Anda di halaman 1dari 12

Obat Kemoterapeutik

Agen antimikroba merupakan salah satu contoh kemajuan dalam dunia pengobatan
modern yang paling dramatis. Banyak penyakit infeksi yang dahulu dianggap tidak dapat diobati
dan mematikan saat ini dapat diobati hanya dengan menggunakan pil. Aktivitas obat anti
mikroba yang sangat kuat dan spesifik timbul akibat selektivitasnya terhadap sasaran kerjanya,
baik yang unik untuk mikroorganisme maupun yang jauh lebih banyak atau lebih penting berada
di mikroorganisme dari pada di tubuh manusia. Beberapa sasaran antimkiroba antara lain enzim
penyintesis dinding sel pada jamur dan bakteri, ribosom bakteri, enzim yang diperlukan untuk
sintesis nukleotida dan replica DNA, dan mekanisme replikasi virus.

Mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap tekanan lingkungan melalui berbagai cara


efektif, mikroorganisme juga berespons serupa terhadap tekanan antibiotic. Konsekuensi yang
tidak dapat dihindari dari penggunaan antimikroba adalah adanya seleksi mikroorganisme yang
resisten; hal ini mungkin merupakan contoh evolusi yang paling nyata. Penggunaan antibiotic
yang berlebihan dan tidak tepat guna sangat meningkatkan prevalensi pathogen yang resisten
terhadap beberapa obat sehingga beberapa orang berspekulasi bahwa kita sedang mendekati
akhir era antibiotic. Sayangnya, seiring meningkatnya kebutuhan akan antibiotic dalam beberapa
tahun terakhir ini, laju perkembangan obat baru mulai melambat. Sasaran molecular obat
antimikroba yang paling rentan telah berhasil dikenali, dan pada beberapa kasus, telah berhasil
dikristalisasi dan dikarakterisasi. Sampai ditemukannya sasaran obat dan senyawa yang baru,
tampaknya pada decade berikutnya, kita hanya akan dapat mengendalikan kelompok-kelompok
obat yang saat ini tersedia. Ketika berurusan dengan resistensi obat yang semakin berkembang,
kita perlu berupaya keras untuk mempertahankan efektivitas kelompok-kelompok obat tersebut.

Antibiotic Beta-Laktam dan Antibiotic Lain yang Aktif di Dinding Sel dan
Membran Sel
Senyawa Beta-Laktam

1. Penisilin

Golongan penisilin mempunyai persamaan sifat kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi,


dan karakteristik imunologis dengan sefalosporin, monobaktam, karbapenem,

dinamakan demikian karena mempunyai cincin laktam beranggota empat yang unik.

Kimiawi

Semua penisilin mempunyai struktur dasar. Suatu cincin tiazolidin melekat pada
cincin -laktam yang membawa suatu gugus amino sekunder (RNH-). Substituent dapat
melekat pada gugus amino tersebut. Integritas struktur inti 6-aminopenisilinat penting
untuk aktivitas biologis senyawa ini. Hidrolisis cincin -laktam milik bakteri
menghasilkan asam penisiloat yang tidak mempunyai aktivitas antibakteri.

A. Klasifikasi

Substituent gugus 6-aminopenisilanat menentukan sifat farmakologis dan


antibakteri utama molekul yang dihasilkan. Penisilin dapat digolongkan ke dalam salah
satu dari tiga kelompok. Senyawa-senyawa dalam tiap kelompok itu relative stabil
terhadap asam lambung dan dapat diberikan per oral, misalnya, penisilin V, dikloksasilin,
dan amoksisilin.

