Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN

FILSAFAT PENDIDIKAN
TOPIK 7
SISTEM NILAI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
(PENGERTIAN NILAI DAN BENTUK TINGKATAN NILAI)

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu: Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd

Disusun oleh :

1. May Setiyani 1401414128


2. Vita Nur Fatimah 1401414152
3. Indriani Kusumastuti 1401414180

Kelompok 7/ Rombel 5

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

TOPIK 7
SISTEM NILAI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
(PENGERTIAN NILAI DAN BENTUK TINGKATAN NILAI)

A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian nilai.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dan tingkatan nilai.

B. Pokok-pokok Materi
1. Pengertian Nilai
2. Bentuk dan Tingkatan Nilai

C. Uraian Materi
Sistem merupakan suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang
saling bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan. Terkait dengan
itu, nilai yang merupakan suatu norma tertentu mengatur ketertiban
kehidupan sosial. Karena manusia sebagai makhluk budaya dan makhluk
sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari, maka manusia dalam proses interaksinya harus
berpedoman pada nilai-nilai kehidupan sosial yang terbina dengan baik dan
selaras. Nilai-nilai tersebut merupakan faktor internal dengan hubungan
antarsosial tersebut. Nilai akan selalu muncul apabila manusia mengadakan
hubungan sosial atau bermasyarakat dengan manusia lain. Hal ini sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh aliran progesivisme bahwa masyarakat
menjadi wadah nilai-nilai.
a. Pengertian Nilai
Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan, bahwa nilai itu
merupakan suatu penetapan atau suatu kualitas suatu objek yang
menyangkut suatu jenis apresiasi. Nilai merupakan hasil kreativitas
manusia dalam rangka melakukan kegiatan sosial, baik itu berupa cinta,
simpati, dan lain-lain.
Menurut Mulyana, Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Definisi tersebut secara eksplisit menyertakan
proses pertimbangan nilai, tidak hanya sekedar alamat yang dituju oleh
sebuah kata ya.
Menurut Kupperman dalam Mulyana, nilai adalah patokan normatif
yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihan di antara cara-
cara tindakan alternatif. Penekanan utama definisi ini pada faktor
eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia. Pendekatan yang
melandasi definisi ini adalah pendekatan sosiologis. Penegakan norma
sebagai tekanan utama dan terpenting dalam kehidupan sosial akan
membuat seseorang menjadi tenang dan membebaskan dirinya dari
tuduhan yang tidak baik.
Kattsoff mengungkapkan bahwa hakekat nilai dapat dijawab dengan
tiga macam cara: Pertama, nilai sepenuhnya berhakekat subyektif,
tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua,
nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan
esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai
merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa nilai adalah
sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus
dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai di sini dalam konteks etika (baik dan buruk), logika
(benar dan salah), estetika (indah dan jelek). Nilai merupakan rujukan
dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Sejalan dengan definisi itu
maka yang dimaksud dengan hakikat dan makna nilai adalah berupa
norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama
dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi
seseorang dalam menjalani kehidupanya. Nilai bersifat abstrak, berada di
balik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang,
muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang
lebih kompleks. Nilai merupakan ukuran tertinggi dari perilaku manusia
dan dijunjung tinggi oleh sekelompok masyarakat serta digunakan
sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Nilai merupakan hal yang
bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang yang menjadi
subjek dan merupakan tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia.
Nilai merupakan tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia.
Selain itu, nilai juga merupakan tujuan dari kehendak manusia yang
benar dan ditata menurut susunan tingkatannya.

b. Bentuk dan Tingkat-Tingkat Nilai


Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka nilai merupakan sesuatu
yang ada hubungannya dengan subjek manusia. Sesuatu yang dianggap
bernilai jika pribadi itu merasa sesuatu itu bernilai. Dengan demikian,
lepas dari perbedaan nilai baik objektif maupun subjektif, tujuan adanya
nilai ialah menuju kebaikan dan keluhuran manusia.
Menurut Burbecher, nilai itu dibedakan dalam dua bagian, yaitu nilai
instrinsik dan nilai instrumental. Nilai instrumental adalah nilai yang
dianggap baik karena bernilai untuk yang lain. Nilai instrinsik adalah
yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam
dirinya sendiri.
Sementara menurut aliran realisme, kualitas nilai tidak dapat
ditentukan secara konseptual terlebih dahulu, melainkan tergantung dari
apa atau bagaimana keadaan bila dihayati oleh subjek tertentu dan
bagaimana sikap subjek tersebut.
Adapun tingkat perkembangan nilai menurut Auguste Comte, itu
terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat teologis, tingkat metafisik, dan tingkat
positif. Tingkat teologis bersifat antropomorfik atau melekatkan manusia
kepada selain manusia seperti alam atau apa yang ada dibaliknya. Tahap
metafisik sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari tahap
teologik, karena ketika tahap teologik manusia hanya mempercayai suatu
doktrin tanpa mempertanyakannya, hanya doktrin yang dipercayai. Dan
ketika manusia mencapai tahap metafisik ia mulai mempertanyaan dan
mencoba mencari bukti-bukti yang meyakinkannya tentang sesuatu
dibalik fisik. Tahap positif berusaha untuk menemukan hubungan
seragam dalam gejala. Pada tahap ini seseorang tahu bahwa tiada
gunanya untuk mempertanyakan atau pengetahuan yang mutlak, baik
secara teologis ataupun secara metafisik. Orang tidak mau lagi
menemukan asal muasal dan tujuan akhir alam semesta, atau melacak
hakikat yang sejati dari segala sesuatu dan dibalik sesuatu. Pada tahap ini
orang berusaha untuk menemukan hukum segala sesuatu dari berbagi
eksperimen yang akhirnya menghasilan fakta-fakta ilmiah, terbukti dan
dapat dipertanggung jawabkan (Mohammad Noor Syam, 1986:132).
Pada umumnya masyarakat menganut pendapat bahwa hierarki nilai
dalam kehidupan manusia itu identik dengan hierarki tingkat-tingkat
kebenaran, sebab kebenaran ialah nilai itu sendiri.
Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teori nilai
dalam kehidupan manusia, yaitu:
1. Nilai objektif atau subjektif
Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai, sebaliknya nilai itu subjektif jika
eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi
subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah
ini bersifat psikis atau fisik.
2. Nilai absolute atau berubah
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku
sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta
abash sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa
memperhatikan ras, maupun kelas social. Dipihak lain ada yang
beranggapan bahwa semua nilai relative sesuai dengan keinginan
atau harapan manusia.
Adapun yang berkaitan dengan tingkatan nilai dalam kehidupan
manusia terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan
tingkatan/hierarki nilai tersebut:
1. Kaum Idealis
Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana
nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (niai material).
2. Kaum Realis
Mereka menempatkan niai rasional dan empiris pada tingkatan atas,
sebab membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-
hukum alam dan aturan berfikir logis.
3. Kaum Pragmatis
Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya,
apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai
instrumental. Mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang
meghargai masyarakat.

D. Rangkuman
Sistem merupakan suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip
yang saling bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan. nilai
adalah sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan
harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan
bermasyarakat. hakikat dan makna nilai adalah berupa norma, etika,
peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan
lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang dalam
menjalani kehidupanya. Nilai bersifat abstrak, berada di balik fakta,
memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang, muncul sebagai
ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
Nilai merupakan ukuran tertinggi dari perilaku manusia dan dijunjung
tinggi oleh sekelompok masyarakat serta digunakan sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.

Pandangan tingkatan/hierarki nilai tersebut, diantaranya:


1. Kaum Idealis
Mereka berpandangan secara pasti terhadap tingkatan nilai, dimana
nilai spiritual lebih tinggi daripada nilai non spiritual (niai material).
2. Kaum Realis
Mereka menempatkan niai rasional dan empiris pada tingkatan atas,
sebab membantu manusia menemukan realitas objektif, hukum-
hukum alam dan aturan berfikir logis.

3. Kaum Pragmatis
Menurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baik seperti yang lainnya,
apabila memuaskan kebutuhan yang penting, dan memiliki nilai
instrumental. Mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yang
meghargai masyarakat.

E. Bahan Diskusi

1. Jelaskan pengertian nilai menurut anda!


2. Bagaimana tingkatan nilai menurut Burbecher?
3. Bagaimana tingkat perkembangan nilai menurut Auguste Comte?
4. Jelaskan pandangan yang berkaitan dengan tingkatan/hierarki nilai!

F. Daftar Pustaka

Jalaludin dan Abdullah Idi. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar


Ruzz Media Group.
Tim Dosen PGSD. 2017. Bahan Ajar/Diktat Filsafat Pendidikan.
Semarang: Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai