Senyawa Koordinasi
KELOMPOK 8
ANGGOTA :
Dwi Anggraini(06101381419056)
PENDIDIKAN KIMIA
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan penulisan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa pula
penulis hanturkan kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW.
Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini kami banyak menghadapi
tantangan dan hambatan. Semuanya dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dosen, orang
tua, dan terutama adalah ridho Allah SWT. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah turut memberikan
andil dan membantu kami hingga selesainya penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak menampilkan kekurangan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak bagi perbaikan
makalah ini dan menjadi masukan yang sangat berguna dalam penyusunan makalah
berikutnya.
Dan akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberi
sumbangsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemaslahatan umat
dan alam.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 4
Latar belakang........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 5
1.1 Bilangan Koordinasi 1..................................................................................... 5
1.2 Bilangan Koordinasi 2..................................................................................... 6
1.3 Bilangan Koordinasi 3..................................................................................... 7
1.4 Bilangan Koordinasi 4..................................................................................... 8
1.5 Bilangan Koordinasi 5..................................................................................... 9
1.6 Bilangan Koordinasi 6..................................................................................... 9
1.7 Bilangan Koordinasi 7................................................................................... 13
1.8 Bilangan Koordinasi 8................................................................................... 14
1.11 Bilangan Koordinasi 12.................................................................................. 17
1.12 Generalisasi tentang Bilangan Koordinasi Senyawa Kompleks.................................17
1.13 Kompleks Oktahedral vs Kompleks Tetrahedral....................................................18
BAB III PENUTUPAN............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 21
BAB I PENDAHULUAN
3
Latar belakang
Secara umum senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari ion logam
(ion pusat) yang dikelilingi oleh sejumlah ligan. Pada umumnya ion pusat berasal dari ion-ion
logam transisi karena ion logam transisi mempunyai orbital-orbital kosong yang dapat
berperan sebagai penerima elektron.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan atau jumlah ikatan koordinasi yang dibentuk
oleh atom pusat terhadap ligan-ligannya. Ingat ya, bilangan koordinasi adalah milik ligan,
bukan atom pusat! Yuk lihat bagaimana tahu bilangan koordinasi di ion kompleks :
K[Al(H2O)2(OH)4] = bilangan koordinasinya adalah 6(karena ada 2 ligan air dan 4 ligan OH-)
BAB II PEMBAHASAN
4
1.1 Bilangan Koordinasi 1
Bilangan koordinasi dari senyawa kompleks sangat jarang, kecuali pasangan ion dalam
fase gas. Spesi yang sama di dalam larutan berupa kompleks dengan bilkoor 1,
biasanya berinteraksi membentuk kompleks dengan bilkoor tinggi.
ex CuI, AgI
Jawaban :
Gugus NO3 adalah anion nitrat, memiliki muatan 1, NO3. Ligan NH3 bersifat netral,
sedangkan Cl suatu anion bermuatan 1.
Oleh karena senyawa koordinasi bermuatan netral maka jumlah semua muatan harus nol.
Atom dalam ligan yang terikat langsung pada atom pusat dinamakan atom donor.
Misalnya, ligan NH3 dalam ion kompleks [Ag(NH3)2]2+. Atom nitrogen
dalam NH3 adalah atom donor. Jumlah atom donor yang terikat pada atom pusat disebut
bilangan koordinasi logam.
Oleh karena ada dua atom nitrogen yang terikat langsung pada Ag maka atom perak
memiliki bilangan koordinasi 2. Dalam ion [Cr(H2O)4Cl2]+, krom memiliki bilangan
koordinasi 6 sebab ada enam atom yang terikat langsung.
Bilangan koordinasi ion logam biasanya dipengaruhi oleh ukuran relatif ion logam dan
ligan yang terikat. Jika ukuran ligan besar, boleh jadi hanya beberapa ligan yang terikat.
