PENDAHULUAN
1
konsep imunisasi pada saat merawat anak yang sakit, khususnya tuberkolosis,
difteri , pertusis, tetanus, folio, campak, dan hepatitis.
1.4 Manfaat
2
Dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang imunisasi
dan sebagai tambahan pengetahuan bagi calon Bidan professional sehingga
saat kita ada di lahan klinik kita dapat memberikan asuhan kebidanan yang
sesuai kode etik kebidanan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
2.1.1 Imunisasi
Vaksinasi atau imunisasi merupakan teknologi yang sangat
berhasil didunia kedokteran oleh Katz (1999) dikatakan sebagai
3
"sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan
parailmuwan didunia ini"[1]
Imunisasi (vaksin) adalah satu metode untuk
membangkitkan kekebalan tubuh dalam tubuh manusia terhadap
penyakit tertentu dengan menggunakan mikroorganisme, seperti
bakteri atau virus yang telah dimodifikasi atau dilemahkan.
Mikroorganisme tersebut sebagai perangsang terhadap system
kekebalan tubuh untuk membangun satu mekanisme pertahanan yang
secara berkelanjutan menjaga tubuh dari serangan penyakit.
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi berupa kekebalan pasif
(imunitas sementara) maupun aktif (imunitas jangka panjang).
Menurut WHO telah mencanangkan program imunisasi
tersebut sejak 1974 dengan EPI dan kemudian lebih luas dengan GPV
(global programme for vaccines and immunization), organisasi
pemerintah dari seluruh dunia bersama UNICEF, WHO, dan World
Bank. Ditambah lagi organisasi perorangan Bill and Melinda Gates
children's vaccine programme dan Rockefeller Foundation Imunisasi
pasif dapat membentuk kekebalan pasif yang dapat diperoleh secara
4
d. Plasma manusia
e. Antiserum (antibody dari binatang)
2.1.2 Bayi
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang
manusia setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini,
perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi perhatian utama,
terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang terlahir
cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun
bapak dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi
serta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi sampai bayi
berumur 1 tahun.
2.1.3 Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang
menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi
di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular
untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit
obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus
mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam
bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
dibutuhkan dalam daur hidupnya.
5
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang
menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag
digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk
hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara
bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan
penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan
HIV), hewan
6
(fragment antigen binding) yaitu bagian yang menentukan spesifitas
antibodi karena berfungsi untuk mengikat antigen, dan Fc (fragment
crystalizable) yang menentukan aktivitas biologisnya dan yang akan
berikatan dengan komplemen, sebagai contoh immunoglobulin G
mempunyai kemampuan menembus membran plasenta. Molekul
immunoglobulin berdasarkan ukuran molekulnya dapat dibedakan
menjadi 5 kelas yakni kelas immunoglobulin G, A, M, D, dan E, dan
masing-masing kelas masih dapat dibedakan menjadi subkelas-
subkelas. Tiap kelas Ig memiliki karakteristik tersendiri misalnya
berat molekul, komposisi asam amino, dan strukturnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Anamnesa tanggal : 20 Maret 2007 Jam : 08.00 WIB Oleh : Ari setiyarini
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama bayi : By S
Umur : 2 minggu
Jenis Umur
Suami Usia
No. Penolong / BB/PB Sekara Meneteki KB
ke kehamilan
Persalinan ng
2800
2
1 1 9 bln Spontan B Bidan kg/ 49 2 minggu -
minggu
cm
8
6. Riwayat imunisasi yang lalu
a. Pola nutrisi
b. Pola aktivitas
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat
e. Personal hygiene
9
Ibu klien mengatakan bayi mandi 2 x / hari, ganti baju dan
popok setiap buang air besar dan kecil.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan Fisik
TTV :
10
S : 365C
BB : 2900 gr
RR : 32 x / menit
PB : 51 cm
N : 140 x / menit
Tidak ada
Tidak ada
3.5 INTERVENSI
Kriteri :
11
- KU : baik
- TTV:
S : 365C
BB : 2900 gr
RR : 32 x / menit
PB : 51 cm
N : 140 x / menit
Rencana tindakan
1. Lakukan pendekatan 1. Menjalin kerjasama antara
terapeutik pada klien dan ibu. klien dengan petugas kesehatan.
