BAB I PENDAHULUAN
http://nurrijal-biologimetamorfosis.blogspot.co.id/
BAB II PEMBAHASAN
Fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a). Menurut
Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan secara langsung atau
tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan
atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia
yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif,
yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain
(Weston, 1996).
Pada ekosistem pertanian alelopati dapat menurunkan atau meningkatkan produktivitas lahan,
tergantung pada pembentuk alelokimia (tanaman atau gulma), organisme sasaran dan
aktivitasnya. Oleh karena itu penerapannya memerlukan strategi tertentu, yang menurut
Einhellig (1995a), dan Caamal-Maldonado et al. (2001) adalah mengendalikan gulma dan
atau patogen melalui:
1. Pola tanam di lapang. Untuk ini diperlukan tanaman non-produksi (yang selanjutnya
disebut tanaman X), yang bersifat alelopat terhadap gulma atau patogen namun tidak
terhadap tanaman produksi, dan pemanfaatannya melalui: a) rotasi tanam: dengan
menanam tanaman X di antara waktu tanam tanaman produksi, b) cover crop:
tanaman X ditanam sebagai tanaman penutup tanah, c) tanaman sela: X ditanam di
antara tanaman produksi, atau d) mulsa: organ tanaman X yang diketahui sebagai
pembentuk alelokimia dijadikan sebagai mulsa. Pemilihan pola tanam didasarkan atas
sifat morfologi dan fisiologi tanaman X, organ pembentuk alelokimia, mekanisme
pelepasan, sifat alelokimia dan sebagainya.
2. Produksi pestisida alami dari alelokimia. Alelokimia yang menghambat gulma atau
patogen diformulasi dan diproduksi secara marketable menjadi pestisida alami
(herbisida, fungisida, bakterisida dan sebagainya).
4. Meminimalkan kerugian dari akibat radiasi matahari dengan pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi.
Penerapan alelopati dalam pertanian secara garis besar adalah untuk mengendalikan
gulma dan penyakit menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme,
yaitu meminimalkan serangan hama (termasuk gulma) dan penyakit pada tanaman melalui
pencegahan dan perlakuan yang aman. Penggunaan pestisida yang berasal dari tumbuhan
bersifat relatif aman, karena berbeda dengan bahan kimia sintetis, bahan alami mudah terurai
sehingga tidak akan meninggalkan residu di tanah atau air, dan oleh karena itu tidak
menimbulkan pencemaran. Penanaman tanaman produksi maupun non-produksi yang
alelopatik terhadap gulma atau patogen bahkan dapat dikatakan tidak menimbulkan efek
negatif terhadap lingkungan dan manusia, dan murah bagi petani sehingga petani tidak perlu
menambahkan input dari luar.
Pemanfaatan tanaman non-produksi alelopatik melalui rotasi tanam, cover crop, dan tanaman
sela dapat berperan ganda. Selain untuk mengendalikan gulma atau patogen, teknik ini dapat
mengoptimalkan ketersediaan unsur hara, karena kedua jenis tanaman tersebut biasanya
dipilih yang mempunyai kedalaman akar dan kebutuhan hara yang berbeda, sehingga masing-
masing mendapatkan hara dalam jumlah cukup dan tidak terjadi eksploitasi unsur hara.
Pemanfaatan sisa organ tanaman tersebut sebagai mulsa juga dapat berperan ganda, yaitu
meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari dengan pengelolaan iklim mikro,
pengelolaan air dan pengendalian erosi. Dengan menutup permukaan tanah maka radiasi
matahari tidak langsung mengenai tanah sehingga menurunkan suhu tanah, mengurangi
evaporasi (penguapan air tanah) dan akibatnya ketersedian air tanah tetap memadai. Mulsa
yang berasal dari bahan tanaman juga dapat mencegah erosi, karena humus yang berasal dari
mulsa merupakan bahan organik yang memiliki retensi air yang cukup tinggi sehingga air
terserap ke dalam tanah dan tidak dapat menghanyutkan permukaan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Caamal-Eldonado JA, Jimenez-Osornio JJ, Torres-Barragin A, Anaya AL. 2001. The use of
allelopathic legume cover and mulch species for weed control in cropping system.
Agronomy Journal. 93: 1. 27 36.
Einhellig FA. 1995a. Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini
KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and Applications.
Washington DC: American Chemical Society. Hal. 1 24.
Einhellig FA. 1995b. Mechanism of action of allelochemicals in allelopathy. Dalam Inderjit,
Dakhsini KMM, Einhellig FA (Eds). Allelopathy. Organism, Processes and
Applications. Washington DC: American Chemical Society. Hal. 96-116.
Plucknert, Winkelmann DI. 1992. Technology for sustainable agriculture. Scientific
American. 182 186.
Reijntjes C, Haverkort B, Waters-Bayers A. 1999. Pertanian Masa Depan. Diterjemahkan
oleh Y. Sukoco. Yogyakarta: Kanisius.
Rice EL. 1984. Allelopathy. Second Edition. Orlando FL: Academic Press.
Weston LA. 1996. Utilization of allelopathy for weed management in agrosystem.
Agronomy Journal. 88:6. 860 866.
http://iqbalali.com/2008/01/23/alelopati/