Sebaliknya, jika ukuran ligan kecil maka jumlah ligan yang terikat pada ion logam lebih
5
banyak. Contohnya, besi (III) dapat mengkoordinasi enam ion fluorida
membentuk [FeF6]3, tetapi dengan ion klorida (ion klorida lebih besar dari ion fluorida)
hanya dapat mengkoordinasi sebanyak empat membentuk ion [FeCl4].
Ion kompleks yang memiliki bilangan koordinasi empat dapat berada dalam dua bentuk
struktur, yaitu tetrahedral dan segiempat datar. Struktur tetrahedral lebih umum terdapat
pada senyawa bukan transisi, sedangkan struktur segiempat datar banyak dijumpai dalam
senyawa transisi, seperti pada platina (II) dan emas (III), juga beberapa ion kompleks
dari tembaga.
Relatif sangat jarang, biasa ditemukan pada logam yang bermuatan +1 dari Cu, Ag dan
Au, Hg.
Kesemua senyawa ini dapat bereaksi dengan penambahan ligan untuk membentuk
kompleks dengan bilkoor lebih tinggi.
Contoh Soal Menentukan Muatan, Bilangan Koordinasi, dan Rumus Ion Kompleks (2) :
Tentukan muatan, bilangan koordinasi, dan rumus ion kompleks yang tersusun dari:
Pembahasan :
Muatan ion kompleks merupakan jumlah muatan atom pusat dan muatan ligan. Bilangan
koordinasi adalah jumlah atom donor yang terikat pada atom pusat secara langsung.
Rumus ion kompleks dituliskan dalam kurung siku. Dengan demikian, dapat ditentukan
bahwa:
6
Bilangan koordinasi Cu = 4
Senyawa dengan bilangan koordinasi cukup jarang, tetapi bukan berarti tidak ada.
Contoh dari senyawa ini seperti [Au(CN) 2]- dan [Au(NH)3]+. Seperti yang kita tahu
bahwa senyawa dengan koordinasi dua akan memiliki bentuk linier.
Adalah yang paling jarang di temukan, kebanyakan kristal senyawa MX3, yang
mempunyai struktur dengan bilangan koordinasi M lebih besar dari 3.
Contoh: CrCl3 mempunayai penempatan kisi-kisi tak terbatas, di mana tiap-tiap atom Cr
dikoordinasikan oleh 6 atom Cl. Yang lain adalah FeCl3, PtCl2 tak terdapat spesies berinti
dua, tapi dua ligan di pakai bersama, sehingga setiap kation memiliki bilkoor 4.
Bentuk geometri yang paling umum adalah trigonal planar dan trigonal piramidal.
Contohnya adalah [SnCl3]-
7
1.4 Bilangan Koordinasi 4
Merupakan bilangan koordinasi yang penting dan memberikan dua bentuk geometri-
tetrahedral dan segi empat planar (bujur sangkar).
Bagi kompleks bujur sangkar, masalah mekanisme ternyata lebih langsung dan karena
ini dapat dipahami lebih baik. Dalam kompleks tetra koordinasi lebih memungkinkan
mekanisme yang terjadi adalah asosiatif.
Contoh :
Pt Ln Cl4-n + Y Pt Ln Cl3-nY + Cl-
Dimana telah ditemukan bagi deret 4 kompleks dimana L = NH 3 dan Y = H2O. Beragam
hanya oleh faktor 2. Ini merupakan keragaman yan menarik perhatian karena muatan
kompleks berubah dari -2 ke +1 bila n berubah dari 0 ke 3. Pemutusan ikatan Pt Cl
menjadi lebih sulit dalam deret ini.
