Di Buat Oleh :
Nama : Andi Ahmad Fauzan Anshar
Kelompok :2
Kelas : 1C
A. Latar Belakang
Untuk mengetahui besaran listrik DC maupun AC seperti tegangan, arus,
resistansi, daya, faktor kerja dan frekuensi kita dapat menggunakan alat ukur
listrik. Untuk memungkinkan pengukuran menggunakan alat ukur listrik tersebut
maka besaran listrik ini ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis yang
akan memungkinkan pengamatan melalui panca indera kita; misalnya besaran
listrik seperti arus ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis kedalam
besaran mekanis. Perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi melalui
suatu sumbu tertentu . Besar sudut rotasi tersebut berhubungan langsung
dengan besaran arus listrik yang kita amati, sehingga dengan demikian
pengukuran dikembalikan menjadi pengukuran terhadap suatu perputaran dan
besar sudut menjadi ukuran besaran listrik yang ingin diukur. Hal ini lazim untuk
suatu pengukuran arus dan alat ukur demikian juga disebut sebagai pengukur
amper. Kumpulan dari peralatan listrik tersebut yang bekerja atas dasar
prinsip-prinsip tersebut akan disebutkan sebagai alat ukur listrik.
Berangkat dari hal tersebut. Awalnya kebanyakan orang menggunakan alat-
alat ukur analog dengan penunjukan menggunakan jarum dan baca membaca
dari skala. Namun Kini telah banyak dipakai alat ukur listrik digital yang tentunya
lebih praktis dan hasilnya hanya perlu dibaca pada layar display. Bahkan dalam
suatu alat ukur listrik dapat digunakan untuk mengukur beberapa besaran yang
biasa kita menyebut alat ukur listrik ini sebagai multimeter. Dan untuk beberapa
macam kondisi kebanyakan orang akan lebih percaya ketika menggunakan alat
ukur analog dibandingkan digital karena ketika menggunakan alat ukur analog
seseorang dapat melihat dan memastikan lebih detail nilai besaran yang akan
dihasilkan oleh suatu rangkaian tersebut. Untuk membuktikan teori tersebut
maka perlu adanya pembuktian dengan melalui dan mengikuti lab pengukuran
sehingga praktikan lebih mengetahui hal-hal yang dibicarakan dalam teori
tersebut.
B. Tujuan
BAB II
TEORI DASAR
Alat ukur listrik analog adalah alat ukur awal yang digunakan hingga saat ini.
Alat ukur analog memiliki komponen putar yang akan bereaksi begitu mendapat
sinyal listrik. Cara bereaksi jarum penunjuk ada yang menyimpang dulu baru
menunjukkan angka pengukuran. Atau jarum penunjuk bergerak ke angka
penunjukan perlahan-lahan tanpa ada penyimpangan. Multimeter salah satu
meter analog yang banyak dipakai untuk pekerjaan kelistrikan dan bidang
elektronika. Multimeter memiliki tiga fungsi pengukuran, yaitu:
1. Voltmeter untuk tegangan AC dengan batas ukur 0-500 V, pengukuran
tegangan DC dengan batas ukur 0-0,5 V dan 0-500 V.
2. Ampermeter untuk arus listrik DC dengan batas ukur 0-50 A dan 0-15A,
pengukuran arus listrik AC 0-15 A.
3. Ohmmeter dengan batas ukur dari 1-1M.
Namun sebelum menggunakan alat ukur listrik, misalnya: ampermeter,
voltmeter, dsb, kita perlu mengetahui dan mengerti maksud dari simbol-simbol
dan juga data yang terdapat pada suatu alat ukur listrik.
Berikut ini adalah beberapa contoh simbol alat ukur listrik yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari :
3 Awas perhatian
5
Cara pembacaan suatu alat ukur sangatlah berpengaruh bagi hasil yang
akan kita peroleh. Untuk itu, ketika melakukan pembacaan alat ukur perlu
diperhatikan hal-hal berikut agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan
alat ukur.
Contoh pembacaan pada mistar yang benar dan salah ;
Arah Pembacaan
A b C
21.6 21.7 21.8
Tabel
V V V
2.2 Arah Pembacaan
Setelah mengetahui cara pembacaan alat ukur, maka setelah itu seorang
praktikan harus mengetahui cara pembacaan skala alat ukur agar tidak
terjadi salah pengambilan data pada saat mengukur suatu rangkaian.
