TEKNIK PRODUKSI
Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai dikomplesi (Well
Completion) dimana tipe komplesi yang akan digunakan tergantung pada
karakteristik dan konfigurasi antara formasi produktif dengan formasi di atas maupun
di bawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metoda produksi.
3.1. Produktifitas Sumur (Well Productivity / Performance)
Well Completion adalah pekerjaan tahap akhir atau pekerjaan penyempurnaan
untuk mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur produksi. Untuk
mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi efek negatif dari setiap
lapisan produktif maka harus dilakukan pemilihan metode well completion yang tepat
dan ukuran peralatan yang sesuai untuk setiap sumur.
Produktifitas sumur dipengaruhi oleh beberapa faktor:
3.1.1 Inflow Performance Relationship (IPR)
IPR adalah hubungan tekanan alir dasar sumur (P wf) dan laju alir (q).
Hubungan ini mengGambarkan kemampuan suatu sumur untuk mengangkat fluida
dari formasi ke permukaan atau berproduksi. Kurva hubungan ini disebut kurva IPR.
Berdasarkan jenis reservoir, tenaga pendorong reservoir, tekanan reservoir dan
permeabilitas, kurva IPR dapat berbentuk garis lurus dan garis melengkung, seperti
terlihat pada Gambar di bawah ini:
150
Arah lengkungan menunjukkan bahwa PI akan berkurang dengan naiknya laju
produksi. Hal ini terutama pada reservoir yang mempunyai mekanisme pendorong
solution gas drive sedangkan pada water drive reservoir harga PI-nya relatif konstan.
Arah lengkungan yang terjadi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 disebabkan
karena harga Pwf berada di bawah bubble point pressure sehingga sewaktu minyak
mendekati sumur tekanan akan turun terus dan akan mengakibatkan terlepasnya gas
dari minyak. Jadi gas bebas yang terjadi akan meningkat jumlahnya sehingga
menaikkan saturasinya juga permeabilitas efektif gas naik maka akibatnya akan
menurunkan permeabilitas efektif minyak.
Metoda - metoda pembuatan kurva IPR telah banyak dikembangkan yang
tergantung dari fasa yang mengalir. Metoda - metoda tersebut diantaranya adalah:
q
Pwf Ps
PI
Dimana Pwf adalah tekanan alir dasar sumur, P s adalah tekanan statik
reservoar, q laju alir dan PI adalah Productivity Index.
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara Pwf dan q
merupakan persamaan linier, seperti terlihat pada Gambar.
Gambar 3.2.Grafik IPR Metoda Gilbert
151
3.1.1.2 Metoda Vogel
Model ini ditulis dalam bentuk fraksi Pwf/Ps vs. q/qmax, yang dapat
dilihat pada Gambar 3. Kira - kira persamaan tersebut dapat ditulis sebagai
berikut:
2
q P P
1 0.2 wf - 0.8 wf
qmax Ps Ps
dimana:
qmax = Laju alir maksimum, (bpd).
Pwf = Tekanan alir dasar sumur.
Ps = Tekanan statik reservoir.
q = Laju alir.
152
Gambar 3.3 Grafik IPR Metoda Vogel
dimana :
q = Gross liquid rate, (STB/day).
Ps = Tekanan statik reservoir, (psi).
Pwf = Tekanan aliran di dasar sumur, (psi).
(Ps-Pwf) = Draw - down, (psi).
153
Faktor - faktor yang mempengaruhi harga PI dapat ditentukan dengan
penurunan persamaan PI dari persamaan Darcy untuk aliran radial dapat berbentuk:
dengan,
k = Permeabilitas, (md).
h = Ketebalan formasi, (ft).
o = Viskositas minyak, (cp).
Bo = Faktor volume formasi
rw = Jari - jari sumur, (ft).
re = Jari - jari pengurasan, (ft).
q = Laju produksi, (bpd).
