Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Hipertensi adalah
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg (Smeltzer, 2010). Hipertensi adalah tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90 mmHg, atau bila pasien
memakai obat antiHipertensi (Mansjoer, 2007).
Kesimpulan; Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi pada arteri yang
persisten menetap dan abnormal diatas 140 mmhg sistolik dan 90 mmhg diastolik.
Adapun berikut klasifikasi menurut WHO, JNC 7, dan PHI :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

KATEGORI SISTOL (mmHg) DIASTOL (mmHg)


Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (Hipertensi
160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi berat) 180 110
Hipertensi sistol terisolasi > 140 <90

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

SISTOL(mmHg
KATEGORI DAN/ATAU DIASTOLE(mmHg)
)
Normal <120 Dan <80
Pre Hipertensi 120 139 Atau 80 - 89
Hipertensi
140 159 Atau 90 - 99
tahap1
Hipertensi
>160 Atau >100
tahap2
Tabel 3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

SISTOL(mmHg) DAN/ATAU DIASTOLE(mmHg)


KATEGORI
Normal < 120 Dan < 80
Pre Hipertensi 120 139 Atau 80 - 89
Hipertensi tahap 1 140 159 Atau 90 -99
Hipertensi tahap 2 > 160 Atau > 100
Hipertensi sistol
> 140 Dan < 90
terisolasi

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Hipertensi menurut Corwin (2009), antara lain :
1. Kecepatan denyut jantung
2. Volume sekuncup
3. Asupan tinggi garam
4. Vasokontriksi arterio dan arteri kecil
5. Stres berkepanjangan
6. Genetik
Sedangkan menurut Tambayong, (2007) etiologi dari Hipertensi adalah
sebagai berikut :
1. Usia
Insidens Hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
2. Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita.
3. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam dua kali lebih besar daripada orang
berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam.
4. Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti,
tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau
pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insidens Hipertensi
yang lebih tinggi
5. Diabetes Militus
Hubungan antara diabetes melitus dan Hipertensi kurang jelas, namun secara
statistik nyata ada hubungan antara Hipertensi dan penyakit arteri koroner.
6. Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, Hipertensi dapat terjadi dengan akibat yang
tidak diketahui. Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat
kembali normal.
C. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pederita Hipertensi
menurut Corwin (2009), antara lain :
1. Sakit kepala serta pegal di bagian tengkuk saat terjadi kadang-kadang disertai
mual dan muntah, yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan darah
intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan Hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia yang disebabkan oleh peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
impuls saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilapaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan Hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai rangsang respons emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonsriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi striktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldesteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan Hipertensi (Smeltzer, 2010).

1. Pathway

Usia Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Stimulasi baroreceptor dari sinus korotis & arkus aorta


saraf simpatis (pepelepasan kolekolamin)
Aktivasi epineprin dan norepineprin
vasokontriksi Retina
Peningkatan tekanan darah Sapsme artriole

Gangguan sirkulasi Diplopia


Resiko
Otak
Ginjal
Vasokontrik Sistemik koroner
Resistesi suply o2 si pembuluh
sinklop peafter load Iskemi
pembuluh darah ginjal
darah otak aliran renal
Gang Nyeri
Gangg Nyeri rererrererrea pe
guan Renin Fatique
uan kepal perfus angiotensin I Cardiac Intolerans
pola a i Angiotensin II Output i aktifitas
Rancang aldosteron

Retensi Na di tubulus ginjal

pe vol cairan extra sululer


Gangguan keseimbangan elektrolit
2. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada Hipertensi menurut Corwin (2009), antara
lain :
a. Stroke
b. Infark miokard
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
e. Kejang
f. Retinopati
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jenis pemeriksaan diagnostik pada penyakit Hipertensi menurut Corwin
(2009) antara lain :Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan
sfigmomanometer akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik
diatas batas normal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menunjang pemeriksaan diagnostik biasanya dokter akan
mengintruksikan pemeriksaan penunjang, diantaranya :
1. Dijumpai proteinuria pada wanita preklamsia.
2. BUN/ Kreatinin untuk mengetahui keadaan perfusi ginjal
3. Kalsium serum Hiperkalsemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
sebagai penyebab utama yang menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kolesterol dan triliserin serum peningkatan kadar dapat mengidentifikasikan
pencetus untuk adanya pembentukan plak. Ateromosa (efek kardiovakuler).
5. Pemeriksaan tiroid, Hipertrioidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
Hipertensi.
6. EKG dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
kondusi, peningkatan gelombang P adalah salah satu tanda diri penyakit
jantung Hipertensi.
7. Urinalisasi, memperhatikan protein sel darah merah, atau sel darah putih.
Glukosa menyisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes

G. PENATALAKSANAAN MEDIK
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program
ditentukan oleh derajat Hipertensi, komplikasi biaya perawatan, dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan
nonfarmakologis, termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium
dan tembakau; latihan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan
pada setiap terapi anti-Hipertensi. Apabila pada penderita Hipertensi ringan berada
dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap,
diatas 85 atau 95 mmHg dan siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139 mmHg,
maka perlu dimulai terapi obat-obatan (Smeltzer, 2010)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral


2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan
4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1 Nyeri NOC : NIC :
Definisi : Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak Pain control,
Lakukan pengkajian nyeri secara
Comfort level
menyenangkan dan
Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
pengalaman Mampu mengontrol nyeri (tahu
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
emosional yang penyebab nyeri, mampu
presipitasi
muncul secara aktual menggunakan tehnik Observasi reaksi nonverbal dari
atau potensial nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
kerusakan jaringan mengurangi nyeri, mencari
mengetahui pengalaman nyeri pasien
atau bantuan)
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Melaporkan bahwa nyeri
menggambarkan Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
berkurang dengan Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
adanya kerusakan
menggunakan manajemen nyeri lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
(Asosiasi Studi Nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
masa lampau
Internasional):
intensitas, frekuensi dan tanda Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
serangan mendadak
nyeri) menemukan dukungan
atau pelan Menyatakan rasa nyaman Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
intensitasnya dari setelah nyeri berkurang nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
Tanda vital dalam rentang
ringan sampai berat kebisingan
normal Kurangi faktor presipitasi nyeri
yang dapat
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
diantisipasi dengan
(farmakologi, non farmakologi dan inter
akhir yang dapat personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
diprediksi dan
intervensi
dengan durasi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
kurang dari 6 bulan. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Batasan karakteristik Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
:
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
1. Laporan secara
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
verbal atau non Monitor penerimaan pasien tentang
verbal manajemen nyeri
2. Fakta dari observasi
Analgesic Administration
3. Posisi antalgic untuk
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
menghindari nyeri
4. Gerakan melindungi derajat nyeri sebelum pemberian obat
5. Tingkah laku berhati- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
hati dan frekuensi
6. Muka topeng Cek riwayat alergi
7. Gangguan tidur Pilih analgesik yang diperlukan atau
(mata sayu, tampak kombinasi dari analgesik ketika pemberian
capek, sulit atau lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
gerakan kacau,
dan beratnya nyeri
menyeringai)
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
8. Terfokus pada diri
dan dosis optimal
sendiri
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
9. Fokus menyempit
pengobatan nyeri secara teratur
(penurunan persepsi
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
waktu, kerusakan pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
proses berpikir,
nyeri hebat
penurunan interaksi
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
dengan orang dan
gejala (efek samping)
lingkungan)
10. Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
11. Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
12. Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
13. Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
14. Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)

2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Energy conservation Activity Therapy
b/d kelemahan,
Activity tolerance
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
ketidakseimbangan Self Care : ADLs
Medik dalammerencanakan progran terapi
suplai dan
Kriteria Hasil :
yang tepat.
kebutuhan oksigen. Berpartisipasi dalam aktivitas
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan
Definisi : yang mampu dilakukan
tekanan darah, nadi dan RR Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
Ketidakcukupan
Mampu melakukan aktivitas
yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi
energu secara
sehari hari (ADLs) secara
fisiologis maupun mandiri dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
psikologis untuk
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
meneruskan atau
diinginkan
menyelesaikan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
aktifitas yang diminta
seperti kursi roda, krek
atau aktifitas sehari Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
hari. disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
Batasan karakteristik
diwaktu luang
: Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
1. Melaporkan secara kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
verbal adanya
beraktivitas
kelelahan atau
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
kelemahan.
diri dan penguatan
2. Respon abnormal
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
dari tekanan darah
atau nadi terhadap
aktifitas
3. Perubahan EKG
yang menunjukkan
aritmia atau iskemia
4. Adanya dyspneu
atau
ketidaknyamanan
saat beraktivitas
Faktor factor yang
berhubungan:
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei
oksigen dengan
kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan.

3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


Nutritional Status : food and Weight Management
nutrisi lebih dari
Diskusikan bersama pasien mengenai
Fluid Intake
kebutuhan tubuh b/d
Nutritional Status : nutrient hubungan antara intake makanan, latihan,
masukan berlebihan
Intake peningkatan BB dan penurunan BB
Weight control Diskusikan bersama pasien mengani kondisi
Definisi : Intake
Kriteria Hasil :
medis yang dapat mempengaruhi BB
nutrisi melebihi Mengerti factor yang
Diskusikan bersama pasien mengenai
kebutuhan metabolik meningkatkan berat badan
kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter
Mengidentfifikasi tingkah laku
tubuh
yang dapat mempengaruhi BB
dibawah kontrol klien
Diskusikan bersama pasien mengenai risiko
Batasan karakteristik Memodifikasi diet dalam waktu
: yang lama untuk mengontrol yang berhubungan dengan BB berlebih dan
1. Lipatan kulit tricep > berat badan penurunan BB
Penurunan berat badan 1-2 Dorong pasien untuk merubah kebiasaan
25 mm untuk
pounds/mgg makan
wanita dan > 15
Menggunakan energy untuk Perkirakan BB badan ideal pasien
mm untuk pria Nutrition Management
aktivitas sehari hari
2. BB 20 % di atas
Kaji adanya alergi makanan
ideal untuk tinggi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
dan kerangka tubuh jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
ideal pasien.
3. Makan dengan Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
respon eksternal Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
(misalnya : situasi
dan vitamin C
sosial, sepanjang
Berikan substansi gula
hari) Yakinkan diet yang dimakan mengandung
4. Dilaporkan atau
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
diobservasi adanya Berikan makanan yang terpilih ( sudah
disfungsi pola dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makan (misal :
makanan harian.
memasangkan
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
makanan dengan Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
aktivitas yang lain)
5. Tingkat aktivitas nutrisi yang dibutuhkan
yang menetap Weight reduction Assistance
6. Konsentrasi intake
Fasilitasi keinginan pasien untuk menurunkan
makanan pada BB
Perkirakan bersama pasien mengenai
menjelang malam
penurunan BB
Faktor yang
Tentukan tujuan penurunan BB
berhubungan : Beri pujian/reward saat pasien berhasil
Intake yang mencapai tujuan
Ajarkan pemilihan makanan
berlebihan dalam
hubungannya
terhadap kebutuhan
metabolisme tubuh

4 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :


Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
penurunan curah
Circulation Status
Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi,
jantung b/d Vital Sign Status
durasi)
peningkatan afterload,
Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Catat adanya tanda dan gejala penurunan
hipertrofi/rigiditas cardiac putput
Monitor status kardiovaskuler
ventrikuler, iskemia
Monitor status pernafasan yang
miokard
menandakan gagal jantung
Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
Monitor balance cairan
Monitor adanya perubahan tekanan darah
Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Fluid Management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Pasang urin kateter jika diperlukan
Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin
)
Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
MAP, PAP, dan PCWP
Monitor vital sign sesuai indikasi penyakit
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
(cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
asites)
Monitor berat pasien sebelum dan setelah
dialisis
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi cairan sesuai program
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
program
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik sesuai
output
Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
Monitor respon pasien terhadap terapi
elektrolit
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas urine
Monitor BP<="" span="">
Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik infasif
Catat secara akutar intake dan output
Monitor membran mukosa dan turgor kulit,
serta rasa haus
Catat monitor warna, jumlah dan
Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema
Beri cairan sesuai keperluan
Kolaborasi pemberian obat yang dapat
meningkatkan output urin
Lakukan hemodialisis bila perlu dan catat
respons pasien
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

Anda mungkin juga menyukai