Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya ontinuitas tulang dan tenditentukan
sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Smeltzer, 1977).
Fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang ormal yang terjadi
karena tekanan pada tulang yang berlebihan (Swearingen, 1996)
Jadi, Fraktur adalah terputusnya ontinuitas tulang karena
mendapatkan tekanan yang berlebih yang ditentukan sesuai jenis dan
luasnya

B. Klasifikasi
1. Berdasarkan perluasannya fraktur diklasifikasikan menjadi:
a. Fraktur Komplit
Terjadi apabila seluruh tubuh tulang patah/kontinuitas jaringan luas
sehingga tulang terbagi dua bagian dari garis patahnya
menyeberangi dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga mengenai
seluruh korteks.
b. Fraktur Inkomplit
Diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patahan tidak
menyeberang sehingga masih ada korteks yang utuh.
2. Berdasarkan bentuk jenis patahan, fraktur dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Fraktur Union atau Transversal
Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur ini segmen tulang yang patah direposisi
direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen itu akan stabil
dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
b. Fraktur Oblik
Fraktur yang garis patahannya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
c. Fraktur Spiral
Fraktur yang hanya menimbulkan sedikit kerusa semacam ini
cenderung cepat sembuh dengan mobu.
d. Fraktur Green Stick
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. korteks
tulang sebagian masih utuh, demikian juga puriotaum.
e. Fraktur Kompresive
Fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya.
3. Berdasarkan hubungan fragmen tulang dan jaringan di sekitar
dibedakan menjadi:

1
a. Fraktur Tertutup
Fraktur yang fragmen tulangnya tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
b. Fraktur Terbuka
Fraktur yang fragmen tulangnya pernah berhubungan dengan dunia
luar dimana kulit dari ekstremitas telah ditembus.
c. Fraktur Komplikata
Fraktur yang disertai kerusakan jaringan saraf, pembuluh darah atau
organ yang ikut terkena
d. Fraktur Patologis
Fraktur yang disebabkan oleh adanya penyakit lokal pada tulang
sehingga kekerasan dapat menyebabkan fraktur terjadi pada daerah-
daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau
proses patologi lainnya.
4. Berdasarkan jumlah garis patah, fraktur dibedakan menjadi:
a. Simple Fracture
Bila terdapat satu garis patah
b. Communitive Fracture
Bila garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan/bertemu
c. Segmental Fracture
Bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan dengan
pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang sama.

C. Etiologi
1. Trauma Langsung
Benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius
dan ulna, patah tulang pada tempat benturan.
2. Trauma Tidak Langsung
Jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan patah tulang
klavikula, patah tulang tidak pada tempat benturan melainkan oleh
karena kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang dan terjadinya
fraktur di tempat lain.
3. Etiologi lain
a. Trauma tenaga fisik (tabrakan, benturan)
b. Penyakit pada tulang (proses penuaan, kanker tulang)
c. Degenerasi spontan

D. Manifestasi Klinis
1. Deformiitas, mungkin terdapat bentuk pada lokasi yang terkena.
2. Fungtiolaesia.
3. Nyeri tekan
4. Nyeri bila digerakkan.
5. Krepitasi: dirasakan pada tulang fraktur yang disebabkan oleh
pergeseran dua segmen (suara gemeretak).
6. Bengkak akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti.
7. Spasme otot

E. Fatofisiologi

2
Patah tulang akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan haematum pada medulla antara tepi tulang di bawah
periosteum yang berfungsi sebagai pelindung dan regenrasi tulang dengan
tulang yang mengatasi fraktur. Terjadi respon inflamasi akibat sirkulasi
jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan
leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap
awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan
tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk ke
dalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom
menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanana
kafiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang hiskemik
kemudian menyebabkan terjadinya edema, edema yang terbentuk akan
menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bisa menimbulkan
syndrom compertement.

Wev of Coution
Trauma langsung (WOC Trauma tidak langsung Kondisi patologis

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang Pergeseran frakmen tulang Nyeri

Perub jaringan sekitar Kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag Tlg Laserasi kulit: Spasme otot Tek.Ssm tlg Tinggi dr kapiler

Kerusakan
Integritas Putus vena/arteri Peningk.tek kapiler Reaksi stres klien
kulit
deformita
perdarahan Pelepasan histamin Melepaskan katekolamin
gg.fungsi
Protein plasma hilang Memobilisasi asam lemak
Kehilangan volume cairan
edema emboli
Gg mobilitas
fisik
Shock Penekn pem.drh
hipovolemik Menyumbat pembuluh drh
Penurunan perfusi jar
3

gg. perfusi jar


Tindakan

Imobilisasi Amputasi
Reduksi Fraktur

Reduksi
tertutup Traksi
Reduksi
terbuka

Pengembalian
Posisi tlg Efek reduksi &
imobilisasi Alat fiksasi
interna
Manipulasi & Nyeri
trkasi manual
Kurangnya
informasi Risiko
Cemas terhdp
Infeksi
Nyeri status kes

Kurang
pengetahuan Antsietas

F. Pemeriksaan Penunjang Kehilangan


1. Sinar X (Rontgen) ekstremitas
Dapat melihatFiksasi
gambar fraktur, deformitas,
Fiksasilokasi dan tipe.
2. Antegram/Manogram
Interna eksterna
Menggambarkan arus vaskularisasi
3. CT Scan, MRI, Scan tulang, homogram
Untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks Gang.
Implant Gips, bidai Mob. Fisik
4. Pemeriksaan Lab (DL)
logam
Untuk pasien fraktur yang perlu diketahui: HB, Hematokrit (sering
rendah karena perdarahan), WBC (kadang meningkat karena proses
Intoleransi
Risiko aktivitas
infeksi). infeksi
5. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatimin untuk klirens ginjal.

G. Penatalaksanaan Medis
1. REPOSISI
Berarti pengembalian pragmen tulang terhadap pisisi semula.

4
a. Reposisi tertutup, dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang reposisinya dengan memanipulasi dan traksi manual.
b. Reposisi terbuka dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direposisi.
2. IMOBILISASI
Untuk mempertahankan reposisi sampai tahap penyembuhan
a. Konsevatif fikasi eksterna
Alatnya: gips, bidai, traksi
b. ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Alatnya: pen, flat, screw.
c. REHABILITASI
Pemulihan kembali/pengembalian fungsi dan kekuatan normal
bagian yang terkena.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian (Sesuai Pengkajian Keperawatan pada From. 4 RI
DEWASA/IRM-01).
1. Keadaan umum
a. Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
b. Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
c. Tachikardi
d. Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
e. Capilary refil melambat
f. Pucat pada bagian yang terkena
g. Masa hematoma pada sisi cedera
2. Riwayat keperawatan
a. Perdarahan
b. Perubahan warna
c. Pembengkakan lokal
3. Psikososial
a. Kemungkinan terjadi kecemaasan
4. Penilaian resiko jauh
a. Pengkajian risiko jatuh didapatkan skala sedang sampai dengan
tinggi
5. Kebutuhan komunikasi dan pengajaran
a. Edukasi tentang perawatan dan tindakan invasif
6. Ketergantungan saat melaksanakan ADL
a. Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
b. Keterbatasan mobilitas
7. Nyeri/kenyamanan
a. Nyeri tiba-tiba saat cidera
b. Spasme/kram otot
c. Kesemutan
d. Deformitas, krepitasi, pemendekan
e. Kelemahan
8. Pernafasan
a. Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas
b. Timbulnya pernasapasan yang sulit dan/atau tak teratur
c. Suara nafas terdengar ronchi/aspirasi
9. Integritas kulit/luka
a. Laserasi kulit
10. Status nutrisi

5
a. Sebagian besar tidak ada masalah
11. Eliminasi
a. Sebagian besar tidak ada masalah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2. Resiko/gangguan integritas kulit berhubungan dengan actor eksternal
atau factor internal
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi tentang
penyakit yang diderita
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
6. Resiko injuri
7. Resiko infeksi

C. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah memprioritaskan diagnose
keperawatan, menentukan hasil akhir keperawatan, klien,
mengidentifikasi tindakan keperawatan dank lien yang sesuwai dan
rasional ilmiahnya, dan menetapkan asuhan keperawatan,tahap
perencanaan adalan prioritas masalah. Prioritas masalah berdasarkan
masalah yang mengancam jiwa pasien, tahap kedua adalah rencana
prioritas (Deden Darmawan, 2012)

D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalan
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
keperawatan mandiri dan kolaborasi. Pelaksanaan keperawatan
disesuwaikan dengan rencana keperawatan. (Tarwoto dan Watonah 2010
: 7)

E. Evlauasi
1. Dx1 : nyeri terkontrol
2. Dx2 : integritas kulit klien utuh dan terjaga
3. Dx3 : gangguan mobilitas fisik teratasi
4. Dx4 : pengetahuan adekuat
5. Dx5 : aktifitas toleran
6. Dx6 : tidak mengalami injury
7. Dx7 : tidak ada faktor risiko infeksi

6
DISCHARGE PLANING

1. Medication (obat) : memberitahukan ke klien dan keluarga tentang obat-obat


yang harus dilanjutkan diminum atau konsumsi di rumah seperti obat
antibiotik, analgetik dan lain-lain.
2. Environmet (lingkunga) : memberiktahukan untuk menjaga kebersihan
lingkungan jenis-jenis makanan dan kebersihan makanan.
3. Treatment (Pengobatan): memberitahukan klien dan keluarga bahwa
pengobatan dapat dilanjutkan setelah klien pulang yang bisa dilakukan oleh
klien atau anggota keluarga
4. Healt Taching (Pengajaran Kesehatan) : memberikan KIE kepada klien dan
keluarga untuk melatih rentang gerak
5. Outpatient Refferal : memberitahukan ke klien dan keluarga tentang tanda
kesakitan dan infeksi dalam penyembuhan luka untuk segera mengajak ke
palayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas, Rumahsakit atau dokter
praktek swasta.
6. Diet : Anjurkan untuk makanan yang banyak mengandung omega 3 seperti
salmon dan mengkonsumsi tinggi protein.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta


EGC.
Price, SA, Wilson, LM (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit. Buku
Pertama Edisi 4. Jakarta EGC
Smeltzer, Bare (1977). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Bruner &
Suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC.

7
Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai