SKRINING FITOKIMIA
Disusun oleh:
Nadya Anggi Anggraini 132210101037
Syafi Mirza 132210101084
Muhammad Iqbal M. H. 132210101104
Stevanus Ary Pratama 142210101002
Della Karissa Putri 142210101004
Nimatin Choiroh 142210101006
Alfia Septiana 142210101010
Devi Ayu Larasati 142210101014
Zahra Puspa Diani 142210101016
Liya Sanjaya 142210101018
Mochammad Rafli T. 142210101020
Sheila Aprillia Izzati 142210101022
Virgina Sekar Ayu 142210101026
Ulfatul Munawaroh 142210101030
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1
satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap macam-macam organism sangat
banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung
flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional. Flavonoid tertentu merupakan
komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati
gangguan hati. (Robinson, 1995).
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Saponin digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis
hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Dua jenis saponin yang
sering dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid
tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut
dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpena sebenarnya,
steroid, saponin dan glikosida jantung. (Harborne, 1996).
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Fenol sendiri merupkan struktur yang terbentuk dari benzene tersubtitusi dengan
gugus -OH. Gugus -OH yang terkandung merupakan aktivator yang kuat dalam
reaksi subtitusi aromatik elektrofilik.
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari
reaksi oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan
antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan
(atom C9 dan C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang
mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa,
misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron
denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara
kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia
tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku pakuan dan
2
gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis
tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas
pada tumbuhan berkeping dua.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dengan data dalam pustaka. Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama
dilakukan dengan menggunaka salah satu dari 4 teknik kromatografi atau gabungan
teknik tersebut. Keempat teknik tersebut adalah kromatografi kertas (KKT),
kromatografi gas cair (KGC), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT). Pemilihan kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan
dan keatsirian senyawa yang akan dipisah (Harbone, 1987).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar, fase
diamnya berupa lapisan seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh
lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel
fase diam dan semakin sempit kisaran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam
hal efisiensinya dan resolusinya. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang
akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara
menaik atau kkarena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (Gandjar,
2009).
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya
maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Faktor-faktor yang berpengaruh
adalah: bahan baku simplisia, proses pembuatan dan cara penyimpanan, pada umumnya
tahapnya sebgai berikut: pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
peranjangan, sortasi kering, penyimpanan dan pemeriksaan mutu. Berbagai senyawa,
secara tradisional tidak dikelompokkan menjadi satu tetap biasanya dikelompokkan
kedalam minyak atsiri, steroid, alkaloid, pigmen, glikosida, dan lain-lain (Robinson,
1995).
Kromatografi adalah metode fisika untuk pemisahan, dimana komponen yang
akan dipisahkan didistribusikan antar dua fase salah satunya adalah lapisan stasioner.
Pada kromatografi lapis tipis, fase cair berupa lapisan tipis yang terdiri dari bahan padat
yang dilapiskan kepermukaan penyangga dasar yang biasanya terbuat dari kaca, tapi
dapat pula terbuat fdari plat polimer atau logam (Agoes, 2007).
Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit
sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi
secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian
pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis pereaksi yang dapat
digunakan untuk skrining fitokimia antara lain.
a. Alkaloid
5
Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah
berdasarkan struktur nitrogen yang dikandungnya. Secara umum senyawa alkaloid
diekstrak dari tumbuhan menggunakan beberapa pelarut untuk menghilangkan
lemak yang tercampur, kemudian ekstraknya dibasakan dengan larutan NH3 10%
dan Al2O3. Campuran ini selanjutnya dipisahkan secara kromatografi kolom dan
diidentifikasi. Identifikasi senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan metoda fisika,
dengan cara penyinaran kromatogram di bawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366
nm. Beberapa alkaloid memberikan warna fluoresensi biru atau kuning di bawah
sinar tersebut, serta metoda kimia dengan menggunakan pereaksi tertentu, seperti
pereaksi dragendorf membentuk endapan jingga-merah
Reaksi Mayer. Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan
terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks
kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida
ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium(II)
iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk
kalium tetraiodomerkurat(II) (Svehla, 1990). Alkaloid mengandung atom nitrogen
yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakanuntuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam (Mc Murry, 2004). Pada uji
alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi
dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks
kalium-alkaloid yang mengendap. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Mayer
ditunjukkan pada Gambar.
