A. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.(yuliana elin,2009)
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Melitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi
serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak
mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
B. ETIOLOGI
1. DM Tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Factor genetic penderita tidak mewarnai diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarasi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I
b) Factor imunologi
c) Factor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoinum yang menimbulkan esktruksi beta
2. DM Tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Factor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II :usia,
obesitas, riwayat dan keluarga
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu (sudoyo Aru, dkk 2009):
a) < 140 mg/dj (normal)
b) 140 < 200 mg/dl (toleransi glukosa terganggu)
c) 200 mg/dl (diabetes)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA(Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel
pankreas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%
lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup
memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik:
perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi
aktifitas, penurunan kekuatan otot
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.
H. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO KEPERAWATA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
N
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri :
agen injuri fisik keperawatan,tingkat 1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
kenyamanan klien karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
meningkat, dan dibuktikan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
dengan level nyeri:
nyeri klien sebelumnya.
1. Klien Dapat Melaporkan 4. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
Nyeri Pada Petugas, ruangan, pencahayaan, kebisingan.
2. Frekuensi Nyeri, 5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
3. Ekspresi Wajah, Dan 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk
Menyatakan
mengetasi nyeri..
Kenyamanan Fisik Dan
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Psikologis, 9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
4. Td 120/80 Mmhg, N: 60- 10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
100 X/Mnt, Rr: 16- analgetik tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
20x/Mnt
Administrasi analgetik :.
Control nyeri dibuktikan
1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
dengan klien melaporkan
2. Cek riwayat alergi..
gejala nyeri dan control 3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
nyeri.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
2. Ketidakseimban Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
gan nutrisi keperawatan, klien 1. kaji pola makan klien
kurang dari menunjukan status nutrisi 2. Kaji adanya alergi makanan.
kebutuhan adekuatdibuktikan dengan 3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
tubuh bd BB stabil tidak terjadi mal 4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan
ketidakmampua nutrisi, tingkat energi kebutuhan klien.
n tubuh adekuat, masukan nutrisi 5. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.
mengabsorbsi adekuat 6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk
zat-zat gizi mencegah konstipasi.
berhubungan 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh
dengan faktor klien.
biologis. Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
2. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu
klien makan.
5. Monitor adanya mual muntah.
6. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
7. Monitor intake nutrisi dan kalori.
3. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Wound care
integritas keperawatan, Wound 1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan
jaringan healing meningkat klasifikasi pengaruh ulcers
bd faktor dengan criteria: 2. Catat karakteristik cairan secret yang keluar
mekanik: Luka mengecil dalam 3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri
perubahan ukuran dan peningkatan 4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
sirkulasi, granulasi jaringan 5. Lakukan nekrotomi K/P
imobilitas dan 6. Lakukan tampon yang sesuai
penurunan 7. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
sensabilitas
9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka
(neuropati) 10. Amati setiap perubahan pada balutan
11. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
12. Berikan posisi terhindar dari tekanan
4.. Kerusakan Setelah dilakukan Asuhan Terapi Exercise : Pergerakan sendi
mobilitas fisik bd keperawatan, dapat 1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami
tidak nyaman teridentifikasi Mobility level 2. Kolaborasi dengan fisioterapi
nyeri, intoleransi Joint movement: aktif. 3. Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi
aktifitas, Self care:ADLs 4. Pastikan klien untuk mempertahankan pergerakan sendi
penurunan Dengan criteria hasil: 5. Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan
kekuatan otot 1. Aktivitas fisik meningkat 6. Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif.
2. ROM normal
Exercise promotion
3. Melaporkan perasaan
1. Bantu identifikasi program latihan yang sesuai
peningkatan kekuatan
2. Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepat
kemampuan dalam Exercise terapi ambulasi
bergerak 1. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi
4. Klien bisa melakukan 2. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi
3. Fasilitasi penggunaan alat Bantu
aktivitas
5. Kebersihan diri klien Self care assistance:
terpenuhi walaupun Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.
dibantu oleh perawat 1. Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan
atau keluarga kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien
2. Berikan bantuan kebutuhan sehari hari sampai klien dapat merawat
secara mandiri
3. Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian , dietnya dan pola
eliminasinya.
4. Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari
5. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai
kemampuan
6. Promosi aktivitas sesuai usia
pengetahuan asuhankeperawatan, 3. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
tentang penyakit pengetahuan klien 4. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta
Care dg kriteria : 4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi
3. Konservasi energi 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
4. Kontrol infeksi mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol
6. Aktivitas yang dianjurkan 7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
pengobatan pilihan
kesehatan 11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
10. Manajemen penyakit 12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
14. Kolaborasi dg tim yang lain.