0.007082 kh
PI
r
o . Bo ln e
Rw
154
2. Saturasi.
Saturasi adalah ukuran kejenuhan fluida dalam pori - pori batuan. Dalam
proses produksi, saturasi minyak berkurang dengan naiknya produksi kumulatif
minyak dan kekosongan diganti oleh air atau gas bebas. Di samping itu proses
produksi berlangsung terus dengan penurunan tekanan sehingga timbul fasa gas
yang mengakibatkan saturasi gas bertambah dan saturasi minyak berkurang. Hal
ini akan mengurangi permeabilitas efektif terhadap minyak sehingga dapat
menurunkan PI.
155
3. Viskositas.
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap pengaliran. Bila
tekanan reservoir sudah berada di bawah tekanan bubble point maka penurunan
takanan akan mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan,
sehingga viskositas naik. Hal ini akan mempengaruhi harga PI.
156
e.) Mekanisme Pendorong.
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong yang dimilikinya. Kelakuan tekanan
reservoir untuk masing-masing reservoir dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Perlu diketahui pula, bahwa persamaan di atas harus memenuhi syarat - syarat
yang diasumsikan oleh Darcy:
Fluida satu fasa.
Aliran mantap.
Formasi homogen.
Fluida incompressible.
157
158
3.2. Macam-macam Metode Produksi
Metode pengangkatan fluida dari dasar sumur ke permukaan disesuaikan
dengan tekanan reservoirnya. Bila tekanan reservoir mampu mengangkat fluida
reservoir ke permukaan, maka dapat diterapkan metode pengangkatan sembur alam.
Tetapi apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat fluida reservoir
ke permukaan, maka metode yang diterapkan adalah metode pengangkatan buatan
(artificial lift).Ada berbagai jenis metode artificial lift, diantaranya yaitu: Gas Lift,
Pompa Angguk (Sucker Rod) dan Pompa Reda (ESP).
159
3.2.1.1.1. Inflow Performance
Inflow performance adalah aliran air, minyak dan gas dari formasi menuju
kedalaman sumur (dasar sumur) yang dipengaruhi oleh Productivity Indexnya atau
lebih umum oleh Inflow Performance Relationship (IPR).
Kalau IPR diumpamakan merupakan grafik linier maka PI merupakan angka
yang akan menentukan potensial formasi yang bersangkutan dimana angka tersebut
didapat dari persamaan berikut:
q
PI
Ps Pwf
Dimana :
PI = Productivity Index.
q = Laju produksi, (Bbl / day).
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, (psi).
Ps = Tekanan statik reservoir, (psi).
dP dP dP dP
dL dL dL dL
=( )el + ( )f + ( )acc
160
Dimana :
dP dL
= Gradien tekanan total.
(dP/dL)el = g/gc sin , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
adanya perubahan energi potensial atau perubahan
ketinggian (elevasi).
f v 2
2g c d
(dP/dL)f = , merupakan komponen yang ditumbulkan oleh adanya
gesekan.
vdv
2 g c dZ
(dP/dL)acc = , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
perubahan energi kinetik.
161
3.2.1. Peralatan Di Atas Permukaan
Merupakan peralatan sumur sembur alam yang terletak di atas permukaan
yang terdiri dari:
a. Well Head.
Peralatan yang digunakan untuk mengontrol kebocoran sumur di permukaan.
Well head tersusun dari dua rangkaian di dalamnya, yaitu Casing Head dan Tubing
Head. Casing Head berfungsi sebagai tempat menggantungkan rangkaian Casing dan
mencegah terjadinya kebocoran. Pada Casing Head terdapat gas outlet yang berfungsi
meredusir gas yang mungkin terkumpul di antara rangkaian Casing. Tubing head
merupakan bagian dari well head yang diperlukan untuk menyokong rangkaian
Tubing yang berada di bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat di antara
Casing dan Tubing, sehingga aliran fluida hanya dapat keluar melalui Tubing.
b. Christmas Tree.