Kompleks dengan empat ligan dalam bidang yang mengandung atom logam di pusatnya
disebut kompleks bujur sangkar. Dengan menempatkan enam ligan di sumbu koordinat
Cartesian, kemudian dua ligan perlahan-lahan digeser dari atom pusat dan akhirnya
hanya empat ligan yang terikat terletak di bidang xy.Interaksi dua ligan di koordinat z
dengan orbital dz2, dxz, dan dyz menjadi lebih kecil dan tingkat energinya menjadi lebih
rendah. Di pihak lain empat ligan sisanya mendekati atom logam dan tingkat energi dx 2-
y2 dan dxy naik akibat pergeseran dua ligan. Hal ini menghasilkan urutan tingkat
energinya menjadi dxz, dyz < dz2 < dxy << dx2-y2 (Gambar 6.7). Kompleks Rh+, Ir+,
Pd2+, Pt2+, dan Au3+ dengan konfigurasi d8 cenderung membentuk struktur bujur sangkar
sebab 8 elektron menempati orbital terendah dan orbital tertinggi dx2-y2 kosong.
8
1.5 Bilangan Koordinasi 5
Bilangan koordinasi ini kurang dikenal, terdapat dua bentuk geometris bipiramidal
trigonal (tbp) dan piramidal bujur sangkar (sp).
SP [Ni(CN)]3-, Co(CN)53-
Ada 2 jenis yang wajib diketahui yaitu Trigonal Bipiramida (TBP), Piramida Alas Bujur
Sangkat (Square Planar). Contoh senyawa ini adalah: [CuCl5]-, [V(CO)5]3-
Bilangan koordinasi ini sangat penting karena hampir semua membentuk kompleks
kordinasi 6.
9
Tahapan atau mekanisme reaksi tergantung pada jenis ligan, jika ligan yang masuk
monodentat berlangsung 6 tahap, jika ligan yang masuk bidentat ada 3 tahap dan jika
ligan tridentat berlangsung 2 tahap
Contoh :
1). Kompleks [M(H2O)6]n+ pada saat kedalam larutan ditambahkan ligan monodentat
tidak bemuatan, maka terjadi reaksi :
Tahap I :
Tahap II :
Reaksi ini terus berlangsung hingga ke enam H2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks
[ML6]n+.
2). Jika ligan yang ditambah adalah ligan bidentat,maka pada setiap tahap ada 2 molekul
air yang disubstitusi sehingga untuk menghasilkan kompleks [ML6]n+ ada 3 tahapan :
Tahap I :
Tahap II :
Tahap III :
Lima orbital d dalam kation logam transisi terdegenerasi dan memiliki energi yang sama.
Medan listrik negatif yang sferik di sekitar kation logam akan menghasilkan tingkat
energi total yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebas sebab ada interaksi
elektrostatik. Interaksi repulsif antara elektron dalam orbital logam danmedanlistrik
mendestabilkan sistem dan sedikit banyak mengkompensasi stabilisasinya.
10
Kini ion tidak berada dalam medan negatif yang uniform, tetapi dalam medan yang
dihasilkan oleh enam ligan yang terkoordinasi secara oktahedral pada atom logam.
Medannegatif dari ligan disebut dengan medanligan. Muatan negatif, dalam kasus
ligannya anionik, atau ujung negatif (pasangan elektron bebas) dalam kasus ligan netral,
memberikan gayatolakan pada orbital d logam yang anisotropik bergantung pada arah
orbital. Positisi kation logam dianggap pusat koordinat Cartesius. Maka, orbital dx2-
y2 dan dz2 berada searah dengan sumbu dan orbital dxy, dyz, dan dxz berada di antara
sumbu. Bila ligan ditempatkan di sumbu, interaksi repulsifnya lebih besar untuk
orbital eg (dx2y2, dz2) daripada untuk orbital t2g (dxy, dyz, dxz), dan
orbital eg didestabilkan dan orbital t2g distabilkan dengan penstabilan yang sama. Dalam
diskusi berikut ini, hanya perbedaan energi antara orbital t2g dan eg sangat penting dan
energi rata-rata orbital-orbital ini dianggap sebagai skala nol. Bila perbedaan energi dua
orbital eg dan tiga orbital t2g dianggap o, tingkat energi eg adalah +3/5o dan tingkat
energi orbital t2g adalah -2/5o. (o biasanya juga diungkapkan dengan 10 Dq. Dalam hal
ini energi eg menjadi 6 Dq dan energi t2g-4 Dq).
