Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kita ketahui bahwa Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki
keaneka ragaman hayati tertinggi didunia. Di dunia ini tidak ada dua individu yang
benar-benar sama. Setiap individu memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda sehingga
menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup di Bumi ini. Kekhasanan dan
tingginya tingkat keanekaragaman makhluk hidup sangat bermanfaat untuk
kelangsungan hidup umat manusia. Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di
Bumi ini disebut sebagai keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik
tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem. Gampangnya,
keanekaragaman hayati adalah semua jenis perbedaan antar mahkluk hidup.
Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan
dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya
menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam
mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas
mengacu pada diversitas gen, speses dan ekosistem.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup
yangmenunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah.
Adadua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor
luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya
keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup.
Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan
terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah
fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang
diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati
perlu dilestarikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas?
2. Bagaimanakah tingkatan dalam keanekaragaman hayati?
3. Bagaimana dengan keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa saja manfaat dan nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati?
C. TUJUAN
Makalah ini selain disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biolingkungan,
juga untuk menambah wawasan atau pengetahuan kita mengenai konsep, tingkatan
keanekaragaman hayati,biodiversitas di Indonesia serta mengetahui dan
merealisasikan manfaat dan nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)


Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-macam, baik
ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Hayati yaitu menunjukkan sesuatu
yang hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk
hidup (organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga
Biodiversitas. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi
karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan
dan sifat-sifat lainnya.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua
faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor
genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari,
kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang
diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu.
Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip
dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat
kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi
kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem. Keanekaragam hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya
berbagai macam variasi, bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetik.
Keanekaragaman hayati menurut UU no 50 tahun 1994 adalah keanekaragaman
diantara makhluk hidup dari semua sumber yang termasuk diantaranya dataran,
ekosistem ekuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies , antara spesies dan
ekosistem.

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Secara garis besar, keanekaragaman
hayati terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
Keanekaragaman gen merupakan sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan
demikian tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam penampakannya.
dengan tekhnik budaya semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik seperti
padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis-jenis mangga, dan sebagainya. Yang
membuat variasi tadi adalah :
Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genotip
L = lingkungan
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi
perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.
Perlu kita ketahui bahwa perangkat genetik mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya, dua individu memiliki perangkat gen yang sama hidup
dilingkungan yang berbeda maka kedua individu tersebut dapat saja memunculkan
ciri dan sifat yang berbeda. Keadaaan sebaliknya dapat juga terjadi dua individu yang
memiliki perangkat gen yang berbeda, tetapi hidup dilingkungan yang sama dapat
memunculkan ciri yang sama. Hal ini terlihat jelas bahwa dalam spesies yang sama
dapat terjadi keanekaragaman susunan gen sehingga memunculkan variasi antara
individu. Begitu banyak kemungkinan susunan gen pada setiap individu dalam satu
spesies, menyebabkan tidak adanya individu yang benar-benar sama dalam segala hal,
sekalipun saudara kembar. Keanekaragam inilah yang disebut sebagai
keanekaragaman individu yang terjadi akibat keanekaragaman pada tingkat genetik.
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis (Spesies)
Perbedaan-perbedaan pada berbagai spesies makhluk hidup di suatu tempat
disebut keanekaragaman spesies. Biasanya dijumpai pada suatu tempat yang dihuni
kumpulan makhluk hidup dari berbagai spesies (komunitas).Keanekaragaman ini
lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman hayati
tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup
baik yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.Misalnya: variasi
dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu
famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan
habitat.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi
menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi dengan
lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai
jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah iklim,
cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik maupun
abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang merupakan kesatuan dari
biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen
biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi,
interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen biotik dan
abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik sangat beranekaragam dan komponen
abiotik berbeda kulitas dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen penyusun
tersebut mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan
ekosistem yang berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada
tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem yang berbeda.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan
buatan. Secara garis besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan
ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan
ekosistem air laut.
1. Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Ber-
dasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.
a. Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika
Utara, Australia dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat
rendah, + 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi
(siang dapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun
di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman xerofit.Hewan yang
menghuni daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal.
Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo
Borrega di Amerika.
b. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke
sub tropika.Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 - 50 cm per tahun
dan hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah rerumputan.
Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing liar, ular, rodentia,
belalang dan burung. Contoh bioma padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia,
Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).
c. Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India,
Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200
255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak
dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta
banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi.
Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya
rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain,
misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai
macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa dan hewan yang
bersifat nokturnal.
d. Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang
utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 100 cm per
tahun.Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim
semi.Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada
bioma hutan tropis.Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu
menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa,
beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan serangga.
e. Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah
suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas
satu spesies seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus, dan sejenisnya.
Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain moose, beruang
hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
f. Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub,
sehingga selalu tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60
hari.Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan lumut
kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan yang ada adalah beruang
kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub, reinder, dan caribou bull
(sebangsa rusa).
g. Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu,
tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor,
bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban
dan didominasi oleh pori-pori mikro. Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung
Kidul.
2. Ekosistem Perairan (Akuatik)
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki
kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak
terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi
ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem
lotik (air mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan
tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang
berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya
teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik
misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air
tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.
b. Ekosistem Air Laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut
kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah
mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm
(part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di
daerah yang jauh dari khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap
tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme
air tawar.
c. Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai
dan laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan
laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme
laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan
fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di
wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien dari sungai memperkaya
daerah estuari.
d. Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi
dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 C. Perbedaan suhu
bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di
bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang disebut daerahtermoklin.
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukanpasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.
Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
e. Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang
secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan
ketinggian dan garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai,
anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar. Di hilir sering
dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura
dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
f. Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang
terdiri dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut
terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari
sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok
Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini
bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan
ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan
sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara
karang clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
g. Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m
dari permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu
produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof. Biasanya
terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya (bioluminisensi).
Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
h. Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat
perairan pantai yang dangkal.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar,
tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
a. Bendungan.
b. Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.
c. Agroekosistem berupa sawah tadah hujan.
d. Sawah irigasi.
e. Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.
f. Ekosistem ruang angkasa.

C. Keanekaragaman hayati di Indonesia


1. FLORA:
Alfred Russel Wallace mengemukakan konsep tentang garis Wallace, yaitu
garis khayal yang membagi dua wilayah berdasarkan perbedaan kelompok tumbuhan
dan hewan. Sedangkan Weber (Zoolog dari Jerman), mengamati bahwa hewan-hewan
yang berada di Sulawesi tidak sepenuhnya seperti hewan di Australia tetapi mirip pula
hewan dari daerah Oriental. Sehingga Weber menyatakan Sulawesi merupakan
wilayah peralihan antara Oriental dan Australia (peralihan daerah Barat dan
Timur). Indonesia termasuk dalam Indo Malesiana yang terdiri atas Indonesia,
Filipina, Semenanjung Malaya, dan Papua Nugini. Contoh tanamannya : rotan, jati,
cendana, kayu hitam, meranti, anggrek, mahoni dan lain-lain. Sedangkan Indo
Autralia terdapat hutan kayu putih, sagu, matoa dll. Memiliki Tumbuhan (Flora)
Bertipe Malesiana Malesiana merupakan suatu kawasan botani dunia yang meliputi
Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua nugini, dan kepulauan Solomon. Misalnya pohon
kayu ramin yang tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Maluku.

2. FAUNA :
1. Wilayah Indonesia Barat (Oriental) :
a. Mamalia berukuran besar.Misalnya : gajah Sumatra (Elephas maximus sumatrensis),
banteng (Bos sondaicus), harimau sumatra (Panthera tigris sondaicus)
b. Banyak jenis primata.Misalnya : orang utan sumatra (Pongo pygmaeus obelii), orang
utan Kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus), kera (Macaca fascicularis)
c. Warna bulu burung kurang menarik dan tidak beragam.Misalnya : burung Rangkong
(Rhinoplax vigil), murai (Myophoneus sp)
d. Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Contoh : gajah, badak, harimau, kera, siamang,
orang utan.
2. Wilayah Indonesia Timur (Australia) :
a. Mamalia berukuran lebih Kecil.
b. Memiliki mamalia berkantong. Misalnya walabi kecil (Dorcopsulus)vanheurni),
walabi semak (Thylogale bruijni), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
c. Warna bulu burung lebih menarik dan beragam.Misalnya burung cendrawasih
(Paradisaea minor), burung kasuari (Casuarius casuarius)
d. Terdapat di Papua dan sekitarnya. Contoh : kanguru, koala, kakatua, cendrawasih,
kasuari, nuri dll.
3. Wilayah Indonesia Tengah (peralihan) :
a. Pada daerah peralihan atau transisi Oriental-Australis (Sulawesi dan Nusa Tenggara)
terdapat hewan-hewan dengan ciri khas tersendiri. Misalnya : komodo (Varanus
komodoensis) di Pulau Komodo (NTT), babi rusa (Babyrousa babyrussa), anoa
(Bubalus depressicornis), dan burung maleo (Macrocephalon maleo) di Sulawesi
b. Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Contoh : kalong, kuda, tapir, anoa, tarsisius,
babirusa, dan komodo.
3. Memiliki Hewan Dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia terdapat jenis hewan dan tumbuhan endemik yang tidak terdapat di
negara- negara lain. Beberapa contoh hewan tersebut adalah komodo di pulau
komodo badak bercula satu di ujung kulon banten. Dan contoh tumbuhannya yaitu
bunga raflesia di hutan bengkulu dan matoa di Papua.
4. Memiliki Tumbuhan Dan Hewan Berstatus Langka
Hewan Langka :
1. Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)
2. Harimau sumatra (Panthera tgris sumatrae)
3. Tapir (Tapirus indicus)
4. komodo (Varanus komodoensis)
Tumbuhan Langka :
1. Matoa (Pometia pinnata)
2. Gandaria (Bouea macrophylle)
3. Badali (Raermachera gigantea)
4. Sawo kecik (Manilkara kauki)
Bendo (Artrocarpus elasticus

D. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati


1. Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia sangat bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan
dan tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung)
pada zaman dahulu merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian
dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia.
Misalnya: ayam dibudidayakan karena menghasilkan telur dan daging. Padi
dibudidayakan karena menghasilkan beras. Hal ini seperti yang tertulisa dalam firman
Allah dalam Al-Quran surat Abasa ayat 24-34 diperoleh pengertian bahwa manusia
dapat mengambil manfaat dari tumbuh-tumbuhan tersebut untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.

2. Sebagai Sumber Plasma Nutfah


Beberapa jenis hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui
kegunaannya tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan
datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Misalnya: tanaman mimba
(Azadirachta indica). Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat
ini diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti
hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein
tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan misalnya
Chlorella. Buah pace (mengkudu) yang semula tidak dimanfaatkan, sekarang
diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah dan
mengobati penyakit tekanan darah. Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat
tumbuhan dan hewan yang belum dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat
unggul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah
(sifat-sifat unggul).
3. Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman
hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-
masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak
dapat digantikan oleh jenis yang lain. Misalnya: burung hantu dan ular di ekosistem
sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia,
maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus
meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh
organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan
air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh
ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem
yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang
sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
4. Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan
ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
5. Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada
keanekaragaman. Berbagai jenis tumbuhan digunakan untuk tanaman hias. Beberapa
jenis hewan juga dimanfaatkan manusia karena keindahan atau kemerduan suaranya,
misalnya burung.
6. Konservasi (Perlindungan) Keanekaragaman Hayati
Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi
kesepakatan internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama
kekayaan jenis tumbuhan (flora) termasuk di dalmnya lumut dan paku-pakuan dan
kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri, jamur.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh
pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional, Cagar
Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung,
dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang berbeda-beda
meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup
tersebut disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap
sistem lingkungan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda. Keanekaragaman
hayati ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat

darimakhluk hidup lainnya. Indonesia terletak di daerah tropik yang memiliki


keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik dan
kutub.
Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan dalam
mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik
keanekaragaman gen, jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di samping
itu, kegiatan manusia juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati misalnya
penghijauan, pembuatan taman kota, dan pemuliaan.Pelestarian keanekaragaman
hayati dapat dilakukan secara in situ dan ex situ.

B. SARAN
Keanekaragaman hayati perlu dilindungi dan dilestarikan karena dengan
adanya keseimbangan dalam suatu lingkungan hidup akan menimbulkan interaksi
yang baik antara makhluk yang satu dengan yang lain sehingga alam akan selalu
mendukung kelanjutan kehidupan di muka bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia/ keanekaragaman hayati - wikipedia bahasa indonesia,


ensiklopedia bebas.html
http://www.artikellingkunganhidup.com/pengertian-ekosistem-lingkungan-hidup.html
Saktiyono.2006.Seribu Pena Biologi SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.
Stone,David.1997.Biodiversity of Indonesia.Tien Wah Press, Singapore.
Odum,E P, Samingan T(penerjemah), Dasar dasar ekologi. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press, 1993.

Anda mungkin juga menyukai