Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN PULMONOLOGI & LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN RESPIRASI APRIL 2016


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Hydropneumothorax
TB paru on treatment lesi luas, BTA (-) Rontgen (+) fase lanjutan
Efusi pleura sinistra

DISUSUN OLEH :
Gabriella Jabir (C111 12 012)
A. Raisyiah Akrimah (C111 12 013)
Purwaningsih (C111 12 014)
Fitria Arianty (C111 12 015)
Reski Mulia (C111 12 016)
Awalul Ikhramiah (C111 12 042)
Atikah Zulqaidah (C111 12 908)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PULMONOLOGI & KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F

No. RM : 754432

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal Masuk : 19 April 2016

Tanggal lahir : 2 Maret 1994

Alamat : Jalan Tanggul Kota , Maros Perawatan Bagian : Gedung


Infection Center, Lantai 2

II. SUBJEKTIF
Keluhan Utama : Sesak Nafas

I. Anamnesis Terpimpin
Dialami beberapa bulan yang lalu, memberat 1 minggu
terakhir sebelum masuk RS, sesak dialami secara terus menerus,
tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Pasien merasa lebih nyaman tidur
baring ke sebelah kanan dan dengan bantal yang lebih tinggi.
Batuk ada sejak 2 tahun yang lalu disertai dengan lendir warna putih,
darah tidak ada. Demam tidak ada, riwarat demam ada, sering pada 2 tahun
yang lalu dosertai dengan keringat banyak dimalam hari. Menggigil tidak ada,
sakit kepala tidak ada, mual dan muntah tidak ada, nyeri uluhati tidak ada.
BAB biasa, warna kecoklatan, BAK lancar kesan cukup.
Riwayat penurunan BB ada sejak 2 tahun yang lalu.Riwayat kontak dengan
penderita TB ada (keluarga), Riwayat DM dan HT tidak ada. Riwayat
konsumsi OAT sejak Januari 2016

II. Status Present


Status Generalisasi : Sakit Sedang, Gizi kurang, Compos Mentis

Tinggi badan : 158 cm

2
Berat Badan : 39 kg

IMT = 15,5 kg/m2 (gizi kurang)

Status Vitalis :
T : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
P : 28 x/menit
S : 36C, axilla

III. Pemeriksaan Fisis


Mata :
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Kelopak Mata : Edema (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih
THT :
Epistaksis (-), Perdarahan telinga (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-),
lidah kotor (-)
Leher :
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : (-)
Dada :
Inspeksi :
Bentuk : Simetris kiri = kanan, normochest
Pembuluh darah : DVS R + 0 cm H2O
Sela iga : Dalam batas normal
Paru
Inspeksi
Bentuk :statis : simetris
dinamis : asimetris, hemithorax dextra tertinggal
Pembuluh darah : DVS R+0 cm H2O
Sela iga : Dalam batas normal
Palpasi :

3
Fremitus raba : menurun pada hemithorax sinistra
Nyeri tekan : (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi :
Paru : hipersonor pada medioapex dextra
pekak pada basal hemithorax dextra dan sinistra

Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Pekak
Batas Jantung: Kanan atas : sulit ditentikan
Kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kanan bawah : sulit ditentikan
Kiri bawah : ICS V linea midclavicularis
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Perut
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, massa tumor (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Hepar tidak teraba pembesaran
Lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada skoliosis
Ekstremitas :
Edema : -/-

4
Eritema Palmaris: -/-
Laboratorium:

Darah Rutin (16-04-2016)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

WBC 10,75 x103/uL 4 - 10 x 103/uL


RBC 5,22x106/uL 46 x 106/uL
HGB 12,7 g/dL 12 - 16 g/dL
HCT 41,2 % 37 48%
MCV 78,9 fl 80 97 fl
MCH 24,3 pg 26,5 33,5 pg
MCHC 30.8 g/dl 31.5 35.0 g/dl
PLT 239x 103/uL 150-400x103/uL
RDW-SD 52.7 fl 37-54 fl
RDW-CV 19,2 % 10-15
PDW 17,2 fl 10-18
MPV 10,8 fl 6.5-11
P-LCR 33,4% 13-43
PCT 0.26 % 0.15 - 0.50
NRBC 0.00 X 103/uL 0.00-99.9
NEUT 8,43 x 103/uL 52 - 75
78.4%
LYMPH 1,43 x 103/uL 20- 40
13,3%
MONO 0.53 x 103/uL 2- 8
4.9%

