Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya


hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari
bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9
bulan (Prawiroharjo, 2008).
Kehamilan adalah peristiwa penting bagi seorang wanita manapun,
diinginkan atau tidak wanita atau calon ibu hamil akan gelisah dengan
kesehatannya. Lazimnya berbagai upaya dilakukan untuk menjaga
kesehatannya.
Jika ada ibu hamil memeriksakan kandungannya, yang diperiksa
semata-mata faktor fisiknya saja, namun makin lama makin disadari
bahwa aspek psikis (kejiwaan) tidak dapat diabaikan dan dipisahkan dari
masalah kesehatan tubuh, termasuk kesehatan ibu hamil. Pada ibu hamil
konflik batin yang dirasakan bisa beragam, apalagi sejak zaman dulu rasa
nyeri pada persalinan sering menjadi pokok pembicaraan di antara wanita
sehingga banyak calon ibu muda, terutama menghadapi kehamilan dan
proses persalinannya dengan perasaan cemas dan takut . Maka tenaga
kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal,
khususnya bidan harus mampu dan terampil memberikan pelayanan
sesuai dengan standart yang diterapkan. (Solihah, 2010).
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan
menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun
kadang kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui
sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian
resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil bermasalah pada

1
kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan / asuhan Antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.

Ibu hamil sabaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter


sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan / asuhan Antenatal. Dalam hal ini paran bidan dalam
kunjungan Antenatal ibu sangat penting dalam memberikan pelayanan
yang sesuai dengan stalam laporan inindar sehingga dalam laporan ini
akan dibahas mengenai Asuhan Kebidanan Kehamilan ( Antenatal Care ).

B. Tujuan.

a. Tujuan Umum

Untuk dapat menyelesaikan tugas dan laporan yang diberikan dan


untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Kehamilan langsung kepada
pasien dengan baik, benar dan sesuai standar pelayanan kebidanan
serta mengetahui dan menjelaskan lebih banyak mengenai asuhan
kebidanan kehamilan.

b. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tujuan asuhan antenatal.


2. Menjelaskan bagaimana Wanita Menjadi Hamil
3. Menjelaskan definisi kehamilan.
4. Mengenal tanda- tanda kehamilan dan pemeriksaan diagnostik
kehamilan.
5. Menjelaskan faktor faktor yang Mempengaruhi Kehamilan.
6. Mengenal dan mengatasi ketidak nyamanan selama hamil.
7. Asuhan kehamilan pada kunjungan awal dan lanjutan.
8. Mengenal tanda bahaya dalam kehamilan.
9. Mengetahui tanda- tanda persalinan dan persiapan persalinan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Tujuan Asuhan Antenatal


1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan
ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu serta bayi.
3. Menemukan secara dini adanya masalah atau gangguan
dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa
kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat,
baik ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI
eksklusif dapat berjalan normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan
baik dalam memelihara bayi agar dapat tumbuh dan
berkembang secara normal.1

B. Bagaimana Wanita Menjadi Hamil


Sekali sebulan, ovarium pada wanita melepaskan sebuah
sel telur ( ovum ) yang sangat kecil. Sel telur ini terdorong melewati
saluran telur menuju rahim. Apabila seorang pria mengalami
ejakulasi ketika penisnya masih berada di dalam vagina wanita
selama senggama berlangsung, maka sel sel sperma yang
menyembur keluar bersama air mani dapat bergerak masuk
kedalam vagina, serviks rahim dan akhirnya sampai ke tuba fallopi. 2

C. Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.


Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah
mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan

1
Ari Susilawati,S.Si.T., Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan , Jakarta 2009. Hal; 4.
2
Sarwono Prawirohardjo, Ilmu kebidanan, PT Bina Pustaka, Jakarta, 2012, halaman. 278.

