Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA ISLAM

PEMAHAMAN AKHLAK DALAM BERBAGAI SEGI KEHIDUPAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Agama Islam

DISUSUN OLEH :

ANGGIT AYU AQ
ALIFIA RAHAYU LESTARI
AULIYA WISKHA WIDODO
EVI INDAHYANI
TAFIA LAYALIA LAKSANA
WIKA DWI SAMPITA
APRILA RISKA DWICESA

PROGRAM STUDI KEWIRAUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016

KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemahaman Akhlak Dalam Berbagai
Segi Kehidupan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari
itu, saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca sekalian. Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Malang, 6 November 2016

Tim Penyusun

2
Daftar isi

Kata pengantar...............................................................................................................................2
Daftar isi ........................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan.........................................................................................................................4
1.1 Latar belakang .........................................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................................5


1.3 Tujuan penulisan.......................................................................................................................5
1.4 Manfaat penulisan.....................................................................................................................5

Bab II Pembahasan......................................................................................................................... 5
2.1 Akhlak manusia sebagai hamba Allah....................................................................................5
2.2 Akhlak kepada Rasulullah........................................................................................................7

2.3 Akhlak kepada orangtua..........................................................................................................12

2.4 Akhlak di dalam generasi muda..............................................................................................16

Bab III Penutup ........................................................................................................................... 18


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 18
3.2 Saran ...................................................................................................................................... 18
Daftar pustaka ............................................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat
pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang
merupakan bawaan seseorang. Isu akhlak sendiri yang saat ini sedang banyak dibicarakan adalah
tentang perbaikan akhlak. Gerakan-gerakan revolusi akhlak banyak digalangkan di berbagai
belahan dunia termasuk di Indonesia. Berbagai pendapat hadir dalam menyikapi perbaikan
akhlaq baik melalui sudut pandang agama, psikologi bahkan hukum yang berlaku di negara
tersebut. Akhlak sendiri melekat erat dengan istilah etika dan moral. Timbulnya kesadaran
akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup
manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai
mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan
adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya
sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik
dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh
dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia
hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang
mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan
pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai
subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.

1.2 Rumusan Masalah


4
1. Bagaimana hubungan akhlak dengan Allah, rasul, orang tua dan generasi muda?
2. Bagaimana pentingnya revolusi akhlak bagi manusia saat ini?
3. Bagaimana akhlak mempengaruhi sikap seseorang?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Mengetahui hubungan akhlak kepada Allah, rasul, orangtua dan generasi muda.
2. Mengetahui arti pentingnya revolusi akhlak bagi manusia
3. Mengetahui pengaruh akhlak kepada sikap seseorang
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Membangun kesadaran diri dalam membangun akhlak yang baik
2. Mengamali akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengetahui dampak akhlak buruk dan berusaha menjauhinya agar tercipta lingkungan
yang kondusif dan damai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AKHLAK MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah.
Hanya Allahlah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh
tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Quran surat An-nahl : 18, yang
artinya Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni
menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia
sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. Caranya adalah
sebagai berikut :
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan dalam
Quran Surat Al-Ikhlas : 1-4.[1]
2. Bertaqwa kepada Allah
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa
yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa
adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4, Ali Imron:
133-135.
Dalam surah Al- Baqoroh ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang- orang yang bertaqwa,
yaitu: 1). Beriman kepada yang ghoib, 2). Mendirikan sholat, 3). Menafkahkan sebagian rizki
yang diterima dari Allah, 4). Beriman dengan kitab suci Al- Quran dan kitab- kitab sebelumnya
dan 5). Beriman dengan hari akhir. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan iman ( no. 1,4
dan 5 ), Islam (no. 2 ), dan ihsan ( no. 3 ).
Sementara itu dalam surah Ali Imron 134-135 disebutkan empat diantara ciri- ciri orang
yang bertaqwa, yakni: 1). Dermawan ( menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun
sempit), 2). Mampu menahan marah, 3). Pemaaf dan 4). Istighfar dan taubat dari kesalahan-
kesalahannya. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek ihsan.
b. Buah dari taqwa
1. Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan batil (Al- anfal : 29)
5
2. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)
3. Mendapat rezeki yang tidak diduga- duga (At-thalaq : 3)
4. Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (Al- Araf : 96)
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (At-thalaq : 4)
6. Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat pahala besar (Al-
anfal : 29 & Al- anfal : 5).[2]
3. Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam Surah Al- Anam : 162 yang artinya :Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mumin : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.[3]
4. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa.
Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika kita sedang
terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-
Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah Ali-Imron : 135.
5. Membaca Al-Quran
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian
juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga
senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata
yang artinya : Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran itu dapat memberikan
syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya.
6. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan
ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-
mata karena Allah SWT.
a. Tiga unsur keikhlasan:
1. Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )
2. Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya
- Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu
harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu dengan sebaik-baiknya.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
b. Keutamaan Ikhlas[4]
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda, yang artinya :Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang- orang yang bila hadir
tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari- cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat
dari fitnah kegelapan( HR. Baihaqi ).
7. Khauf dan Raja
Khauf dan Raja atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara
seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja karena khauf dari bab takhalliyyah
(mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja dari bab tahalliyah (menghias hati
dengan sifat-sifat yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala
pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.4
8. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan
keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah Hud: 123, yang arinya
:Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah
dikembalikan urusan- urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya.
Dan sekali- kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.