Batas ukur =
6
Jumlah Strip =
30
Satu Strip Skala =
6/30 = 0,2
Gambar 2.5 Alat ukur dengan azas besi putar dengan skala non linear
Contoh:
Voltmeter dengan batas ukur maksimum = 60 V
Kelas alat ukur = 2,5
Kesalahan ukur = 2,5% x 60 = 1,5 Volt
Gambar 2.8 (a) 1/3 skala ke kanan (b) 2/3 skala ke kanan
F. Cara Menggunakan Alat Ukur
a. Amperemeter b. Voltmeter
A 12 V
V R
E
E R
12 V
c. Ohmmeter
R
d. Wattmeter
Cara menggunakan Wattmeter:
- Kumparan arus dihubungkan seri dengan beban
- Kumparan tegangan dihubungkan parallel dengan beban
Meter laboratorium
Alat multimeter
Meter Digital
Wattmeter
Powerfactor Meter
Osiloskop
1. Pengukuran Arus
S
A
R
E 12 V
S
2. Pengukuran Tegangan
12 V
V R
E
Gambar 3.2 Rangkaian Voltmeter
3. Pengukuran Hambatan
Gambar 3.3 Rangkaian Ohmmeter
C. Prosedur Percobaan
2. Saklar pemilih DC
2. Saklar pemilih : DC
b. Seperti diatas, tetapi pilih batas ukur meter yang lebih tinggi
A. Data Percobaan
250 mA 55 mA
1. 220
500 mA 60 mA
250 mA 30 mA
2. 470
500 mA 30 mA
250 mA 20 mA
3. 680
500 mA 20 mA
50 V 12 V
1. 220
250 V 10 V
No Rangkaian Resistansi ()
1. R1 210
2. R2 460
3. R3 680
4. R1 + R2 670
5. R1 // R2 1300
6. (R1 + R2) // R3 150
7. (R1 // R2) + R3 130
8. R1 + R2 + R3 185
9. R1 // R2 // R3 325
BAB V
ANALISIS HASIL PERCOBAAN
Batas
Pengukuran Perhitungan
No Ukur R()
Arus (mA) Arus (mA)
(mA)
250 55 54,5
1. 220
500 60 54,5
250 30 25,5
2. 470
500 30 25,5
250 20 17,06
3. 680
500 20 17,06
Tabel 5.1. Pengukuran Arus Listrik
Kesalahan Mutlak/Absolut
=MT
= 0,5 mA
Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif (%) =
x 100
T
0,5
=
x 100
54,5
= 0,917%
Koreksi
a) Koreksi
=T M
=54,555
= -0,5
Koreksi Relatif (%) =
x 100
M
0,5
Koreksi Relatif (%) =
x 100
55
Limiting Error
Penunjukan Ala t Ukur x 100 %
6,25
55 x 100 %
= 11,36%
3. Analisis
Pada pengukuran pertama dimana praktikan melakukan pengukuran
terhadap arus dengan batas ukur 250mA, diperoleh data yang ditunjukkan
oleh alat ukur yaitu 55 mA, lalu praktikan memindahkan batas ukur menjadi
500mA dan arus yang di tunjukkan adalah 60mA. Padahal jika di hitung
secara teori, arus yang melewati resistor tersebut seharusnya adalah 54,5
mA sehingga ada perbedaan hasil data yang diperoleh antara perhitungan
secara teori dan perhitungan secara praktek. Begitu pula yang terjadi pada
pengukuran kedua dan ketiga.
Kesalahan Mutlak/Absolut
=MT
= 12 12
=0V
Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif (%) =
x 100
T
0
=
x 100
12
=0%
Koreksi
a) Koreksi
=T M
=1212
=0
Koreksi Relatif (%) =
x 100
M
0
Koreksi Relatif (%) =
x 100
0
Limiting Error
1. Penunjukan Alat Ukur x 100 %
1,25
12 x 100 %
= 10,41%
Limiting Error
2. Penunjukan Alat Ukur x 100 %
6,25
10 x 100 %
= 62,5%
Untuk perhitungan selanjutnya lakukan dengan cara yang sama seperti pada
rumus yang diatas.
Bata TEGANGAN (V) KOREKSI KESALAHAN
Limiting
s R
No Mutlak Relativ Mutlak Relativ error
Ukur () Teori Praktek
(V) e (%) (V) e (%) (%)
(v)
50 12 12 0 0 0 0 10,41
1. 220
250 12 10 2 0,2 -2 -0,16 62,5
Tabel 5.4 Tabel Perbandingan Pengukuran Tegangan
3. Analisis
Pada pengukuran tegangan pertama kali dengan batas 250V
diperoleh data di tunjukkan adalah 12V, sedangkan jika dihitung secara
teori tegangan yang melewati resistor adalah 12 V, sehingga terjadi
persamaan antara perhitungan secara teori maupun pengukuran praktek .
Akan tetapi, ketika batas ukur ke 500V, tegangan yang di tunjukkan
adalah 10V,sehingga terjadi perbedaan antara perhitungan secara teori
dan perhitungan secara praktek pada pengukuran tegangan kedua ini.
103.400
R= 690 = 149,8 = 150
=MT
= 210-220
= -10
Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif (%) =
x 100
T
10
= 220
x 100
= - 4,545%
Koreksi
a) Koreksi
=T M
=220210
= 10
10
Koreksi Relatif (%) =
x 100
210
10
Koreksi Relatif (%) =
x 100
210
Untuk perhitungan selanjutnya lakukan dengan cara yang sama seperti pada
rumus yang diatas.
3. Analisis
Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang diperoleh pada ketiga percobaan
di atas adalah makin kecil batas ukur yang digunakan, makin kecil pula nilai
kesalahan mutlaknya dan nilai kesalahan relatifnya. Adapun perbedaan data yang
diperoleh antara perhitungan teori dengan pengukuran mengalami sedikit
perbedaan, perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh dari beberapa faktor seperti
kelas alat ukur, umur alat ukur (live time), limiting erroe, adanya pengaruh suhu dan
medan magnet dari luar dan juga adanya efek pembebanan (loading efek).
BAB VI
JAWABAN PERTANYAAN
2.
Voltmeter dengan batas ukur maksium skala atas 80 V dan batas ukur
maksimuskala bawah 150 V, maka jarum menunjuk pada harga:
a) Skala atas = V
b) Skala bawah = V
c) Skala Voltmeter =
d) Pemakaian alat ukur =
e) Tegangan uji isolasinya =
f) Kemungkinan kesalahan :
- Skala atas = V
- Skala bawah = V
Solusi :
a. Skala atas = 30,28
b. Skala bawah = 5,4
c. Skala Voltmeter = non linear
d. Pemakaian alat ukur = arus DC dan AC
e. Tegangan uji isolasi = 2000 Volt
f. Kemungkinan kesalahan :
- Skala atas = 1,5 x 80/100 = 1,2 Volt
- Skala bawah = 1,5 x 15/100 = 2,25 Volt
3.
Gambar 6.3 Pembacaan Voltmeter 2
Solusi :
i. Batas ukur maks = 60 Volt
ii. Satu strip skala = 60/300 = 0,2 Volt
iii. Voltmeter menunjuk pada = 20,6 Volt
iv. Skala voltmeter = linier
v. Tegangan uji isolasi = 500 Volt
vi. Kemungkinan kesalahan = 1,5 x 60/100 = 9 Volt
vii. Pemakaian alat ukur = arus DC dan AC
viii. Azas alat ukur = kumparan putar dengan
magnet
4.
Solusi :
Penunjukan
Jarum
1 250
2 60
3 3,8
Solusi :
a.Yang terjadi pada alat ukur tersebut :
Akan mengalami kerusakan pada alat ukur
b. Alasan :
Karena apmeremeter memiliki rangkaian dimana bebannya
dirangkai seri dengan alat ukur ini disebabkan karenaAmpermeter
memiliki tahanan dalam yang bernilai kecil, agar arus dalam
rangkaian tidak berkurang setelah melalui tahanan dalam
ampermeter, dan pembacaan ampermeter mendekati nilai
sebenarnya sehingga resiko dalam pembacaan arus dapat lebih
kecil
6. Bila Voltmeter dipasang seperti pada gambar berikut ini:
Solusi :
Gambar yang benar adalah gambar A karena hanya pada gambar A
peletakan Voltmeter berada pada posisi yang benar yaitu dirangkai paralel
dengan beban, sedangkan gambar yang lain Voltmeternya seri dengan
beban. Sedangkan alat ukur amperemeter seharusnya dan idealnya seri
dengan beban agar amperemeter tidak rusak dan tetap melakukan
pembacaan sesuai prinsip kerjanya.
BAB VII
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum,praktikan dapat menyimpulkan bahwa
Dalam penggunaan alat ukur listrik analog, simbol-simbol yang terdapat pada
alat ukur sangat penting dan harus dipahami sebelum melakukan kegiatan
praktek agar kita lebih memahami cara penggunaan alat ukur analog tersebut
sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan pada saat pengukuran
serta untuk keamanan peralatan dan keselamatan diri.
Dapat dan mampu menjelaskan data berupa nilai atau hasil dari pengukuran
pada alat ukur listrik analog. Akan tetapi, pada saat pengukuran hasil yang
diperoleh ternyata dapat berbeda dengan hasil perhitungan secara teoritis yang
diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pembebanan alat, kelas ukur dan cara
menggunakan alat tersebut serta umur dan juga suhu pada lingkungan sekitar.
Dapat menggunakan alat ukur listrik dengan benar, sesuai dengan prosedur
penggunaannya. Sehingga meminialisir resiko terjadinya kesalahan
pengukuran, serta untuk keselamatan kerja dan juga keawetan alat ukur yang
kita gunakan.
Dapat menetukan batas ukur yang tepat bagi alat ukur listrik analog bila
digunakan dalam pengukuran, sesuia dengan pengukuran yang dilakukan,
baik itu besar tegangan, arus, maupun resistansi. Kita dapat menyimpulkan
bahwa semakin kecil kelas alat ukur maka semakin akurat hasil pengukuran
yang didapatkan, begitu pula dengan batas ukur,semakin kecil batas ukur yang
kita gunakan maka semakin akurat nilai yang didapatkan.
1. Kesalahan
a) Kesalahan Mutlak/Absolut
=MT
b) Kesalahan Relatif
Kesalahan Relatif (%) =
x 100
T
2. Koreksi
a) Koreksi
=T M
Koreksi Relatif (%) =
x 100
M
Limiting Error
Penunjukan Alat Ukur x 100 %