a) Penisilin (misalnya, penisilin G), jenis penisilin ini memiliki aktivitas terkuat terhadap
organism gram positif, kokus gram negative, dan mikroorganisme yang tidak
menghasilkan -laktamase. Akan tetapi, jenis ini hanya sedikit efektif terhadap batang
gram negative, dan rentan dihidrolisis oleh -laktamase.
b) Penisilin antistafilokokus (misalnya, nafsilin), jenis penisilin ini resisten terhadap -
laktamase stafilokokus. Jenis ini efektif terhadap stafilokokus dan streptokokus tapi tidak
efektif terhadap entrokokus, bakteri anaerob, dan kokus serta batang gram negative.
c) Penisilin berspektrum luas (ampisilin dan penisilin antipseudomonas), jenis penisilin
ini tetap memiliki spectrum antibakteri seperti penisilin tetapi efektivitasnya meningkat
terhadap organism gram negative. Namun, seperti penisilin, jenis ini rentan dihidrolisis
oleh -laktamase.

B. Pembentukan dan Unit Penisilin

Pada awalnya, aktivitas penisilin G dinyatakan dalam unit. Penisilin G kristalin


natrium mengandung sekitar 1600 unit perg mg (1 unit = 0,6 mcg; 1 juta unit penisilin =
0,6 g). Kebanyakan penisilin semisintetis diresepkan berdasarkan beratnya dari pada
unitnya. Konsentrasi inhibitoris minimum (minimum inhibitory concentration, MIC)
penisilin (atau antimikroba lainnya) biasanya dinyatakan dalam mcg/mL. Kebanyakan
penisilin diberikan dalam bentuk garam natrium atau kalium dari asam bebas. Penisilin G
kalium mengandung sekitar 1,7 mEq K+ per juta unit penisilin (2,8 mEq/g). Nafsilin
mengandung Na+, 2,8 mEq/g. garam prokain dan garam benzatin menjadi bentuk
penisilin G depot untuk penyuntikan intramuscular. Pada bentuk kristalin kering, garam
penisilin stabil selama bertahun-tahun dalam suhu 4C. Penisilin dalam bentuk larutan
kehilangan efek antibakterinya dengan cepat (misalnya 24 jam pada suhu 20C) sehingga
harus segera diberikan sesudah penisilin kering dilarutkan.

Mekanisme Kerja

Penisilin, seperti semua antibiotic -laktam, menghambat pertumbuhan bakteri


dengan mengganggu reaksi transpeptidasi dalam sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel
adalah suatu lapisan luar yang kaku dan khas untuk spesies bakteri, dan sepenuhnya
membungkus membrane sitoplasma, mempertahankan bentuk dan integritas sel, dan
mencegah lisis sel akibat tekanan osmotic tinggi. Dinding sel tersusun dari suatu polimer
polisakarida dan polipeptida berikatan silang yang kompleks, yakni peptidoglikan
(murein, mukopeptida). Polisakarida ini mengandung gula amino yang berselang-seling,
yakni N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat. Suatu peptide yang mengandung
lima asam amino dikaitkan dengan gula asam N-asetilmuramat. Peptide ini berakhir di D-
alanil-D-alanin. Penicilin-binding protein (PBP, suatu enzim) memotong alanin terminal
tersebut pada proses pembentkan suatu ikatan silang dengan peptide yang di dekatnya.
Ikata silang tersebut membuat struktur dinding sel menjadi kaku. Antibiotic -laktam,
yang secara structural merupakan analog substrat PBP, yaitu D-Ala-D-alamiah, berikatan
secara kovalen dengan tempat aktif di PBP. Ikatan ini menghambat reaksi transpeptidase,
menghentikan sintesis peptidoglikan sehingga sel akan mati. Mekanisme pasti kematian
sel tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi autolysin dan gangguan morfogenesis dinding sel
tampaknya ikut terlibat. Penisilin dan sefalosporin membunuh sel bakteri hanya jika sel
bakteri tersebut aktif bertumbuh dan menyintesis dinding sel.