Fungsi Hati(16-04-2016)
Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Pemerikaan
SGOT 49 U/L < 38 U/L
SGPT 16 U/L < 41 U/L

5
Fungsi Ginjal (16-04-2016)
Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Pemerikaan
Ureum 39 mg/dL 10-50 mg/dL
Creatinin 0,75 mg/dL <1,1 U/L

Elektrolit (16-04-2016)

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan

Natrium 143mmol/L 136 - 145 mmol/L


Kalium 4,2 mmol/L 3,5 5,1 mmol/L

Klorida 109 mmol/L 97 111 mmol/L

Pemeriksaan Sputum (21-04-2016)

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan


BTA 1 negatif negatif
BTA 2 negatif negatif
BTA 3 negatif negatif

Foto thorax X-Ray PA :

6
- Hiperlusen avaskuler pada lapangan atas
sampai tengah hemithorax dextra dengan
pleural white line disertai perselubungan
homogen pada lapangan paru bawah
hemithorax dextra yang menutupi sinus,
diafragma dan batas kanan jantung yang
membentuk gambaran air fluid level
- bercak- bercak pada lapangan atas paru
kanan disertai garis-garis fibrosis yang
meretraksi hilus ke kranial
- Cor sulit dinilai, aorta normal
- Sinus dan diafragma kiri berselubung
- Tulang tulang intak
- Kesan :hydropneumothorax dextra + efusi
pleura sinistra minimal + tb paru lama aktif lesi luas

Foto Thorax X-Ray PA post WSD

- Chest tube trepasang pada hemithorax


dextra dengan tip setinggi costa IX
kanan belakang

- Perselubungan homogen pada kedua


hemithorax yang menutupi kedua
sinus dan diafragma

- Masih tampak sedikit bayangan


hiperlusen avaskular pada
hemithorax dextra

- Bercak berawan pada kedua


lapangan paru disertai garis garis fibrosis yang meretraksi hilus

7
- Cor dan aorta kesan normal

- Tulang tulang intak

- Kesan : efusi pleura bilateral dengan sedikit udara bebas pada hemithorax
dextra (dibandingkan foto thorax tgl 18-04-16 : perbaikan)

tb paru lama aktif lesi luas

Chest tube terpasang dengan tip setinggi costa IX kanan belakang

ASSESSMENT
Hydropneumothorax
TB paru on treatment lesi luas, BTA (-) Rontgen (+) fase lanjutan

IV. PLANNING
Pengobatan:
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
2. Oksigen 2-3 lpm via nasal kanul
3. cefepim 1 gram/12 jam/IV
4. OAT fase lanjutan: 2 FDC 3 tab/24jam/oral
5. Codein 10 mg/8jam/oral

Rencana Pemeriksaan :
Sputum BTA 3x, gram, Jamur, kultur dan sensitivitas AB
WSD + analisa cairan pleura

PROGNOSIS
Ad Functionam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Vitam : Dubia

8
RESUME
Seorang perempuan berusia 22 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak napas yang dialami beberapa bulan yang lalu, memberat 1 minggu
terakhir sebelum masuk RS, sesak dialami secara terus menerus, tidak
dipengaruhi oleh aktivitas. Pasien merasa lebih nyaman tidur baring ke sebelah
kanan dan dengan bantal yang lebih tinggi.
Batuk ada sejak 2 tahun yang lalu disertai dengan lendir warna putih,
darah tidak ada. Demam tidak ada, riwarat demam ada, sering pada 2 tahun
yang lalu dosertai dengan keringat banyak dimalam hari. Menggigil tidak ada,
sakit kepala tidak ada, mual dan muntah tidak ada, nyeri uluhati tidak ada.
BAB biasa, warna kecoklatan, BAK lancar kesan cukup.
Riwayat penurunan BB ada sejak 2 tahun yang lalu.Riwayat kontak
dengan penderita TB ada (keluarga), Riwayat DM dan HT tidak ada. Riwayat
konsumsi OAT sejak Januari 2016.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
80x/menit, pernapasan 28x/menit suhu axilla 36C. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan thorax asimetris, hemithorax dextra tertinggal. Pemeriksaan Vocal
fremitus menurun pada hemithorax sinistra, dari perkusi didapatkan hipersonor
pada medioapex dextra dan pekak pada basal hemithorax dextra dan sinistra.
Dari auskultasi didapatan bunyi pernapasan vesikuler dan menurun pada
hemithorax dextra. Foto thorax memperlihatkan hiperlusen avaskuler pada
lapangan atas sampai tengah hemithorax dextra dengan pleural white line
disertai perselubungan homogen pada lapangan paru bawah hemithorax dextra
yang menutupi sinus, diafragma dan batas kanan jantung yang membentuk
gambaran air fluid level. Bercak-bercak pada lapangan atas paru kanan disertai
garis-garis fibrosis yang meretraksi hilus ke cranial. Cor sulit dinilai, aorta
normal. Sinus dan diafragma kiri berselubung, tulang-tulang intak. Kesan
hydropneumothorax dextra + efusi pleura sinistra minimal + tb paru lama aktif
lesi luas.
Pada tanggal 22 April 2016 dilakukan pemasangan Water Shield
Drainage (WSD) di ICS V linea axilaris medius kanan sedalam 12cm. keluar
udara, cairan ada warna kuning jernih 800cc unduasi ada, bubble tidak ada.
Pada tanggal 23 April 2016 produksi WSD 200cc. Pada tanggal 26 April 2016
produksi WSD 200cc, dilakukan foto thorax setelah pemasangan WSD dengan
gambaran chest tube terpasang pada hemothorax dextra dengan tip setinggi
costa IX kanan belakang. Perselubungan homogen pada kedua hemithorax
yang menutupi kedua sinus dan diafragma. Masih tampak sedikit bayangan

9
hiperlusen avaskular pada hemithorax dextra. Bercak berawan pada kedua
lapangan paru disertai garis-garis fibrosis yang meretraksi hilus. Cord an aorta
kesan normal. Tulang-tulang intak. Kesan: efusi pleura bilateral dengan sedikit
udara bebas pada hemithorax dextra (dibandingkan foto thorax tanggal 18:
perbaikan). TB paru lama aktif lesi luas. Chest tube terpasang dengan tip
setinggi costa IX kanan belakang. Pada tanggal 27 April 2016 produksi WSD
50cc. Pada tanggal 29 April 2016 produksi WSD sudah tidak ada.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan makan diagnosis pasien ini adalah
hydropneumothorax, TB Paru BTA (-) Fase lanjutan, efusi pleura sinistra.

FOLLOW UP HARIAN

Tgl 19/04/2016 S : batuk sejak 1 tahun yang lalu P:


dirasakan memberat dalam beberapa O2 2lpm via nasal kanul
minggu terakhir. Lendir warna hijau, OAT 4 FDC 1x3 tab
Ceftazidim 1 gr/12j/IV
kental sesak napas ada. Demam tidak
ada. Riw.demam tinggi dan Plan:
menggigil ada, tidak terus menerus. Tunggu hasil CT-scan
Mual dan muntah tidak ada. Nafsu thorax
makan menurun. BAK lancer dan Kultur sputum dan
BAB biasa. Pasien sementara minum sesitivitas M. Tb
OAT bulan ke 4 (BTA -) Rencana rawat IC lantai 2
O: anemis tidak ada, ikterik tidak jika CT-Scan thorax sudah
ada. DVS R + 0 cm h2o. thorax : BP ada
bronchovesikular, ronchi mediobasal Rapid HIV
dextra, wheezing tidak ada. Bunyi
napas menurun diseluruh hemithorax
dextra. Vocal fremitus kanan
menurun. Peristaltic normal. Edem
extremitas tidak ada.
A: susp. Empiema pulmonal
dd/hydropneumothorax
Tb paru on treatment lesi luas bta
negatif rontgent positif status hiv (?)
suspek infeksi sekunder
20/4/2016 S: batuk masih ada disertai lender P:
warna hijau O2 2-3 lpm via nasal

10
Sesak nafas ada kanul
Sementara terapi OAT bulan ke-6 OAT fase lanjutan 4 FDC
O: anemis tidak ada 1x3 tab
Ronkhi mediobasal paru dextra Codein 10mg/8jam/oral
BP menurun paru dextra Neurodex tab/24jam/oral
A: suspek hydropneumothorax Ceftazidime 1 gr/12j/IV
TB paru on treatment lesi luas
Suspek CAP Plan:
Kultur sputum dan
sesitivitas OAT
VCT tunggu hasil

21/4/2016 S: batuk ada, sesak nafas ada P:


O: anemi tidak ada O2 2-4 lpm via nasal
Ronkhi mediobasal paru dextra kanul
BP menurun paru dextra OAT fase lanjutan 2 FDC /
A: suspek hydropneumothorax 3tab/48jam/oral
TB paru on treatment lesi luas Codein 10mg/8jam/oral
CAP Neurodex tab/24jam/oral
Ceftazidime 1 gr/12j/IV

Plan:
Kultur sputum dan
sesitivitas OAT
VCT tunggu hasil
Evaluasi untuk
pemasangan WSD

22/4//2016 S: batuk ada, sesak nafas berkurang P:


O: anemi tidak ada O2 2-4 lpm via nasal
Ronkhi mediobasal paru dextra kanul
BP menurun paru dextra OAT fase lanjutan 2 FDC /
A: suspek hydropneumothorax 3tab/48jam/oral
TB paru on treatment lesi luas Codein 10mg/8jam/oral
CAP Neurodex tab/24jam/oral
Ceftazidime 1 gr/12j/IV

Plan:
Kultur sputum dan
sesitivitas OAT
Rencana pasang WSD hari

11
ini

23/4//2016 Telah dilakukan pemasangan WSD di Produksi cairan WSD


ICS V linea axillaris medius kanan kuning keruh sekitar 800
sedalam sekitar 12 cm. Keluar udara cc
ada, cairan ada, warna kuning jenih Alirkan max 1200/24jam
sekitar 400 cc undulasi ada, bubble 200cc/4jam
Takar produksi
tidak ada
WSD/24jam
Plan:
Foto thorax PA/lateral post
pemasangan WSD
Ketorolac 30mg/8jam/IV

24/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri post P:


pemasangan WSD O2 2-4 lpm via nasal
O: anemi tidak ada kanul
Ronkhi mediobasal paru dextra OAT fase lanjutan 2 FDC /
Bunyi pernapasan menurun pada 3tab/48jam/oral
paru kanan basal Codein 10mg/8jam/oral
WSD: 200cc/4jam Neurodex tab/24jam/oral
A: hydropneumothorax dextra on Ceftazidime 1 gr/12j/IV
WSD
TB paru on treatment lesi luas Plan:
CAP Kultur sputum dan
sesitivitas OAT
Takar evaluasi WSD/24
jam

25/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri post P:


pemasangan WSD O2 2-4 lpm via nasal
O: anemi tidak ada kanul
Ronkhi mediobasal paru dextra OAT fase lanjutan 2 FDC /
Bunyi pernapasan menurun pada 3tab/48jam/oral
paru kanan basal Codein 10mg/8jam/oral
A: hydropneumothorax dextra on Neurodex tab/24jam/oral
WSD Ceftazidime 1 gr/12j/IV
TB paru on treatment lesi luas
CAP Plan:
Kultur sputum dan
sesitivitas OAT