7
KLT dengan pereaksi Degandorf. Hasil positif alkaloid pada uji
Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai
kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi
Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis
karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+),
yang reaksinya ditunjukkan pada Gambar.
3+ + +
Bi + H2O BiO + 2H
3+
Agar ion Bi tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah
3+
asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi
dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam
Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih
membentuk kalium tetraiodobismutat (Svehla, 1990). Pada uji alkaloid
dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji Dragendorff
ditunjukkan pada Gambar (Miroslav, 1971). Untuk menegaskan hasil positif
alkaloid yang didapatkan,dilakukan uji Mayer, Wagner dan dragendorff pada fraksi
CHCl3 dan fraksi air dari sampel.
8
b. Glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid
Uji Buih.
Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang
mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa lainnya. Reaksi pembentukan busa pada uji saponin
ditunjukkan pada gambar. Selain uji Forth juga dilakukan uji Lieberman- Burchard
yang merupakan uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan triterpen
c. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-
glikosida, isoflavon C- dan Oglikosida, flavanon C- dan O-glikosida, khalkon
dengan C- dan O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin,
auron O-glikosida, dan hihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon, flavonol,
flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya
Menurut Markham (1988), flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Flavonoid
merupakan termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan
mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Struktur flavonoid dapat ditunjukkan pada
Gambar
9
10
Uji Wilstater cyanidin biasa digunakan untuk mendeteksi senyawa yang
mempunyai inti benzopyron. Warna orange yang terbentuk pada uji Bate Smith-
Mertcalf dan warna merah pada uji Wilstater disebabkan karena terbentuknya
garam flavilium (Achmad, 1986) seperti pada Gambar.
e. Antrakinon
Antrakinon (9,10-dioxoanthracene) merupakan senyawa organik aromatic
dan merupakan turunan dari antrasena. Glikosida antrakinon mempunyai efek
laksatif atau purgatif. Contoh dari glikosida antrakinon antara lain emodin (pada
11
Rhei radix, Rhamni frangulae), aloe emodin (pada Aloe folium), senosida A dan
-
menghambat kanal ion Cl
12
BAB III
METODOLOGI DAN HASIL PRAKTIKUM
3.1 Alat
1. Skrining Fitokimia : magnetic stirrer, hot plate stirrer, rotary evaporator,
Erlenmeyer
2. Identifikasi senyawa golongan alkaloid : penangas air, lempeng KLT, penotol
mikro, kertas saring, gelas ukur, Erlenmeyer, cawan porselen, batang
pengaduk, corong kasa, tabung reaksi, pipet, chamber.
3. Identifikasi glikosida saponin, triterpenoid dan steroid : tabung reaksi, corong
berisi kapas, penangas air, penotol mikro, lempeng KLT, gelas ukur, pipet
tetes, Erlenmeyer, chamber.
4. Identifikasi senyawa golongan flavonoid : penangas air, tabung reaksi,
lempeng KLT, penotol mikro, pipet tetes, vortex, Erlenmeyer, gelas ukur,
chamber.
5. Identifikasi senyawa golongan polifenol dan tannin : pipet tetes, kertas saring,
lempeng KLT, penotol mikro, vortex, erlenmyer, chamber, gelas ukur, corong
kaca.
6. Identifikasi senyawa golongan antrakinon : corong pisah, tabung reaksi,
lempeng KLT, kertas saring, vortex, chamber, Erlenmeyer, penangas air,
penotol mikro, gelas ukur.
3.2 Bahan
1. Skrining fitokimia : simplisia X, etanol / methanol 80%
2. Identifikasi senyawa golongan alkaloid : ekstrak simplisia X, HCl 2N, NaCl,
pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, NH4OH 28 %, kloroform bebas air,
methanol, kiesel gel GF 254, etil asetat, pereaksi dragendorf, air.
3. Identifikasi glikosida saponin, triterpenoid dan steroid : ekstrak simplisia X,
air suling, etanol, asam asetat anhidrat, H2SO4 pa, HCl 2N, etil asetat, n-
heksana, anisaldehida asam sulfat, antimon klorida.
4. Identifikasi senyawa golongan flavonoid : ekstrak simplisia X, n-heksana,
etanol, HCl pa, 4 potong magnesium, air suling, butanol, asam asetat glacial,
pereaksi sitrat borat / uap ammonia.
5. Identifikasi senyawa polifenol dan tannin : ekstrak simplisia X, aquadest
panas, NaCl 10%, FeCl3, larutan gelatin, kloroform, etil asetat.
13
6. Identifikasi senyawa golongan antrakinon : ekstrak simplisia X, air suling,
toluene, ammonia, KOH 5N, H2SO4 encer, asam asetat glacial, etil, larutan
10% KOH dalam methanol.
b Reaksi pengendapan
14
Menambah larutan IA dengan pereaksi mayer
Mengetes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil
selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm diatas permukaan cairan
B Reaksi Warna
15
a Uji Liebermann Burchard
b Uji Salkowski
Menguapkan ekstrak sampai tinggal 0,5 ml, lalu totolkan pada KLT
16
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu
(ungu) untuk anisaldehida asam sulfatdan merah muda untuk antimon
klorida
Mengaduk sampai larut, totolkan pada fase diam, lalu uji kromatografi
lapis tipis
c Uji Wilstater
17
Larutan IIIA sebagai blanko
Menotolkan larutan IIID pada fase diam lalu dilakukan uji kromatografi
lapis tipis
b Uji Feriklorida
18
Jika terjadi warna hijau-kehitaman menunjukkan adanya tannin
Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan tetapi
setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna
hijau-biru hingga hitam menunjukkan adanya senyawa Polifenol
c Uji Gelatin
19
Mengumpulkan fase toluena dan dibagi menjadi 2 bagian yaitud larutan
VA dan VB
Mengambil fase toluene dan dibagi menjadi dua, sebagai larutan VIA
dan VIB
20
3.4 Hasil Praktikum
3.4.1 Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid
No Uji Hasil Keterangan
1 Reaksi Pengendapan
a. Mayer + Ada endapan
b. Wagner - Tidak terbentuk endapan
2 KLT - Noda tidak tampak
21
3 KLT + Tampak noda kehitaman tidak
tegas
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Deksripsi Tumbuhan
- Habitat
Singkong dapat tumbuh subur di daerah yang ketinggiannya mencapai 1200
meter di atas permukaan air laut.
- Habitus
Singkong termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah
patah).
- Akar
Sistem perakarannya yaitu tunggang atau dikotil.
- Batang
Batang pada singkong bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal
tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan tinggi.
- Daun
Daun singkong memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai
telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Selain itu
23
daun singkong juga bersifat cepat luruh yang berumur paling lama hanya
beberapa bulan. Tepi daun rata, dan susunan tulang daunnya yaitu menjari.
- Bunga
Tanaman singkong bunganya berumah satu (monoecus).
- Buah
Bentuk singkong bermacam-macam, dan meskipun kebanyakan berbentuk
silinder dan meruncing, beberapa diantaranya bercabang. Ubi yang terbentuk
merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat
penyimpanan makanan cadangan. Selain itu bentuk ubi biasanya bulat
memanjang. Daging ubi mengandung zat pati berwarna putih gelap dan tiap
tanaman menghasilkan 5-10 buah.
- Biji
Di dalam singkong terkotak-kotak berisi 3 butir biji.
- Manfaat
Manfaat singkong untuk kesehatan adalah dapat menyehatkan jantung dan
mengendalikan darah dan menambah darah. Selain itu, singkong juga dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit yaitu rhematik, sakit kepala, demam,
diare, cacingan, beri-beri, luka bernanah dan dapat menambah stamina.
24
saponin, yaitu tidak adanya kekeruhan ataupun endapan pada larutan
tersebut.
b. Kromatografi Lapis Tipis
Pada analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT), larutan IC
ditambahkan NH4OH 28% sampai larutan menjadi basa, lalu
diekstraksi dengan 5ml kloroform bebas air, dan disaring. Filtrat
diuapkan sampai kering, lalu dilarutkan dalam metanol dan siap untuk
pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : Etil asetat-metanol-air (9 : 2 : 2)
Penampak noda : Pereaksi Dragendorf
Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam
ekstrak tersebut. Dari hasil yang diperoleh setelah disemprot dengan
pereaksi dragendorf, hasilnya negatif (-), yaitu tidak tampak/ timbul
warna.
Dari hasil praktikum kami dapat diketahui pada ekstrak sampel
setelah dilakukan reaksi pengendapan menunjukkan hal berikut :
No. Uji Pereaks Hasil
i
1. Reaksi Mayer Larutan IA + Pereaksi mayer
Pengendapan endapan (keruh)
2. Reaksi Wagner Larutan IB + perekasi wagner
Pengendapan tidak terbentuk endapan
(tidak keruh)
26
yaitu larutan bagian atas berwarna hijau, larutan tengah berwarna pekat,
dan larutan bawah berwarna merah.
Keterangan :
Larutan
berwarna
merah,
tidak
terbentuk
cincin
27
Adanya terpenoid atau steroid ditunjukkan dengan adanya warna
merah ungu atau ungu. Hasil uji diperoleh hasil positif (+) terpenoid
atau steroid yaitu noda berwarna merah ungu (ungu).
Pada hasil pengujian antara reaksi warna dengan uji KLT
menunjukkan hasil yang berbeda, yakni pada pada uji Liebermann-
Burchard dan uji salkowski menunjukkan hasil (-) artinya tidak
mengandung saponin steroid, triterpenoid steroid maupun steroid tak
jenuh sedangkan pada uji KLT menunjukkan hasil positif (+) yang
artinya terdapat sapogenin steroid dan triterpenoid. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut :
1 Preparasi sampel
Hal ini disebabkan karena adanya kesalahan selama proses
preparasi sampel dan proses pengujian seperti penimbangan ekstrak
A yang tidak tepat, adanya kontaminasi silang dengan kotoran atau
zat asing lainnya.
2 Adanya positif palsu
Yang dikarenakan adanya pengganggu dalam percobaan dan
kesalahan dalam percobaan.
3 Kekuatan pengocokan
Kesalahan dalam hasil pengujian ini kemungkinan disebabkan
karena waktu pengocokan yang terlalu kuat, atau penambahan
jumlah reagen yang tidak tepat.
4 Pelarutan
Pada saat melarutkan, ekstrak tidak dapat larut dengan sempurna
dengan penambahan pelarut.
32
a
(b)
Pada gambar tersebut tidak nampak warna merah atau pada lapisan alkalis,
sehingga dapat disimpulkan untuk uji warna borntrager (b) hasilnya negatif tidak
ditunjukkan adanya antrakuinon.
33
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
a. Ekstrak A(+) mengandung alkaloid dengan pereaksi mayer
b. Ekstrak A(+) mengandung flavonoid dengan uji wilsater
c. Ekstrak A (+) mengandung polifenol dengan uji feriklorida dan uji gelatin
d. Hasil uji KLT :
34
DAFTAR PUSTAKA
35