Resistensi

Resistensi terhadap penisilin dan -laktam lainnya disebabkan oleh salah satu dari
empat mekanisme umum berikut : (1) inaktivasi antibiotic oleh -laktamase, (2)
modifikasi PBP target, (3) gangguan penetrasi obat untuk mencapai PBP sasaran, dan (4)
efluks. Produksi -laktamase merupakan mekanisme resistensi yang paling umum
dijumpai. Beratus-ratus -laktamase yang berbeda telah diidentifikasi. Beberapa -
laktamase, seperti yang diproduksi oleh Staphylococcus aureus, Haemophilus sp, dan
Escherichia coli, memiliki spesifisitas terhadap substrat yang relative sempit sehingga
lebih menginaktivasi penisilin ketimbang sefalosporin. -laktamase lainnya, seperti -
laktamase AmpC yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa, dan Enterobacter sp,
dan -laktamase berspektrum luas (extended-spectrum -lactamase, ESBL),
menghidrolisis sefalosporin dan penisilin. Karbapenem sangan resisten terhadap
hidrolisis oleh metallo--laktamase dan karbapenemase.

Perubahan PBP target merupakan dasar resistensi terhadap metisilin pada


stafilokokus dan dasar resistensi terhadap penisilin pada pneumokokus dan enterokokus.
Organisme yang resisten tersebut menghasilkan PBP yang berafinitas rendah terhadap
peningkatan dengan antibiotic -laktam sehingga organisme tersebut tidak dihambat,
kecuali pada konsentrasi obat yang relative tinggi, yang sering kali tidak dapat tercapai
secara klinis.

Resistensi karena gangguan penetrasi untuk mencapai PBP sasaran hanya terjadi
pada spesies gram negative karena spesies ini memiliki membrane dinding sel luar yang
impermeable, sedangkan bakteri gram positif tidak memiliki membrane ini. antibiotic -
laktam melintasi membrane luar dan memasuki organisme gram negative via kanal
protein membrane luar (porin). Ketiadaan atau berkurangnya jumlah kanal tersebut dapat
sangat mengganggu masuknya obat ke dalam sel. Penetrasi yang buruk saja biasanya
tidak cukup menimbulkan resistensi, karena pada akhirnya, jumlah antibiotic yang masuk
ke dalam sel akan cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, halangan
ini sangat penting dengan adanya -laktamase, bahkan yang relative kurang aktif
sekalipun, asalkan laju hidrolisis obat oleh -laktamase lebih cepat dari pada laju
masuknya obat ke dalam sel. Organisme gram negative juga dapat menghasilkan pompa
efluks; pompa ini terdiri atas komponen protein sitoplasmik yang secara efisien
mentranspor beberapa antibiotic -laktam dari periplasma kembali melintasi membrane
luar.

Farmakokinetik

Absorpsi obat per oral dapat sangat berbeda untuk tiap penisilin, dan sebagian
beruntung pada kestabilan terhadap asam dan ikatan proteinnya. Absorpsi nafsilin di
saluran cerna bersifat erotic sehingga tidak cocok diberikan per oral. Dikloksalisin,
ampisilin, dan amoksisilin relative stabil terhadap asam dan diabsorpsi dengan baik,
menghasilkan konsentrasinya dalam serum sekitar 4-8 mcg/mL pada dosis oral 500 mg.
Absorpsi sebagian besar penisilin oral (kecuali amoksisilin) terganggu oleh makanan
sehingga obat tersebut harus diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan.