12
Takar evaluasi WSD/24
jam

26/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri post P:


pemasangan WSD O2 2 liter via nasal kanul
O: anemi tidak ada OAT fase lanjutan 2 FDC /
Ronkhi mediobasal paru dextra 3tab/48jam/oral
Bunyi pernapasan menurun pada Codein 10mg/8jam/oral
paru kanan basal Neurodex tab/24jam/oral
Jantung 1 & 2 reguler Ceftazidime 1 gr/12j/IV
WSD: 200cc
A: hydropneumothorax dextra on Plan:
Kultur sputum dan
WSD
TB paru on treatment lesi luas sesitivitas OAT
Takar evaluasi WSD/24
jam

27/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri post P:


pemasangan WSD O2 2 liter via nasal kanul
O: anemis tidak ada OAT fase lanjutan 2 FDC /
Ronkhi mediobasal paru dextra 3tab/48jam/oral
Bunyi pernapasan menurun pada Codein 10mg/8jam/oral
paru kanan basal Neurodex tab/24jam/oral
Jantung 1 & 2 reguler Cefepime 1 gr/12jam/IV
WSD: 50cc
A: hydropneumothorax dextra on Plan:
Kultur sputum dan
WSD
TB paru on treatment lesi luas sesitivitas OAT
Takar dan evaluasi WSD

28/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri P:


tempat pemasangan WSD O2 2 liter via nasal kanul
O: anemis tidak ada OAT fase lanjutan 2 FDC /
Ronkhi mediobasal paru dextra 3tab/48jam/oral
Bunyi pernapasan menurun pada Codein 10mg/8jam/oral
paru kanan basal Neurodex tab/24jam/oral
Jantung 1 & 2 reguler Cefepime 1 gr/12jam/IV
WSD: 50cc
A: hydropneumothorax dextra on Plan:
Kultur sputum dan

13
WSD sesitivitas OAT
TB paru on treatment lesi luas Takar dan evaluasi WSD

29/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri P:


tempat pemasangan WSD O2 2 liter via nasal kanul
O: anemis tidak ada OAT fase lanjutan 2 FDC /
Ronkhi mediobasal paru dextra 3tab/48jam/oral
Bunyi pernapasan menurun pada Codein 10mg/8jam/oral
paru kanan basal Neurodex tab/24jam/oral
Jantung 1 & 2 reguler Cefepime 1 gr/12jam/IV
A: hydropneumothorax dextra on
Plan:
WSD
Takar dan evaluasi WSD
TB paru on treatment lesi luas

30/4//2016 S: sesak napas berkurang, nyeri P:


tempat pemasangan WSD O2 2 liter via nasal kanul
O: anemis tidak ada OAT fase lanjutan 2 FDC /
Ronkhi mediobasal paru dextra 3tab/48jam/oral
Bunyi pernapasan menurun pada Codein 10mg/8jam/oral
paru kanan basal Neurodex tab/24jam/oral
Jantung 1 & 2 reguler Cefepime 1 gr/12jam/IV
A: hydropneumothorax dextra on
Plan:
WSD
Takar dan evaluasi WSD
TB paru on treatment lesi luas

14
PEMBAHASAN

Hydropneumothoraks

Definisi

Hydropneumothoraks adalah istilahyang diberikan padapneumotoraks yang

bersamaan dengan hydrothorax(yaituudara dancairan) dalamrongga pleura atau

pengumpulan cairan dan gas di dalam rongga pleura. (22,23)

Etiologi

Hydropneumothoraks dapat disebabkan oleh Malignant pleural

mesothelioma yang merupakan karsinoma yang sering didapatkan. Namun,

insidennyameningkat dandiperkirakan akan mencapai puncaknyadi Inggris padatahun

2015.Tumor inipaling seringmemberikan gambaran klinisdengansesak napas, nyeri

dada, danefusi pleurapada gambaran foto toraks. Pada beberapa kasus,

mungkinmunculdenganpneumotoraks; Namun, hydropneumothoraksspontanjarang

terjadi. Penyebabnya juga masih kurang jelas, namun dicurigai karena rupture dari

tumor yang nekrosis pada kasus sarcoma metastasis. Hydropneumothoraksjuga dapat

terjadi secaraiatrogenicmelaluiterpaparnya ke udara dalamrongga

pleuraselamathoracocentesis. Atau juga hydropneumothoraksdapat disebabkan oleh

hal lain termasukfistulabronkopleural, traumatoraks, dan jarangempiema. Penyebab

15
hydropneumothoraksdapat diindikasikan denganmelihat riwayat penyakit,

meskipuninformasitambahan mungkindiperoleh melaluipencitraandenganCTdaridada.

