Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NUAH JAPET
SKRIPSI
Karakteristik Semen Ikan Ekonomis Budidaya: Mas (Cyprinus carpio), dan Patin
(Pangasius hypophthalmus)
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Nuah Japet
C24053501
RINGKASAN
Ikan merupakan Filum terbesar dari semua vertebrata yang hidup, sekitar 30000
diantaranya merupakan jenis ikan dari total sekitar 50000 vertebrata (Mananos et al.,
2008). Ikan mas dan patin merupakan jenis ikan bernilai ekonomis penting karena sudah
memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Hal inilah yang
menyebabkan kedua ikan tersebut mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha
untuk membudidayakannya.
Penelitian mengenai spermatozoa ikan belum banyak dilakukan, sehingga informasi
mengenai hal ini sangat minim, dan perlu dilakukan penelitian mengenai kajian reproduksi
ikan-ikan tersebut, salah satunya adalah studi sebagai data dan karakteristik spermatozoa
ikan-ikan tersebut secara morfologi dan morfometri agar informasi mengenai ikan-ikan
tersebut semakin banyak dan kegiatan budidaya bisa lebih dikembangkan melalui studi
aspek ini. Tujuan penelitian ini antara lain, mengkaji karakteristik spermatozoa ikan Mas
dan ikan Patin, mengkaji morfologi dan morfometri spermatozoa ikan, mengkaji
konsentrasi spermatozoa ikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 s/d
September 2010 di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Unit Rehabilitasi Reproduksi
(URR) Fakultas Kedokteran Hewan, Laboratorium Biologi Makro, MSP FPIK IPB, serta
Laboratorium Reproduksi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi (LIPI) Cibinong.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain karakteristik spermatozoa ikan mas dan
patin secara umum berbeda. Volume spermatozoa ikan mas lebih banyak daripada ikan
patin. Warna, konsistensi, gerakan massa dan pH memiliki nilai yang hampir sama.
Morfologi dan Morfometri spermatozoa ikan mas dan patin memiliki bentuk dan ukuran
yang mirip, namun ekor spermatozoa ikan mas lebih panjang. Konsentrasi pada
spermatozoa ikan mas lebih besar daripada ikan patin.
Rataan diameter kepala ikan mas didapat sebesar 15,974 m dengan simpangan
baku 6,575 m dan rataan panjang ekor sebesar 113,858 m dengan simpangan baku
15,696 m. sedangkan pada ikan patin, rataan diameter kepala didapat sebesar 14,639 m
dengan simpangan baku 5,372 m dan rataan panjang ekor sebesar 74,012 dengan
simpangan baku sebesar 7,416 m. Dengan demikian dapat dilihat bahwa diameter kepala
spermatozoa ikan mas dan ikan patin tidak jauh berbeda, namun panjang ekor
spermatozoa ikan mas sedikit lebih panjang daripada panjang ekor ikan patin, hal tersebut
dapat mengindikasikan bahwa dengan ekor yang lebih panjang, pergerakan massa akan
lebih sulit pada ikan mas, yang dapat menjadi salah satu faktor pembeda pada
keberhasilan suatu proses pembuahan.
Saran untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan perlakuan terhadap ikan yang
akan diteliti agar didapat informasi yang lebih, terkait dengan hubungan antara aspek
geografis, pakan, panjang dan berat ikan dengan karakteristik spermatozoa ikan.
Kata kunci: Ikan Mas, Ikan Patin, Karakteristik, Morfologi, Morfometri, Spermatozoa.
KARAKTERISTIK SEMEN IKAN EKONOMIS BUDIDAYA: MAS (CYPRINUS
CARPIO), DAN PATIN (PANGASIUS HYPOPHTHALMUS)
NUAH JAPET
C24053501
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyatakan kasih dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Karakteristik Semen Ikan Ekonomis
Budidaya: Mas (Cyprinus carpio), dan Patin (Pangasius hypophthalmus) disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan September 2009 s/d September
2010, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan Mas, dan Patin adalah
ikan ekonomis budidaya yang cukup digemari masyarakat, namun pada penelitian
mengenai aspek morfologi dan morfometri spermatozoa belum pernah dilakukan. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan melihat rataan dan simpangan baku
konsentrasi spermatozoa dan melihat hubungan antara morfologi dan morfometri
spermatozoa dengan keberhasilan dalam proses reproduksi dan diharapkan
penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperoleh informasi lebih lanjut mengenai
kajian aspek tersebut.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, sehingga
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih, anugerah, dan
penyertaan-Nya serta kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, M.S dan Dr. R. Iis Arifiantini, M.Si selaku dosen pembimbing
skripsi I dan II atas bimbingan dan arahan-arahan yang telah diberikan selama
berlangsungnya penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik atas segala
bimbingannya selama masa studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3. Dr. Ir. M Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen penguji tamu dan Ir. Agustinus M. Samosir,
M.Phil selaku dosen penguji dari progam studi yang telah memberikan masukan dan
saran yang sangat berarti untuk penulis.