Merupakan kumpulan Valve - Valve dan Fitting - Fitting yang dipasang di atas
Tubing Head, yang terbuat dari besi baja kualitas tinggi yang dapat menahan tekanan
tinggi dari sumur dan dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif
162
yang bersama-sama mengalir dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir
yang terbawa ke prmukaan. Ditinjau dari sayapnya (wings), Christmas tree dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
Bercabang satu (single wing atau single arm)
Bercabang dua (double wing atau double arm).
163
choke dan besarnya aliran fluida tersebut tergantung pada diameter choke yang
digunakan.
o Adjustable choke.
Pada choke jenis ini besarnya diameter dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang tedapat pada bagian atasnya tanpa harus
melepas atau menggantinya. Pemasangan choke jenis ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penggantian choke yang terlalu sering, terutama pada sumur-
sumur yang menggunakan christmas tree jenis Single Wing atau Single Arm.
164
Pemasangan bottom hole choke diantaranya dimaksudkan untuk:
o Memperpanjang umur sembur alam dengan jalan membebaskan gas yang berasal
dari larutan minyak untuk memperingan kolom minyak atau menambah
kecepatan alir dalam Tubing.
o Mengurangi atau mencegah pembekuan (Freezing) pada peralatan
kontrol di atas permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung bawah
Tubing.
o Mencegah terjadinya endapan Hydrate, Karbonat dan paraffin yang
mengalir bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.
o Mencegah atau mengurangi air masuk ke dalam sumur dengan jalan
menjaga tekanan dasar sumur tetap konstan.
f. Blast Joint
Merupakan sambungan pada Tubing yang memiliki dinding yang tebal, dipasang
tepat di depan formasi produktif yang berfungsi untuk menahan semburan aliran
fluida formasi.
g. Flow Coupling
Alat ini mempunyai bentuk yang sama dengan blast joint. Alat ini dipasang di
atas dan di bawah nipple yang berfungsi untuk menahan turbulensi fluida akibat
adanya kontrol aliran yang dipasang di Nipple.
165
Pengujian Tubing dari segi kekuatan bahan meliputi joint strength, collapse
pressure serta bursting pressure Tubing dalam menahan tekanan. Sedangkan besarnya
diameter dari segi kekuatan bahannya, Tubing yang direncanakan tergantung dari
beberapa faktor, antara lain:
a Kemungkinan menghilangkan paraffin secara mekanis.
b Kemungkinan memasukkan Tubing ke dalam string produksi.
c Kemungkinan evaluasi pasir yang masuk ke dalam sumur.
d Sifat-sifat kekuatan bahan yang dipakai untuk membuat Tubing terutama
kalau Tubing tersebut dimasukkan ke dalam sumur yang dalam.
2. Penentuan Panjang Dan DiameterTubing Yang Digunakan.
Selama sumur flowing dieksploitir, kondisi di dalam sumur dapat berubah
(produksi sumur, GOR, tekanan dasar sumur). Oleh sebab itu untuk menyesuaikan
dengan keadaan yang baru, Tubing sudah seharusnya diganti seandainya penyesuaian
laju aliran dengan merubah ukuran choke sudah tidak dapat dilakukan lagi.
Operasi penggantian Tubing pada sumur sembur alam merupakan operasi
yang sulit karena itu ukuran Tubing yang dipakai ditentukan sehingga ukuran Tubing
dapat digunakan selama waktu sumur menyembur.
166
Submergible Pump (ESP), Plunger Lift, Gas Lift, dan lainnya. Masing - masing tipe
sembur buatan mempunyai keuntungan dan kekurangan masing - masing.
3.2.2.1.3.1. Pump Jack / Sucker Rod Pump (Pompa Angguk).
Pump Jack / SRP umum digunakan di dunia perminyakan karena biaya yang
diperlukan relatif murah dan pengoperasiannya pun mudah. Prinsip mengangkat
fluida dengan energi dari prime mover permukaan yang ditransfer ke Subsurface
pump yang diletakkan di dalam sumur.
SRP dikelompokan berdasarkan letak Counterbalance, yaitu:
- Crank Balanced Conventional dan Front Mount Mark (Mark II).
- Beam Balanced Conventional.
- Air Balanced Front Mounted.
- Non Beam Pumping Unit.
167
Gambar 3.7. Conventional Pumping Unit
168
Gambar 3.9. Mark II Pumping Unit
Pump Jack merupakan pompa yang terletak di atas permukaan tanah. Pompa ini
bertujuan untuk mengendalikan piston yang terpasang pada sumur minyak. Pump
Jack biasanya digunakan untuk pada daerah yang kandungan minyaknya cukup
banyak. Besarnya pompa juga ditentukan oleh kedalaman dan berat minyak yang
akan dipindahkan. Pump Jack mengubah gerakan putaran dari motor menjadi gerakan
vertikal untuk mendorong batang pompa. Pump Jack disokong oleh sebuah prime
mover. Umumnya digunakan motor elektrik untuk menggerakannya, namun untuk
daerah yang aksesnya terpencil, kemungkinan digunakan proses pembakaran mesin
seperti diesel. Begitu juga di area ini, penggunaan motor elektrik disuplai oleh power
plant.
169
1. Prinsip Kerja Alat Atas Permukaan.
Peralatan Surface SRP meliputi:
- Wireline.
Wireline adalah seling baja yang diletakkan pada horse head dan pada ujung
bawah dirangkai dengan carrier bar.
- Carrier Bar.
Carrier Bar adalah alat pengikat pada polished rod dalam rangkaian wireline
yang mana pengikatannya dapat di setting.
- Polished Rod.
Polished Rod adalah alat yang menghubungkan dari pumping unit ke sucker
rod di dalam rangkaian barrel pump. Pada bagian permukaan kita bisa lihat pada
Gambar di atas. Alat - alat ini meneruskan energi dari motor dan merubahnya dari
gerak putar ke gerak naik - turun ke alat bawah permukaan. Untuk merubah dari
putaran mesin sampai gerakan naik-turun tersebut, putaran mesin harus dikurangi
dengan menggunakan Gear reducer dan juga Diameter pulli belt sehingga
kecepatan sesuai dengan gerakan naik - turun yang diinginkan. Pada bagian teratas
dari rod adalah polishedrod, rod sangat halus permukaannya sehingga bisa
bergerak lancar serta tidak bocor di stuffing box. Polished rod di klem pada carrier
bar yang dihubungkan dengan horse head melalui wireline hanger yang bersifat
fleksibel agar polished rod tetap tegak lurus dalam stuffing box.
- Walking Beam.
Walking Beam ditunjang dekat titik beratnya oleh sampson post. Walking
beam meneruskan gerakan dari pitman yang diberikan oleh crank. Panjang
Langkah Polished Rod (PRSL) ditentukan oleh jarak dari Pitman bearing ke
Crankshaft. Umumnya tersedia tiga posisi untuk PRSL sehingga bisa diubah di
tuas di pin Bearing sehingga diameter putaran akan lebih kecil kalau produksi
menurun misalnya. Alat penting lainnya adalah Counter balance yang digunakan
untuk mengimbangi gerakan naik - turun pompa agar tidak berbeda jauh dalam hal
pembebanannya. Dengan ini pompa dan motor akan lebih tahan lama. Efek
counter balance ini tergantung dari berat, posisi dan geometri alat.
170
2. Prinsip Kerja Alat Bawah Permukaan
Down-hole pump meliputi :
- Travelling Valve.
Travelling Valve merupakan suatu rangkaian pada sistem artificial lift SRP
yang terkoneksi ke rangkaian Sucker Rod sampai ke atas permukaan. Secara
umum pada saat down-stroke, travelling Valve terbuka maka fluida masuk mengisi
ruang yang ada dalam Plunger. Pada saat up stroke, travelling Valve tertutup
karena adanya gaya gravitasi dan juga karena adanya tekanan dari fluida yang
berada diatasnya sedangkan pada saat down-stroke travelling Valve akan
membuka di karena adanya tekanan dari fluida yang berada di Barrel dan ketika
ball travelling Valve membuka maka kemudian fluida akan mengisi kolom
plunger, dan begitu seterusnya, Traveling Valve pada rangkaian SRP tipe TBHM
berada di plunger sedangkan pada SRP tipe RWAC berada di Barrel.
- Standing Valve.
Standing Valve di rangkai dengan PSN serta mud Anchor. Pada waktu up-
stroke standing Valve terbuka karena adanya gaya hisap fluida dari Plunger yang
bergerak ke atas kemudian fluida dari sumur masuk ke dalam Barrel dan mengisi
kolom Barrel sedangkan pada saat down-stroke standing Valve tertutup karena
tekanan dari fluida yang berada di dalam barrel akibat turunnya plunger sehingga
fluida tidak kembali ke sumur. Standing Valve pada tipe TBHM dan RWAC berada
di Barrel.
- Working Barrel.
Working Barell adalah pipa silinder yang berfungsi sebagai liner untuk
memompakkan fluida sehingga terjadi efek suap atau penghisapan sehingga fluida
dalam sumur terpompakan dalam sumur.
171
Gambar 3.10. Peralatan Bawah Permukaan
Terdapat dua jenis Alat Bawah Permukaan pada SRP, yaitu THBM dan RWAC.
Dimana jenis - jenis tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda. THBM memiliki
ukuran diameter 2 inch, 2.5 inch dan 3 inch sedangkan RWAC hanya berdiameter 2
inch. Dimana setiap ukuran juga memiliki panjang yang berbeda-beda. Panjang dari
Rod tersebut akan mempengaruhi Stroke length yang digunakan.
- Intake.
Intake pada SRP merupakan salah satu rangkaian subsurface yang berguna
sebagai tempat masuknya fluida reservoir. Ada beberapa jenis intake pada SRP
dimana intake pada SRP disesuaikan dengan problem pada sumur, seperti kepasiran
dan bubble gas (Pada sumur dengan kandungan gas yang tinggi).
172
Adapun urutan rangkaian pompa dari bawah ke atas adalah:
1. Downhole Sensor (Pressure Unit).
Untuk memonitor kondisi di sekitar string ESP, yang di monitor antara lain:
Temperatur motor, Vibrasi dari Rangkaian Pompa, P absolute Intake. Kemudian
data - data tersebut akan di teruskan melalui kabel ke PSD dimana pada PSD bisa
dimonitor sekaligus data pada PSD bisa didownload sehingga memudahkan dalam
mengontrol kejadian di bawah sumur. Kerapatan data juga bisa disetting pada PSD
sehingga semakin ingin akurat maka semakin kecil jarak kerapatan data.
2. Centralizer.
Kegunaannya adalah agar string pompa selalu center sehingga ketika terjadi
vibrasi kabel pompa akan tetap memiki ruang dan tidak menabrak Annulus dari
Casing.
3. Motor (HP).
Motor digunakan untuk menggerakkan sub-coupling yang disambungkan oleh
Coupling guna memutar Impeller di dalam Diffuser sehingga akan ada tarikan
fluida dari ruang pompa ke Intake dan menarik fluida tersebut untuk masuk ke
ruang pompa dan mengalir ke atas permukaan, hal ini terjadi karena adanya
perbedaan pressure dari annulus dan ruang pompa.panjang pompa tergantung dari
kekuatan yang dibutuhkan dalam menggerkan sub-coupling. Semakin besar daya
yang dibutuhkan maka semakin panjang pompa. Di dalam pompa juga terdapat
kumparan - kumparan untuk mengalirkan aliran listrik. Aliran listrik berasal dari
atas permukaan yang di alirkan melalui kabel dan di sambung melalui konektor
pada motor ESP. Di dalam pompa di gunakan cairan air collar yang mirip oli
namun fisiknya berwarna bening yang berguna meminimalisir panas yang di
keluarkan oleh pompa pada saat bekerja.
173
Gambar 3.11. Motor ESP
174
Intake merupakan jalur bagi fluida untuk masuk ke ruang pompa dan mengalir
ke surface. Intake yang di gunakan bisa bervariasi sesuai kebutuhan dan kondisi
lapangan. Jika GOR pada lapangan tersebut < 25% maka menggunakan intake,
sedangkan untuk GOR > 25% menggunakan RGS dan untuk GOR > 75%
menggunakan MVP (Multi Ventilation Pump) / AGH (Andvance Gas Handling).
Prinsipnya cara kerja ketiganya sama saja, hanya saja pada RGS dan MVP
digunakan untuk meminimalisir masuknya bubble gas yang terlalu besar kedalam
pompa sehingga bubble yang masuk ke pompa tidak terlalu besar. Bubble gas
diperkecil agar tidak terjadi gas lock dan mengurangi efisiensi dari pompa.
6. Pump
Pompa berfungsi untuk menghisap fluida sehingga dapat dialirkan ke atas
permukaan. Panjang pompa bervariasi tergantung dari stages yang di butuhkan
untuk mengalirkan fluida, dalam satu stages terdapat 1 impeller dan 1 diffuser.
175
Gambar 3.14. Impeller dan Diffuser pada ESP
Semakin panjang stages yang dibutukan maka semakin panjang pula pompa
nya. Pada umunya kepasiran tidak menggangu kinerja dari pompa karena
sejatinya sub di dalam pompa akan selalu berputar untuk mengantarkan fluida ke
atas permukaan sehingga jika ada kepasiran maka pasir akan digerus oleh
Impeller dan Diffuser.
176
7. Discharge Head
Fungsi utama dari Discharge head adalah untuk menyambungkan top
rangkaian ESP dengan bottom dari Tubing.
8. Junction Box
Fungsi utama dari Junction Box adalah untuk membuang aliran gas yang
masuk kedalam kabel. Aliran gas bisa masuk melalui sela - sela atau lubang kecil
dari kabel. Sebelum aliran listrik dari bawah permukaan masuk ke PSD maka
sebelumnya akan melewati junction box yang akan membuang aliran gas yang
terikut di dalam kabel. Prinsip kerjanya yaitu kabel dari bawah permukaan kulit
pembungkus kabel akan dipotong sehingga gas akan menguap ke udara
kemudian jaket kabel dari PSD juga akan dipotong seperti aliran kabel dari
bawah permukaan dan kemudian keduanya akan dihubungkan yang terhubung
hanya kabel bagian dalam saja sehingga PSD akan aman dari bahaya konslet
ataupun meledak dan terbakar karena gas tidak akan ikut masuk ke PSD.
9. PSD
177
PSD merupakan otak dari ESP dimana segala kegiatan ESP dapat dikontrol
oleh PSD dan dapat dilakukan pengaturan pada PSD dalam membaca kegiatan
dari ESP.
10. Kabel
Kabel merupakan media penghantar listrik untuk menghidpkan motor dan
kemudian menggerakkan pompa. Satuan kabel untuk pompa ESP adalah AWG
(American Wire Gauge) dimana semakin besar nilai AWG-nya semakin kecil
size dari kabel tersebut. Ada 2 tipe kabel yang di gunakan pada ESP:
a. Flat di gunakan dari rangkaian paling bawah pompa hingga 55 ft dari Forehead,
karena jarak pompa terhadap annulus Casing Relative lebih kecil sehingga
membutuhkan kabel yang flat agar msh ada sisa jarak antara kabel dan dinding
Casing agar meminimalisir potensi rusak, ataupun Dog leg.
b. Round digunakan setelah 55 ft keatas karena ukuran Tubing lebih kecil dari pada
pompa ESP sehingga jarak dari Tubing ke dinding Casing masih lebih besar di
bandingkan pada jarak motor dan dinding Casing.
178
Gambar 3.18. Round Cable ESP
Kabel ESP dilapisi oleh rubber yang seperti karet kemudian armor yang
bersifat stainless stell hal ini bertujuan untuk memproteksi kabel agar tidak terjadi
kerusakan karena kabel di bawah permukaan memiliki kemungkinan untuk
berbenturan metal to metal yaitu dari ESP dan dinding Casing. Namun tidak di
pungkiri bahwa masih saja kabel akan terjadi kemasukan gas dikarena partikel gas
yang lebih kecil dan dapat masuk ke lapisan armor maupun rubber sehingga untuk
mengantisipasi masuknya aliran gas ini ke PSD digunakanlah junction box.
Sebelum ESP running ke downhole terlebih dahulu kabel diikatkan pada string ESP
dengan menggunakan bend dengan jarak 3 bend / 5 ft sepanjang pompa sedangkan
untuk Tubing dipasangan 30 % di atas Tubing dan 30% di bawah Tubing.
179
3.4.1. Karakteristik Reservoir
Kondisi reservoir merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan
metode produksi. Kondisi reservoir yang sangat mempengaruhi pemilihan metode
produksi, adalah kondisi batuan dan karakteristik fluda reservoir serta produktifitas
sumurnya.
180
dimana:
Pif = Tekanan antar aliran, (psi).
PsU = Tekanan statis dasar sumur untuk lapisan produktif teratas, (psi).
PsL = Tekanan statis dasar sumur untuk lapisan produktifterbawah, (psi).
Gf = Gradien tekanan fluida produksi, (psi/ft).
H = Perbedaan kedalaman antar lapisan produktif teratas dengan
terbawah, (ft).
2. Multiple Completion.
Yaitu metode komplesi sumur dimana setiap lapisan produktif diproduksikan
sendiri-sendiri secara terpisah sesuai dengan kemampuan masing-masing lapisannya.
Karena cara komplesi sumur ini relatif lebih mahal dari dibandingkan dengan cara
comingle completion, dimana diperlukan Tubing yang lebih banyak, maka didalam
memilih metode produksi perlu dipertimbangkan.
181
3.4.2. Kondisi Lubang Sumur Produksi.
Kondisi lubang bor akan sangat mempengaruhi didalam pemilihan metode
produksi yang optimum dan sesuai. Kondisi lubang bor yang dimaksud adalah
kedalaman sumur, kemiringan lubang bor, diameter Casing dan komplesi sumurnya.
A. Kedalaman dan kemiringan lubang sumur produksi.
Pengaruh dari kedalaman dan kemiringan lubang sumur produksi terhadap
pemilihan metode produksi adalah merupakan faktor yang ditimbulkan akibat
kelemahan - kelemahan dari peralatan produksi itu sendiri. Secara umum sumur
tersebut dikatakan lurus jika perubahan sudut kemiringan lubang sumur tidak
melebihi 3/100 ft. Dan batas penyimpangan lubang bor dari permukaan sampai titik
yang dituju tidak melebihi 5. Pada metode sembur alam faktor kedalaman tidak
banyak diperhatikan karena metode ini hanya ditinjau dari segi kemampuan fluida itu
sampai ke permukaan. Sedangkan untuk metode pengangkatan buatan, hal ini sangat
diperhatikan sekali. Untuk gas lift dengan semakin dalamnya lubang sumur produksi
maka akan mempengaruhi penggunaan volume dan tekanan gas injeksi yang semakin
besar sedangkan kemiringan lubang sumur yang terlalu besar akan menyulitkan
dalam perencanaannya.
Untuk pompa Sucker Rod dengan semakin dalamnya lubang sumur maka
semakin kecil volume minyak yang diperoleh. Adanya kemiringan lubang sumur
besar maka akan mengakibatkan kesulitan dari gerakan tangkai pompa hal ini dapat
mengakibatkan putusnya tangkai pompa tersebut. Untuk pompa ESP dengan semakin
dalamnya lubang sumur produksi, maka akan mempengaruhi panjang kabel listrik
yang digunakan.
B. Diameter Casing.
Seperti diketahui bahwa untuk mengalirkan minyak dari dalam sumur ke
permukaaan digunakan Tubing dimana jumlahnya tergantung pada ukuran dan
diameter Casingnya. Dengan demikian diameter Casing ini (diameter dalamnya) akan
mempengaruhi volume dan kapasitas produksinya. Dengan diketahui diameter Casing
maka dapat pula dipilih metode produksi yang digunakan, yaitu dengan melihat
ukuran dan volume atau kapasitas produksinya.
182
C. Komplesi Formasi Sumur.
Seperti diketahui bahwa metode komplesi formasi sumur dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu: Open hole completion, Perforated completion dan Linier
completion.
Open hole completion merupakan metode komplesi dimana Casing dipasang
diatas zone produktif dan lubang di depan zona produktif secara mekanis dibiarkan
secara terbuka.
Perforated completion merupakan meode komplesi dimana Casing menembus
interval formasi produktif, disemen lalu formasi produktif dan lubang sumur
dihubungkan dengan perforasi. Melalui perforasi ini minyak dan gas masuk ke lubang
sumur.
Sedangkan metode Linier completion yaitu metode komplesi sumur yang
merupakan pengembangan dari metode open hole dan perforated completion, dimana
dengan menambahkan linier yang diturunkan ke dalam sumur lalu digantung dan
diletakkan di depan zona produktif. Metode linier completion ini ada dua macam
yaitu yaitu linier yang disemen lalu diperforasi dan linier yang tergantung bebas dan
tidak disemen. Metode linier completion ini digunakan untuk mengatasi adanya
problem khusus dalam sumur, misalnya problem kepasiran. Pada problem kepasiran
biasanya dipasang suatu saringan (screen) yang berfungsi untuk menahan aliran pasir
dari formasi yang tidak kompak (unconsolidated).
Adanya macam-macam metode komplesi sumur ini akan mengakibatkan
aliran fluida dari formasi ke lubang sumur terganggu, sehingga kapasitas fluidanya
tidak mencapai maksimum. Hal ini bisa terjadi pada perforated dan linier completion,
sedangkan untuk open hole completion pangaruhnya sedikit kecuali jika terjadi
kerusakan formasi. Dengan demikian dengan adanya pengaruh kapasitas produksi ini,
maka komplesi sumur dapat mempengaruhi cara produksi dari sumur tersebut.
183
3.5. Nodal Sistem Analisis
Untuk memperoleh laju produksi optimum dapat diperoleh dengan cara
memvariasikan ukuran Tubing, pipa salur, jepitan dan tekanan kerja separator.
Pengaruh kelakuan aliran fluida di masing-masing komponen terhadap sistem sumur
secara keseluruhan akan dianalisa dengan menggunakan Analisa Sistem Nodal. Ada 6
komponen yang menghubungkan antara formasi produktif dengan separator, keenam
komponen ini berpengaruh terhadap laju produksi sumur yang akan dihasilkan.
Keenam komponen ini adalah :
1. Komponen formasi produktif / reservoir.
2. Komponen komplesi.
3. Komponen Tubing.
4. Komponen pipa salur (flow line).
5. Komponen restriksi (jepitan).
6. Komponen separator.
184
2. Titik Nodal di kepala sumur.
Titik Nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen Tubing dan
komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan titik pertemuan antara komponen Tubing dengan komponen
jepitan apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
185
Analisa sistem Nodal terhadap suatu sumur diperlukan untuk tujuan:
1. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoir di setiap komponen system sumur
untuk menentukan pengaruh masing-masing komponen terebut terhadap
system sumur secara keseluruhan.
2. Menggabungkan kelakuan aliran fluida reservoir di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
186