PENDAHULUAN
Basalioma atau yang dikenal juga sebagai karsinoma sel basal adalah
keganasan pada kulit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia, meliputi lebih
dari 75% kanker kulit di Amerika Serikat. Berdasarkan beberapa penelitian, orang-
orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Bahkan beberapa
jenis tumor kulit didiagnosa pada lebih dari satu juta orang pertahun di Amerika
Serikat. Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia
yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak permulaan.
Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan lebih dini dan teliti apabila
masyarakat juga ikut ditingkatkan pengetahuannya.1,2,3,4,5
Kanker kulit secara umum terbagi atas dua yaitu melanoma dan non
melanoma. Non melanoma sendiri terdiri atas karsinoma sel squamos, karsinoma sel
basal, dan karsinoma adneksa kulit. Kanker kulit yang paling umum ditemukan
adalah basal sel karsinoma. Walaupun demikian basal sel karsinoma ini jarang
menyebar ke seluruh tubuh, biasanya keganasan ini hanya akan menyebabkan
destruksi lokal apabila tidak ditangani dengan baik. Kanker kulit adalah jenis kanker
yang paling sering di US. Lebih dari 1 juta kanker kulit didiagnosa setiap tahun.
1 dalam 5 orang Amerika diperkirakan akan menderita kanker kulit selama
hidupnya. Di Netherland tiap tahun terdapat kira-kira 500,000 penderita baru ini
berarti sekitar 1 tiap 1000 penduduknya. Distribusi kanker kulit nenurut jenisnya
menunjukkan bahwa : karsinoma sel basal 60 %, karsinoma sel squamosa 30 %,
melanoma maligna 5 7 %, dan tumor sel Merkel 1 2 %, dari seluruh kanker kulit
yang ditemukan.2,5,6,7,8,9
Kanker kulit merupakan tiga serangkai keganasan pada umumnya yang
ditemukan di Indonesia. Jaman sebelum penjajahan tumor ganas kulit lebih banyak
ditemukan pada rakyat atau petani (banyak trauma, tidak memakai sepatu pada
golongan pribumi). Setelah penjajahan (sesudah tahun 1945) ternyata tumor ganas
sudah berubah, tidak lagi di tungkai. Basal sel karsinoma ternyata banyak ditemukan
1
di sekitar mata. Kelompok umur ( 50-59 tahun) tetap merupakan golongan terbanyak
menanggung risiko tumor ganas kulit. Perbedaan antara pria dan wanita tidak
bermakna.2,4,5,6,7,8
Pada kanker kulit, interaksi antara gen dan lingkungan memegang faktor
penting. Pada tingkat molekuler, kanker kulit diperkirakan timbul oleh karena
perubahan genetik. Yang mana hal ini disebabkan kebanyakan oleh karsinogen,
seperti yang paling umum adalah paparan sinar matahari. 4,7,8,10,11
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 2 m 2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Tebalnya antara 1,5 5 mm bergantung dari umur, jenis kelamin,
suhu dan keadaan gizi. Kulit sangat kompleks , elastis dan sensitif bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras dan bergantung lokasi pada tubuh. Kulit paling tipis di
kelopak mata, penis, labium minor, dan bagian medial lengan atas, sedangkan kulit
tebal terdapat di telapak tangan dan kaki, punggung, bahu dan bokong. Organ
tambahan (appendix) kulit juga berbeda menurut tempatnya. Kelenjar sebasea paling
banyak ditemukan pada daerah muka, tetapi tidak ada pada derah telapak kaki atau
tangan, sementara kelenjar keringat terdapat di seluruh tubuh. Asam laktat dalam
keringat dan asam amino hasil keratinisasi mempertahankan pH permukaan kulit
antara 4 6 sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Namun beberapa jenis
streptokokus dan stafilokokus hidup komersial di kulit. Bakteri tersebut berada di
lapisan keratin, muara rambut serta kelenjar sebasea2,8
3
Gambar 2.1 Penampang kulit
Secara garis besar kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
1. Lapisan epidermis
4
merupakan selsel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap,
dan mengandung butir pigmen (melanosom).3,4,8
2. Lapisan dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal dari lapisan epidermis, dan terdiri atas
lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papillare
yang merupakan bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah. Bagian kedua yaitu pars retikulare, bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda
bersifat lentur, akan tetapi seiring dengan bertambahnya umur menjadi kurang
larut sehingga bersifat stabil.4,8
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang
dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel
lemak berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-
ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.4,8
Vaskularisasi di kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).
Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus
yang di subkutis dan pars papillare juga mengadakan anastomosis. Di bagian ini
pembuluh darah berukuran lebih besar, bergandengan dengan saluran getah bening.
3,4,8
5
Faal kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di dalam
tubuh manusia. Ada delapan fungsi kulit, yaitu : 2,4,8
1. Fungsi Proteksi
2. Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, dan benda padat
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolism, dan
jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel,
6
menembus sel sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi
lebih banyak yang melalui sel sel epidermis daripada yang melalui muara
kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
4. Fungsi Persepsi
7
baik. Tonus vascular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi
biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi
ekstravasasi cairan karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih
banyak mengandung Na dan Cl.
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1.
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya pigmen (melanosom)
menentukan warna kulit ras ataupun individu. Pada pulasan H.E sel ini jernih
berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh badan Golgi dengan bantuan enzim tirosinase., ion
Cu, dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari mempengaruhi produksi
melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan tangan dendrit
sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag
(melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit,
melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, Oksi Hb, dan karoten.
7. Fungsi Keratinisasi
8
kira kira 14 21 hari, dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis fisiologik.
2.2 ETIOLOGI
Selain itu, ada beberapa tipe individu yang mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kanker, misalnya:
9
Individu dengan kulit yang berbintik-bintik, mudah terbakar oleh sinar
matahari, dan menjadi nyeri oleh karena panas matahari.
Individu dengan rambut berwarna (pirang atau merah) dan bermata biru atau
hijau.
2.3 PATOGENESIS
Radiasi sinar ultraviolet adalah penyebab paling umum dari kanker kulit baik
yang melanoma maupun yang non melanoma. Berdasarkan percobaan yang dilakukan
oleh binatang, sinar ultraviolet dengan panjang gelombang yang paling efektif adalah
UVB. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan dari UVB itu sendiri untuk
menembus kedalam lapisan ozon dan juga startum korneum yang akhirnya akan
diabsorbsi oleh DNA. Langkah pertama dari proses karsinogenik ini adalah
penginduksian DNA oleh photon UVB. Photon UVB ini biasanya akan diabsorbsi
pada 5 6 ikatan dobel dari pyrimidine, yang akan menyebabkan terbukanya ikatan
tersebut. Sebagai hasilnya akan terbentuk cyclobutane dimmer atau pyrimidine-
pyrimidone photoproduct. Keduanya menyebabkan struktur DNA yang abnormal.
Pada saat terjadi replikasi DNA, DNA polymerase sering salah memasukkan cytosine
yang telah rusak berseberangan dengan thymine. Mutasi ini muncul hanya apabila
cytosine berada berseberangan dengan thymine atau dengan cytosine yang lain, yang
merefleksikan sisi spesifik dimana photoproduct UV muncul. Dua gen yang secara
normal dapat mencegah terjadinya kanker akan tetapi menjadi tidak aktif pada kanker
10
kulit adalah PTCH dan P53. PTCH yang merupakan komponen dari jalur signal
seluler, bermutasi pada sekitar 90% dari KSB. Sedangkan P53 yang mengkode
regulator dari siklus sel dan kematian sel bermutasi pada sekitar setengah dari KSB
dan lebih dari 90% SCC. 5,6,7,8
I. Tumor jinak
Berikut ini dicantumkan tabel berbagai jenis tumor jinak mengenai asal,
tempat predileksi, gambaran klinis dan terapi (lihat tabel 2.1)
11
penyembuhan yang memuaskan. Secara histopatologi ditemukan
perubahan yang menyimpang dari polarisasi sel normal.
- pembedahan,
- bedah listrik,
- bedah beku,
- bedah kimia,
- dermabrasi,
12
III. Tumor ganas
3. Melanoma Maligna
Tempat Anjuran
No. Nama Asal Gambaran Klinis
Predileksi Terapi
- Perabaan kenyal
13
2. Nevus Krista Muka dan - papul berbatas tegas Bedah
pigmentosus neural badan dan berkilat, (skalpel)
lainnya umumnya
berambut. Atas
dasar
histopatologik
ditemukan
bentuk:
1. intradermal
2. Nevus
verukosus
3. Blue nevus
4. Compound
nevus
5. Junctional
nevus
- Dahi
- Miliar
- Lentikuler
14
8. Dermatofibrom Jaringan Badan dan Nodus, kadang- Bedah
a ikat ekstremitas kadang bertangkai, (skalpel)
datar berwarna
kecoklatan, perabaan
keras
Karsinoma
No Tumor Etiologi/fakto Karsinom Melanom
planoselular Sarkoma
. prakanker r predisposisi a sel basal a maligna
e
1. Keratosis Sinar matahari +
aktinik
2. Penyakit Arsen +
Bowen
3. Eritroplasia Iritasi kronik +
(Queyrat) di mukosa
genetalia
(pada pria tak
dkhitan) dan
mulut)
4. Leukoplakia Iritasi kronik
5. Keratosis Arsen +
arsenik
6. Giant Virus, +
condyloma kelembaban
(Buschke &
Lowenstein)
7. Fibroepiteliom Sinar X +
a (Pinkus)
8. Nevus Kongenital +
sebaceous Atau
Jadassohn) kanker
adneksal
9. Giant Kongenital +
congenital
nevus
pigmentosous
10. Liken sklerosus +
et atrofikus
11. Xeroderma Resesif + ++ + +
pigmentosum autosomal
15
12. Radiodermatiti Sinar X + +
s
Tabel 2.3 Genodermatosis berhubungan dengan tumor kulit dan mukosa dan
Keganasan
Keganasan
Cara
Klasifikasi Nama penyakit Bentuk klinis yang sering
penularan
ditemukan
Genodermatosis 1. Sindrom Dominan Milia, lipoma, Karsinoma sel
berhubungan karsinoma autosomal karsinoma sel basal, basal, fibroma
dengan tumor kulit sel basal pitted telapak tangan ovarium
dan mukosa nevoid dan kaki medulo
blastoma
Lanjutan Tabel 2.3 Genodermatosis berhubungan dengan tumor kulit dan mukosa dan
Keganasan dilanjutkan
Keganasan
Klasifikasi Nama penyakit Cara penularan Bentuk klinis yang sering
ditemukan
Genodermatosis 2. Xeroderma Resesif - Lentigo Karsinoma
berhubungan pigmentosum autosomal - Kulit kering sel basal,
dengan tumor - Takut cahaya karsinoma
kulit dan mukosa (photophobi) sel
skuamosa,
melanoma
maligna
16
badan dan
ekstremitas
7. Epidermolisis
bulosa Resesif Bula, erosi, Karsinoma
autosomal jaringan parut di sel
daerah skuamosa di
trauma/tekanan kulit, mulut,
dan
esophagus
8. Diskeratosis
kongenital Resesif sex Distrofik kuku, Karsinoma
linked pigmentasi sel
menyerupai skuamosa di
poikiloderma, esophagus,
leukoplakia mulut, dan
rectum
Lanjutan Tabel 2.3 Genodermatosis berhubungan dengan tumor kulit dan mukosa dan
Keganasan dilanjutkan
Keganasan
Klasifikasi Nama penyakit Cara penularan Bentuk klinis yang sering
ditemukan
Genodermatosis 9. Anemia Fanconi Resesif Distrofik kuku, Karsinoma
berhubungan autosomal pigementasi sel
dengan tumor menyerupai skuamosa di
kulit dan mukosa poikiloderma, esophagus,
leukoplakia mulut, dan
rectum
10. Sindrom
Rothmund Resesif Keratosis, Karsinoma
Thomson autosomal poikiloderma epidermoid
11. Porokeratosis
Mibelli Dominan Kelainan kulit Karsinoma
autosomal dengan atrofi di sel
tengah dan skuamosa
dikelilingi oleh
tepi yang
meninggi dan
berkerut
Karsinoma sel basal (KSB) atau basalioma, ulkus rodens adalah keganasan
yang paling sering ditemukan pada manusia. Tumor ini berasal dari sel lapisan basal
atau lapisan luar sel folikel rambut yang paling sering muncul pada daerah-daerah
yang sering terekspos oleh sinar matahari. KSB biasanya tumbuh lambat dan jarang
17
bermetastase, akan tetapi dapat menyebabkan kerusakan lokal yang nyata apabila
dibiarkan atau diterapi dengan tidak adekuat. Secara umum prognosanya sangat baik
dengan terapi yang adekuat. 1,2,3,4,13
a. Epidemiologi
18
Radiasi ultraviolet adalah penyebab basalioma paling penting dan paling
sering. Radiasi ultraviolet gelombang pendek, ultraviolet B, 290 320
nm, yang menyebabkan sunburn, lebih sering menyebabkan basalioma
dibandingkan ultraviolet gelombang panjang, ultraviolet B, 320 400
nm. 3,13,21
Radiasi lain, yaitu sinar x dan sinar grenz juga berhubungan dengan
terjadinya basalioma.3,13
19
akhirnya menjadi basalioma. Efeknya berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk menginduksi kerusakan DNA karena ultraviolet.
c. Patogenesis
Aspek terpenting dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini terdiri
dari sel tumor epithelial berasal dari sel primitive selubung akar rambut
sementara komponen stroma menyerupai lapisan papilaris dermis dan terdiri dari
kolagen, fibroblast dan subtansia dasar yang sebagian besar berupa berbagai jenis
glukosa aminoglikans (GAGs). Kedua komponen ini saling ketergantungan
sehingga tidak bisa berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan
ketergantungan ini sifatnya sangat unik, hal inilah yang dapat menjelaskan
mengapa basalioma sangat jarang bermetastase dan mengapa pertumbuhan
basalioma pada kultur sel dan jaringan sangat sulit terjadi. Hal ini dikarenakan
bolus metastase yang besar dengan komponen sel dan stroma di dalamnya sulit
memasuki sistem limfatik ataupun sistem vaskular. 13,17,21
20
Dan inilah yang membedakan antara basalioma dengan melanoma
maligna dan karsinoma sel skuamosa yang keduanya sering mengadakan
metastase.13,17,21
Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah
menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis atau lapisan
follikuler. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan membentuk kelenjar
sebacea dan apokrin. Tumor tumbuh dari epidermis dan muncul di bagian luar
selubung akar rambut, khususnya dan stem sel folikel rambut, tepat di bawah
duktus glandula sebacea.13,20
d. Gambaran Klinik
Pasien biasa datang dengan keluhan lesi yang bertambah besar secara
perlahan tidak menyembuh dan mudah berdarah bila terjadi trauma dengan
bentuk yang bervariasi. Bentuk-bentuk klinis yang banyak ditemukan adalah:
15,19,20,21,29
21
Sumber : Bader, 2011
Bentuk nodulus
22
melekat di dasarnya bila telah berkembang lebih lanjut. Dengan trauma
ringan atau krustanya diangkat mudah terjadi perdarahan.
Bentuk kistik
Bentuk superficial
23
Sumber : Bader, 2011.
Bentuk morfea
Merupakan tipe klinis yang paling penting karena bersifat agresif dengan
plak atau papul yang sklerotik. Batasnya tidak tegas, menyebabkan eksisi
langsung sukar dilakukan. Tipe ini agak sukar didiagnosis dan
manifestasinya agak lambat dan merupakan 5% dari kasus basalioma.
Secara klinis menyerupai morfea akan tetapi ditemukan tanda-tanda
berupa kelainan yang datar, berbatas tegas, tumbuhnya lambat berwarna
kekuningan, pada perabaan pinggirnya keras.
24
terjadinya metastase adalah kelenjar getah bening, paru dan tulang. Invasi
perineural juga bisa terjadi yang menyebabkan hilangnya fungsi saraf.4.13,15
e. Histopatologi 15,21
25
Terdapat lobus di daerah pseudoglandular. Ada juga tumor lobules yang
berdegenerasi secara sentral, membentuk ruangan pseudokistik berisi musin
dan dapat dijumpai di basalioma jenis nodulokistik.
Pada karsinoma sel basal morfea dan bentuk infiltrasi, pola sarang
pertumbuhannya tidak melingkar tapi membentuk untaian. Bentuk morfea
tertanam dalam stroma fibrous yang padat dalam bentuk untaian. Untaian
karsioma sel basal infiltrasi cenderung lebih tipis daripada morfea dan
bentuknya ireguler. Karsinoma sel basal infiltrasi biasanya tidak
memperlihatkan skar stroma seperti bentuk morfea. Retraksi dan palisade
perifer bentuk morfea dan infiltrasi kurang tegas bila dibandingkan tumor
bentuk agresif.
26
(keadaan kelenjar getah bening regional) dan M (ada atau tidaknya metastase)
secara praktis tidak ada. Jadi untuk menentukan stadium dapat dipakai :
2. Lokasi tumor
3. Tipe basalioma
27
dengan sedikit sitoplasma. Sel-sel tampak seragam , dan kadang-kadang tampak
beberapa gambaran mitosis. Bentuk superficial terlihat seperti puncak sel
basaloid yang dilekatkan di bawah lapisan epidermis. Kumpulan-kumpulan
sarang dengan berbagai ukuran tampak pada bagian atas dermis.3,11,19,21
g. Penatalaksanaan
Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5-1 cm.
Bila radikalitas tidak tercapai, diberi adjuvant radioterapi. Untuk lesi di
daerah canthus, nasolabial fold, periorbital dan periauricular, dianjurkan
untuk melakukan Mohs micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada
fasilitas, dapat dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kelopak mata dan
telinga dapat diberikan radioterapi. (Protokol Peraboi).
Rekontruksi daerah lesi dapat dikerjakan dengan :
- Penutupan primer
- Pembuatan flap
28
Idealnya semua basalioma harus dibiopsi sebelum menentukan
tindakan terapi yang paling tepat. Bila biopsy preoperative tidak dilakukan,
dianjurkan untuk melakukan biopsi pada saat tindakan operatif dilakukan.
Ada 2 metode yaitu frozen section contohnya teknik Mohs dan Parafin
Section (metode Breuninger). Prosedur ini memiliki tingkat akurasi
diagnostik yang tinggi, sehingga kulit yang sehat dapat diselamatkan dan
hanya mengeksisi tumornya saja sehingga teknik ini aman serta bagus dari
segi kosmetik. Operasi Mikrografi ini diperlukan untuk KSB yang kurang
potensial untuk mengalami rekurensi, yaitu :
Tipe infiltrative, yang ada di kepala dan bagian distal ekstremitas. Karsinoma
sel basal dengan diameter > 5mm dan berlokasi di hidung, mata, daerah
telinga, dan tumor yang berdiameter > 20mm di daerah lain selain yang
disebut diatas. Tumor yang rekuren.
2. Operasi Konvensional
29
Selain operasi, terapi yang lain yaitu cryoterapi dengan nitrogen cair
dengan teknik kontak atau spray pada suhu 96C, jika dilakukan dengan tepat
dan menggunakan safety margin yang benar maka hasilnya sama dengan terapi
konvensional. Pada kasus tumor superfisial dengan batas jelas cryoterapy ini
merupakan terapi alternatif pilihan utama, khususnya pada penderita usia lanjut.
Metode operasi yang lain adalah kuretase dengan menggunakan mata pisau yang
melingkar yang digunakan untuk menggores tumor menjauh dari daerah
sekitarnya. Dimulai dengan melakukan kuretase pada daerah yang besar lalu
yang kecil untuk membersihkan fragmen yang lebih kecil di sekitarnya. Teknik
ini paling baik untuk KSB nodular atau yang superfisial karena stromanya
tertanam dalam stroma fibrous. Biasanya kuretase dilanjutkan dengan
elektrodesikasi dan seluruh proses diulang 1 2 kali lagi. Kemungkinan
terjadinya rekurensi setelah kuretase diduga berhubungan dengan tidak
adekuatnya operasi. Tingkat kesembuhan untuk KSB resiko rendah adalah 90%.
Kuretase atau teknik buta dimana specimen tidak bisa ditentukan batasnya.
Kekurangan kontrol batas mikroskopis ini mengurangi kegunaan kuretase pada
KSB resiko tinggi, misalnya pada muka dan telinga. Keberhasilan operasi
tergantung pada pengalaman dan teknik operasi. Penyembuhan dengan granulasi
bisa memberikan bekas luka yang atropi dan tidak baik bila ada di daerah
estetika.21,23,26
30
Penatalaksanaan KSB dapat pula dengan cara kemoterapi/imunoterapi.
Pada penatalaksanaan dengan imunoterapi dapat dilakukan dengan cara
imunoterapi lokal dan sistemik. Imunoterapi lokal penting untuk KSB multipel.
Sitostatik 5-fluorourasil diberikan secara topikal setiap hari selama 4 6 minggu
(1 5% dalam bentuk krim atau salep). Sitostatik ini bekerja selektif terhadap
tumor epidermal yang hiperproliferasi. Namun juga dapat mengiritasi kulit yang
sehat. Setelah 1 2 minggu pengobatan, kulit mengalami inflamasi dan
erosi.3,21,23,26
31
kesembuhan mendekati 90% untuk KSB. Hal ini harus dilanjutkan dengan
menggunakan penderita dalam jumlah yang lebih besar.6,26
Imiquimod mungkin adalah alternatif yang baik, mengingat ada banyak alasan
mengapa orang tidak mau operasi, termasuk alasan medis dan alasan pribadi.
Dampak kosmetik mungkin penting bagi penderita dalam pengobatan.
Imiquimod tidak menyebabkan skar, penderita yang lebih muda lebih menyukai
pengobatan topikal ini dibandingkan dengan operasi. Imiquimod cenderung
menyebabkan reaksi inflamasi lokal yang secara umum ringan hingga sedang dan
hilanh setelah pengobatan dihentikan. Imiquimod menyerupai kerja dari respon
imun alami pada tubuh dalam melawan KSB. Pada lesi ini, sitokin yang penting
pada imunitas seluler, seperti IFN-, terdeteksi dan berperan untuk meningkatkan
CD4 dan limfosit terhadap stroma. Sebagai pengobatan topikal, imiquimod dapat
meningkatkan jumlah interferon gamma pada kulit. 25,26
Karsinoma sel basal yang tidak diobati secara menyeluruh dapat timbul kembali,
semua pengobatan yang telah dilakukan harus terus dimonitor mengingat 20%
dari kekambuhan yang ada biasanya terjadi antara 6 10 tahun pascaoperasi.
Rekurensi KSB setelah follow up adalah 18% untuk terapi eksisi, 10% untuk
terapi radiasi, 40% untuk elektrodesikasi dan kuretase, dan 12% untuk krioterapi
(dengan follow-up < 5 tahun). Sebaliknya, dengan terapi Mohs tingkat rekurensi
KSB setelah follow-up 5 tahun adalah antara 3,4 7,9%. Dengan demikian Mohs
mikrografi adalah pengobatan pilihan untuk KSB rekuren. Individu yang telah
didiagnosis KSB memiliki resiko 30% lebih tinggi daripada orang biasa untuk
menderita KSB tipe lain yang tidak berhubungan dengan lesi sebelumnya.
Prognosis karsinoma sel skuamosa ini bagus dengan angka bertahan hidup dapat
mencapai 100% bila tidak menyebar ke daerah lainnya.20,25,26
32
h. Prognosis
33
DAFTAR PUSTAKA
34
11. Keyvan N. 2008. Basal Cell Carcinoma,In Squamous cell carcinoma of the skin,
Malignant Melanoma. In : Skin Cancer. Mc Graw Hill Medical, Miami Florida,
p:61-140
12. Bader, RS. 2011. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.emedicine.com)
13. Hidayat N,Asnawi. 2003. Karsinoma Sel Basal. Dalam Tumor dan Bedah Kulit,
Edisi Pertama. Editor Amiruddin Dali. Makassar . Unhas, hal 195-206
14. Rubin AI.et al. 2003. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.nejm.org)
15. Wong CSM. et al. 2005. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015.
http://www.bmj.com/cgi/content/full.
16. Santacroce L. 2005. Epitheliomas, Basal Cell. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.emedicine.com/med/topic722.htm)
17. Ponten F,Lundeberg J. 2003. Principles of Tumor Biology and pathogenesis of
KSB and SCC. In : Horn TD et al,Editors. Dermatology. Philadelphia. Elsevier
Mosby. pp:1663-1670
18. Ramsey ML.9 May 2006. Basal Cell Carcinoma. Diakses tanggal 10 Juli 2015
(http://www.emedicine.com)
19. Hanjono D. 2003. Protokol pelaksanaan kanker kulit. In: Albar ZA, Tjindarbumi
D, Ramli M, etc, Editors. Protokol Peraboi. Bandung. Peraboi. p : 74-97.
20. Soultar DS, Robertson AG. 2002. Skin cancer other than melanoma. In: Souhami
RL, Tannok I, Hohenberger P, Horiot JC, Editor. Oxford textbook of oncology.
2nded. Oxford press.
21. Soon SL et al. 2005. Electrosurgery, Cryosurgery. In : Robinson JK, Hanke CW.
Sengelman RD, Siegel DM, Editors. Surgery of The Skin. Phildelphia. Elsevierr
Mosby, p:177-202
35