PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara analisis kadar lemak atau minyak pada bahan pangan dan hasil
pertanian dengan metode ekstraksi Soxhlet.
Tabel 1. Komposisi kimia kacang tanah (per 100 gram bahan kering)
Komposisi Jumlah
Kadar air (g) 4,0
Protein (g) 25,3
Lemak (g) 42,8
Karbohidrat (g) 21,1
Fosfor (mg) 334,0
Kabri (kal) 425,0
BDD (%) 100,0
Sumber : Departemen Kesehatan, RI, (1996)
2.1.2 Ikan Lemuru
Ikan lemuru (Sardinella longiceps) memiliki gigi pada langit-langit mulut sambungan
tulang rahang bawah dan lidah. Sisik-sisiknya lembut dan bertumpuk tidak teratur, jumlah sisik
didepan sirip punggung 13-15. Sisik duri terdapat pada lambung, 18 di depan sirip perut dan 14
lainnya di belakang sirip perut (Weber dan de Beaufort, 1965). Ikan lemuru berwarna biru
kehijauan pada bagian punggung dan putih keperakan pada bagian lambung, serta mempunyai
sirip-sirip transparan. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm tetapi pada umumnya hanya 10-15
cm. Menurut Whitehead (1985) ikan lemuru tersebar di lautan hindia bagian timur yaitu Phuket,
Thailand, di pantai-pantai sebelah selatan Jawa Timur dan Bali, Australia sebelah barat, lautan
Pasific sebelah barat (Laut Jawa ke utara sampai Philipina, Hongkong sampai Jepang bagian
selatan).
Ikan Lemuru termasuk ikan berlemak tinggi dengan kandungan lemak yang bervariasi.
Kandungan lemak yang berbeda ini tergantung pada ukuran ikan, kedewasaan, musim, makanan
dan sebagainya (Moeljanto, 1988). Menurut Stansby (1982), minyak ikan banyak mengandung
jenis asam lemak omega-3 yakni EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan DHA (Docosahexaenoic
Acid). Hasil penelitian Dewi (1996) menunjukkan bahwa kandungan EPA dan DHA pada
minyak ikan lemuru masing-masing sebesar 15 % dan 11 %. Minyak ikan lemuru ini merupakan
hasil samping dari industri pengalengan dan penepungan ikan lemuru yang banyak terdapat di
daerah Muncar Jawa Timur.
Tabel 2 . Komposisi kimia ikan lemuru (Sardinella lemuru)
Komposisi %
Kadar air 64,55 - 69,86
Kadar protein 20,36 - 23,01
Kadar lemak 4,48 - 11,86
Kadar abu 2,07 - 3,03
Kadar garam 0,11 - 0,17
Sumber : Hanafiah dan Murdinah, 1982
2.2.3 Daging Ayam
Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan utama mayoritas masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karena harga daging ayam dapat dijangkau oleh masyarakat
luas. Daging ayam mengandung protein yang tinggi serta berlemak rendah. Murtidjo (2003)
memaparkan bahwa daging ayam juga memiliki tekstur yang lebih halus dan lebih lunak jika
dibandingkan dengan daging sapi dan ternak lain sehingga lebih mudah dicerna.Namun, sebelum
mendapatkan mutu daging ayam yang baik dan layak untuk dimakan oleh masyarakat, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu daging ayam tersebut. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam budidaya ayam pedaging komersil diantaranya pengelolaan pemeliharaan,
pemberian pakan, pencegahan dan penanggulangan terhadap penyakit, pengangkutan,
pemotongan, dan faktor-faktor lain. Nilai gizi serta komposisi asam amino pada daging ayam
dapat dilihat pada tabel berikut:
BAB 3. METODOLOGI
BAB 4. PEMBAHASAN
Pada praktikum analisa lemak/minyak didapatkan hasil dengan data seperti di atas. Pada
saat praktikum untuk ikan lemuru di lakukan 2 perlakuan yang berbeda dengan tujuan agar
mengetahui perbedaan kadar lemak/minyak yang terkandung dalam ikan lemuru segar dan ikan
lemuru kukus. Hasil yang didapat paling tinggi kadar lemaknya pada ikan lemuru segar. Hal ini
di karenakan ikan lemuru masih segar dan kandungan lemaknya masih cukup tinggi. Kadar
lemak menurut Hanafiah dan Murdinah (1982) adalah 4,48-11,86 %, sedangkan pada praktikum
52,395%. Hal ini berbeda, dikarenakan berat bahan yang digunakan berbeda. Yang kedua ikan
lemuru kukus (49,204%) berbeda dengan ikan segar, hal ini kemungkinan disebabkan karena
perlakuannya sehingga kandungan yang ada pada ikan lemuru kukus berkurang.
Kadar kacang tanah pada praktikum yaitu 36,44% sedangkan menurutDepartemen
Kesehatan RI (1996) adalah 42,8%. Hal ini berbeda karena komposisi kacang tanah dipengaruhi
oleh varietas, lokasi geografis dan kondisi pertumbuhan serta bisa juga di sebakan karena berat
bahan yang berbeda. Dan yang ke empat pada daging ayam (25,759%), daging ayam memiliki
kandungan lemak yang rendah daripada ikan lemuru. Hal ini disebabkan pada daging ayam,
sebagian besar lemak berada pada bagian bawah kulit dan setelah proses pemasakan hanya
mengandung 1,3 % lemak. Yang terakhir pada sosis (14,65%) pada ssat praktikum
sedangkanmenurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995) jumlah lemak maksimal
25,0%, hal ini menunjukan perbedaan pada saat praktikum dan literatur. Hal ini terjadi karena
pada sosis ada bahan tambahan seperti garam.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
a. Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat
b. Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan dan
perendaman sampel.
c. Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Jumlah kadar lemak ikan lemuru berbeda dengan ikan segar kemungkinan disebabkan
oleh perlakuannya sehingga kandungan yang ada pada ikan lemuru kukus berkurang.
5.2 Saran
a. Pada saat menjelaskan teori lebih jelas agar praktikan lebih paham
b. Selesai meggunakan alat laboratorium, segera dicuci dan kembalaik ke tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan kering.
Jakarta: Penebar Swadaya
BeMiller, JN. 1998. Carbohydrate analysis. Di dalam: S. Nielsen (eds). 2010. Food Analysis. New
York: Springer Science
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf.
Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Depkes.
Dewi, UN. 1996. Isolasi Asam Lemak Omega-3 Dari Minyak Hasil Limbah Penepungan dan
Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps). Skripsi. Bogor: FTP IPB
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1972. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharat. Jakarta.
57pp.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1972. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharat. Jakarta.
57pp
Hanafiah, Murdinah. 1982. Evaluasi mutu pada penanganan lemuru di Muncar. Prosiding Seminar
Perikanan Lemuru. Banyuwangi, 18- 21 Januari 1982. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian, hal 187-198
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Jakarta: Maggy Thenawijaya, penerjemah
Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Moeljanto, R. 1988. Hubungan Kandungan Lemak Ikan Lemuru Dengan Beberapa Sifat
Biologinya.Jakarta: Liberty
Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta : Kanisius.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Stansby. 1982. Cured Fisheri product.s, in Industrial Fisheri Technology. Reinold Pub. Co. New York.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi.1996. Analisa bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty dan PAU Pangan dan Gizi UGM
Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Bandung: Yrama Widya.
Weber, Mand L.F De Beaufort. 1965. The Fishes of Indo-Australian Archipelago. E.J Brill Ltd. Leiden
Whitehead, P.J.P. 1985. FAO Species Catalogue. Vol. 7. Clupeid fishes of the world. An annotated and
illustrated catalogue of the Herrings, Sardines, Pilchards, Sprats, Anchovies, and Wolf Herrings.
Part 1. Chirocentridae, Clupeidae and Pristigasteridae. FAO Fish. Synop., 7(25).
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.