6
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai
tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-
apa.

2.2. AKHLAK KEPADA RASULULLAH


Akhlak Kepada Rasulullah
Allah berfirman :


Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
penyantun dan penyayang terhadap orang orang yang beriman. (Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam, tentu
kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk memupuk
keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ
kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Ditinjau dari silsilah keturunannya, nama lengkap Rasulullah adalah Abu Qasim Muhammad bin
abdillah bin abdil Muthathalib bin Khasyim bin Abdi Manaf bin Qushayy bin Khilab bin
Murrah bin Ka bin Lu-ayy bin Ghalib bin fihhr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas binMudhar bin Nizar bin Maadd bin adnan, dan Adnan
adalah salah satu keturunan Nabi Allah Ismail bin Ibrahim al-Khalil. [1]
Beliau adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat manusia.
Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau
adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi,
dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang diutus
oleh Allah sebagi rahmad bagi alam semesta.

Sebagaimana firman Allah :




Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh
alam (Q.S. Al-Anbiyaa : 107). [2]
1. KEWAJIBAN MENCINTAI RASULULLAH
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan
ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau
mencintai beliau lebih dari kecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka,
sebagaimana sabda Rasulullah :
.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya
daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari
Muslim).[3]
Sebagaimana yang terdapat dalam kisah Umah bin Khaththab r.a., yaiu sebuah hadis dari
sahabat Abdullah bin Hisyam r.a, ia berkata :
kami mengiringi Nabi dan beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab r.a, kemudian
Umar berkata kepada Nabi, Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat kucintai melebihi
apapun selain diriku, maka Rasulullah menjawab tidak, demi yang jiwa ku berada ditangan-
Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu, lalu Umar berkata Sungguh

7
sekaranglah saatnya, demiAllah engkau sangat kucintai melebihi diriku maka Rasulullah
berkata : sekarang engkau benar wahai Umar. (H.R. Al-Bukhori).[4]
Allah swt berfirman:

Katakanlah (Muhammad): Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS 3:31).[5]

Berdasarkan hadis-hadis diatas, maka mencintai Rasulullah adalah wajib dan harus didahulukan
daripada kecintaan kepada segala sesuatu selain kecintaannya kepada Allah, sebab mencintai
Rasulullah adalah mengikuti sekaligus keharusan dalam mencintai Allah. Mencintai Rasulullah
adalah kecintaan karena Allah, ia akan bertambah seiring dengan kecintaannya kepada Allah.

1. TAAT
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang diperintahkannya dan
meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian)
bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Quran, Allah memerintahkan
kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat
kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad).. (Q.S.
Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg beriman dengan seruan Hai orang-orang yg
beriman sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap
menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah
dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.
Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah, sebagaimana firman-
Nya :


Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan
atau ditimpa azab yang pedih. (Q.S. An-Nur : 63).[7]
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bidah, atau siksa
pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah sebagai sebab hamba
mendapatkan kecintaan Allah dan amounan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan
mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Allah mengebarkanbahwa pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi segenap
umatnya. Allah berfirman :