Ion logam transisi memiliki 0 sampai 10 elektron d dan bila orbital d yang terbelah diisi
dari tingkat energi rendah, konfigurasi elektron t2gxegy yang berkaitan dengan masing-
masing ion didapatkan. Bila tingkat energi nol ditentukan sebagai tingkat energi rata-rata,
energi konfigurasi elektron relatif terhadap energi nol adalah
LFSE = (-0.4x+0.6y)0
Nilai ini disebut energi penstabilan medanligan (ligand field stabilization energy =
LFSE). Konfigurasi elektron dengan nilai LFSE lebih kecil (dengan memperhitungkan
tanda minusnya) lebih stabil. LFSE adalah parameter penting untuk menjelaskan
kompleks logam transisi.
Syarat lain selain tingkat energi yang diperlukan untuk menjelaskan pengisian elektron
dalam orbital t2g dan eg adalah energi pemasangan. Bila elektron dapat menempati
orbital dengan spin antiparalel, namun akan ada tolakan elektrostatik antar elektron
dalam orbital yang sama. Tolakan ini disebut energi pemasangan (pairing energy = P).
Bila jumlah elektron d kurang dari tiga, energi pemasangan diminimasi dengan
menempatkan elektron dalam orbital t2g dengan spin paralel. Dengan demikian
konfigurasi elektron yang dihasilkan adalah t2g1, t2g2, atau t2g3.
11
Dua kemungkinan yang mungkin muncul bila ada elektron ke-empat. Orbital yang
energinya lebih rendah t2g lebih disukai tetapi pengisian orbital ini akan memerlukan
energi pemasangan, P.
Bila elektron mengisi orbital yang energinya lebih tinggi eg, energi totalnya menjadi :
Konfigurasi elektron yang akan dipilih bergantung pada mana dari keduanya yang
nilainya lebih besar. Oleh karena itu bila o > P, t2g4 lebih disukai dan konfigurasi ini
disebut medan kuat atau konfigurasi elektron spin rendah. Bila o < P, t2g3 eg1 lebih
disukai dan konfigurasi ini disebut medan lemah atau konfigurasi elektron spin tinggi.
Pilihan yang sama akan terjadi untuk kompleks oktahedral d5, d6, dan d7 dan dalam
medan kuat akan didapat t2g5, t2g6, t2g6 eg1 sementara dalam medan lemah akan lebih
stabil bila konfigurasinya t2g3eg2, t2g4 eg2, t2g5 eg2. Parameter pemisahan medan ligan
o ditentukan oleh ligan dan logam, sementara energi pemasangan, P, hampir konstan
dan menunjukkan sedikit ketergantungan pada identitas logam.
Bentuk paling terkenal dari senyawa koordinasi enam adalah oktahedral. Perlu kita ingat
pada senyawa koordinasi akan kita temukan isomer - isomer geometri.
12
Gambar Struktur : (a) pentagonal bipiramidal: (b) prisma trigonal dengan satu tudung: dan (c)
oktahedral dengan satu tudung.
Struktur prisma trigonal dengan satu tudug teramati pada ion heptafluoroniobat (V),
[NbF7]2-, dan ion hepta fluorotaliat (V) , [TaF 7]2-. Struktur dari [NbF7]2-. Struktur
oktahedral dengan satu tudung teramati pada ion heksafluorooksoniobium (VII),
[NbOF6] seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
13
1.8 Bilangan Koordinasi 8
Senyawa kompleks dengan bilangan koordinasi 8 cenderung terbentuk antara atom pusat
yang ukurannya besar dan bilangan oksidasinya tinggi dengan ligan yang ukurannya kecil
agar tolakan yang terjadi antara ligan-ligan minimal. Senyawa kompleks ini banyak
ditemukan dengan atom pust unsur-unsur aktinida dan lantanida.
