Alamat Korespondensi :
Latar belakang
Labioschisis atau biasa disebut bibir sumbing adalah cacat bawaan yang
menjadi masalah tersendiri di kalangan masyarakat, terutama penduduk dengan
status sosial ekonomi yang lemah. Akibatnya operasi dilakukan terlambat dan
malah dibiarkan sampai dewasa.
2
Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui secara pasti, hanya
disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000 kelahiran. Hidayat dan kawan-kawan
di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987
melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada
bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk. (6)
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, untuk mengetahui dan
mempelajari mengenai cacat kongenital , penyebab, diagnosis banding, serta cara
tatalaksananya
3
Anamnesis
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari
apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan
pasien mengadakan kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi
aktif antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Anamnesis yang baik untuk
seorang dewasa mencakupi keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang
dialami sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan informasi
mengenai keadaan tiap sistem tubuh pasien.3
Keluhan utama; yaitu gangguan atau keluhan yang terpenting, yang
dirasakan penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat
dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan tentang lamamnya
keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar untuk memulai
evaluasi pasien.3
Informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang; ialah
penyakit yang bermula pada saat pertama kali penderita merasakan
keluhan itu. Tentang sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah:
tempat, kulaitas penyaakit, kuantitas penyakit, urutan waktu,
situasi,faktor yang memperberat atau yang mengurangi, gejala-
gejala yang berhubungan.3
Riwayat penyakit terdahulu; riwayat penyakit yang pernah
diderita di masa lampau yang mungkin berhubungan dengan
penyakit yang dialaminya sekarang.3
Riwayat keluarga; segala hal yang berhubungan dengan peranan
herediter dan kontak antar anggota keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor sosial keluarga turut
mempengaruhi kesehatan keluarga penderita.3
4
Riwayat pribadi; segala hal yang menyangkut pribadi pasien.
Mengenai peristiwa penting pasien dimulai dari keterangan
kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk
dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi,
riwayat makan, riwayat pendidikan dan masalah keluarga.3
Gejala klinis
Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain : (1), (2), (4)
- Masalah Dental
5
- Infeksi telinga
- Gangguan berbicara
Etiologi
6
Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain: (4)
Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal
kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam
folat, vitamin C, dan Zn)
Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal
Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.
Faktor genetik
Epidemiologi
Labioschisis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat
berupa takik kecil pada bahagian bibir yang berwarna samapai pada pemisahan
komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu
7
sisi disebut labioschisis unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut
labioschisis bilateral. (1)
Bibir sumbing langit-langit (palatum) secara rutin terkait dengan lebih dari
200 sindrom / malformasi. Insidensinya bervariasi antar kelompok etnis sebagai
berikut: American Indian (3.6:10,000), Asia (3:1000), dan Amerika Afrika
(0.3:1000).(2)
Satu per 2.500 Afrika Amerika dilahirkan dengan sumbing. (2) Afrika-
Amerika memiliki tingkat prevalensi yang lebih rendah dari bibir dan/atau langit-
langit sumbing bila dibandingkan dengan orang Kaukasia. Tingkat prevalensi
sebesar 0,61 per 1.000 dan 1,05 per 1.000 kelahiran hidup masing-masing
dilaporkan oleh Croen, Shaw, Wasserman dan Tolarova (1998). (2) Di Malawi
dilaporkan terdapat tingkat prevalensi yang rendah untuk bibir sumbing dan / atau
langit-langit, 0,7 per 1.000 kelahiran hidup.(2)
Amerika Latin berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan,
dan Karibia. Prevalensi Amerika Latin lebih rendah daripada Kaukasia dan
penduduk asli Amerika, namun masih lebih tinggi daripada Afrika Amerika. (2)
Orang latin memiliki prevalensi sumbing sebesar 9,7 per 10.000 kelahiran hidup. (15)
Dalam Sucre, tingkat prevalensi bibir dan/atau langit-langit sumbing di Bolivia
adalah 1,23 per 1.000 kelahiran hidup. (2)
Yordania
Amerika Serikat
Hawaii adalah negara bagian Amerika Serikat yang memiliki populasi yang
sangat beragam yang terdiri dari 73% orang Asia dan Kepulauan Pasifik keturunan.
