Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Klien pada kasus kelolaan yang kelompok ambil mengalami kecelakaan bertabrakan
dengan sepeda motor yang berlawanan arah. Ketika kecelakaan klien tidak sadarkan diri .
Klien di rawat di RSUP dr. Kariadi Semarang pada tanggal 3 Februari 2017. Klien
mengalami fraktur multiple pada bagian femur, humerus, tibia, fibula.
Proses pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 27 februari 2017. Pada tahap
pengkajian penulis mengumpulkan data dasar melalui wawancara, observasi, pemerikasaan
fisik dan catatan medis pasien. Secara teori pada bagian pengkajian ditemukan adanya
deformitas dan krepitasi, tetapi pada kasus tidak ditemukan deformitas dan krepitasi karena
klien sudah dilakukan orif sejak kurang lebih 10 hari yang lalu dan sedang dalam proses
penyembuhan. Berdasarkan etiologi klien mengalami fraktur karena adanya trauma langsung
adanya benturan atau pukulan.
Berdasarkan teori manifestasi klinis seseorang yang mengalami fraktur antara lain
nyeri, adanya deformitas, krepitasi, dan adanya pembengkakan akibat adanya trauma dan
perdarahan. Pada kasus klien ditemukan keluhan utama yang dialami klien adalah nyeri pada
bagian-bagian tubuh yang mengalami fraktur. Secara teori pasien yang mengalami multiple
fraktur mengalami ketergantuangan pada kegiatan aktivitas dan latihannya, hal ini juga
ditemukan pada kasus kelolaan kelompok pengkajian aktivitas dan latihan pada klien
mengalami ketergantungan total dengan skor 20. Adanya luka post operasi orif pada bagian
fibula. Leukosit pada pasien 11,2 10^3/ uL(H) serta hemoglobin 9,9 g/dl(L).
Diagnosa keperawatan yang diambil dalam kasus ini antara lain hambatan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal, nyeri akut berhubungan dengan
agens cidera fisik (multiple fraktur), kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
prosedur bedah, serta adanya resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik antara
positioning dengan melakukan ROM secara aktif dan pasif. Untuk diagnosa nyeri akut
dilakukan intervensi pai management dengan pengkajian karakteristik nyeri, pemberian
terapi non farmakologi berupa nafas dalam dan terapi farmakologi (pemberian terapi
analgesic berkolaborasi dengan tenaga medis.). Untuk diagnose kerusakan integritas jaringan
dilakukan wound care (perawatan luka) secara steril. Untuk resiko infeksi dilakukan Monitor
adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local, monitor hasil pemeriksaan laboratorium,
berikan perawatan luka yang tepat, tingkatkan asupan nutrisi yang cukup, anjurkan pasien
untuk istirahat yang cukup, ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi serta
kapan harus melaporkan pada petugas kesehatan, serta ajarkan cara menghindari infeksi.
Implementasi yang dilakukan oleh kelompok dilakukan sesuai dengan evidence based
nursing yang didukung oleh jurnal-jurnal pendukung. Implementasi ROM pada penanganan
hambatan mobilisasi fisik didukung oleh jurnal Yuni Esmi (2014) dengan judul Pengaruh
Rom Exercise Dini Pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah (Fra
ktur Femur Dan Fraktur Cruris) Terhadap Lama Hari Rawat Di Ruang Bedah Rsud
Gambiran Kota Kediri. Hasil Uji statistik Independent T-test didapatkan besarnya angka
signifikansi sebesar 0,000 < = 0,05, sehingga Ho di tolak. Hal ini menunjukkan bahwa
ROM Exercise dini berpengaruh positif terhadap lama hari rawat pada pasien post operasi
fraktur ekstremitas bawah (fraktur femur dan fraktur cruris). Hal ini sesuai dengan yang
dituliskan Brunner & Suddarth (2002) yaitu gerakan dalam batas imobilisasi terapeutik selalu
dianjurkan untuk pasien tentu saja dalam melakukan gerakan tersebut dengan bantuan
perawat. Hali ini di dukung juga dengan yang dituliskan oleh Syamsuhidayat (2001) yaitu
keadaan umum sangat dipengaruhi secara positif bila penderita telah dapat bergerak. Bahkan
ekstremitas yang di mobilisasi harus digerakkan pada semua sendi yang tidak masuk
mobilisasi. Begitu pula yang dituliskan oleh Ichanners, (2009) yaitu salah satu keuntungan
menjalankan rehabilitasi post ORIF adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
merugikan bagi pasien. Peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien
diperlukan guna meminimalkan suatu komplikasi yang tidak diinginkan . Sehingga apabila
komplikasi tidak terjadi tentunya kondisi ini akan mempengaruhi lama keberadaan pasien di
rumah sakit atau lama perawatan pasien (Perry dan Potter, 2005).
Implementasi keperawatan dengan diagnosa nyeri akut salah satunya adalah dengan
memberikan terapi non farmakologi dengan relaksasi nafas dalam. Hal ini didukung dengan
jurnal penelitian yaitu mengenai Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Peningkatan Adaptasi Regulator Tubuh Untuk Menurunkan Nyeri Pasien Post Operasi
Fraktur Di Rumah Sakit Ortopedi Soeharso Surakarta Margono, Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas M. Dalam penelitian tersebut dihasilkan terdapat perbedaan yang
signifikan regulator tubuh pada kelompok perlakuan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam dengan kelompok kontrol. Sehingga relaksasi nafas dalam dapat menjadi intervensi
yang efektif untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan post ORIF.
Implementasi perawatan luka dilakukan dengan modern dressing dengan memberikan
moisture balance hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring 2014
mengenai Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap Penyembuhan
Luka Pada Pasien Post Open Reduction Internal Fixation (Orif) Di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam. Didapatkan adanya efektivitas Efektifitas Metode Perawatan Luka
Moisture Balance Terahadap Penyembuhan luka Pada pasien Post Open Reduction Internal
Fixation (ORIF) Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam Tahun 2014. Berdasarkan Uji
Statistik menggunakanPaired sample ttestrata-rata penyembuhan luka pertama 6,40 dengan
deviasi ( SD) 0,632 pada pengukuran kedua di dapatkan rata- rata penyembuhan luka 7,13
dengan standar deviasi (SD) 0,743, terlihat nilai mean antara pengukuran pertama dan kedua
- 0,733 dengan standar deviasi (SD) 0,961. Hasil Uji statistik didapatkan nilai p= 0,010
(=0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifkan antara sebelum sesudah
diberikan perawatan luka moisture balance.

Anda mungkin juga menyukai