14
Distorsi tersebut akan mengubah
kelompok Oh dari kubus menjadi
D2d pada dodekahedral trigonal dan D4d
pada antiprisma bujur sangkar. Kelompok-kelompok titik tersebut cenderung terdapat pada
kompleks dengan ligan ligan monodentat yang berbeda atau dengan ligan-ligan yang
membentuk sepit cenderung diperoleh struktur kubus terdistorsi, dodekahedral trigonal
terdistorsi atau antiprisma bujur sangkar terdistorsi.
Struktur kubus terdistorsi teramati pada ion tetrakis (etilenadiamina-N,N) kalsium (II)
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Pada kompleks ini adanya sepit tampaknya
menghalangi terjadinya distorsi kubus menjadi antiprisma bujur sangkar atau
dodekahedral. Kompleks ini tampaknya distabilkan oleh terbentuknya empat buah sepit.
TRI
15
1.11 Bilangan Koordinasi 12
Senyawa kompleks dengan bilangan koordinasi di atas 10 adalah sangat jarang. Untuk
bilangan koordinasi 12 contohnya adalah ion heksanitrto O,O seriant(III).
[Ce(O2NO)6]3- ,dengan ion-ion nitrat membentuk seprit seperti ditunjukan pada gambar
dibawah ini.
16
1.12 Generalisasi tentang Bilangan Koordinasi Senyawa Kompleks
(1) Kompleks memiliki ligan-ligan lunak dan atom pusat logam dengan tingkat
oksidasi rendah logam dengan tingkat oksidasi rendah adalah kaya elekron
sehingga tidak memerlukan tambahan elektron dari ligan dengan mengikat lebih
banyak ligan. Disamping itu logam yang kaya elektron dapat memberikan
17
Faktor-faktor yang menguntungkan untuk terbentuknya kompleks dengan bilanagn
koordinasi tinggi adalah:
(1) Kompleks memiliki ligan-ligan keras dan atom pusat logam dengan tingkat
oksidasi tinggi.
(2) Ligan-ligan yang ada ukurannya kecil atau persyaratan steriknya rendah. Ukuran
ligan yang kecil akan meminimalkan tolakan antara ligan-ligan yang terkoordinasi
pada atom pusat sehingga diperoleh kompleks yang stabil meskipun bilangan
koordinasi yang tinggi.
(3) Kation pengimbangnya merupakan kation berukuran besar dan bukan merupakan
asam. Kompleks dengan bilangan koordinasi tinggi cendrung memiliki atom pusat
dengan tingkat oksidasi tinggi.
Dari banyak senyawa yang berhasil disintesis dan ditentukan strukturnya maka
kompleks yang berhasil disintesis dan ditentukan strukturnya maka kompleks dengan
struktur oktehedral dan tetrahedral adalah paling banyak dijumpai kestabilan kompleks
oktahedral dibandingkan kompleks tetrahedral dapat ditinjau dari beberapa faktor, yaitu
jumlah ikatan, tolakan antar ligan-ligan, energi penstabilan, dan muatan atom pusat.
Ditinjau dari tolakan antar ligan ligan maka bertambahnya jumlah ligan yang terikat
pada atom pusat akan meningkatkan kekuatan tolakan antar ligan ligan sehingga
kompleks semakin tidak stabil.
18
BAB III PENUTUPAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Arias, F., and Sagues, F., "Obtaining Russell-Saunders Terms " in Education in
Chemistry,1990, May, pp.83-84
Ballhausen, C.J., Introduction to Ligand Field Theory, McGraw-Hill Book Company, Inc.,
New York, 1962
Cotton, F.A., Senyawa Koordinasi, Second Edition, John Wiley & Sons, Inc., 1971
20