Forrester & Merz (2004) menemukan bahwa tingkat prevalensi bibir dan/atau
langit-langit sumbing per 10.000 kelahiran hidup di Hawaii adalah: 10 pada orang
9
Kaukasia, 16 pada orang-orang keturunan Asia Timur Jauh, 11 pada orang-orang
keturunan Kepulauan Pasifik, dan 14,5 pada orang keturunan Filipina.(2)
Indonesia
Berdasarkan data dari Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-
Langit (YPPCBL) kepada Radar Bandung tahun 2008, bahwa sejak tahun 1979
sampai tahun 2008 operasi dan perawatan bibir sumbing mencapai 11.472 di
seluruh Indonesia atau 395 orang per tahun.RADARBANDUNG Sedangkan pada
tahun 2009 Ketua Pengurus YPPCBL kepada harian Kompas menyatakan bahwa
saat ini diperkirakan jumlah penderita bertambah 6.000-7.000 kasus per tahun.
Namun, karena berbagai macam kendala, jumlah penderita yang bisa dioperasi
jauh dari ideal. Hanya 1.000-1.500 pasien per tahun yang mendapat kesempatan
menjalani operasi. (6)
10
misalnya ibu merokok, (7) ibu penyalahgunaan alkohol atau beberapa bentuk
pengobatan hipertensi ibu (7) faktor lingkungan lain yang telah dipelajari meliputi:
penyebab musiman (seperti eksposur pestisida);. diet ibu dan asupan vitamin;
retinoid - yang merupakan anggota vitamin A keluarga; obat-obatan antikonvulsan,
alkohol, penggunaan rokok; senyawa nitrat, pelarut organik, paparan orangtua
untuk memimpin, dan obat-obatan terlarang (kokain, heroin, dll).
Bukti untuk prevalensi celah orofasial yang lebih banyak terjadi pada
masyarakat kelas sosial ekonomi rendah masih samar-samar.
11
Bukti-bukti menunjukkan bahwa masalah komunikasi berhubungan dengan
bibir dan langit-langit sumbing yang tampak pada masa anak-anak. Penelitian
perkembangan anak pada bibir dan langit-langit sumbing pada infant dan toddler
(anak baru bisa berdiri dan berjalan), atau sejak lahir sampai usia 3 tahun,
menyatakan bahwa bibir sumbing pada todler memiliki penundaan atau
keterlambatan perkembangan dalam daerah bahasa ekspresif pada usia 36 bulan.
Respon negatif dari orang lain, secara nyata atau hanya perasaan saja, dapat
mempengaruhi kesan terhadap diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan
untuk menarik secara individual mempengaruhi harga diri, kompentensi sosial, dan
penilaian terhadap daya tarik di masa depan. Daya tarik fisik menunjukkan peran
yang signifikan dalam kehidupan sosial seperti membangun hubungan kekerabatan
dalam setiap tahap kehidupan, sekolah, romantika, kerja dan lain-lain. Penerimaan
sosial seringkali tergantung pada fisik seseorang. Hubungan tersebut antara
kecantikan secara fisik dan penerimaan sosial merupakan hambatan pada orang
dengan bibir dan langit-langit sumbing dalam berkomunikasi. (7)
12
Patofisiologi
13
Manifestasi Klinis
14
Penatalaksanaan
Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi
menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan
berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai
adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg ,
Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai
rule of ten ada beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan
dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum
harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar
sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat
bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga
membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini
tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan
dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu
melewati langit-langit yang terbelah.
