Agen antimikroba merupakan salah satu contoh kemajuan dalam dunia pengobatan
modern yang paling dramatis. Banyak penyakit infeksi yang dahulu dianggap tidak dapat diobati
dan mematikan saat ini dapat diobati hanya dengan menggunakan pil. Aktivitas obat anti
mikroba yang sangat kuat dan spesifik timbul akibat selektivitasnya terhadap sasaran kerjanya,
baik yang unik untuk mikroorganisme maupun yang jauh lebih banyak atau lebih penting berada
di mikroorganisme dari pada di tubuh manusia. Beberapa sasaran antimkiroba antara lain enzim
penyintesis dinding sel pada jamur dan bakteri, ribosom bakteri, enzim yang diperlukan untuk
sintesis nukleotida dan replica DNA, dan mekanisme replikasi virus.
Antibiotic Beta-Laktam dan Antibiotic Lain yang Aktif di Dinding Sel dan
Membran Sel
Senyawa Beta-Laktam
1. Penisilin
dinamakan demikian karena mempunyai cincin laktam beranggota empat yang unik.
Kimiawi
Semua penisilin mempunyai struktur dasar. Suatu cincin tiazolidin melekat pada
cincin -laktam yang membawa suatu gugus amino sekunder (RNH-). Substituent dapat
melekat pada gugus amino tersebut. Integritas struktur inti 6-aminopenisilinat penting
untuk aktivitas biologis senyawa ini. Hidrolisis cincin -laktam milik bakteri
menghasilkan asam penisiloat yang tidak mempunyai aktivitas antibakteri.
A. Klasifikasi
a) Penisilin (misalnya, penisilin G), jenis penisilin ini memiliki aktivitas terkuat terhadap
organism gram positif, kokus gram negative, dan mikroorganisme yang tidak
menghasilkan -laktamase. Akan tetapi, jenis ini hanya sedikit efektif terhadap batang
gram negative, dan rentan dihidrolisis oleh -laktamase.
b) Penisilin antistafilokokus (misalnya, nafsilin), jenis penisilin ini resisten terhadap -
laktamase stafilokokus. Jenis ini efektif terhadap stafilokokus dan streptokokus tapi tidak
efektif terhadap entrokokus, bakteri anaerob, dan kokus serta batang gram negative.
c) Penisilin berspektrum luas (ampisilin dan penisilin antipseudomonas), jenis penisilin
ini tetap memiliki spectrum antibakteri seperti penisilin tetapi efektivitasnya meningkat
terhadap organism gram negative. Namun, seperti penisilin, jenis ini rentan dihidrolisis
oleh -laktamase.
Mekanisme Kerja
Resistensi
Resistensi terhadap penisilin dan -laktam lainnya disebabkan oleh salah satu dari
empat mekanisme umum berikut : (1) inaktivasi antibiotic oleh -laktamase, (2)
modifikasi PBP target, (3) gangguan penetrasi obat untuk mencapai PBP sasaran, dan (4)
efluks. Produksi -laktamase merupakan mekanisme resistensi yang paling umum
dijumpai. Beratus-ratus -laktamase yang berbeda telah diidentifikasi. Beberapa -
laktamase, seperti yang diproduksi oleh Staphylococcus aureus, Haemophilus sp, dan
Escherichia coli, memiliki spesifisitas terhadap substrat yang relative sempit sehingga
lebih menginaktivasi penisilin ketimbang sefalosporin. -laktamase lainnya, seperti -
laktamase AmpC yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa, dan Enterobacter sp,
dan -laktamase berspektrum luas (extended-spectrum -lactamase, ESBL),
menghidrolisis sefalosporin dan penisilin. Karbapenem sangan resisten terhadap
hidrolisis oleh metallo--laktamase dan karbapenemase.
Resistensi karena gangguan penetrasi untuk mencapai PBP sasaran hanya terjadi
pada spesies gram negative karena spesies ini memiliki membrane dinding sel luar yang
impermeable, sedangkan bakteri gram positif tidak memiliki membrane ini. antibiotic -
laktam melintasi membrane luar dan memasuki organisme gram negative via kanal
protein membrane luar (porin). Ketiadaan atau berkurangnya jumlah kanal tersebut dapat
sangat mengganggu masuknya obat ke dalam sel. Penetrasi yang buruk saja biasanya
tidak cukup menimbulkan resistensi, karena pada akhirnya, jumlah antibiotic yang masuk
ke dalam sel akan cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, halangan
ini sangat penting dengan adanya -laktamase, bahkan yang relative kurang aktif
sekalipun, asalkan laju hidrolisis obat oleh -laktamase lebih cepat dari pada laju
masuknya obat ke dalam sel. Organisme gram negative juga dapat menghasilkan pompa
efluks; pompa ini terdiri atas komponen protein sitoplasmik yang secara efisien
mentranspor beberapa antibiotic -laktam dari periplasma kembali melintasi membrane
luar.
Farmakokinetik
Absorpsi obat per oral dapat sangat berbeda untuk tiap penisilin, dan sebagian
beruntung pada kestabilan terhadap asam dan ikatan proteinnya. Absorpsi nafsilin di
saluran cerna bersifat erotic sehingga tidak cocok diberikan per oral. Dikloksalisin,
ampisilin, dan amoksisilin relative stabil terhadap asam dan diabsorpsi dengan baik,
menghasilkan konsentrasinya dalam serum sekitar 4-8 mcg/mL pada dosis oral 500 mg.
Absorpsi sebagian besar penisilin oral (kecuali amoksisilin) terganggu oleh makanan
sehingga obat tersebut harus diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan.
Kegunaan Klinis
Kecuali amoksisilin oral, semua penisilin harus diberikan 1-2 jam sebelum atau
sesudah makan; penisilin sebaiknya tidak ditelan bersama makanan untuk meminimalkan
ikatan dengan protein makanan dan inaktivasi oleh asam. Kadar semua penisilin dalam
darah dapat ditingkatkan dengan pemberian probenesid secara simultan, 0,5 g (10 mg/kg
pada anak) setiap 6 jam per oral, yang menghambat sekresi asam lemah, seperti senyawa
-laktam, oleh tubulus ginjal.
A. Penisilin
Penisilin V, suatu bentuk penisilin oral, hanya diindikasikan pada infeksi ringan
karena bioavailibitasnya relative rendah, dosisnya perlu diberikan empat kali sehari,
spectrum antibakterinya sempit. Amoksisilin lebih sering digunakan sebagai pengganti.
Penisilin benzatin dan penisilin G prokain untuk suntikan intramuscular menghasilkan
kadar obat yang rendah tetapi bertahan lama. Suntikan tunggal penisilin benzatin
sebanyak 1,2 juta unit secara intramuscular, efektif sebagai terapi faringitis streptokokus
-hemolitikus; penisilin benzatin intramuscular yang diberikan setiap 3-4 minggu sekali
mencegah reinfeksi. Penisilin G benzatin sebanyak 2,4 juta unit secara intramuscular
sekali seminggu selama 1-3 minggu, efektif untuk terapi sifilis. Penisilin G prokain, yang
dulu merupakan andalan dalam terapi pneumonia pneumokokus tanpa penyulit atau
gonorea, saat ini jarang digunakan karena banyak galur yang resisten terhadap penisilin.
Obat-obat ini memiliki aktivitas yang lebih besar dari pada penisilin G terhadap
bakteri gram negative karena kemampuannya menembus membrane luar organisme gram
negative lebih besar. Seperti penisilin G, obat ini diinaktifkan oleh -laktamase.
Aminopenisilin, yaitu ampisilin dan amoksisilin, mempunyai spectrum dan
aktivitas yang sama, tetapi amoksisilin lebih mudah diabsorpsi per oral. Amoksisilin
dengan dosis 250-500 mg 3 kali sehari, setara dengan ampisilin dalam dosis yang sama 4
kali sehari. Obat-obat ini diberikan secara oral untuk mengobati infeksi saluran kemih,
sinusitis, otitis, dan infeksi saluran napas bawah. Ampisilin dan amoksisilin adalah
antibiotic oral -laktam yang paling aktif terhadap pneumokokus yang resisten terhadap
penisilin dan menjadi antibiotic -laktam yang dianjurkan untuk mengobati infeksi yang
dicurigai disebabkan oleh bakteri resisten tersebut. Ampisilin (tapi tidak amoksisilin)
efektif pada shigelosis. Penggunaannya untuk mengobati gastroenteritis akibat salmonella
tanpa komplikasi masih kontroversial karena dapat memperpanjang status karier
(pembawa).
Ampisilin, pada dosis 4-12 g/hari intravena, bermanfaat mengobati infeksi berat
yang disebabkan oleh organisme yang disebabkan oleh organisme yang rentan-penisilin,
termasuk organisme anaerob, enterokokus, Listeria monocytogenes, dan galur kokus dan
hasil gram-negatif yang tidak menghasilkan -laktamase, seperti E. coli, dan spesies
salmonella. Galur H.influenzae yang tidak menghasilkan -laktamase umumnya rentan,
tapi saat ini mulai muncul galur resisten karena adanya perubahan PBP. Banyak spesies
gram-negatif menghasilkan -laktamase dan bersifat resisten sehingga menghalangi
penggunaan ampisilin sebagai terapi empiris untuk infeksi saluran kemih, meningitis, dan
demam tifoid. Ampisilin tidak aktid terhadap klebsiella, enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, sitrobakter, seratia, spesies proteus positif-indol, dan bakteri aerob gram-
negatif lain yang umum dijumpai pada infeksi nosokomial.
Karbenisilin, yakni karboksipenisilin antipseudomonas yang pertama kali
ditemukan, sudah tidak digunakan lagi. Turunannya, karbenisilin indanil natrium, dapat
diberikan per oral untuk infeksi saluran kemih. Terdapat alternative lain yang lebih aktif
dan ditoleransi lebih baik. Suatu karboksipenisilin yang memiliki aktivitas serupa dengan
karbenisilin adalah melawan enterokokus. Golongan ureidopenisilin, yakni piperasilin,
mezlosilin, dan azlosilin, seperti Klebsiella pneumoniae. Walaupun tidak ada data klinis
yang mendukung keunggulan terapi kombinasi di atas terapi obat tunggal, karena
kecenderungan P.aeruginosa untuk menjadi resisten, penisilin antipseudomonas sering
digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida atau flurokuinolon untuk infeksi
pseudomonas diluar saluran kemih.
Ampisilin, amoksisilin, tikarsilin, dan piperasilin juga tersedia dalam kombinasi
dengan salah satu dari beberapa penghambat -laktamase: asam klavulanat, sublaktam,
atau tazobaktam. Penambahan penghambat -laktamase meningkatkan aktivitas penisilin
ini sehingga mencakup galur S.aureus yang menghasilkan -laktamase serta beberapa
bakteri gram-negatif yang menghasilkan -laktamase.
Reaksi Simpang
Penisilin secara umum tidak bersifat toksik. Kebanyakan reaksi simpangnya
terjadi karena hipersensitivitas. Semua penisilin bereaksi dan bersensitisasi secara silang
(cross-sensitizing & cross-reacting). Yang menjadi determinan antigenik adalah produk
degenerasi penisilin, khususnya asam penisiloat dan produk hidrolisis alkali yang terikat
pada protein pejamu. Riwayat adanya reaksi terhadap penisilin tidak dapat diandalkan;
sekitar 5-8% orang mengaku memiliki riwayat tersebut, tai hanya sedikit dari mereka
yang akan mengalami reaksi alergik ketika diberikan penisilin. Kurang dari 1% orang
yang sebelumnya diberikan penisilin tanpa mengalami reaksi, akan emngalami reaksi
alergik ketika diberikan penisilin. Akan tetapi, karena berpotensi menimbulkan
anafilaksis, penisilin harus diberikan secara hati-hati atau diberikan obat pengganti jika
terdapat riwayat alergi penisilin. Kejadian reaksi alergik pada anak kecil sangatlah kecil.
Reaksi alergik yang timbul dapat berupa syok anafilaktik (sangat jarang -0,05%
resipien); serum sickness-type reaction (sekarang jarang berupa urtikaria, demam,
pembengkakan sendi, edema angioneurotik, prurutis hebat, dan gangguan pernapasan
yang terjadi 7-12 hari setelah pajanan); dan berbagai ruam kulit. Lesi mulut, demam,
nefritis interstisial (suatu reaksi autoimun terhadap kompleks penisilin-protein),
eosinofilia, anemia hemolitik dan gangguan hematologis lain, serta vaskulitis juga dapat
terjadi. Kebanyakan pasien yang alergi terhadap penisilin dapat ditangani dengan
menggunakan obat alternatif.