3
seorang pria yang organ reproduksinya sehat dan sangat besar
kemungkinannya akan mengalami kehamilan. Apabila kehamilan ini
direncanakan, akan memberi rasa kebahagiaan dan penuh harapan.
Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan
diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan
perubahan- perubahan yang terjadi pada fisik dan psikologisnya.
Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidak seimbangan hormon
progesteron dan hormon estrogen. Pada ibuhamil yang mampu
beradaptasi terhadap perubahan keseimbangan hormon ini, perasaan
mual tidak begitu dirasakan mereka bisa beraktivitas seperti biasa
(Mandriwati, 2008).3

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan


menghasilkan kehamilan sesuai dengan yang diharapkan. Pelayanan
antenatal care merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil dan mendeteksi secara dini adanya kehamilan resiko
tinggi. Antenatal care merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
untuk memeriksakan keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. (Depks
RI, 2005).

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan


dalam melaksanakan asuhan pada ibu hamil, perlu memiliki kemampuan
profesional yang telah distandardisasi. Kemampuan bidan dalam
melaksanakan asuhan kehamilan tidak hanya terbatas pada pemberian
asuhan fisik tetapi mencakup asuhan psikologi, sosial, dan spiritual.
Asuhan psiko, sosial dan spiritual yang bisa dikembangkan, dan bisa
menjadi pendukung diri adalah ibu hamil semestinya memandang bahwa
kehamilannya adalah perwujudan dari 5 M kodrat wanita yaitu,
Menstruasi, Mengandung, Melahirkan, Menyusui, dan Mendidik anak.
Lima kodrat wanita ini adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa,

3
Dra. G. A Mandriwati, M.Kes, Penuntun Belajar Askeb Ibu Hamil, EGC, Jakarta, 2008, hlm. 3.

4
karena telah memberi tugas mulia dan senantiasa harus berusaha
menjalankan dengan sungguh- sungguh. Apabila seorang wanita bisa
menyadari keadaan ini, besar kemungkinan ia tidak akan menolak
kehamilannya, dan akan merasa bahagia dengan kehamilannya, demikian
pula dengan reaksi- reaksi negatif dan penyulit tidak terjadi pada dirinya.

D. Tanda-tanda kehamilan dan Pemeriksaan Diagnostik


Kehamilan.

1. Tanda Pasti Kehamilan


a. Terdengar denyut jantung janin (DJJ).
b. Terasa gerakan janin.
c. Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio.
d. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16
minggu).

2. Tanda Tidak Pasti Kehamilan.


a. Rahim membesar.
b. Tanda hegar.
c. Tanda chadwick, yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina, dan
vulva.
d. Tanda Piskacek, yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah
sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut.
e. Braxton Hicks.
b. Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah
berkontraksi
a. Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat.
b. Ballotemet positif.
c. Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara
menggoyang- goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa
pantulan di sisi yang lain.
a. Tes Urine kehamilan ( tes HCG ) positif.
d. Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi
pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui
kadar hormon gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi

5
amabang normal, mengindikasikan bahwa wanita mengalami
kehamilan (Ari Sulistyawati, 2009).4

3. Dugaan Hamil.

a. Amenore atau tidak mengalami menstruasi sesuai siklus


( terlambat haid).
b. Nausea, anoreksia, emesis, dan hipersalivasi.
c. Pusing.
d. Miksing atau sering buang air kecil.
e. Obstipasi.
f. Hiperpigmentasi, striae, cloasma, linea nigra,
g. Varises.
h. Payudara menegang.
i. Perubahan perasaan.
j. BB bertambah.

4. Diagnosis Banding.
a. Pseudosiesis ( kehamilan palsu).
b. Kistoma ovari.
c. Mioma uteri.
d. Retensi urine (bendungan kandung kemih).
e. Menopause/ amenore sekunder.

5. Pertimbangan untuk menegakkan diagnosis.

a. Hamil atau Tidak Hamil yaitu, tanda dugaan hamil, tanda tidak
pasti hamil. Tanda pasti hamil.
b. Primigravida (nulipara) atau multigravida (multipara).
Terdapat perbedaan dalam perawatan kehamilan sampai dengan
pertolongan persalinan antara primigravida dan multigravida.
Dalam proses pengkajian, bidan perlu mencocokan hasil
anamnesis dengan pemeriksaan fisik agar data sebagai dasar
pertimbangan diagnosis valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Tabel perbedaan fisik Nulipara dengan Multipara.

No Nulipara Multipara
1 Perut tegang. Perut longgar, perut

4
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta, 2009,
hlm 83.

6
menggantung, banyak striae.
2 Perut menonjol. Tidak begitu menonjol.
3 Rahim tegang. Agak lunak.
Labia mayora tampak
4 Labiya mayora terbuka.
bersatu.
Himen koyak pada
5 Karunkula himenalis
beberapa tempat.
Kurang tegang dan
6 Payudara tegang.
tergantung ada striae.
Vagina sempit dan
Lebih lebar, rugae kurang
7 rugae yang utuh.
menonjol.

Serviks licin, bulat, dan Bisa terbuka satu jari, kadang


8 tidak dapat dilalui oleh ada bekas robekan
satu jari. persalinan yang lalu.
Perineum utuh dan Ada bekas robekan /
9
baik. episiotomi.
Pembukaan serviks,
diawali dengan Serviks mendatar sekaligus
10 mendatarnya serviks membuka, pembukaan 2 cm
setelah itu membuka, dalam 1 jam
pembukaan 1-2 cm.
Bagian terbawah janin Biasanya tidak terfiksasi
11 turun 4-6 minggu pada PAP sampai persalinan
sebelum persalinan. dimulai.

c. Tuanya kehamilan. Dilihat dari amenorea, TFU, mulai merasakan


gerakan janin, mulai terdengar DJJ, masuknya kepala ke dalam
panggul.
d. Janin hidup atau mati.
Dalam menegakkan diagnosa janin dalam keadaan hidup atau
mati, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan sebagai
dasar,seperti pada tabel berikut:

No Janin Hidup Janin Mati

7
1 DJJ terdengar DJJ tidak terdengar.
Rahim membesar
Rahim tidak membesar / TFU
2 seiring dengan
menurun.
bertambahnya TFU.
Pada palpasi teraba
3 jelas bagian- bagian Palpasi tidak jelas.
janin.
a. Ibu tidak merasakan
gerakan janin.
b. Pada pemeriksaan
rontgen terdapat tanda
splading (tulang tengkorak
Ibu merasakan gerakan tumpang tindih), tulang
4
janin. punggung melengkung,
ada gelembung gas dalam
janin.
c. Reaksi biologis akan
muncul setelah 10 hari
janin mati.

e. Janin tunggal atau kembar.


Selain kesejahteraan janin, banyaknnya janin dalam uterus juga
harus dipastikan agar dapat diprediksi gambaran yang akan
dilalui. Untuk memastikan janin tunggal atau ganda dapat
dibedakan dari beberapa hal seperti dalam tabel berikut ini:

No Janin Tunggal Janin Kembar


Pembesaran perut Pembesaran perut tidak
1 sesuai dengan usia sesuai dengan usia
kehamilan. kehamilan.
Teraba 3 bagian besar
Palpasi : teraba bagian-
(kepala, bokong).
2 bagian besar (kepala,
Meraba dua bagian besar
bokong).
berdampingan
Teraba bagian- bagian
3 kecil hanya di satu pihak Meraba banyak bagian kecil
(kanan atau kiri).
Denyut Jantung Janin Terdengar dua DJJ pada dua
4 (DJJ) terdengar hanya tempat dengan perbedaan 10
di satu tempat. denyutan/ lebih.
Rontgen hanya tampak Rontgen tampak dua
5
satu kerangka janin. kerangka janin.

8
f. Postur janin dalam rahim.

Situs atau letak.

Letak janin adalah letak sumbu panjang anak terhadap sumbu


panjang ibu, misalnya memanjang atau melintang.

Jenis- jenis letak janin dalam rahim adalah sebagai berikut.

Letak membujur (longitudinal).

Letak kepala

1) Letak fleksi atau belakang kepala.

2) Letak dahi.

3) Letak muka.

Letak sungsang atau bokong.

1) Letak bokong sempurna ( complete breech).

2) Letak bokong ( frank breech).

3) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech).

Letak lintang (transversal) dan letak miring ( oblik).

Sikap (habitus)

Menunjukkan hubungan bagian- bagian janin terhadap


sumbunya, khususnya terhadap tulang punggungnya, misalnya
fleksi atau defleksi. Umumnya dalam keadan fleksi dimana
kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi serta
kedua lengan bersilang di dada.

Posisi (position).

9
Dipakai untuk menetapkan apakah bagian janin yang ada di
bagian bawah uterus berada disebelah kanan, kiri, belakang atau
depan terhadap sumbu tubuh ibu (ubun- ubun kecil kiri depan).

Presentasi (presentation).

Digunakan untuk menetukan bagian janin yang ada di bagian


uterus, seperti presentasi kepala atau bokong.

g. Janin intrauterin atau ekstrauterin

Kepastian janin berada di luar atau didalam uteri sangat


diperlukan. Ini berkaitan dengan tindakan yang akan dilakukan
karena menyangkut kondisi kegawatdaruratan. Meskipun
diagnosis ini sebenarnya sangat mudah ditegakkan, namun tidak
ada salahnya jika kita cermati perbedaannya seperti dalam tabel
berikut:

No Intrauteri Ekstrauteri
Ibu tidak merasakan nyeri jika ada Pergerakan janin
1
pergerakan janin. disertai rasa nyeri
Janin lebih mudah
2 Janin tidak begitu mudah diraba
diraba
Ada kemajuan persalinan:
Pembukaan
Tidak ada
Frekuensi dan lamanya kontraksi
3 kemajuan
uterus bertambah seiring dengan
persalinan
berjalannya waktu persalinan.
Penurunan kepala janin bertambah

h. Keadaan jalan lahir.

10
Keadaan jalan lahir juga dapat menjadi tanda tidak pasti hamil
yang meliputi, adanya tanda Chadwick, adanya tanda hegar dan
tidak adanya kemungkinan panggul sempit ( melalui
pemeriksaan panggul ).

6. Pemeriksaan Diagnostik Kebidanan


a. Tes urine kehamilan ( Tes HCG)
Dilaksanakan seawal mungkin begitu diketahui ada amonore
atau satu minggu setelah koitus. Upayakan urine yang
digunakan adalah urine pada pagi hari setelah bangun tidur.
b. Palpasi abdomen
Palpasi menggunakan cara Leopold dengan langkah sebagai
berikut:
1) Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada
di fundus. Cara pelaksanaannya yaitu kedua tangan
pemeriksa meraba bagian fundus dan mengukur berapa
tinggi fundus uteri. Meraba bagian apa yang berada pada
fundus. Jika teraba benda bulat, melenting, mudah
digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba
benda bulat, besar lunak, tidak melenting dan sulit
digerakkan maka itu adalah bokong janin.
2) Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah
kanan dan kiri perut ibu. Cara pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
a) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri
perut ibu
b) Ketika memriksa sebelah kanan, maka tangan menahan
perut sebelah kiri ke arah kanan.
c) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan
rasakan bagian apa yang ada disebelah kanan (jika teraba
benda yang rata tidak teraba bagian kecil, terasa ada

11
tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika
teraba bagian-bagian yang terkecil dan menonjol maka itu
adalah bagian kecil janin).
3) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah


uterus. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a) Tangan kiri menahan fundus uteri.


b) Tangan kananmeraba bagian yang ada di bagian bawah
uterus. Jika teraba yang bulat, melenting, keras, dan
dapat digoyangkan, maka itu adalah kepala. Namun jika
teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit
digerakkan, maka ini adalah bokong. Jika di bagian bawah
tidak ditemukkan kedua bagian seperti diatas, maka
pertimbangkan apakah janin dalam letak melintang.
c) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika
tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri
akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin,
terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan),
d) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala,
goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala
belum masuk panggul, namun jika tidak dapat
digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul), lalu
lanjutkan pada pemeriksaan Leopold IV untuk mengetahui
seberapa jauh kepala sudah masuk panggul.
4) Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah


dan untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul
atau belum. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut.

