Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional Pascasarjana XI ITS, Surabaya 27 Juli 2011

ISBN No.

SINTESIS SUPERKONDUKTOR NdBa2Cu3O7- NANOKRISTAL


DENGAN METODE KIMIA BASAH

Fajar Budiyanto 1*, Darminto 2

Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember(ITS) Sukolilo, Surabaya 601111*
Fajar09@mhs.physics.ac.id
Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sukolilo, Surabaya 601112

Abstrak

Sintesis superkonduktor NdBa2Cu3O7- nanokristal dari serbuk Nd2O3, BaCO3, dan CuO, sebagai
material dasar, dengan metode kimia basah. Material yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan X-
Ray Difraction (XRD) untuk identifikasi fasa dan perangkat lunak PANalytical High Score Plus
(HSP) untuk pencocokan kandungan fasa. Sampel dengan kalsinasi bertahap 400-500-600oC, dan
suhu sinter 850oC didapatkan hasil terbaik pada waktu sinter 15 menit, dengan fraksi volume 66,01%
dan ukuran butir 85,93 nm.
KATA KUNCI : nanokristal, superkonduktor, kimia basah, kalsinasi, sinter

The synthesis of nanocrystalline NdBa2Cu3O7- superconductor using Nd2O3, BaCO3, dan CuO as
starting materials by wet chemical methods is has been carried out. The resulted powders were
characterized by using X-Ray Difraction (XRD), employing PANalytical High Score Plus (HSP)
software for search-match of phase content. Sampels with step calcination of 400-500-600oC and
sintering process at 850oC for 15 minutes yield 66.01% volume fraction of NdBa2Cu3O7- with crystal
size of 85.95 nm.
KEYWORDS : nanocrystal, superconductor, wet mixing, calcination, sinter

1. Pendahuluan surface ferromagnetic, yang bisa ditemukan pada


Pada saat ini ilmuwan masih melakukan bahan dalam orde nano. Superkonduktor dalam
penelitian untuk mendapatkan bahan orde nano memiliki nilai resistivitas nol, tetapi
superkonduktor yang berada dalam suhu kamar, tidak dapat diuji dengan efek Meissner karena
karena temperatur kritis (Tc) superkonduktor ukurannya yang terlampau kecil sehingga
yang baru ditemukan Tl2Ca2Ba2Cu3O10 masih ditembus oleh medan magnet (Shipra, 2007).
rendah sekitar 125oK. Untuk merealisasikan Penelitian ini bertujuan untuk
rencana besar ini ilmuwan masih mengalami mendapatkan superkonduktor NdBa2Cu3O7-
banyak kendala yang diantaranya membuat (NBCO) dalam ukuran nano (ukuran < 100nm)
bahan superkonduktor yang memiliki suhu kritis dan memiliki fraksi volume yang besar dengan
mendekati suhu ruang, mempunyai fasa murni, menggunakan metode pencampuran basah.
densitas tinggi, homogenitas tinggi, ukuran butir Metode pencampuran basah pada dasarnya
yang kecil, rapat arus kritis tinggi (Tc), dan melarutkan sampel serbuk dalam HNO3 dengan
medan magnetik kritis tinggi (Hc), sehingga dijaga derajat keasaman, suhu dan kecepatan
pengaplikasiannya tidak memerlukan biaya yang pengadukan hingga larutan tersebut mengerak
mahal (Cyrot, 1992). membentuk padatan. Padatan ini kemudian
Superkonduktor (RE)1Ba2Cu3O7- dikalsinasi, disinter dan dari hasil analisis
merupakan bahan pengembangan dari diperoleh ukuran sampel nano. Metode ini
superkonduktor YBa2Cu3O7-. Tujuan nantinya juga digunakan dalam sintesis bahan
penggantian unsur Y dengan unsur tanah jarang superkonduktor NdBa2Cu3O7- (Putri, 2010).
RE (rare earth) adalah untuk meningkatkan
medan magnetik kritis (Hc) bahan, karena
diketahui bahwa unsur-unsur tanah jarang Nd 2. Metodologi yang diterapkan
merupakan bahan magnetik dimana neodymium Penelitian ini menggunakan metode
bersifat paramagnetik dan antiferromagnetik pencampuran kimia basah dengan
dibawah temperatur 20 K. Penelitian membandingkan variasi waktu kalsinasi dan
(RE)1Ba2Cu3O7- sudah banyak dilakukan, hanya variasi waktu sinter, dengan suhu sinter yang
saja konsentrasi penelitian masih berkisar pada digunakan adalah 850oC.
pengamatan struktur mikro (microstructure).
Penelitian terbaru adalah ditemukannya sifat
Seminar Nasional Pascasarjana XI ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

