Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pada sistem ini (gambar 3) setidaknya memerlukan 2 buah saluran tersier dimana tersier
yang satu berfungsi sebagai saluran irigasi (inlet) dan yang lainya sebagai saluran pembuangan
air/drainase (outlet). Kedua saluran tersier ini harus dilengakapi dengan saluran pintu otomatis
(flatgate) yang dapat membuka dan menutup dengn tenaga arus air. Saluran irigasi akan
membuka ketika air pasang, tapi saluran drainase akan tetutup. Kondid demikian diciptakan
meetakkan posisi pintu yang berlawan arah (lihat gambar 4.). tinggi rendahnya muka air didalam
saluran diatur dengan mengatur pembukaan pintu outlet (drainase). Keuntungan sistem aliran
satu arah adalah terjadi pergantian air segar didalam saluran secara lebih lancar, potensi endapan
lumpur didalam saluran kuarter lebih kecil karena tercuci lebih mudah serta penumpukan
senyawa beracun dan air asam akan dapat dihindari.
Hasil penelitian reklamasi lahan pasang surut pada tanah sulfat masam dilokasi Tatas,
Kalimantan Tengah, (Subagyono, 1994) dengan sistem aliran satu arah, diperoleh rata-rata
produksi padi sekitar 3,35 ton/ha, sementara pada lahan yang dibiarkan tergenang menghasilkan
2,61 ton/ha sedangkan dilokasi Tabunganen di Kalimantan Selatan dengan sistem aliran satu
arah, (AARD and LAWWO, 1990 dalam Subagyono, 1994) produksi padi varietas musi
mencapai 3,8 ton/ha, padahal sebelum diterapkan sistem aliran satu arah rata-rata haisl padi
petani adalah 0,5 1,5 ton/ha (varietas lokas) dan 2-2,5 ton/ha varietas unggul.
Gambar 5. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian.
2.2. Pengelolaan Air Untuk Tipologi Lahan Salin
1. Penyebaran
Tanah salin dapat ditemukan di dua daerah yang berbeda, yaitu daerah pantai yakni
salinitas yang disebabkan oleh genangan atau intrusi air laut dan daerah arid dan semi arid
yakni salinitas yang disebabkan oleh evaporasi air tanah atau air permukaan.
a. Tanah Salin Daerah Pantai
Tanah salin daerah pantai dijumpai di daerah pasang surut yang berbatasan dengan
garis pantai, Karakterisasi dan klasifikasi sulit dilakukan, karena sifatnya yang berubah-ubah
akibat mobilitas yang tinggi dari garam-garam yang mudah larut. Hujan memindahkan
garam-garam tersebut dengan mudah, baik secara vertikal maupun lateral atau
mengencerkan konsentrasinya menjadi tidak beracun. Garam-garam dapat terkumpul di
tempat-tempat rendah(cekungan) bersama-sama air rembesan atau aliran permukaan, atau
di tempat yang lebih tinggi akibat evaporasi.
b. Tanah Salin di Daerah Arid dan Semiarid
Tanah jenis ini terbentuk akibat evaporasi yang selalu lebih tinggi daripada
presipitasi. Air tanahnya sendiri mungkin tidak salin, tetapi gerakan air kapiler ke atas dan
penguapan yang terus-menerus menyebabkan garam terakumulasi di lapisan tanah atas.
Banyak ditemukan di daerah daerah depresi (cekungan) di pedalaman yang berupa
dataran lakustrin aluvial atau teras sungai.
c. Tanah Salin pada Tanah Sulfat Masam Muda
Tingginya DHL pada tanah ini disebabkan oleh oksidasi pirit yang menghasilkan
H2SO4. Nilai pH tanah yang sangat rendah dapat menghancurkan liat sehingga
membebaskan Al dan kation-kation lain. Larutan tanahnya didominasi oleh Al2(SO4)3 dan
kation lain. Dalam keadaan ekstrim di musim kering, H2SO4 bebas dapat ditemukan, dalam
musim banjir FeSO4 dapat menjadi dominan.
3. Salinitas Tanah
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian
besar danau, sungai, dan aluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini
dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara defenisi,
kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline
bila konsentrasinya 3 sampai 5%.
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik
dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air
laut (densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperature dimana densitas menjadi
maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya
serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat
ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik dan tekanan
osmosis (http://www.o-fish.com/air/salinitas.phpl, 2008).
Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh tana
tekanan osmotik. Secara khusus, keragaman yang tinggi menimbulkan keracunan tanaman
terutama oleh ion Na dan Cl. Lahan salin atau lahan pantai adalah lahan rawa yang terkena
pengaruh penyusupan air laut atau bersifat payau, yang dapat termasuk lahan potensial,
lahan sulfat masam, atau lahan gambut. Penyusupan air laut ini paling tidak selama 3 bulan
dalam setahun dengan kadar natrium dalam larutan tanah 8-15%. Berdasarkan tingkat
salinitasnya, lahan salin dapat dibagi menjadi tiga tipologi, yaitu salin ringan, sedang, dan
sangat salin. Kendala produksi pada jenis lahan ini sedang sampai sangat berat terutama
dalam hal salinitas (http://awangmaharijaya.wordpress.com/, 2008).
Salinitas tanah menunjukkan besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah,
sedang sodisitas menunjukkan tingginya kadar garam Na dalam tanah. Keracunan tanaman
dapat terjadi bila kandungan garam mudah larut terlalu tinggi. Tanah salin adalah tanah
yang mempunyai sifat sifat berikut : (a). Daya hantar listrik tanah jenuh air (DHL) > 4
dS/m, (b). Persen Na dapat ditukar (ESP) < 15 dan (c). pH < 8,5. Ion ion yang dominan
pada tanah salin ialah : Na+ , Ca2+ , Mg2+ , Cl- , SO42- . NaCl merupakan penyebab
salinitas utama. Pada tanah sulfat masam muda mengandung Al2 (SO4 )3 dan FeSO4 yang
tinggi tetapi juga memenuhi syarat sebagai tanah salin.
Daftar Pustaka
Ahmadi dan Irsal Las. Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa
Lebak. Balittra.
Gatot Irianto. Kebijakan dan Pengelolaan Air dalam Pengembangan Lahan Rawa
Lebak. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air Departemen Pertanian.