Setelah pemberian parenteral, absorpsi kebanyakan penisilin terjadi secara utuh


dan cepat. Pemberian melalui jalur intravela lebih disukai dari pada jalur intramuscular
karena injeksi dosis besar intramuscular menimbulkan iritasi dan nyeri setempat.
Konsentrasi dalam serum 30 menit pascainjeksi intravena 1 g penisilin (setara dengan
sekitar 1,6 juta unit penisilin G) adalah 20-50 mcg/mL. Hanya sedikit dari total obat
dalam serum dijumpai dalam bentuk obat bebas; konsentrasi obat ditentukan oleh ikatan
obat dengan protein. Penisilin yang sangat terikat pada protein (misalnya, nafisilin)
umumnya mencapai konsentrasi obat bebas yang lebih rendah dalam serum ketimbang
penisilin yang kurang terikat pada protein (misalnya, penisilin G, ampisilin). Ikatan
dengan protein menjadi relevan secara klinis jika persentase obat yang terikat pada
protein mencapai sekitar 95% atau lebih. Penisilin terdistribusi secara luas dalam cairan
tubuh dan jaringan, dengan beberapa pengecualian. Penisilin merupakan molekul yang
polar sehingga konsentrasi penisilin intrasel jauh lebih sedikit dari pada konsentrasi
penisilin dalam cairan ekstrasel.

Penisilin benzatin dan prokain dibuat untuk menunda absropsi sehingga


konsentrasi penisilin lebih lama dalam darah dan jaringan. Injeksi intramuscular tunggal
1,2 juta unit penisilin benzatin mempertahankan kadar serum diatas 0,02 mcg/mL selama
10 hari, yang cukup untuk menangani infeksi streptokokus -hemolitikus. Setelah 3
minggu, kadarnya masih melebihi 0,003 mcg/mL, yang cukup untuk mencegah infeksi
streptokokus -hemolitikus. Dosis penisilin prokain sebesar 600.000 unit menghasilkan
konsentrasi puncak sebesar 1-2 mcg/mL dan secara klinis bermanfaat selama 12-24 jam
pascainjeksi intramuscular tunggal.

Konsentrasi penisilin dalam sebagian besar jaringan serupa dengan


konsentrasinya dalam serum. Penisilin juga diekskresikan dalam sputum dan susu dengan
kadar sebesar 3-15% kadarnya dalam serum. Penetrasinya ke jaringan mata, prostat, dan
susunan saraf pusat buruk. Akan tetapi, pada radang meningen yang aktif, sepeti pada
meningitis bakterialis, konsentrasi penisilin sebesar 1-5 mcg/mL dapat dicapai dengan
dosis parenteral harian sebesar 18-24 juta unit. Konsentrasi ini cukup untuk membunuh
galur pneumokokus dan meningokokus yang rentan.

Penisilin cepat diekskresikan oleh ginjal; sejumlah kecil diekskresikan melalui


jalur lain. Sekitar 10% ekskresi ginjal terjadi melalui filtrasi glomerulus dan 90% oleh
sekresi di tubulus ginjal. Waktu paruh normal penisilin G adalah sekitar 30 menit; pada
gagal ginjal, dapat mencapai 10 jam. Ampisilin dan penisilin berspektrum luas disekresi
lebih lambat ketimbang penisilin G dan mempunyai waktu paruh selama 1 jam. Untuk
penisilin yang dibersihkan oleh ginjal, dosisnya harus disesuaikan menurut fungsi ginjal;
pemberian sekitar seperempat hingga sepertiga dosis normal dilakukan jika bersihan
kretinin ginjal sebesar 10 mL/menit atau kurang.

Nafsilin terutama dibersihkan melalui ekskresi empedu. Oksasilin, dikloksasilin,


dan kloksasilin dieleminasi oleh ekskresi ginjal dan empedu; penyesuaian dosis obat-obat
ini tidak diperlukan pada gagal ginjal. Karena bersihan penisilin kurang efisien pada
neonates, dosis yang hanya disesuaikan menurut berat badan menghasilkan konsentrasu
sistemik yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama ketimbang pada orang dewasa.

Kegunaan Klinis

Kecuali amoksisilin oral, semua penisilin harus diberikan 1-2 jam sebelum atau
sesudah makan; penisilin sebaiknya tidak ditelan bersama makanan untuk meminimalkan
ikatan dengan protein makanan dan inaktivasi oleh asam. Kadar semua penisilin dalam
darah dapat ditingkatkan dengan pemberian probenesid secara simultan, 0,5 g (10 mg/kg
pada anak) setiap 6 jam per oral, yang menghambat sekresi asam lemah, seperti senyawa
-laktam, oleh tubulus ginjal.

