Jiwa
TABEL 30.1 Potensi Kegiatan Terampil yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan dari Rehabilitasi
Kejiwaan
Fisik Emosi Intelektual
Keterampilan Hidup
Kebersihan pribadi Hubungan antarmanuasia Manajemen keuangan
Kebugaran fisik Pengendalian diri Penggunaan sumber daya komunitas
Menggunakan transportasi umum Penghargaan selektif Tujuan
Memasak Penurunan stigma Pengembangan masalah
Belanja Pemecahan masalah
Bersih-bersih Keterampilan berbicara
Partisipasi dalam olahraga
Menggunakan fasilitas rekreasi
Keterampilan Belajar
Diam Pembuatan pidato Membaca
Memperhatikan Menanyakan pertanyaan Menulis
Tetap duduk Menjawab sukarela Aritmatika
Mengamati Mengikuti arahan Kemampuan belajar
Tepat waktu Menanyakan arah Aktivitas hobi
Mendengarkan Mengetik
Keterampilan Bekerja
Tepat waktu Wawancara pekerjaan Kualifikasi pekerjaan
Penggunaan alat kerja Pengambilan keputusan Mencari pekerjaan
Kekuatan pekerjaan pekerjaan Tugas pekerjaan spesifik
Transportasi pekerjaan Hubungan antaramanuasia
Tugas pekerjaan spesifik Pengendalian diri
Menjaga pekerjaan
Tugas pekerjaan spesifik
TABEL 30.3 Model Rencana Pendidikan untuk Pasien dalam Program Rehabilitasi Psikiatri
Isi Instruksi Aktivitas Evaluasi
Identifikasi dan deskripsikan Menyediakan selebaran yang Pasien mengenali karakteristik
diagnosis psikiatri umum. menguraikan perilaku. diagnosis yang telah
Diskusikan perilaku koping. diberikan.
Memberikan pekerjaan rumah dari Pasien dapat membedakan
literatur. antara pengobatan dengan
Membandingkan gangguan jiwa koping.
terhadap gangguan fisik.
Mendeskripsikan peran stres Tingkatkan kepekaan pasien terhadap Pasien mengungkapkan
berkontribusi dalam gangguan peningkatan stres. tingkat stes.
psikiatri. Definisikan stres sebagai tes Pasien melakukan latihan
kemampuan koping. relaksasi dan mendeskripsikan
Ajarkan latihan relaksasi. penurunan stres yang
dirasakan.
Bantu dalam mendapatkan Memberikan umpan balik saat Pasien secara konsisten
rasa kontrol diri dengan perilaku simptomatik terjadi. memberi nama gejala dan
mengenali pola tanda dan Menginstruksikan pasien untuk mencari batuan professional
gejala. menuliskan catatan harian yang berisi saat dibutuhkan.
perilaku dan untuk mengidentifikasi
gejala.
Perkembangan keterampilan Bermain peran interaksi sosial dalam Pasien berpartisipasi dalam
sosial untuk memungkinkan berbagai situasi. kegiatan sosial dan pekerjaan
partisipasi dalam aktivitas Kunjungan lapangan untuk aktivitas yang semakin lebih mandiri.
vokasional dan rekreasi. masyarakat.
Pelatihan kejuruan diawasi dalam
tempat kerja yang sesungguhnya.
Mengidentifikasi dan Menyediakan daftar program bantuan Pasien memilih program
menggambarkan sistem masyarakat, termasuk kelompok- kemasyarakatan yang
dukungan masyarakat. kelompok swadaya, lembaga menawarkan sumber daya
perawatan kesehatan mental, dan yang dibutuhkannya.
lembaga sosial. Pasien mampu mengakses
Mengundang perwakilan dari lembaga secara independen.
program untuk berbicara dengan
kelompok pasien.
Dampingi pada saat kontak pertama
dengan agensi.
Jelaskan dan mendiskusikan Instruksikan tentang tindakan, efek Pasien menggambarkan
obat psikoaktif. samping, dan kontraindikasi terhadap karakteristik obat yang
obat-obatan psikoaktif umum. diresepkan.
Membagikan selebaran mengenai Pasien melaporkan efek obat
deskripsi obat pasien. yang diresepkan.
Menyarankan sistem/cara untuk Pasien meminum obat sesuai
membantu pasien ingat saat minum dengan yang diresepkan.
obat dan banyaknya.
Tahap Persiapan
1. Seleksi
Sebelum diseleksi, perlu diadakan case conference yang dihadiri berbagai disiplin
profesi, seperti psikiater, psikolog, perawat psikiatri, pekerja sosial, terapis okupasi,
yang setiap profesi memberikan pertimbangan hasil evaluasinya, sehingga kemudian
dapat dimusyawarahkan dan disimpulkan untuk membuat program yang jelas dan
terperinci untuk masing-masing rehabilitasi.