penatalaksanaan lebih lanjutdanmanajemenhydropneumothoraksdengan drainase dan

membawa sampel dari carian pleura untuk pemeriksaan laboratorium.(24)

Gambaran Radiologi

Hydropneumothoraksbiasanya diidentifikasi berdasarkan foto toraks PA dan

lateral tetapi juga dapat terlihat pada CT-Scan dan bisa juga menggunakan ultrasound.

Normalnya terdapat cairan dalam jumlah sedikit 5-15 ml pada ruang antarpleura

untuk mengurangi gesekan. Cairan pleura yang berlebih biasanya diakibatkan karena

ketidakseimbangan antara produksi dan absrobsi yang mengarah pada proses

patologi.(25)

a. Foto Thoraks

Pada hydropneumothoraksgambaran meniskus tidak terlihat karena adanya

udara yang terjebak yang mengarah ke peningkatan tekanan intratorakal. Sehingga

membatasi cairan pada kavum pleura dan menghasilkan gambaran air fluid yang

datar. Untuk membedakan antara hidropneumotoraks dan simple efusi pleura sangat

penting karena terapi yang sesuai hidropneumotoraks sangat membutuhkan lokasi

yang spesifik dari dua chest tube. Satu untuk drainase cairan dan chest tube lainnya

untuk mengeluarkan udara, sedangkan efusi pleura hanya membutuhkan satu chest

tube.(25)

16
Temuan-temuan mendasar seperti gambaran air fluid level pada foto toraks

sangat penting untuk mendiagnosa hydropneumothorakskarena merupakan petunjuk

penting adanya pneumotoraks. Adanya gambaran meniskus membedakan antara

simple efusi pleura dari hydropneumothoraks.(25)

Gambar 2.15 Area radiolusen yang luaspada lapangan atas dan tengah paru kiri
dengan batas antara udara-cairan yang tegas .(26)

b. CT-Scan Thoraks
Pada CT-Scan thoraks, dapat menunjukkan gambaran paru yang

kolaps, disertaigambaran efusi pleura dan pneumothoraks. Pada foto juga

dapat terjadi gambaran pergeseran mediastinum.(27)

17
Gambar 2.16Gambaran hydropneumothoraks pada hemithoraks kanan disertai kolaps paru-
paru kanan(28)

Diagnosis Banding

Abses Paru
Definisi

Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru

yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam

parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru dapat disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme yaitu kelompok bakteri anaerob (Bacteroides melaninogenus,

Bacteroides fragilis, dan lain-lain), kelompok bakteri aerob (Staphylococcus aureus,

Kliebsiella pneumonia, dan lain-lain).(29)

Radiologi :

Foto Thoraks
Foto thorax PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan

bentuk abses paru. Pembentukan abses dapat diawali sebagai daerah

konsolidasi pneumonik (khususnya oleh Staphylococcus aureus atau

Kliebsiella pneumonia) dengan diikuti oleh pembentukan kavitasi. Batas

cairan sering terlihat didalam abses.(29,30)


Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menunjukkan gambaran opak

dari satu atau lebih segmen paru,atau hanya berupa gambaran densitas homogen

18
yang berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radiolusen dalam

bayangan infiltrate yang padat.2


Bila abses mengalami rupture, akan terbentuk drainase abses yang tidak sempurna

kedalam bronkus, maka baru akan tampak kavitas ireguler dengan batas cairan

dan permukaan udara (air fluid level) didalamnya. Abses paru akibat pneumonias

aspirasi biasanya terletak pada segmen posterior lobus atas atau segmen superior

lobus bawah paru kanan.(29,31)

Gambar 2.19 Gambar abses hepar yang mengalami rupture, akan terbentuk drainase abses
yang tidak sempurna kedalam bronkus, maka baru akan tampak kavitas ireguler dengan batas
cairan dan permukaan udara (air fluid level) didalamnya(32)