adalah panjang gelombang sinar-X yang


Nd2O3+BaCO3+CuO
+ HNO3+H2O digunakan
b adalah sudut Bragg
B adalah lebar dari setengah tinggi puncak
difraksi yang dipilih (Abdullah, 2008).
PREKURSOR
diaduk pada suhu 70oC
3. Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian bahan superkonduktor
KERAK BIRU (dikeringkan) NdBa2Cu3O7- dengan kalsinasi tunggal 600oC
selama 1 jam dan variasi waktu sinter, dilakukan
suhu 150oC, 1 jam karakterisasi dengan XRD sehingga didapatkan
grafik seperti gambar 2. Hasil dari XRD ini
kemudian dilakukan search match menggunakan
KALSINASI KALSINASI software High Scrore Plus (HSP) untuk
mengetahui fasa yang terbentuk. Kemudian hasil
600oC, 1 jam 400-500-600oC, 3 jam dari search match ini digunakan untuk
mendapatkan fraksi volume dan ukuran kristal
seperti pada tabel 1.
SINTER 850oC SINTER 850oC

1, 3, dan 5 jam 15, 30, dan 60 menit

KARAKTERISASI

KESIMPULAN
Gambar 1. Diagram alir penelitian

Bahan pertama masing-masing Nd2O3,


BaCO3, dan CuO dilarutkan dengan HNO3 yang
telah diencerkan, setelah masing-masing bahan
berwarna jernih kemudian dicampurkan dan
diaduk pada magnetic stirrer dengan suhu
pemanasan 70oC. Prekursor kemudian Gambar 2. Hasil XRD sampel kalsinasi suhu tunggal dengan
dikeringkan pada suhu 150oC selama 1 jam. variasi waktu sinter 1, 3, dan 5 jam.
Bahan pertama hasil pengeringan kemudian
dilakukan kalsinasi pada suhu 600oC selama 1 Hasil perhitungan fraksi volume dan
jam, kemudian dilakukan sinter pada suhu 850oC ukuran butir NBCO dengan kalsinasi 600oC
dengan variasi waktu 1, 3, dan 5 jam. Bahan selama 1 jam ditabelkan seperti di bawah :
kedua hasil pengeringan kemudian dilakukan
kalsinasi secara bertahap pada suhu 400oC Tabel 1: fraksi volume dan ukuran butir NdBa2Cu3O7- pada
suhu kalsinasi tunggal dan variasi waktu sinter
selama 1 jam, 500oC selama 1 jam, dan 600oC No Waktu Fraksi Ukuran 2 int
selama 1 jam, kemudian dilakukan sinter pada sinter volume butir (100%)
suhu 850oC dengan variasi waktu 15, 30, dan 60 (jam) (%) (nm)
menit. Setelah bahan disinter kemudian 1 1 45,7 116,32 32,418
dilakukan karakterisasi dengan XRD. Hasil dari 2 3 46,6 139,99 32,435
XRD dilakukan pencocokan profil dengan 3 5 55,9 174,32 32,434
menggunakan perangkat lunak HSP, dari
pencocokan ini dapat dihitung besarnya fraksi Dari analisis perhitungan, komposisi
volume dan ukuran kristal dari bahan. fasa untuk superkonduktor NdBa2Cu3O7- dengan
Ukuran kristal dapat dihitung dengan suhu sinter 1 dan 3 jam belum terdapat fasa
menggunakan persamaan : Nd123 yang diinginkan karena fraksi volumenya
masih di bawah 50%, fasa BaCuO2 dan
D (1) Ba2Cu3O5+x ditemukan sebagai impuritas pada
B cos b sampel. Saat waktu sinter ditambahkan, fraksi
volume naik menjadi 55,9%. Bahan dengan
Dengan : kalsinasi 600oC selama 1 jam menghasilkan
D adalah ukuran (diameter) kristal ukuran butir di atas 100 nm, pada kalsinasi
selama 1 jam, oksida keramik masih belum
Seminar Nasional Pascasarjana XI ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

terbentuk, sehingga fraksi volume NdBa2Cu3O7- pengadukan bahan di atas hot plate stirrer, suhu
masih sangat kecil. sinter dan lamanya suhu penahanan (holding
Penelitian kedua, dilakukan kalsinasi time). Semakin lama dan semakin cepat putaran
secara bertahap, dari suhu 400-500-600oC selama pengadukan dari magnetic stirrer menyebabkan
3 jam. Tujuan dari kalsinasi bertahap ini agar partikel bahan terpecah menjadi atom-atom
oksida keramik NdBa2Cu3O7- sudah mulai dengan ukuran yang semakin kecil, bahkan
terbentuk pada saat kalsinasi, sehingga pada saat menjadi nanoskopis.
sinter memudahkan terjadinya difusi antar Pelarutan BaCO3 dengan HNO3 yang
permukaan dan meningkatkan fraksi volume. telah diencerkan dengan akuades juga
memberikan pengaruh pada pemecahan molekul-
molekul senyawa pada bahan tersebut sehingga
memungkinkan terbentuknya ion-ion yang lebih
mikroskopis bahkan nanoskopis dibandingkan
dengan pelarutan tanpa pengenceran. Hal ini
karena BaCO3 lebih mudah bereaksi, sehingga
dari proses ini diharapkan dapat dihasilkan
ukuran sampel yang jauh lebih kecil dan
memungkinkan memiliki ukuran di bawah 100
nm.
Proses kalsinasi yang dilakukan akan
memberikan pengaruh pada ukuran kristal yang,
karena pada proses ini akan menentukan apakah
fasa yang diharapkan bisa terbentuk. Apabila
pada saat kalsinasi sudah terbentuk fasa yang
Gambar 3. Hasil XRD sampel kalsinasi suhu bertahap 400- diinginkan, maka pada saat sinter, proses
500-600oC dengan variasi waktu sinter 15, 30, dan 60 menit. aglomerasi akan berjalan lebih lambat. Hal ini
bisa dilihat dengan membandingkan data dari
Hasil perhitungan fraksi volume dan dengan variasi kalsinasi dengan waktu yang
ukuran butir NBCO dengan kalsinasi 400oC sama, yaitu 1 jam, kalsinasi sampel NBCO
selama 1 jam, 500oC selama 1 jam, dan 600oC secara bertahap menghasilkan ukuran yang lebih
selama 1 jam ditabelkan seperti di bawah : kecil dan fraksi volume yang lebih besar. Hal ini
karena sebagian fasa BaCuO2 sudah mulai
Tabel 2: fraksi volume dan ukuran butir NdBa2Cu3O7- pada terdekomposisi, sehingga sudah mulai muncul
suhu kalsinasi bertahap dan variasi waktu sinter
No Waktu Fraksi Ukuran 2 int fasa NdBa2Cu3O7-. Suhu dekomposisi dari
sinter volume butir (100%) BaCuO2 berada pada 838,21oC, sehingga saat
(menit) (%) (nm) sampel NdBa2Cu3O7- dipanaskan hingga suhu
1 15 66,0 85,93 32,429 850oC, masih terdapat fasa BaCuO2 (Park, 1993).
2 30 68,8 93,29 32,440 Ukuran kristal akan tumbuh lebih lambat pada
3 60 71,9 114,33 32,484 saat sinter, karena adanya perubahan fasa yang
telah terjadi.
Untuk NdBa2Cu3O7- dengan kalsinasi Suhu sinter dan lamanya waktu
bertahap pada suhu 400-500-600oC didapatkan penahanan juga mempengaruhi ukuran kristal
fraksi volume yang lebih baik jika dibandingkan yang terbentuk. Karena saat disinter, butir kristal
kalsinasi suhu tunggal. Pada variasi waktu sinter, mengalami proses pertumbuhan butir (grain
15 dan 30 menit, ukuran kristal masih berorde growth) dimana ukuran butir menjadi lebih besar
nano, yaitu antara 1 hingga 100 nm seperti dari sebelumnya. Bila suhu sinter yang
terlihat pada tabel 2. Saat waktu sinter dinaikkan digunakan ternyata bukan suhu optimumnya,
menjadi 1 jam, ukuran kristal naik menjadi maka dapat diperkirakan ukuran kristalnya
114,33 nm. Dari membandingkan tabel 1 dan 2 menjadi lebih atau bahkan sangat besar sehingga
untuk waktu sinter yang sama, yaitu 1 jam. mencapai satuan mikrometer. Dan pada saat
Kedua sampel memiliki ukuran kristal yang holding time, butir mengalami masa pemulihan
hampir sama, tetapi memiliki fraksi volume yang (recovery) untuk menyusun diri dan menghindari
berbeda jauh. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuknya cacat kristal dengan membentuk
variasi waktu kalsinasi memberikan pengaruh struktur yang lebih rapat, dan pada saat itu pula,
pada faksi volume sampel pada proses sinter. batas-batas butir saling berdekatan dan tidak
Pada kalsinasi bertahap, NdBa2Cu3O7- sudah menutup kemungkinan untuk berpadu satu sama
terbentuk dari kalsinasi, sinter berfungsi untuk lain. Sehingga, lamanya waktu penahanan ini
meningkatkan fasa Nd123 yang terbentuk. (Putri, juga dapat mempengaruhi besar kecilnya ukuran
2010) kristal.
Ukuran kristal secara fisis sangat
dipengaruhi oleh perlakuan awal saat
Seminar Nasional Pascasarjana XI ITS, Surabaya 27 Juli 2011
ISBN No.