A. Penisilin

Penisilin G merupakan obat pilian untuk infeksi yang disebabkan oleh


streptokokus, meningokokus, enterokokus, pneumokokus yang rentan penisilin,
stafilokokus yang tidak menghasilkan -laktamase, Treponema pallidum dan banyak
spiroketa lainnya, spesies klostridium, aktinomises, dan batang gram positif serta
organisme anaerob gram negative yang tidak menghasilkan -laktamase. Bergantung
pada organisme, tempat, dan derajat keparahan infeksi, dosis efektif berkisar antara 4
sampai 24 juta unit per hari yang diberikan intravena dalam empat atau enam dosis
terbagi. Penisilin G dosis tinggi dapat juga diberikan sebagai infuse intravena secara
kontinu.
Tabel 1. Panduan penentuan dosis beberapa penisilin yang lazim digunakan

Dosis yang Disesuaikan


sebagai Persentase Dosis
Normal untuk Gagal Ginjal
Berdasarkan Bersihan
Kreatinin (Clcr)
Antibiotik (Jalur Dosis Dosis Anak1 Dosis Clcr Sekitar Clcr Sekitar 10
Pemberian) Dewasa Neonatus2 50 mL/menit
mL/menit
Penicilin
Penicilin G (IV) 1-4 mU q4- 25.000- 75.000- 50-75 % 25%
6h 400.000 150.000
unit/kg/hari unit/kg/hari
dalam 4-6 dalam 2 atau
dosis 3 dosis
Penicilin VK (PO) 0,25-0,5 g 25-50 Tidak ada Tidak ada
qid mg/kg/hari
dalam 4
dosis
Penicilin
antistafilokokus
Cloxacillin, 0,25-0,5 g 25-50 100% 100%
dicloxacillin (PO) qid mg/kg/hari
dalam 4
dosis
Nafcillin (IV) 1-2 g q4-6h 50-100 50-75 100% 100%
mg/kg/hari mg/kg/hari
dalam 4-6 dalam 2 atau
dosis 3 dosis
Oxacillin (IV) 1-2 g q4-6h 50-100 50-75 100% 100%
mg/kg/hari mg/kg/hari
dalam 4-6 dalam 2 atau
dosis 3 dosis
Penicillin
berspektrum-luas
Amoxicillin (PO) 0,25-0,5 g 20-40 66% 33%
t.i.d mg/kg/hari
dalam 3
dosis
Amoxicillin/kaliu 500/125 20-40 66% 33%
m clavulanate (PO) t.i.d- mg/kg/hari
875/125 mg dalam 4-6
b.i.d dosis
Piperacillin (IV) 3-4 g q4-6h 300 150 50-75% 25-33%
mg/kg/hari mg/kg/hari
dalam 3 dalam 2
dosis dosis
Ticarcillin (IV) 3 g q4-6h 200-300 150-200 50-75% 25-33%
mg/kg/hari mg/kg/hari
dalam 4-6 dalam 2 atau
dosis 3 dosis
1
Dosis total tidak boleh melebihi dosis dewasa
2
Dosis yang disajikan disini adalah selama minggu pertama kehidupan. Dosis harian harus
ditingkatkan sekitar 33-50% setelah minggu pertama kehidupan. Kisaran dosis yang lebih rendah
harus digunakan pada neonates yang memiliki berat badan kurang dari 2 kg. setelah bulan
pertama kehidupan, dosis anak dapat digunakan.