Pemeriksaan CT-Scan
CT-scan bisa menunjukkan tempat lesi yang menyebabkan obstruksi
endobronkial, dan gambaran abses tampak seperti massa bulat dalam paru
dengan kavitasi sentral.(29)

19
Gambar 2.20 CT Scan pada paru-paru, Nampak massa bulat dengan kavitas berdinding
tebal pada paru ( panah hitam), terdapat air fluid level dalam kavitas (panah putih), terdapat
reaksi inflamasi disekitar kavitas (panah kuning) (32)

20
Efusi Pleura
Defenisi
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam

rongga pleura atau akumulasi cairan yang tidak normal dirongga pleura. Efusi pleura

dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena

pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan

kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Transudasi juga

dapat terjadi pada hipoproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal. (19)

Insiden
Distribusipenyakitpenyebab efusipleura tergantung pada studi populasi. Pada

pasiendengangagal jantungkongestif, kejadianefusi pleuramencapai 58% sampai 88%

. Efusijuga terdapatdi 67% daripasien dengan penyakitperikardial.(20,21)

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisis

yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui pungsi percobaan, biopsy, dan analisa

cairan pleura.(21)

Gambaran radiologi :

Meskipunefusi pleuradapat dilihatpadafoto toraks posisi supine,

modalitaspencitraanpilihanadalahfoto thorakstegakatau lateral. Manifestasipaling

21
umum dari efusi pleura pada radiografi tegak adalah tingkat cairan dalam hemithorax

tersebut. Dalam jumlah kecilcairan pleura dapat bermanifestasi sebagai meniskus

yang menumpulkan sudut kostofrenikus pada proyeksi PA . Efusi yang kecil juga

dapat divisualisasikan dalam sulkus posterior pada film lateral. Setidaknya1 75 ml

cairan yang dibutuhkan untuk efusi yang akandivisualisasikanpadaradiografipolos,

sedangkan efusi pleura luas mungkin sepenuhnya berdensitas opak pada hemithorax

tersebut.(21)

Foto thoraks (X Ray)


Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk

bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian

medial. Bila permukaanya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara

dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri.

Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan

adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral

dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi.(20)

22
Gambar 2.12Efusi pleura dextra pada wanita berumur 56 tahun. Efusi yang tidak diketahui
penyebabnya.(20)

USG

Pemeriksaan dengan USG pada pleura dapat menetukan adanya cairan dalam

rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penuntun waktu melakukan

aspirasi cairan terutama pada efusi yang terlokalisasi.(20)

Gambar 2.13 USG dasar paru-paru kanan menunjukkan ruang anechoic

besar yang konsisten dengan efusi pleura tanpa komplikasi (20)

CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dada dapat membantu. Adanya perbedaan densitas

cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat memudahkan dalam menentukan adanya

efusi pleura. Pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
(20)

23
Gambar 2.14 CTscan menunjukkan adaefusi pleurakecil

diposteriorkostofrenikusbilateral(21)