4. Ayahanda M Ginting dan Ibunda K Br Sembiring, serta adik Fifandra dan Tri Lestari atas
doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
5. Bapak Bondan (Teknisi laboratorium URR Fakultas Kedokteran Hewan IPB) atas arahan,
kerjasama, dan bantuannya selama di laboratorium.
6. Bapak Izul (Teknisi laboratorium Reproduksi Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong) atas bantuan dalam pengambilan
foto dan penggunaan alat untuk keperluan penelitian ini.
7. Bapak Sukenda dan Bapak Aam (Teknisi laboratorium kolam departemen Budidaya
Perairan) atas bantuannya dalam ilmu stripping.
8. Keluarga Perwira 43 atas bantuan moril kepada penulis selama ini.
9. Teman-teman di UKM PMK IPB, Komisi Pembinaan Pemuridan dan Perkantas Bogor
yang telah membantu dalam kehidupan rohani penulis.
10.Mbak Widar dan staf Tata Usaha MSP lainnya atas bantuan, perhatian dan pengarahan
selama penulisan skripsi.
11.Seluruh rekan-rekan MSP 42 Rikky, Alsade, Fredrik, Sudono, Agustina dan teman-teman
yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persaudaraan, bantuan, dan motivasi
selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
RIWAYAT HIDUP
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai asisten mata kuliah
agama Kristen Protestan periode 2007-2009. Penulis juga dalam kegiatan kerohanian Unit
Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (UKM PMK IPB) dalam Komisi
Pembinaan Pemuridan (KPP), aktif dalam berbagai kepanitiaan kegiatan Paskah, Natal dan
Retreat Angkatan. Penulis juga menjadi Anggota Eksekutif Badan Penelitian dan
Pengembangan Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (Balitbang
UKM PMK IPB) periode 2008-2010. Penulis juga menjadi staf Himpunan Mahasiswa
Manajemen Sumberdaya Perairan (Himasper) divisi kerohanian periode 2007-2008. Selain
itu, penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitian dalam acara di lingkungan
Departemen.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi yang berjudul Karakteristik
Semen Ikan Ekonomis Budidaya: Mas (Cyprinus carpio), dan Patin (Pangasius
hypophthalmus).
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3.Tujuan ....................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam, termasuk sektor
perikanan. Ikan merupakan bahan pangan yang berprotein tinggi, mudah dicerna
oleh tubuh dan harganya terjangkau. Ikan mas dan patin termasuk jenis-jenis
ikan ekonomis yang dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.
Ikan merupakan Filum terbesar dari semua vertebrata yang hidup, sekitar
30000 diantaranya merupakan jenis ikan dari total sekitar 50000 vertebrata
(Mananos et al., in Cabrita et al., 2008). Ikan hidup pada hampir setiap
lingkungan akuatik di bumi, pada kisaran temperatur, salinitas, oksigen dan juga
karakteristik kimia dan fisika perairan yang luas. Lingkungan tersebut
mengakibatkan tekanan pada ikan untuk beradaptasi dan menghasilkan
keanekaragaman cara dalam melakukan reproduksi.
Ikan mas merupakan jenis ikan bernilai ekonomis penting, karena sudah
memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dan telah
menjadi sumber mata pencaharian masyarakat pada daerah tertentu, seperti
Jawa Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah (Suseno,
2002). Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena
memiliki harga jual yang tinggi. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian
makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin
bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, patin tidak
membutuhkan perairan yang mengalir untuk membongsorkan tubuhnya. Pada
perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah
memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Hal inilah yang menyebabkan
ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya.
Penyediaan benih yang bermutu baik dalam jumlah cukup dan kontinyu
merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budi daya ikan konsumsi
dan ikan ekonomis. Kualitas benih ditentukan oleh kualitas telur dan
2
1.3.Tujuan
Ikan mas adalah salah satu jenis ikan bernilai ekonomis penting. Ikan ini
telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Ikan
Mas berasal dari daratan Cina. Ikan mas pada umumnya (Common carp)
(Cyprinus carpio L. 1758) sudah mulai dibudidayakan dari beberapa ratus tahun
yang lalu. Untuk waktu yang cukup lama reproduksi tidak dapat terkontrol dan
berkembang biak secara spontan di kolam ataupun sungai (Billard, 1995). Karena
sifat ikan mas yang tahan terhadap lingkungan baru maka dengan cepat ikan mas
tersebar ke seluruh penjuru dunia. Penyediaan benih yang bermutu baik dalam
jumlah cukup dan kontinu merupakan faktor penting dalam upaya
pengembangan budi daya ikan konsumsi. Oleh karenanya, informasi teknologi
pengelolaan usaha pembenihan ikan mas yang mencakup ras-ras ikan mas yang
potensial, pemilihan lokasi yang tepat, pengelolaan induk yang baik, pemijahan,
penetasan telur, pendederan, pascapanen, dan analisis kelayakan ekonominya
sangatlah diperlukan (Suseno, 2002).
Secara umum, ikan mas mempunyai sifat-sifat sebagai hewan air
omnivora yang lebih condong ke sifat hewan karnivora. Dalam ilmu taksonomi
hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut.
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
SuperKelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidei
5
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.
2.2.2. Spermatozoa
Sampel diambil dari tiga ekor ikan mas jantan yang berasal dari empang
di sekitar Kampus, dan tiga ekor ikan patin jantan yang berasal dari kolam
penelitian jurusan Budidaya Perairan (BDP) dengan kondisi sudah matang gonad,
tanpa perlakuan, dan siap untuk memijah. Penelitian pendahuluan dan penelitian
utama dilakukan kurang lebih 1 tahun (September 2009 sampai september
2010). Pengamatan motilitas spermatozoa dan evaluasi langsung dilakukan di
lapang dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Unit
Rehabilitasi Reproduksi (URR) Fakultas Kedokteran Hewan, Laboratorium Biologi
Makro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, serta Laboratorium Reproduksi Bidang
Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Cibinong.
Alat Bahan
Bunsen sampel semen segar
mikropipet 0,5-1,0 l larutan pewarna Williams
tabung epphendorf 2 ml larutan formol saline
kamar hitung Neubauer tissue
Outer slide box alkohol absolut
Counter larutan chloramin 0,5%
pH indikator paper larutan sodium sitrat 0,3%
Stopwatch distilled water
mikroskop cahaya alkohol 96%
mikroskop compound Nikon Optihot 2 kertas label
perangkat lunak CorelDraw X4
gelas objek
wadah penampung sperma
Syringe 5 ml
Sentrifuse
16
3. Preparat ulas difiksasi dari semen segar yang dikoleksi dari lapang
dengan bunsen.
Spermatozoa segar
Tidak Tidak
Mukus hilang?
Preparat pengamatan
Jumlah sampel pada masing-masing jenis ikan adalah tiga ekor. Pada hasil
penelitian didapatkan volume spermatozoa ikan mas 1,27 0,47 ml sedangkan
pada ikan patin 1,23 0,21 ml. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa
volume spermatozoa kedua ikan tersebut hampir sama pada penelitian ini.
Volume spermatozoa dapat dikaitkan dengan sex ratio pada ikan. Sex ratio
adalah seberapa banyak perbandingan spermatozoa antara induk jantan dengan
sel telur induk betina yang memijah untuk menghasilkan bibit yang optimal.
21
Perbedaan volume semen juga dapat mengindikasikan sex ratio yang dibutuhkan
pada ikan jantan dan betina. Salah satu faktor berhasil tidaknya suatu proses
pembuahan bergantung pada perbandingan spermatozoa dengan sel telur.
Warna semen ikan mas adalah putih susu (Tabel 1) dan warna semen ikan
patin adalah krem-putih susu. Warna krem pada semen mamalia disebabkan
oleh pengaruh riboflavin yang disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan
dibawakan oleh suatu gen autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh
terhadap fertilitas (Toelihere, 1981), pada semen ikan patin ditemukan warna
krem, namun itu bukan merupakan akibat adanya riboflavin, karena riboflavin
hanya ditemukan pada spermatozoa mamalia. Warna krem diduga disebabkan
karena adanya pencampuran dengan feses atau lendir yang keluar dari kulit ikan
pada saat pengambilan sperma. Konsistensi semen yang didapatkan berkisar
sedang pada ikan mas, dan kental ke sedang pada ikan patin.
Tebal tipisnya nilai gerakan massa sperma dilihat dari seberapa banyak
spermatozoa yang terlihat pada mikroskop yang diamati pada 7 sampai 10
lapang pandang, dengan menilai gerakan spermatozoa apakah bergerak secara
individu atau secara kelompok yang padat. Menurut Toelihere (1981) Nilai
gerakan massa +++ adalah sangat baik, terlihat gelombang besar, banyak, gelap,
tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan hitam dekat waktu hujan yang bergerak
cepat berpindah-pindah tempat. Nilai ++ adalah jika terlihat gelombang-
gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban. Nilai + adalah
jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individual aktif
progresif, dan nilai - adalah jika hanya sedikit atau tidak ada gerakan-gerakan
individual. Penilaian gerakan massa pada pemeriksaan makroskopis gerakan
massa diperoleh rataan sebesar 2,67 (++/+++) pada ikan mas dan 3 (+++) pada
ikan patin yang mengindikasikan sperma ikan patin lebih bergerak aktif (rough)
dibandingkan sperma ikan mas. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dengan
gerakan massa yang lebih aktif, maka spermatozoa pada ikan patin mempunyai
daya gerak yang lebih aktif dan dapat memaksimalkan pergerakan untuk proses
pembuahan ke sel telur daripada ikan mas.
22
(a) (b)
Gambar 4. Morfologi spermatozoa ikan patin (a) dan mas (b).
yang dihasilkan pada induk betina. Sedangkan pada ekor sperma (midpiece)
terdapat sisa-sisa sitoplasma dan mitochondria yang cukup untuk menggerakkan
ekor sperma. Setelah proses spermatogenesis selesai, sperma akan tersimpan
dalam testis. Pada wilayah temperate, spermatogenesis akan sempurna pada
akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada musim semi tahun berikutnya,
namun pada wilayah tropis, pemijahan pada ikan bisa berjalan sepanjang tahun
sesuai siklus hidupnya (Billard, 1995).
Umumnya kepala sperma pada gambar berbentuk nyaris bulat
sempurna, dengan ekor yang tidak menggulung kondisi tersebut dapat dikatakan
normal. Namun jika dibandingkan dengan pustaka yang didapat, panjang ekor
sperma tersebut tidak sempurna atau tidak sesuai dengan panjang pada pustaka.
Hal ini diduga karena putusnya sebagian ekor sperma yang disebabkan oleh
proses sentrifugasi yang bertujuan untuk memisahkan fase padatan dan cairan,
karena melalui penelitian pendahuluan, jika tanpa proses sentrifugasi maka
spermatozoa menyebar terlalu soliter sehingga ketika proses pewarnaan, hanya
sedikit sampel individu yang didapatkan. Pada penelitian ini, memakai metoda
Williams yang dimodifikasi dengan proses sentrifugasi pada sampel yang siap
untuk diwarnai, hal tersebut dilakukan karena pada pewarnaan sebelumnya,
spermatozoa ikan yang sudah diwarnai tidak kelihatan secara jelas, maka perlu
pengendapan spermatozoa. Namun hasil yang didapat pada gambar adalah
spermatozoa yang ekornya terputus pada bagian midpiece (bagian ekor tengah)
sampai ke bagian ekor utama (endpiece).
Mas Patin
Preparat Preparat
Diameter Panjang ekor Diameter Panjang ekor
kepala (m) (m) kepala (m) (m)
1 14,96 5,85 114,87 14,26 1 14,91 5,70 62,45 8,66
2 14,80 6,04 123,56 17,47 2 14,85 5,07 53,39 4,31
3 18,19 7,83 114,31 16,34 3 14,37 5,38 85,42 6,74
4 15,94 6,58 102,69 14,71 4 14,42 5,33 94,79 9,94
Rataan 15,97 6,57 113,86 15,69 14,64 5,37 74,01 7,42
Pada ikan mas yang breedingnya secara relatif sinkron atau bersamaan,
maka pada pengelolaan pada perikanan yang bisa diaplikasikan dari penelitian ini
adalah data pada kualitas semen ikan bisa menjadi dasar untuk penentuan sex
ratio antara spermatozoa dengan sel telur untuk bisa menghasilkan bibit yang
optimal ke depannya. Sedangkan pada ikan patin yang breeding antara jantan
dan betina secara tidak bersamaan (Ernawati, 1999) sehingga diperlukan
cryopreservasi (pembekuan) sperma untuk kemudian dilakukan pembuahan
26
buatan, maka data kualitas semen segar ini bisa menjadi dasar untuk proses
cryopreservasi dan menghasilkan bibit yang optimal dan nantinya untuk produksi
sektor perikanan melalui biologi reproduksi pada kedua ikan tersebut di masa
yang akan datang.
V. Simpulan dan Saran
5.1. Simpulan
5.2 Saran
Lampiran 1.
Pada setiap ikan, diambil; n = 2 lapang pandang pada chamber dijumlahkan lalu dirata-ratakan
Ikan Patin
P1:
P2 :
P3 :
f x x =
1 2
N
1
3
x (3270,83 5530,33) 2 (9645,83 5530,33) 2 (3675 5530,33) 2 = 2914,61
Mas
M1
M2
M3
f x x
1 2
N
1
3
x (13250 11083) 2 (11062 11083) 2 (8937 11083) 2 = 1760, 84
33
1.
1. Ikan Mas
2. Ikan Patin