan dan biota akuatik yang telah
mati.

Tingkat racun dari ammonia dipengaruhi oleh keberadaan CO2 bebas di dalam air.
Difusi CO2 di dalam insang akan menurunkan nilai pH, yang pada akhirnya akan
mengurangi rasio unionisasi ammonia. Ammonia akan berakibat akut pada
konsentrasi 1.0-1.5 mg/L (Van Wyk & Scarpa, 1999)
Sumber pencemar

Haryanto (1994) menyatakan bahwa kadar ammonia yang tinggi dalam air disebabkan
karena pencemaran sumber air minum oleh bahan-bahan organik. Ammonia dalam air
tersebut kemudian akan diuraikan oleh bakteri Nitrisomonas menjadi nitrit adapun sumber
ammonia di perairan adalah hasil dari pemecahan
nitrogen organik berupa tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati.

Amonia (NH3) pada suatu perairan berasal dari urin dan feses yang dihasilkan oleh ikan.
Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika dalam perairan kandungan oksigen
terlarut tinggi. Sehingga kandungan amonia dalam perairan bertambah seiring dengan
bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah
yang lebih banyak dibanding perairan di bagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian
dasar relatif lebih kecil (Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006

Amonia di perairan dapat menghilang melalui proses volatilisasi karena tekanan


parsial amonia dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH.

Efek

menurut Jenie dan Rahayu (1993) dalam Marlina (2004), konsentrasi amonia yang
tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada
perairan tersebut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang ditunjukkan dengan
kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumlah amonia banyak, sedangkan
dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit akan bersifat
racun juga. Selain itu, pada saat kandungan oksigen terlarut tinggi, amonia yang
ada dalam jumlah yang relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring dengan
bertambahnya kedalaman (Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006)

Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan
organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian.
Kadar amonia yang tinggi juga dapat ditemukan pada dasar danau yang mengalami
kondisi tanpa oksigen atau anoxic (Effendi, 2003). Menurut Boyd (1990)

Pengolahan

Dengan metode pengolahan limbah mikrobiologi dengan proses nitrifikasi


yaitu Amoniak diubah jadi nitrit/nitrat oleh bakteri nitrosomonas atau bakteri lain
terus kemudian diubah lagi jadi nitrogen bebas yang ramah lingkungan.

Cara lainnya bisa dengan metode stripping, yaitu pemanasan amoniak dengan
menggunakan steam atau heater supaya amoniaknya menguap ke udara
bebas atau dengan cara membuas separti air mancur juga dapat mengurangi kadar
ammonia, tapi tentunya hal ini hanya memindahkan fasa limbah dari cair menjadi
gas.

Cara untuk menurunkan kadar amonia dalam air adalah dengan mengganti air
sebagian atau seluruhnya atau dengan cara filterisasi. Untuk budidaya ikan hias
dalam akuarium atau kolam kecil, filterisasi ini paling sering digunakan karena lebih
praktis dan menghemat waktu.

Limbah amoniak dapat dinetralkan dengan asam sulfat (pupuk ZA).

Penurunan kadar amonia tersebut disebabkan karena adanya proses


aerasi dengan waktu tinggal yang optimal sehingga proses penguraian
bahan-bahan organik terutama yang mengandung nitrogen oleh
mikroorganisme berjalan sangat cepat. Selain itu, penurunan kadar
amonia juga disebabkan oleh adanya aktivitas mikroorganisme nitrifikasi
yang dapat menguraikan amonia dalam air limbah menjadi nitrit atau
nitrat melalui suatu reaksi nitrifikasi (Stamsuri, et al., 2000).

Penyebab terkontaminasi diperkirakan karena tanah disekitar sumur


tersebut mengandung urea yang digunakan oleh para petani, atau yang
berasal dari kotoran babi dipakai sebagai pupuk. Urea dalam tanah
dihidrolisa dengan cepat oleh enzim urease menjadi amonium karbonat,
yang dengan sendirinya akan menaikkan kadar amonium dalam air sumur

Hal lain juga yang dapat mempengaruhi kualitas air sumur adalah jauh dekatnya
lokasi. sumur tersebut dengan saluran air limbah yang terbuka. Hal ini di buktikan
dalam salah satu penelitian oleh Iskandar Sumarna dengan judul pengaruh buangan
pabrik tahu terhadap sumur masyarakat sekitarnya di kelurahan tegal parang
jakarta selatan (1982) yang menunjukkan bahwa pada air sumur sekitar pabrik tahu
dengan jarak kurang dari 10 meter yang mempunyai sistem pembuangan limbah
dengan saluran terbuka dan tidak kedap air, ditemukan kadar amonia berkisar
antara 0,15 0,60 ppm Tercemarnya air sungai dapat berpengaruh kualitas air
sumur gali yang jaraknya tidak jauh dari sungai. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Isniyati (2004) di Kelurahan Purwodinatan Kecamatan
Semarang Tengah Kota Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara jarak sumur dengan sungai terhadap kandungan bakteri
dalam air sumur gali. Jarak minimal yang disarankan dalam pembuatan sumur
adalah 60,7 meter dari sungai

PENGERTIAN AMONIUM

Amonium adalah ion NH4+ yang memiliki sifat fisik tidak berwarna, berbau
menyengat dan berbahaya bagi kesehatan. Amonium merupakan suatu ion hasil
hidrolisis amonia, dimana amonia ini diperoleh hasil hidrolisis dari urea yang ada
dalam urin. Garam-garam amonium umumnya yaitu senyawa-senyawa yang
mudah larut dalam air. Semua garam amonium dapat terurai menjadi amonia dan
asam yang sesuai dengan cara pemanasan, kecuali jika asamnya tak mudah
menguap. Gas amonia akan dilepaskan ketika campuran senyawa dipanaskan.

NH4+ + OH NH3 + H2O (Svehla, 1985)

amonia jarang ditemukan pada perairan yang mendapatkan cukup pasokan


oksigen.Bahan-bahan organik dapat terkandung di dalam air sumur salah satunya
disebabkan olehkedalaman sumur yang rendah (3-4 m) sehingga air permukaan
yang banyak mengandungbahan-bahan organik hasil limbah domestic mudah
masuk ke dalam tanah yang bersifatporous. Kadar ammonia yang diperbolehkan
dalam air kurang dari 90 mg/L. Pengujian kadarammonia dalam air tanah ini juga
dilakukan dengan prinsip spektrofotometri menggunakanspektrofotomete

Anda mungkin juga menyukai