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 2011; Hal. 1257.
2. Scanlon, Valerie C. Tinasander. The Respiratory System. Library of Congress
in Publication. 2010. Hal. 344-352.
3. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel Ke Sisitem Edisi 6. Jakarta :
EGC. 2011; Hal. 411-458.
4. Davey, Patrick. Atlas of Netter : Anatomy of Lung. 2011. Hal. 186-187, 190,
192-193.
5. Guyton dan Hall . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta :
EGC.2013; Hal. 343-371.
6. SnellRS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Editor; Liliana
Sugiharto. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2008; Hal. 90-91.
7. Faiz, Omar. Moffat, David. Anatomy of Glance. Blacwall Science. Pg. 14-16.
8. Pratomo IP, Yunus F. Anatomi dan Fisiologi Pleura.Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/RSUP Persahabatan, Jakarta, Indonesia. 2013. Hal. 407-412.
9. Anatomy and Physiology of the Lungs.Center of Asbestos Releated Desease.
Montana. 2014. Hal. 1-6.
10. Wilson LM. Penyakit Pernapasan Restriktif. In: Price SA, Wilson LM, editors.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. 6 ed. Jakarta: EGC; 2006.
p. 799-802.
11. Hisyam B, Budiono E. Pneumotoraks Spontan. In: W.Sudoyo A, Setiyohadi B,
Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2339-2343.
12. Fildes J, Meredith JW. Trauma Toraks. In: Fildes J, Meredith JW, editors.
ATLS. 8 ed. America: American College Of Surgeons; 2008. p. 106.
13. Murtala B. Toraks Nontrauma. In: Murtala B, editor. Radiologi Trauma dan
Emergensi. Makassar: Hasanuddin University Press. p. 136.
14. Jain DG, Gosavi SN, Jain Dhruv D. Understanding and Managing Tension
Pneumothorax. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine, Volume 9,
No.1, January-March, 2008.
15. Holmes EJ, Misra RR. Thorax. In: Holmes EJ, Misra RR, editors. A-Z of
Emergency Radiology. Cambridge: Cambridge University Press; 2004. p. 55.

25
16. Yilmaz, Adnan dkk. Iatrogenic Pneumothorax : Insidence and Evaluation of
the Therapy. Turkish Respiratory Journal, August 2002, Vol.3, No.2
17. Oh LCW. Pneumothorax. Available at: URL:
http://radiopaedia.org/cases/pneumothorax-15. Accessed 15 Desember, 2014.
18. Hilton, Andrew. Lung Ultrasound in ICU. Available at : URL:
http://www.slideshare.net/ICNVictoria/icn-victoria-hilton-on-lung-uss
Accessed 18 Desember 2014
19. Khairani R, Syahruddin E, Gardenia L. Karakteristik Efusi Pleura di Rumah
Sakit Persahabatan. Jurnal Respirasi Indonesia 2012;32:155-160.
20. Tsuei BJ, Lyu PE. In: Tsuei BJ, Lyu PE, editors. Chest radiography; 2002. p.
190.
21. Halim H. Penyakit Penyakit Pleura. In: W.Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, K
MS, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. p. 2329-2330.
22. Rubens MB, Padley SPG. The Pleura. In: Sutton D, editor. Textbook Of
Radiology and Imaging. China: Elsevier Science; 2003. p. 89.
23. D.Novak P. In: Nuswantari D, editor. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 25
ed. Jakarta: EGC; 1998. p. 521.
24. Yuranga. Hydropneumothorax. Available at: URL:
http://radiopaedia.org/articles/hydropneumothorax. Accessed 13 Desember,
2014.
25. ENS Reed, Aaron. Hydropneumothoraks verses Simple
Pneumothoraks.Radiology Corner. Military Medicine Radiology Corner,
Volume 175, August, 2010.
26. Shetty A. Hydropneumothorax. Available at: URL:
http://radiopaedia.org/cases/hydropneumothorax-6. Accessed 13 Desember,
2014.
27. Cuete, David. Hydropneumothorax. Available at: URL:
http://radiopaedia.org/cases/hydropneumothorax-7. Accessed 18 Desember
2014
28. Lazzar, Carrinpar. Pneumothorax Ex-vacuo or trapped lung in the setting of
hepatic hydrothorax. Available at: URL:

26
http://openi.nlm.nih.gov/detailedresult.php?img=3538609_1471-2466-12-78-
2&req=4 Accessed 18 Desember 2014
29. Rasyid A. Abses Paru. In: W.Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S,
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5 ed. Jakarta: Interna Publishing;
2009. p. 2323-2328.
30. Patel PR. In: Patel PR, editor. Lecture Note Radiologi. Jakarta: Erlangga
Medical Series; 2007. p. 55.
31. Djojodibroto D. In: Djojodibroto D, editor. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.
p. 143-144.
32. Sharma. Lung Abcess. Available at : URL:
http://www.learningradiology.com/archives2008/COW%20306Lung
%20abscess/lungabscesscorrect.html. Accessed 18 Desember 2014

27

Anda mungkin juga menyukai