Hasil seleksi tersebut dapat mengetahui hal berikut.
a. Apakah pasien mengikuti proses rehabilitasi secara
lengkap?
b. Apakah mengikuti terapi okupasi
saja?
c. Apakah mengikuti latihan kerja
saja?
d. Apakah belum dapat diberikan aktivitas dalam unit rehabilitasi sehingga
sementara ditangguhkan dulu karena masih memerlukan pelayanan medik
psikiatrik secara intensif ?
Tahap seleksi dilakukan dua kali, tahap awal tugas pokok tim adalah sebagai
berikut.
a. Menentukan apakah calon rehabilitan sudah dapat diberi aktivitas yang bersifat
psikologis, sosial, edukasional, dan vokasional.
b. Membuat tujuan jangka pendek (diberikan aktivitas yang sesuai dengan keadaan
saat ini).
c. Membuat tujuan jangka panjang (rehabilitan disiapkan untuk penyaluran sampai
pada latihan kerja).
Tahap kedua, tugas pokok tim adalah menilai kesiapan rehabilitan untuk
disalurkan ke keluarga atau masyarakat yang akan menerima.
2. Terapi Okupasi
a. Pengertian
Okupasi artinya mengisi atau menggunakan waktu luang. Setiap orang
menggunakan waktu luang untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan, sedangkan
terapi mempunyai arti penatalaksanaan terhadap individu yang menderita penyakit
atau disabilitas baik fisik maupun mental (Reed, 2001)
Terapi okupasi bukan merupakan terapi kerja atau vocational training.
Terapi okupasi bukan untuk menyiapkan individu yang mengalami limitasi
fisik atau mental untuk mampu mengerjakan pekerjaan tertentu seperti tukang
kayu dan pengrajin. Okupasi terapi memiliki keyakinan bahwa aktivitas yang
digunakan dalam pemberian terapinya bertujuan untuk meningkatkan penampilan
dan prestasi manusia, mencegah disfungsi fisik, mental, dan sosial, serta
mengembangkan level fungsional manusia menjadi lebih tinggi atau kembali ke
level normal. Jadi, pengertian terapi okupasi secara global adalah penyembuhan
atau pemulihan terhadap individu dengan penggunaan aktivitas yang bertujuan
sesuai dengan kebutuhan masing- masing individu.
b. Tujuan
Terapi okupasi bagi pasien gangguan mental, yaitu sebagai
berikut.
1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya agar dapat berhubungan dengan orang lain.
2) Membantu menyalurkan dorongan emosi secara wajar dan
produktif.
3) Menghidupkan kemauan dan motivasi pasien.
4) Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
5) Mengumpulkan data guna penentuan diagnosis dan penetapan terapi
lainnya.
c. Proses
Terapi okupasi di rumah sakit jiwa terdiri atas tiga tahap yaitu sebagai
berikut.
1) Penilaian (assessment), yaitu seorang terapis memperoleh pengertian tentang
pasien yang berguna untuk membuat keputusan dan mengonstruksikan
kerangka kerja/model dari pasien.
2) Perawatan (treatment), yaitu formulasi rencana pemberian terapi,
implementasi terapi yang direncanakan, menilai terapi yang diberikan, dan
evaluasi.
Tahap Pengawasan
1. Kunjungan rumah (home visit)
a. Pengertian
Kunjungan rumah adalah mengunjungi tempat tinggal pasien dan keluarganya
untuk mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan dalam rangka
membantu pasien dalam proses terapi.
b. Tujuan
Tujuan kunjungan adalah mengadakan evaluasi sosial dan lingkungan hidup
pasien yang mungkin berpengaruh terhadap sakit atau penyembuhan pasien,
serta dapat memberi bimbingan pada keluarga dalam merawat pasien di rumah.
Selain itu, hal ini merupakan modus yang tepat untuk memulihkan hubungan
antara keluarga dan pasien.
c. Indikasi
Pasien after care atau day care yang tidak teratur kehadirannya, pasien kambuh
berkali-kali, pasien rawat inap yang datanya kurang lengkap, keluarga pasien
yang menolak kepulangan pasien, atau pasien yang dianggap perlu memperoleh
kunjungan sebagai bagian dari terapi.
2. Day Care
Day care adalah pasien yang sudah dipulangkan atau sudah pernah berobat ke rumah
sakit, tetapi masih memerlukan untuk mengikuti kegiatan rehabilitasi pada siang hari.
LATIHAN
1. Jelaskan pengertian rehabilitasi psikiatri!
2. Sebutkan berbagai kemungkinan keterampilan pasien yang dapat dikembangkan
dalam pelaksanaan rehabilitasi psikiatri!
3. Jelaskan peran perawat dalam pelaksanaan rehabilitasi psikiatri!
BACAAN
Creek, J. 1997. Occupational Therapy and Mental Health. London: Churcil Living Stone.
Depkes RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. 1998. Pedoman dan Juknis Home
Visit.
Tidak dipublikasikan.
Reed, K.L. 2001. Quick Reference to Occupational Therapy, 2nd Ed. Frederick, Mayland: Aspen
Publisher.
Setyonegoro, K. 1983. Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Kesehatan Jiwa Depkes RI.