Saat material dilakukan proses sinter, Cyrot, M, and Pavuna, D. (1992). Introduction
yang besarnya sepertiga dari titik leleh, pada To Superconductivity and Hight-Tc
proses ini terjadi terjadi necking, difusi antar Material. World scientific, Singapore.
permukaan, dan transformasi fasa. Pada Deptuka, A., Olczak, T., Kada, W., Bartolomeo,
pemanasan ini digunakan krusibel alumina yang A., Brignocchi, A., (1995), Some Aspects
tahan pada suhu tinggi, sebab saat digunakan of Thermal Conversion of Gels to YBCO
krusibel biasa, sebagian material krusibel akan and BSCCO Superconductors. Removal of
menyerap bahan uji ke dalam krusibel. Jenis Carbonates From Intermediete Phase,
furnace juga akan memberikan pengaruh pada Applied Superconductivity, Vol. 2, No 9,
karakteristik bahan, karena akan mempengaruhi pp. 613-619, Geat Britain.
proses terjadinya pertukaran oksigen pada Hardiyasa, I., (2010). Difraksi Kristal
sampel dan menguapkan karbonat. Proses Superkonduktor NdBa2Cu3O7-,
perlakuan panas juga akan memberikan pengaruh YBa2Cu3O7-, dan
terhadap kuantitas senyawa karbonat pada (Nd0,5Gd0,5)Ba2Cu3O7-, Tugas Akhir.,
sampel, sebab senyawa ini akan terus muncul Jurusan Fisika FMIPA ITS, Surabaya,: p.
hingga suhu 920oC. Pada bahan sampel ini tidak 71-74
terdeteksi senyawa karbonat, meskipun Park, H., Sinha, S., (1993), YBa2Cu3O7-x
dilakukan proses perlakuan panas pada suhu di Superconductors Via Oxide Precursor
bawah 920oC, namun waktu perlakuan juga Containing BaCuO2.5, Applied
memberikan pengaruh terhadap kuantitas Superconductivity Vol 1, no 1/2, pp.157-
senyawa tersebut (Deptuka, 1995). 163, Great Britain.
Pada analisis hasil dari XRD hanya Putri, F., (2010), Sintesis Superkonduktor
digunakan software HSP untuk melakukan Nanokristal NdBa2Cu3O7- Dengan Metode
search match dan mendapatkan FWHM. Hasil Pencampuran Basah Dan Variasi Suhu
dari FWHM ini akan dimasukkan pada Sinter, Tugas Akhir., Jurusan Fisika
persamaan 1, yang kemudian akan didapatkan FMIPA ITS, Surabaya,: p 36-37.
ukuran kristal yang diharapkan. Sedangkan untuk Shipra, A. Gomathi, A. Sundaresan , C.N.R.
mendapatkan fraksi volume dari bahan, (2007). Room-temperature
dilakukan pencocokan fasa difraksi kristal ferromagnetism in nanoparticles of
superkonduktor NdBa2Cu3O7-. Setelah superconducting materials, Jawaharlal
didapatkan puncak yang sesuai, maka untuk Nehru Centrefor Advanced Scientific
mendapatkan fraksi volume dilakukan dengan Research, Jakkur P.O., Bangalore 560064,
menjumlah luas daerah fasa profil, dibagi dengan India.
luas keseluruhan.
Berdasarkan hasil perhitungan dan
analisa kualitatif serta kuantitatif terhadap
ukuran kristal dan fraksi volume fasa
superkonduktor Nd123, diperoleh dua sampel
yang memiliki fraksi volume yang tinggi dan
ukuran kristal di bawah 100 nm, yaitu sampel
dengan kalsinasi bertahap dan suhu sinter 15 dan
30 menit.

4. Kesimpulan
Sampel NdBa2Cu3O7- yang terbentuk
dari kalsinasi tunggal tidak dapat menghasilkan
superkonduktor dengan fraksi volume yang besar
dan berorde nano. Sampel NdBa2Cu3O7- dengan
kalsinasi bertahap 400-500-600oC, didapatkan
hasil terbaik pada waktu sinter 15 menit, dengan
fraksi volume 66,0% dan ukuran butir 85,93 nm.

5. Pustaka
Abdullah, M. (2008), Review: Karakterisasi
Nano Material, Jurnal nanosains dan
nanoteknologi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITB,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai