Anda di halaman 1dari 4

D.

PERANANNYA DALAM KESEHATAN

Tidak semua jenis serangga merugikan manusia, ada beberapa jenis serangga
mempunyai arti

penting bagi kehidupan man.

misalnya. Lebah penghasil madu. Selain menghasilkan Madu, juga berperan membantu
proses penyerbukan pada tanaman.

1. Peranan Serangga dalam kesehatan.

Yaitu serangga (artropoda) itu sendiri yang menyebabkan sakit pada organ manusia atau
hewan.
mis. Entomofobia, dermatosis kehilangan darah, racun serangga, alergi, miasis dan
kerusakan alat indra.

2. Peranan serangga dlm kesehatan.

Selain serangga dapat menimbulkan penyakit pada manusia secara langsung, namun
serangga juga berperan sebagai vektor penyakit.misal : Nyamuk Aedes sebagai vektotr
penyakit Demam Berdarah Dengue. Nyamuk Culex sebagai vektor penyakit Filariasis

3. Keuntungan serangga

Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai
organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata,
bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan
hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.
Disamping peran secara langsung serangga juga memiliki peran yang tidak langsung yaitu
menjaga keseimbangan ekologi di alam, karena serangga adalah salah satu dari rantai
makanan, dimana beberapa jenis burung menjadikan serangga sebagai makanannya,
namun jika jumlah yang tidak terkendali karena keseimbangan alam yang terganggu karena
akibat berkurangnya pemangsa serangga, maka jumlah serangga akan tidak terkendali,
karena salah satu sifatnya perkembang biakannya yang cepat, sehingga hal ini juga akan
merugikan, baik bagi pertanian, perkebunan, kepada manusia secara langsung.

1.3. Manfaat dan Peranan Serangga

Serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan
mineral. Penelitian tentang pemanfaatan serangga sebagai salah satu
sumber makanan sudah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh
WS Bristowe pada tahun 1932 yang meneliti di Laos dan Siam (dikenal
dengan Thailand). Jenis serangga yang dikonsumsi bervariasi dan dalam
jumlah yang sangat banyak, antara lain: (1) binatang air kecil (sejenis
kepiting); (2). belalang; (3). Laba-laba; (4). Lipas; (5). Jangkrik; (6).
Kumbang; (7). Lebah Madu; (8). Anai-Anai; (9). Rayap; (10). Semut;

(11). Kutu; dan (12). Ulat bulu.

Di Thailand, serangga dikonsumsi dalam bentuk telur, larva, atau dewasa,


baik mentah maupun sesudah dipanggang, direbus, atau digoreng.
Mereka memasaknya dengan beberbagai jenis bumbu antara lain bawang
putih,daun jeruk, buah jeruk, garam, dna saos kari udang, yanag adapat
meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Salah satu jenis bumbu
saos yang terkenal adalah Saos Nam Phala (terbuat dari campuran

udang). Serangga tersebut dikonsumsi berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan istana di
Bangkok.

Kebiasaan mengkonsumsi serangga juga dikenal di Indonesia, namun


hanya pada golongan masyarakat tertentu, dan pada skala terbatas. Ada
beberapa jenis serangga yang sangat populer dan diusahakan komersil,
seperti lebah madu, jangkrik, rayap, ulat sutera, dan semut. Jenis serangga
lainnya belum dibudidayakan, tetapi diburu di alam seperti belalang,
laba-laba, kutu, kumbang kelapa, dan ulat sagu. Ulat sagu sangat
digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya manis, lunak dan lezat.

Bahkan Prof. Dr. Ir. Dodi Nadika, pakar rayap IPB menjadikan
Cryptotermes cynocepphalus light (Rayap Kayu Kering = RKK) sebagai
permen. RKK mengandung protein yang cukup tinggi, sekitar 14.2 persen
dari bobot basah tubuh atau 55.7 persen dari bobot kering tubuh,

karbohidrat 10.2 persen, dan lemak 25.2 persen terhadap bobot kering
tubuh. Pembuatannya dilakukan dari pekatan protein dicampur HFS
(sirup fruktosa tinggi, dimasak pada suhu 70-100 derajat celcius,

ditambahkan gelatin, dilakukan proses penghilangan busa, pendinginan, dan pencetakan.

Penggemar lebah madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu,


perekat lebah bernilai ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu di
alam. Banyak warga mengkonsumsi larva, mencampurnya dengan
gandum seperti pembuatan bakwan yang digoreng (Rismunandar 1981).
4

Belalang dan jangkrik digemari penduduk Indonesia di kawasan timur.


Mereka memenggang atau menyangrainya, rasanya lembut dan segurih
udang.

Peluang dan prospek memanfaatkan serangga sebagai sumber protein


hewani sangat besar. Dari hasil analisis ternyata berabgai jenis serangga
mempunyai kandungan protein dan lemak yang tinggi. Sebagai contoh,
laba-laba mengandung protein sebesar 64.3 persen dan lemak sebanyak

9.8 persen.

Pada kondisi krisis ekonomi saat ini, mengkonsumsi serangga merupakan


salah satu alternatif yang baik. Persoalannya, masih banyak warga
masyarakat kita belum terbiasa melakukannya. Penduduk pada beberapa
kawasan di Indonesia (seperti Irian) mengkonsumsi belalang sebagai
sumber lauk sehari-hari, namun tidak populer di kawasan lainnya. Maka
perlu dimasyarakatkan cara mengolah dan memasaknya untuk
mendapatkan cita rasa yang nikmat. Dari sudut pandangan agama,
mengkonsumsi serangga bukan hal yang diharamkan. Prospek
pemanfaatn serangga terbuka luas. Kebutuhan konsumsi bisa
ditingkatkan lewat kampanye penyadaran sedang sedian serangga masih
sangat besar dan biaya investasi relatif sangat kecil. Serangga sangat
mampu beradaptasi dengan lingkungannya, pengelolaan relatif mudah,
cukup dengan menggunakan teknologi sederhana. Munculnya peluang
wisata konsumsi makanan dari berbagai jenis serangga adalah suatu
keunggulan komparatif.

Jangkrik dan semut dijadikan sumber makanan protein hewani, selain


sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan pancing, dan banyak
spesies lainnya yang berguna bagi kehidupan. Serangga juga membantu
proses penyerbukan pada berbagai macam tanaman, di samping berperan
sebagai pengurai (dekomposer), bioindikator lingkungan, membantu di
bidang kesehatan, dan bernilai ekonomis sebagai bahan perhiasan dan
diperjualbelikan.

Serangga berperan di bidang pertanian, seperti melakukan penyerbukan


yang dilakukan lebah (Rismunandar 1981), SPKS Elaeidobius

kamerunicus dan Thrips hawainensis. Serangga penyerbuk coklat


(Forcipornyia spp), bersifat predator, parasitoid ataupun musuh alami
pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan (Kusumah 1994).

Anda mungkin juga menyukai