15
Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester
khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu
jauh akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah
depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika
hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara
kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus
tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba. (4)
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan
adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa
diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing
(labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa
bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia
tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau
dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
16
3. Tahap setelah operasi.
Cara menyusui bagi ibu yang memiliki anak dengan bibir sumbing:
a. Memberi tahu ibu kepentingan ASI untuk bayinya,
b. Usaha untuk menutup celah atau sumbing bibir agar bayi dapat memegang
puting dan areola dalam mulutnya waktu menyusui (jari ibu atau plak gigi yg
khusus atau obturator), kadang-kadang payudara ibu menutup celah itu.
c. Memerah susu dan memberikan kepada anaknya menggunakan cangkir atau
sendok teh.(6)
Preventif
1. Menghindari merokok
Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko lingkungan terbaik yang
telah dipelajari untuk terjadinya celah orofacial. Ibu yang menggunakan tembakau
selama kehamilan secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya
celah-celah orofacial. Mengingat frekuensi kebiasaan kalangan perempuan di
Amerika Serikat, merokok dapat menjelaskan sebanyak 20% dari celah orofacial
yang terjadi pada populasi negara itu. (3)
Lebih dari satu miliar orang merokok di seluruh dunia dan hampir tiga
perempatnya tinggal di negara berkembang, sering kali dengan adanya dukungan
public dan politik tingkat yang relatif rendah untuk upaya pengendalian tembakau.
17
(Aghi et al.,2002). Banyak laporan telah mendokumentasikan bahwa tingkat
prevalensi merokok pada kalangan perempuan berusia 15-25 tahun terus
meningkat secara global pada dekade terakhir (Windsor, 2002). Diperkirakan
bahwa pada tahun 1995, 12-14 juta perempuan di seluruh dunia merokok selama
kehamilan mereka dan, ketika merokok secara pasif juga dicatat, 50 juta
perempuan hamil, dari total 130 juta terpapar asap tembakau selama kehamilan
mereka . (2)
2. Menghindari alkohol
Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan
sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang
normal dari fetus.
a. Asam Folat
Peran asupan folat pada ibu dalam kaitannya enan celah orofasial sulit untuk
ditentukan dalam studi kasus-kontrol manusia karena folat dari sumber makanan
memiliki bioavaibilitas yang luas dan suplemen asam folat biasanya diambil
dengan vitamin, mineral dan elemen-elemen lainnya yang juga mungkin memiliki
efek protektif terhadap terjadinya celah orofasial.
Folat merupakan bentuk poliglutamat alami dan asam folat ialah bentuk
monoglutamat sintetis. Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada
18
setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan. Asam folat memiliki dua
peran dalam menentukan hasil kehamilan. Satu, ialah dalam proses maturasi janin
jangka panjang untuk mencegah anemia pada kehamilan lanjut. Kedua, ialah dalam
mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang embrionik. Telah disarankan
bahwa suplemen asam folat pada ibu hamil memiliki peran dalam mencegah celah
orofasial yang non sindromik seperti bibir dan/atau langit-langit sumbing. (7)
b. Vitamin B-6
c. Vitamin A
19
4. Modifikasi Pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar menyerankan bahwa ada
hubungan antara celah orofasial dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan,
industri reparasi, pegawai agrikulutur). Teratogenesis karena trichloroethylene dan
tetrachloroethylene pada air yang diketahui berhubungan dengan pekerjaan bertani
mengindikasikan adanya peran dari pestisida, hal ini diketahui dari beberapa
penelitian. namun tidak semua.(5) Maka sebaiknya pada wanita hamil lebih baik
mengurangi jenis pekerjaan yang terkait.
Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti pabrik cat, operator motor,
pemadam kebakaran atau bertani telah diketahui meningkatkan resiko terjadinya
celah orofasial. (6)
5. Suplemen Nutrisi
20
Komplikasi
Prognosis
21
KESIMPULAN
22
Daftar Pustaka
2. Converse JM, Hogan VM, Mc Carthy JG. Cleft Lip and Palate, Introduc
tion. Dalam: Reconstructive Plastic Surgery, Ed. 11, vol. 4. Pbiladelphia:
WB Saunders Co, 1977, hal. 1937.
4. Millard DR. Cleft Lips. Dalam: Plastic Surgery, Grabb and Smith. Boston:
Little Brown Co, 1976.
23
24