2. Siapkan imunisasi BCG 2. Agar proses imunisasi berjalan
lancar.
3. Lakukan imunisasi BCG 3. Tidak terjadi kesalahan
dengan teknik yang benar. penyuntikan.
4. Berikan HE tentang : 4. Agar ibu tahu tentang
keberhasilan dari imunisasi
BCG
- Perawatan luka bekas
suntikan
- Fisiologis imunisasi BCG
- Komplikasi
5. Jelaskan untuk kembali 5. Ibu mengetahui bayinya masih
mendapatkan imunisasi memerlukan imunisasi yang
selanjutnya. lain.
6. Ingatkan ibu klien untuk 6. Untuk menjaga kelahiran bayi
segera mengikuti KB. sehingga memberi perhatian dan
mengasuh secara optimal.
12
3.6 IMPLEMENTASI
Tekniknya :
a. a. Mencuci tangan
4. Memberikan HE tentang
13
- Kadang terjadi peradangan setempat yang agak
berat atau abses yang lebih dalam.
3.7 EVALUASI
S : 365C
N : 140x / menit
RR : 32 x / menit
BB : 2900 gram
14
- Luka bekas imunisasi jangan ditekan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum
Bagian Timur dan Selatan wilayah Desa Dukuhlor ini adalah areal
Persawahan, sedang di bagian Barat dan Utara Merupakan lahan
Kering/kebun campuran yang meliputi (Gubah, Jirad,gambreng dan pasir
wangi) dan sebagian kecil areal pesawahan yang bertingkat- tingkat
15
a. Pembagian Wilayah Administrasi
Tabel 3.6
No Dusun Rw dan Rt
Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
16
1 tahun 14 25 39
2 tahun 14 16 30
3 tahun 22 22 44
4 tahun 17 15 32
0 s/d 4 tahun 98 98 196
5 tahun 17 17 34
6 tahun 19 19 38
7 tahun 22 22 44
8 tahun 22 20 42
9 tahun 23 28 51
5 9 tahun 103 106 209
10 tahun 16 18 34
11 tahun 28 10 38
12 tahun 22 19 41
13 tahun 9 22 31
14 tahun 12 14 26
10-14 tahun 87 83 170
15 tahun 19 22 41
16 tahun 26 24 50
17 tahun 17 23 40
18 tahun 17 19 36
19 tahun 14 18 32
15-19 tahun 93 106 199
20-24 tahun 87 82 169
25-29 tahun 128 121 249
30-34 tahun 106 811 187
35-39 tahun 99 87 186
40-44 tahun 70 66 136
45-49 tahun 66 56 122
50-54 tahun 49 45 94
55-59 tahun 44 40 84
60-64 tahun 34 25 59
65-69 tahun 25 23 48
70 tahun keatas 35 38 73
743 1394 1407
Tabel 3.8
No Indikator Jumlah KK
1. Laki laki 1117
2. Perempuan 1085
Jumlah 2202
17
(Sumber : Pendataan SMK Kesehatan Banten 2010)
Tabel 3.10
Tingkat Pemberian Imunisasi Pada Bayi
50 51 45 154
1 Ya 8 Bayi 29.45%
Bayi Bayi Bayi Bayi
100 36 39 167
2 Tidak 92 Bayi 31.93%
Bayi Bayi Bayi Bayi
B. Hasil Kegiatan
1. Pengkajian
Kami telah melakukan pengkajian selama 1 bulan terhitung mulai
1 November sampai dengan 1 Desember dalam pengkajian tersebut kami
mengambil sempel sebanyak 321 bayi dari 500 KK yang ada di Desa
DukuhLor. Pengkajian meliputi data umum kepala keluarga, data anggota
kepala keluarga, status kesehatan keluarga, status imunisasi, status hubungan
keluarga, data pola hidup sehari-hari, data kesehatan ibu dan anak, status
kesehatan lingkungan, data perilaku hidup bersih dan sehat. Metode yang
kami lakukan dalam mengumpulkan data yaitu studi dokumentasi. Data yang
18
telah kami kumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan dengan
program Telly. Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analisa data.
4.2Pembahasan
4.2.1 Imunisasi
Vaksinasi atau imunisasi merupakan teknologi yang sangat
berhasil didunia kedokteran oleh Katz (1999) dikatakan sebagai
"sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan
parailmuwan didunia ini"[1]
Imunisasi (vaksin) adalah satu metode untuk
membangkitkan kekebalan tubuh dalam tubuh manusia terhadap
penyakit tertentu dengan menggunakan mikroorganisme, seperti
bakteri atau virus yang telah dimodifikasi atau dilemahkan.
Mikroorganisme tersebut sebagai perangsang terhadap system
kekebalan tubuh untuk membangun satu mekanisme pertahanan yang
secara berkelanjutan menjaga tubuh dari serangan penyakit.
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi berupa kekebalan pasif
(imunitas sementara) maupun aktif (imunitas jangka panjang).
Menurut WHO telah mencanangkan program imunisasi
tersebut sejak 1974 dengan EPI dan kemudian lebih luas dengan
GPV (global programme for vaccines and immunization), organisasi
pemerintah dari seluruh dunia bersama UNICEF, WHO, dan World
Bank. Ditambah lagi organisasi perorangan Bill and Melinda Gates
children's vaccine programme dan Rockefeller Foundation Imunisasi
pasif dapat membentuk kekebalan pasif yang dapat diperoleh secara
alami maupun buatan.
Tujuan pemberian imunisasi pasif adalah untuk pencegahan
bila antibody dinerikan pada pasien defisiensi imun dan untuk
pengobatan bila antibody diberikan terhadap infeksi tertentu. Jenis
imunisasi pasif atau seroterapi tergantung dari cara pemberian dan
jenis antibody yang diinginkan, yaitu:
a. Imunoglobulin yang di berikan secara intramuscular (IG)
b. Imunoglobulin yang di berikan secara intravena (IGIV)
c. Imunoglobulin spesifik (hyperimmune)
19
d. Plasma manusia
e. Antiserum (antibody dari binatang)
a. BCG
Vaksin BCG(basillus calmette guerin) diberikan pada bayi
sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC.Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan.
1. Usia Pemberian
Dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2
bulan, disarankan tes Montoux (tuberculin) dahulu untuk
mengetahui apakah pada bayi telah terdapat kuman
Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi
dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB
yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah,
segera setelah lahir bayi harus di imunisasi BCG.
2. Jumlah Pemberian
20
Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster).
Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibody
yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin
berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
3. Kontra indikasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit
TB atau menunjukan mantoux positif. Adanya penyakit kulit
yang berat dan menahun seperti : eksim, furunkulosis dan
sebagainya
4. Cara pemberian
a. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril
(ADS 5 ml) dengan 4 ml pelarut.
b. Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikkan dosis
sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan spuit dan
jarum kecil yang khusus.
c. Disuntikkan di lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan
(intrakutan). Untuk memberikan suntikkan intrakutan
secara tepat, harus menggunakan jarum pendek yang
sangat halus (10 mm, ukuran 26)
b. Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam
program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk Negara
endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit
yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah
terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-
kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin
terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat).
Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
21
1. Usia Pemberian
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,
kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan
jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6
bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain
imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga
diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobin
antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
2. Jumlah Pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan
pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua
dan ketiga.
3. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Dan tidak dapat
diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
4. Cara Pemberian
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan
pada bayi dipaha lewat anterolateral (antero = otot-otot di
bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di
bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas
vaksin.
c. Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-
dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup
banyak. Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio.
Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan
virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat
makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat
percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk kemulut orang
sehat.
22
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5
hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada
salah satu anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena
virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan
virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak.
Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan
virus polio.
1. Usia Pemberian
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan.
Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir,
pemberian vaksin DPT.
2. Kontra Indikasi
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit
akut atau demam tinggi (di atas 38 derajat Celsius), muntah
atau diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang
menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum,
serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah,
imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan, demikian juga pada
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan (difisiensi
imun). Alasan untuk tidak memberikan vaksin polio pada
keadaan diare berat adalah kemungkinan terjadinya diare yang
lebih parah. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam,
atau diare ringan imunisasi polio dapat diberikan seperti
biasanya.
3. Cara Pemberian
a. Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis
Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis
Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
b. 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu
23
c. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penates
(dropper) yang baru.
d. DPT
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
24
hebat selain itu perjalanan penyakit pada usia > 5 tahun
tidak parah.
d. Diulang lagi pada usia 12 tahun (menjelang tamat SD).
Anak yang mendapat DPT pada waktu bayi diberikan DT
1 kali saja dengan dosis 0,5 cc dengan cara IM, dan yang
tidak mendapatkan DPT pada waktu bayi diberikan DT
sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu dengan dosis 0,5
cc secara IM, apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi
yang didapat pada waktu bayi maka tetap diberikan 2 kali
suntikan. Bila bayi mempunyai riwayat kejang sebaiknya
DPT diganti dengan DT dengan cara yang sama dengan
DPT.
Pengulangan imunisasi DPT diperlukan untuk
memperbaiki daya tahan tubuh yang mungkin menurun
setelah sekian lama. Karena itu mestii diperkuat lagi
dengan pengulangan pemberian vaksin (booster). Kalau
sudah dilakukan 5 kali suntikan DPT, maka biasanya
dianggap sudah cukup. Namun di usia 12 tahun, seorang
anak biasanya mendapat lagi suntikan DT atau TT (tanpa
P/Pertusis) di sekolahnya. Di atas usia 5 tahun, penyakit
pertusis jarang sekali terjadi dan dianggap bukan masalah.
3. Kontra Indikasi
Tidak dapat diberikan kepada meraka yang kejangnya di
sebabkan suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan
saraf yang betul-betul berat atau habis di rawat karena infeksi
otak, dan yang alergi terhadap DPT. Mereka hanya boleh
menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang
menyebabkan panas.
4. Cara pemberian
a. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebihdahulu
agar suspensi menjadi homogeny.
25
b. Disuntikan secara Intramuskular pada paha tengah luar
dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
e. Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari
ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibody dari ibunya
semakin menurun sehingga butuh antibody tambahan lewat
pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah
menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang
sekali terserang penyakit yang disebabkan virus mobili ini.
Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi,
sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air
ludah (droplet) penderita yang tertiup melalui hidung atau mulut.
Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari,
gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu
(batuk, pilek, demam), mata kemerahan-merahan, berair dan
merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian
timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40 derajat
celcius. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah
yang merupakan cirri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu
kecil.
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari
1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100
mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
(vademecum Bio Farma Jan 2002).
26
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena
antibody dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit
campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai
12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada
usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps
Rubella).
2. Kontra Indikasi
Anak yang mengidap penyakit immune deficiency
atau yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, limfoma.
3. Cara pemberian
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu
harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang
berisi 5 ml cairan pelarut.Suntikan diberikan pada lengan kiri
atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
27
reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau
kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya
alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul
akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta
penyimpanan vaksin.Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan,"
demikian Sri.
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine
(IOM), AS, melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor
kebetulan."Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah
akibat kesalahan prosedur dan teknikpelaksanaan (programmatic
errors). Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan
prosedur imunisasi, misalnya:
1. Dosis antigen (terlalu banyak)
2. Lokasi dan cara menyuntik
3. Sterilisasi semprit dan jarum suntik
4. Jarum bekas pakai
5. Tindakan aseptic dan antiseptic
6. Kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
7. Penyimpanan vaksin
8. Pemakaian sisa vaksin
9. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
10. Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh
imunisasi.Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan
imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa faktor KIPI
yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
1. Reaksi suntikan
Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan
kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope atau
pingsan. Reaksi ini tidak berhubungan dengan kandungan yang
terdapat pada vaksin, sering terjadi pada vaksinasi masal.
a. Syncope/fainting
1. Sering kali pada anak >5 tahun
28
2. Terjadi beberapa menit post imunisasi
3. Tidak perlu penanganan khusus
4. Hindari stress saat anak menunggu
5. Hindari trauma akibat jatuh/posisi sebaiknya duduk
a. Reaksi local
1. Rasa nyeri di tempat suntikan
2. Bengkak-kemerahan di tempat suntikan sekitar 10%
3. Bengkak ada suntikan DPT dan tetanus sekitar 50%
4. BCG scar terjadi minimal setelah 2 minggu kemudian ulserasi
dan sembuh setelah ebebrapa bulan.
b. Reaksi sistematik
1. Demam pada sekitar 10%, kecuali DPT hamper 50%, juga
reaksi lain seperti iritabel, malaise, gejala sistemik
29
2. MMR dan campak, reaksi sitemik disebabkan infeksi virus
vaksin. Terjadi demam dan atau ruam dan konjungtivitas pada
5%-15% dan lebih ringan dibandingkan infeksi campak tetapi
berat pada kasus imunodefisiensi.
3. Pada mumps terjadi raksi vaksin pembengkakan kelenjar
parotis, rubella terjadi rasa nyeri sendi 15% dan
pembengkakan limfe.
4. OPV kurang dari 1% diare, pusing dan nyeri otot.
30
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara
dimasukkan ke dalam kelompok ini sambal menunggu informasi
lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan
dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini
adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul
bekerja secara tepat:
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi
dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi
pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan , akan sembuh secara spontan dan meninggalkan
tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional di ketiak dan atau leher, terasa padat tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak
memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan
sendirinya.
b. Imunisasi Hepatitis B
Umumnya tidak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat
jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul
demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari
.
c. Imunisasi Polio
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun
sangat jarang.
d. Imunisasi DPT
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas,
demam, pembengkakan, dan atau kemerahan pada bekas
31
penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam
tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam
setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Imunisasi Campak
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bias
menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil.
Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat
efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
32
vaksin kepada bayi lain)
Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan
1 bulan
HB-2 adalah 1 bulan.
BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
02 diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan
bulan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.
DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,
dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1
diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
2 bulan
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval
2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
PCV-1 PCV-1 diberikan pada umur 2 bulan
Rota virus Vaksin rotavirus-1 diberikan pada umur 6 12
minggu, oral
DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara
terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
4 bulan
dengan DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
PCV-2 PCV-2 diberikan pada umur 4 bulan
Rota virus Vaksin rotavirus-2 diberikan pada umur 4 bulan
DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur
6 bulan tidak perlu diberikan.
6 bulan Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
PCV-3 PCV-3 diberikan pada umur 6 bulan
Rota virus Vaksin rotavirus pentavalen diberikan pada umur 6
bulan
Hepatitis B-3 HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan
respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
6 23 Influenza Influenza dapat diberikan sejak umur 6 bulan
bulan
33
Campak Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
9 bulan
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
34
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi
kesehatan anak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang
timbulmya kekebalan tubuhyang akan melindungi anak anda dari
penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak, gondongan, campak
Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batuk rejan). Tanpa
pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan oleh
penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami
komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.
Imunisasi bertujuan untuk merangsang system imunologi tubuh
untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari
serangan penyakit. (Musa, 1985). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama
dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang tidak
mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu
herdimmunity.
5.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
http://adwintaactivity.blogspot.com/2012/04/pengertian-antibodi.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bayi_info2132.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Jadwal_imunisasi
36
http://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/02/22/pengertian-virus-sejarah-ciri-
ciri-anatomi-reproduksi-klasifikasi/
http://rianjulianto11.blogspot.com/2013/04/makalah-imunisasi.html
http://rianjulianto11.blogspot.com/2013/04/makalah-imunisasi.html
http://www.infodiknas.com/212-asuhan-kebidanan-pada-bayi-S-dengan-
imunisasi-bcg-di-puskesmas-medokan-ayu-surabaya.html
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ke-4.
Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI
37
38