Sungguh, telah ada pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik untuk mu (yaitu) bagi orang
yang mengharapkan (rahmad) Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat
Allah (Q.S. Al-Ahzaab : 21).
Al-Hafizh Ibnu Katsir r.a. berkata : ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang
meneladani rasulullah Saw dalam berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu,
Allah Swt memerintahkan manusia untuk meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan,
perjuangan dan kesabaran nabi dalam menanti pertolongan dari Rabb nya ketika perang ahzab.
Semoga Allah senantiasa mencurahkan salawat kepada beliau hingga hari kiamat.[8]
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena
itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan
yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama
8
kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah
dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari
azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Quran, Allah swt berfirman:


Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Di dalam ayat lain, Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah
kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS 47:33).[9]

Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh
kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang
mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita
miliki, Allah swt berfirman:

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya) mereka itu akan bersama- sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang yang
mati syahid dan orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS 4:69).
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa masuk
ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya,
yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

1. MENGHIDUPKAN SUNNAH
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi
kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya
adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :


Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.
(Q.S. al-Hasyr : 7).[10]

Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :


Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau
menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah
mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah rasulullah yang dalilnya
sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja
oleh beliau. Contohnya adalah hadis rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar
berenang, tetapi kita belum pernah mendengar rasulullah atau para sahabat belajar
berenang.
Sunnah Filiyah : sunah yan ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah.
Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
sunnahTaqriyyah : sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung
dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja.

9
Contohnya adalah beberapa amalan para sahabat yang saat dilakukan rasulullah
mendiamkannya saja.[12]
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para sahabat
juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang
dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan
yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari
kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang
pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak
bertentangan dengan islam.

Mari kita rujuk ayat al-quran berikut :


Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.
(Q.S. al-Hasyr : 7). [13]
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah tegas dan
jelas larangannya.
2. MEMBACA SHALAWAT DAN SALAM.
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka mengucapkan
shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah bershalawat kepada
beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan
taslim kepada beliau.
Allah berfirman :

,
,
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. Wahai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzab : 56).

Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat kepada Nabi,
diantaranya adalah :
Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah
Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali untuk beliau
Diharapkan dikabulkannya doa apabila didahului dengan shalawat
Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi permohonan kepada
Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau pada hari kiamat
Sebab diampuninya dosa-dosa
Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan shalawt dan
salam kepadanya.

3. MENCINTAI KELUARGA NABI


Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka, adalah
masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai bagian dari
cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda yang berat dan
berharga, sebanding dengan al-quran dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang
besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang kedua adalah
Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka

10
tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga al-Haudh. (HR. Muslim
dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).[17]
Nabi Saw bersabda :
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan uang
dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian yang besar. (HR.
Abu daud dan Tirmidzi)
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang
mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu kebahagiaan
abadi.[18]
Mengenai ruang lingkup ahli bait ini, para ulama masih berbeda penafsiran. Antara lain adalah :
1. Menurut ahlus sunnah, cakupan ahli bait sangat luas dan beragam, mulai dari Ali, Hasan,
Husein dan keturunannya, istri-istri Nabi saw., keluarga jafar dan keluarga Abbas, serta
bani Abdul Muthalib dan Bani Hasyim. Kepada a-Abbas Nabi bersabda: Demi Allah
yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, keyakinan tidak akan munculah didalamhati
seseorang sampai dia mencintai Allah dan Rasulullah. Barang siapa mencelakai paman
saya ini berarti mencelakai saya. Seorang paman adalah seperti ayah sendiri
2. Sedangkan bagi kalangan Syiah, istilah ahli bait lebih sempit lagi. Yaitu berkisar kepada
12 imam : Ali, Hasan, Husein dan 9 keturunan Husain.
3. Menurut Asy-Syeikh DR, Muhammad Abduh Al-Yamani menyimpulkan bahwa keluarga
nabi saw., terdiri dari Fatimah, Ali, Hasan, Husain dan para keturunannya. Sedangkan
istri Rasulullah juga termasuk keluarga Nabi Saw berdasarkan keumuman ayat Al-
Quran serta konteks hadist.
4. Dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari zaid bin Arqam r.a. disimpulkan
bahwa diantara mereka yang termasuk ahli bait adalah anggota keluarga beliau ayng
diharamkan menerima sadaqah yaitu keluarga Ali, keluarga Uqoil, keluarga Jafar,
keluarga Abbas. Sesungguhnya istri-istri beliau juga termasuk dalam anggota ahlul bait.
5. Adapun istri-istri Rasulullah Saw dalam pendapat yang Raajih (benar) maka
sesungguhnya mereka masuk kepada keluarga nabi. Sebagaimana firman Allah yang
memerintahkan tentang berhijab kepada istri-istri Nabi, Sesungguhnya Allah
berkehendak untuk menghilangkan kekejian dari kalian Ahlul bait (keluarga Rasulullah
Saw) dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. (Q.S)
6. Dalam kitab: Alimu Awladakum Mahabbata Ahli Baitin Nabiy dijelaskan bahwa yang
tergolong ahlul-bait adalah Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan dan
Sayyinina Husain radhiyallahu anhum.

4. BERZIARAH KEMAKAM RASULULLAH


Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang sangat mulia
dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad bersabda yang arinya :
Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia dijamin akan mendapat syafaatku. [22]
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk melaksanakan
ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai
keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji menyempatkan diri
berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah
hukumnya.
Dari Ibn Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang melaksanakan
ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka ia seperti orang
yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup. (HR Darul Quthni)

11
Atas dasar ini, pengarang kitab Ianatut Thalibin menyatakan: Berziarah ke makam Nabi
Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu, sudah
selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah diberi kemampuan
oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi
Muhammad SAW yang harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan kaki dari ujung
bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan cukup untuk
memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada kaum muslimin
dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat Islam menjadikan
makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang disembah.. Yakni dalam hadits
Rasulullah SAW:
Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kamu jadikan
kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai kuburan.
Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca akan sampai kepadaku di
mana saja kamu berada. (Musnad Ahmad bin Hanbal: 8449)
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin Alawi Maliki al-Hasani menukil
dari beberapa ulama, lalu berkomentar : Sebagian ulama ada yang memahami bahwa yang
dimaksud (oleh hadits itu adalah) larangan untuk berbuat tidak sopan ketika berziarah ke
makam Rasulullah SAW yakni dengan memainkan alat musik atau permainan lainnya,
sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang seharusnya dilakukan adalah)
umat Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk menyampaikan salam kepada Rasul, berdo
di sisinya, mengharap berkah melihat makam Rasul, mendoakan serta menjawab salam
Rasulullah SAW.
(Itu semua dilakukan) dengan tetap menjaga sopan santun yang sesuai dengan maqam
kenabiannya yang mulia. (Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat-
Tathbiq, 103)[23]
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan
sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi Muhammad
SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada beliau.

2.3 AKHLAK KEPADA ORANGTUA


a. Pengertian Akhlak kepada Orang Tua
Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat.
Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu Maskawi. Akhlak adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang
mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan
pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Ayah dan Ibu baik itu dari keturunan (Nasab)
atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua orang tua adalah
nenek dan kakek dari kedua belah pihak.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan menyayangi
mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam keadaan hidup dan
dalam keadaan sudah meninggal dunia.

b. Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua


Berbakti (Al Birr) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat, berbakti kepada
kedua orang tua adalah dengan berbaik kepada keduanya, memenuhi hak-hak keduanya, dan
mentaati keduanya.
12
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23 :

Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua
Hal ini menunjukan bahwa akhlak menghormati orang tua adalah suatu hal yang sangat penting
yang dianjurkan oleh Rasulullah kepada Umatnya. Adapun akhlak anak terhadap orang tua
adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya, rendahkan
dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita hidup bersama orang tua merupakan nikmat
yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada
yang dipandang lagi.
Allah SWT telah memerintahkan supaya kita jangan menyembah selain Dia dan hendaklah Kita
berbuat baik pada Ibu Ayahmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23:

Maka janganlah Kamu mengatakan ah kepada orang tua dan janganlah membentaknya dan
ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik.
Kita juga diperintahkan oleh Allah SWT untukmerendahkanlah diri terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil".(QS Al-Isra : 24)

c. Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua

Rasulullah SAW Bersabda yang artinya:


Dari Abdullah Bin Masud berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah: Amalan apakah yang
dicintai oleh Allah Beliau menjawab: Sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian
apa Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian
apa Beliau menjawab: Jihad dijalan Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu merupakan
amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah SAW.

d. Contoh Berbakti kepada Orang Tua

Rasulullah SAW Bersabda yang artinya :