Penisilin V, suatu bentuk penisilin oral, hanya diindikasikan pada infeksi ringan
karena bioavailibitasnya relative rendah, dosisnya perlu diberikan empat kali sehari,
spectrum antibakterinya sempit. Amoksisilin lebih sering digunakan sebagai pengganti.
Penisilin benzatin dan penisilin G prokain untuk suntikan intramuscular menghasilkan
kadar obat yang rendah tetapi bertahan lama. Suntikan tunggal penisilin benzatin
sebanyak 1,2 juta unit secara intramuscular, efektif sebagai terapi faringitis streptokokus
-hemolitikus; penisilin benzatin intramuscular yang diberikan setiap 3-4 minggu sekali
mencegah reinfeksi. Penisilin G benzatin sebanyak 2,4 juta unit secara intramuscular
sekali seminggu selama 1-3 minggu, efektif untuk terapi sifilis. Penisilin G prokain, yang
dulu merupakan andalan dalam terapi pneumonia pneumokokus tanpa penyulit atau
gonorea, saat ini jarang digunakan karena banyak galur yang resisten terhadap penisilin.

B. Penisilin yang Resisten Terhadap Beta-Laktamase Stafilokokus (Metisilin, Nafsilin,


dan Penisilin Isoksazolil)

Penisilin semisintetis ini diindikasikan untuk infeksi stafilokokus yang


menghasilkan -laktamase, walaupun galur streptokokus dan pneumokokus yang rentan
terhadap penisilin juga sensitive terhadap penisilin ini. Listeria, enterokokus, dan galur
stafilokokus yang resisten terhadap metisilin resisten terhadap antibiotic jenis ini.
Penisilin isoksazolil, seperti oksasilin, kloksasilin, atau dikloksasilin, sebanyak
0,25-0,5 per oral tiap 4-6 jam (15-25 mg/kg/hari untuk anak), cocok digunakan sebagai
terapi infeksi stafilokokus setempat berderajat ringan hingga sedang. Penisilin
isoksazolil relative stabil terhadap asam dan bioavaibilitasnya cukup baik. Akan tetapi,
makanan mengganggu absorpsinya sehingga obat harus diberikan 1 jam sebelum atau
sesudah makan.
Untuk infeksi stafilokokus sistemik yang berat, oksasilin dan nafsilin sebanyak 8-
12 g/hari diberikan melalui infuse intravena intermiten sebesar 1-2 g setiap 4-6 jam (50-
100 mg/kg/hari untuk anak).

C. Penisilin Berspektrum Luas (Aminopenisilin, Karboksipenisilin, dan


Ureidopenisilin)

Obat-obat ini memiliki aktivitas yang lebih besar dari pada penisilin G terhadap
bakteri gram negative karena kemampuannya menembus membrane luar organisme gram
negative lebih besar. Seperti penisilin G, obat ini diinaktifkan oleh -laktamase.
Aminopenisilin, yaitu ampisilin dan amoksisilin, mempunyai spectrum dan
aktivitas yang sama, tetapi amoksisilin lebih mudah diabsorpsi per oral. Amoksisilin
dengan dosis 250-500 mg 3 kali sehari, setara dengan ampisilin dalam dosis yang sama 4
kali sehari. Obat-obat ini diberikan secara oral untuk mengobati infeksi saluran kemih,
sinusitis, otitis, dan infeksi saluran napas bawah. Ampisilin dan amoksisilin adalah
antibiotic oral -laktam yang paling aktif terhadap pneumokokus yang resisten terhadap
penisilin dan menjadi antibiotic -laktam yang dianjurkan untuk mengobati infeksi yang
dicurigai disebabkan oleh bakteri resisten tersebut. Ampisilin (tapi tidak amoksisilin)
efektif pada shigelosis. Penggunaannya untuk mengobati gastroenteritis akibat salmonella
tanpa komplikasi masih kontroversial karena dapat memperpanjang status karier
(pembawa).
Ampisilin, pada dosis 4-12 g/hari intravena, bermanfaat mengobati infeksi berat
yang disebabkan oleh organisme yang disebabkan oleh organisme yang rentan-penisilin,
termasuk organisme anaerob, enterokokus, Listeria monocytogenes, dan galur kokus dan
hasil gram-negatif yang tidak menghasilkan -laktamase, seperti E. coli, dan spesies
salmonella. Galur H.influenzae yang tidak menghasilkan -laktamase umumnya rentan,
tapi saat ini mulai muncul galur resisten karena adanya perubahan PBP. Banyak spesies
gram-negatif menghasilkan -laktamase dan bersifat resisten sehingga menghalangi
penggunaan ampisilin sebagai terapi empiris untuk infeksi saluran kemih, meningitis, dan
demam tifoid. Ampisilin tidak aktid terhadap klebsiella, enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, sitrobakter, seratia, spesies proteus positif-indol, dan bakteri aerob gram-
negatif lain yang umum dijumpai pada infeksi nosokomial.
Karbenisilin, yakni karboksipenisilin antipseudomonas yang pertama kali
ditemukan, sudah tidak digunakan lagi. Turunannya, karbenisilin indanil natrium, dapat
diberikan per oral untuk infeksi saluran kemih. Terdapat alternative lain yang lebih aktif
dan ditoleransi lebih baik. Suatu karboksipenisilin yang memiliki aktivitas serupa dengan
karbenisilin adalah melawan enterokokus. Golongan ureidopenisilin, yakni piperasilin,
mezlosilin, dan azlosilin, seperti Klebsiella pneumoniae. Walaupun tidak ada data klinis
yang mendukung keunggulan terapi kombinasi di atas terapi obat tunggal, karena
kecenderungan P.aeruginosa untuk menjadi resisten, penisilin antipseudomonas sering
digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida atau flurokuinolon untuk infeksi
pseudomonas diluar saluran kemih.
Ampisilin, amoksisilin, tikarsilin, dan piperasilin juga tersedia dalam kombinasi
dengan salah satu dari beberapa penghambat -laktamase: asam klavulanat, sublaktam,
atau tazobaktam. Penambahan penghambat -laktamase meningkatkan aktivitas penisilin
ini sehingga mencakup galur S.aureus yang menghasilkan -laktamase serta beberapa
bakteri gram-negatif yang menghasilkan -laktamase.

Reaksi Simpang
Penisilin secara umum tidak bersifat toksik. Kebanyakan reaksi simpangnya
terjadi karena hipersensitivitas. Semua penisilin bereaksi dan bersensitisasi secara silang
(cross-sensitizing & cross-reacting). Yang menjadi determinan antigenik adalah produk
degenerasi penisilin, khususnya asam penisiloat dan produk hidrolisis alkali yang terikat
pada protein pejamu. Riwayat adanya reaksi terhadap penisilin tidak dapat diandalkan;
sekitar 5-8% orang mengaku memiliki riwayat tersebut, tai hanya sedikit dari mereka
yang akan mengalami reaksi alergik ketika diberikan penisilin. Kurang dari 1% orang
yang sebelumnya diberikan penisilin tanpa mengalami reaksi, akan emngalami reaksi
alergik ketika diberikan penisilin. Akan tetapi, karena berpotensi menimbulkan
anafilaksis, penisilin harus diberikan secara hati-hati atau diberikan obat pengganti jika
terdapat riwayat alergi penisilin. Kejadian reaksi alergik pada anak kecil sangatlah kecil.
Reaksi alergik yang timbul dapat berupa syok anafilaktik (sangat jarang -0,05%
resipien); serum sickness-type reaction (sekarang jarang berupa urtikaria, demam,
pembengkakan sendi, edema angioneurotik, prurutis hebat, dan gangguan pernapasan
yang terjadi 7-12 hari setelah pajanan); dan berbagai ruam kulit. Lesi mulut, demam,
nefritis interstisial (suatu reaksi autoimun terhadap kompleks penisilin-protein),
eosinofilia, anemia hemolitik dan gangguan hematologis lain, serta vaskulitis juga dapat
terjadi. Kebanyakan pasien yang alergi terhadap penisilin dapat ditangani dengan
menggunakan obat alternatif.

Anda mungkin juga menyukai