Dari Asma binti Abu Bakar ia berkata:Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita
musyrik di zaman Rasulullah . Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah dengan
mengatakan: Ibuku mendatangiku dan dia menginginkan aku (berbuat baik kepadanya),
apakah aku (boleh) menyambung (persaudaraan dengan) ibuku beliau bersabda: ya,
sambunglah ibumu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
13
Dari kutipan hadits di atas tentu kita dapat menyimpulkan bahwa Ibu adalah seseorang yang
sangat penting dalam kehidupan setiap orang dan tak ada seorangpun yang memungkiri akan
begitu besarnya jasa jasa Ibu dalam hidup manusia.

e. Berbakti kepada Orang Tua menurut Pendekatan Rasional


Semenjak awal bulan kehamilan dan menjelang kelahiran kita dijaga keselamatannya dengan
taruhan nyawa. Belaian kasih sayangnya memanjakan dan doa nya selalu menyertai kita, karena
itulah Allah mewasiatkan kepada seluruh manusia agar berbuat baik kepada Ibu. Ibu merawat
jasmani dan rohani kita sejak kecil secara langsung, ayah pun juga merawat, mencari nafkah,
membesarkan, mendidik dan menyekolahkan kita, disamping usaha ibu. Kalau mulai
mengandung sampai masa muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk),
seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak
kewajibannya, mendidik sehingga tumbuh menjadi dewasa. Namun apabila dibandingkan antara
berat tugas ibu dengan ayah, mulai dalam kandungan sampai dewasa dan sebagaimana perasaan
ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah salah apabila dikatakan
lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah.
Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya,
yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang
bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah ibu dianggap lebih mulia,
walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu
daripada ayah dalam cara memuliakan orang tua.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Luqman : 14

Artinya:Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
ayahnya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu ayahmu,
hanya kepada-Ku lah kembalimu (QS.Luqman:14)

f. Cara Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua

1. Cara Berbuat baik kepada Orang Tua yang masih Hidup


Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua
kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk
berbakti dan taat kepada ibu-ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan
perbuatan yang terpuji, ada banyak cara untuk berbakti dan bersikap sopan santun kepada orang
tua, diantaranya adalah:

a. Mentaatinya dalam hal yang ma'ruf


b. Mengikuti kemauan keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah
c. Berinfak kepada keduanya jika keduanya membutuhkannya
d. Tidak menghina keduanya
e. Meminta kerelaan orang tua ketika akan berbuat sesuatu
f. Berkata Halus Dan Mulia Kepada Ibu dan Ayah
Tetapi bagaimana jikalau kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh terhadapnya,
terkadang perintah yang di berikan oleh orang tua tidak sesuai dengan ketentuan Syariat Islam?
14
Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentangan dengan ajaran Islam yaitu
sebagai berikut:
a. Jika suatu saat Kita disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya
katakan kepada keduanya bahwasanya Allah melihat Kita.
b. Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan
ngotot, sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan
tenang dan penuh keyakinan dan percaya diri.
c. Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan
kekurangan. Jangan posisikan kedua orang tua seperti Nabi yang tak
pernah berbuat salah. Maafkan mereka, bila kita anggap cara dan perintah
orang tua bertentangan dengan hati nurani atau nilai-nilai yang kamu
yakini kebenarannya.
2. Cara Berbakti Kepada Orang tua yang Telah Meninggal
Berbakti kepada orangtua tidak hanya kita lakukan ketika orang tua masih hidup, berbakti
kepada orang tua juga dapat kita lakukan meski orang tua telah meninggal.
Rosulullah SAW bersabda yang artinya :
Seseorang bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah
keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang
tuaku. ?Rasulullah bersabda: ya, mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya,
melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim
yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang tua.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang tua yang telah meninggal
adalah sebagai berikut:
a. Merawat Jenazahnya dengan memandikan, menshalatkan dan menguburkanya.
b. Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak Adam yang ditinggalkannya.
c. Menyambung tali silaturahmi kepada kerabat dan teman teman dekatnya atau
Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
d. Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua ibu ayah.
e. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Allah dari
segala dosa orang tua kita.
g. Pahala bagi orang yang berbakti kepada Orang Tua

Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya dengan kebaikan
yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan mendapatkan pahala yang besar di akhirat, dan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pahala di Dunia
a. Dipanjangkan umurnya
b. Diperbanyak rizkinya
c. Dikabulkan doanya
d. Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya
e. Dicintai keluarganya dan tetangganya
f. Dijauhkan dari mati dalam keburukan
g. Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
h. Allah akan meridhainya

2. Pahala di Akhirat
a. Berbakti adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b. Dimasukan surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan surga
c. Penebus dosa

15
2.4 AKHLAK DI DALAM GENERASI MUDA
Dampak dari arus budaya globalisasi terhadap kaum remaja
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
negara.Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-
batas negara. (http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi)
Tapi tak selamanya dampak proses globalisasi menciptakan hal buruk, globalisasi dapat
memperngaruhi sikap masyarakat dalam bentuk positif maupun negatif. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
Sikap Positif
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama
yang bersikap kolot
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal
yang akan atau sedang terjadi.
Sikap Negatif
1) Tertutup dan was-was (apatis)
2) masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada
3) Acuh tah acuh
4) masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi
5) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi
6) dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter

Kondisi akhlak remaja saat ini dan dampak bagi masyarakat


Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan akhlak masyarakat yang diadapat dari
berbagai masyarakat.
15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar
nikah
15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya
hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia,
dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun
Diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, di mana
lebih dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15 tahun atau
kurang
Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%), disusul
kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,09%), Maret 2011

Kemorosotan akhlak di atas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:


Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk
melakukan hal yang tidak baik.
Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran memperhatikan anaknya, bisa-bisa
anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa
menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
Ingin mengikuti trend, bsia saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren,
padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah mencoba merokok dia juga akan
mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
Kurangnya pendidikan Agama dan moral.

16
Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan
berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih
transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat
mengganggu akhlak. Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat masyarakat melupakan
tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah.
Solusi tepat dalam menangani
Perkuat pemahaman Islam secara menyeleluruh, kalaupun perlu adakan mentoring setiap
minggu diantara teman teman sebaya
Pandai dalam memilih teman
Perluas wawasan keilmuan dan jaringan dalam berorganisasi
Tingkatkan peran keluarga secara lebih optimal
Sering seringlah mengingat kematian

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab ini dapat dikatakan bahwa akhlak adalah faktor
penting penentu baik buruknya seseorang. Seseorang dapat dikatakan berakhlak baik apabila ia
menjalankan dan mengamalkan perintah Allah SWT serta menerapkannya di kehidupan sehari-
hari. Akhlak tumbuh pada diri sendiri. Cara membangunnya yakni bagaimana kita berusaha
untuk membentuk akhlak baik tanpa harus tergerus zaman atau lingkungan buruk.
Memperbanyak ilmu agama juga menjadi kiat penting agar kita mengetahui dampak dari akhlak
yang buruk sehingga kita dapat menciptakan kehidupan sebagai manusia yang kian di ridhoi
Allah SWT.

17
3.2 Saran
Revolusi Akhlak harus tetap dicanangkan di berbagai platform terutama di dunia
globalisasi seperti saat ini. Tidak hanya lingkup pendidikan yang perlu mengajarkan dan
membimbing kaum muda dalam penuntunan akhlak, namun media sosial maupun kegiatan-
kegiatan diluar pendidikan harus menjadikan akhlak sebagai no.1. Membiasakan diri untuk
mempelajari sikap-sikap Rasulullah tidaklah mudah apabila di terapkan di dunia modern saat ini.
Oleh karena itu tenaga pengajar baru dan para entrepreneur-entrepreneur yang bekerja di bidang
manapun wajib mengemas revolusi akhlak yang inovatif sehingga dapat mempengaruhi
generasi-generasi muda lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mualimin, S.Pd.I. Akhlaq Kepada Allah 6 November 2016.


http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html

Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2013. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Bogor : Pustaka
Imam As-syafii.

Iyad Qodi Ibn Musa Al Yahsubi. 2002. Keagungan Kekasih Allah Muhammad Saw. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.

Abdullah Thaha Al-afifi. 2007. Sifat dan Pribadi Muhammad Saw. Jakarta : Darul
al-arabiyyah.

M. Imam Nawawi, S.PdI. 2011. Dalil Amalan Warga Nahdliyin (Nu). Diakses 6 November 2016

Salamullah, Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Vertikal. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Putra, Semarang.

Akhlak kepada Rasul. http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani


ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.

Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai Keluarga Rasulullah 6 November 2016


.http://buletinmitsal.wordpress.com/about/m/mencintai-keluarga-rasul.

19

Anda mungkin juga menyukai