a) Pemeriksa menghadap kaki pasien


b) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah

12
c) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah
pihak yang berlawanandi bagian bawah.
d) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu)
berarti kepala belum masuk panggul.
e) Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti
kepala sudah masuk panggul ( Ari Sulistyawati, 2008).5

E. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

1. Faktor Fisik
Wanita hamil akan mengalami perubahan fisik selamakehamilannya,
dimana perubahan ini terjadi karena adanya adaptasi terhadap
pertumbuhan janin dalam rahim dan dapat juga dipengaruhi oleh hal
hal yang berhubungan dengan fisik ibu sebelum dan selama hamil.
a. Status Kesehatan
1) Kehamilan pada Usia Tua
a) Segi negatif kehamilan diusia tua
Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun
akan sangat menentukan proses kelahirannya. Hal ini
turut memengaruhi kondisi janin.
Pada proses pembuahan, kualitas sel telur perempuan
pada usia ini telah menurun jika dibandingkan dengan sel
telur pada perempuan dengan usia reproduksi sehat ( 25
30 tahun ). Jika pada proses pembuahan, ibu
mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan perkemihan dan perkembangan buah
kehamilan, maka kemungkinan akan menyebabkan
terjadinya Intra Uterine Growth Retardation ( IUGR ) yang
berakibat bayi berat lahir rendah ( BBLR ).
Kontraksi uterus juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik
ibu. Jika ibu mengalami penurunan kondisi, terlebih pada
primitua ( hamil pertama dengan usia lebih dari 40 tahun ),
keadaan ini harus benar benar diwaspadai.
b) Segi positif hamil di usia tua
5
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta, 2009, hlm
90.

13
Kepuasan peran sebagai ibu
Merasa lebih siap
Pengetahuan mengenai perawatan kehamilan dan bayi
lebih baik
Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan
Mampu mengambil keputusan
Karir baik, status ekonomi lebih baik
Perkembangan intelektual anak lebih tinggi
Periode menyusui lebih lama
Toleransi pada kelahiran lebih besar

2) Kehamilan multiple
Pada kasus kehamilan multiple atau kehamilan lebih dari
satu janin, biasanya kondisi ibu lemah. Ini disebabkan oleh
adanya beban ganda yang harus ditanggung, baik dari
pemenuhan nutrisi, oksigen dan lain lain. Biasanya kehamilan
multiple mengindikasikan adanya beberapa penyulit pada proses
persalinannya, sehingga persalinan operatif ( sectio caesaria )
lebih dipertimbangkan. Dengan demikian jika dilihat dari segi
biaya, proses persalinan dari kehamilan multiple akan lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal mengingat adanya
kemungkinan terjadinya persalinan secara SC. Selain itu risiko
adanya kematian dan cacat juga harus dipertimbangkan.

3) Kehamilan dengan HIV


Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan
menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses
kehamilannya. Virus HIV kemungkinan besar akan ditransfer
melalui plasenta kedalam tubuh bayi. 6
a. Status Gizi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat sangat mutlak
dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan
6
Ari sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, 2009, hlm. 99

14
nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi
persalinan dengan aman.
Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan zat zat
penting yang hanya dapat dipenuhi dari ibu. Penting bagi bidan
untuk memberikan informasi ini kepada ibu karena terkadang
pasien kurang memperhatikan kualitas makanan yang
dikonsumsinya. Biasanya masyarakat di era sekarang ini lebih
mementingkan selera dengan mengabaikan kualitas makanan
yang dikonsumsi.
Pemenuhan gizi seimbang selama hamil akan meningkatkan
kondisi kesehatan bayi dan ibu, terutama dalam menghadapi
masa nifas sebagai modal awal untuk menyusui.

b. Gaya hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup
masyarakat sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain
yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil.
Misalnya kebiasaan begadang, berpergian jauh dengan
berkendara motor dan lain lain.
Gaya hidup ini akan menganggu kesejahteraan bayi yang
dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus
dipenuhi.
c. Perokok / Alkohol
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan diri sendiri dan
bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap
melalui rokok bisa di transfer melalui plasenta ke dalam tubuh
bayi. Pada ibu hamil dengan perokok berat kita harus waspada
akan resiko keguguran, kelahiran premature, BBLR bahkan
kematian janin.7
d. Hamil di Luar Nikah / Kehamilan yang Tidak Diharapkan
Jika kehamilan tidak diharapkan, secara otomatis ibu akan
membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan untuk

7
Ari sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, 2009, hlm.101

15
melakukan hal hal positif yang akan meningkatkan kesehatan
bayinya. Pada kasus ini kita waspada akan adanya keguguran,
premature dan kematian janin. Pada kehamilan diluar nikah,
hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum siap
dalam hal ekonomi. Selain itu kekurangsiapan ibu untuk
merawat bayi juga perlu diwaspadai agar tidak terjadi
postpartum blues.

2. Faktor Psikologis
a. Stressor internal
Stressor internal meliputi faktor - faktor pemicu stress ibu
hamil yang berasal dari diri ibu sendiri. Adanya beban
psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan
gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan terlihat
ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh menjadi seseorang dengan
kepribadian yang tidak baik, bergantung pada kondisi stress
yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang menjadi
temperamental, autis atau orang yang terlalu rendah diri
( minder ). Ini tentu saja tidak diharapkan. Oleh karena itu,
pemantauan kesehatan psikologis pasien sangat perlu
dilakukan.
b. stressor eksternal
pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat
bervariasi, misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga,
pertengkaran dengan suami, tekanan dari lingkungan ( respon
negative dari lingkungan pada kehamilan lebih dari 5 kali ), dan
masih banyak kasus yang lain.
c. dukungan keluarga
setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan
baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus melakukan
adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi dimana sumber
stress terbesar terjadi dalam rangka melakukan adaptasi
terhadap kondisi tertentu. Dalam menjalani proses itu ibu hamil

16
sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga
dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.

d. penyalahgunaan Obat
kekerasan yang dialami oleh ibu hamil dimasa kecil akan
sangat membekas dan mempengaruhi kepribadiannya. Ini perlu
diperhatikan karena pada klien yang mengalami riwayat ini,
tenaga kesehatan harus lebih maksimal dalam menempatkan
diri sebagai teman atau pendamping yang bisa dijadikan tempat
bersandar bagi klien dalam masalah kesehatan. Klien dengan
riwayat ini biasanya tumbuh dengan kepribadian yang tertutup.
e. Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan ( Partner Abuse )
Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan
terhadap perempuan adalah wanita yang telah bersuami.setiap
bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus selalu
diwaspadai oleh tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan
yang terjadi akan membahayakan ibu dan bayinya. Efek
psikologis yang muncul gangguan rasa aman dan nyaman
pada pasien. Sewaktu waktu pasien akan
mengalamiperasaan terancam yang akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya.

3. Faktor Lingkungan, Sosial dan Budaya


a. Kebiasaan dan Adat Istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan
kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi
hal ini dengan bijaksana jangan sampai menyinggung kearifan
lokal yang sudah berlaku di daerah tersebut. Penyampaian
mengenai adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui
media masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan
yang menggunakan media efektif. Namun, tenaga kesehatan
juga tidak boleh mengesampingkan adanya kebiasaan yang
sebenarnya menguntungkan bagi kesehat tan. Jika kita
menemukan adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh

17
buruk terhadap kesehatan, tidak ada salahnya jika memberikan
respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan yang
sinergis dengan masyarakat.
b. fasilitas kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memedai akan sangat
menguntungkan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi
dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat,
sehingga langkah antisipasi akan lebih cepat diambil. Fasilitas
kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap
upaya penurunan angka kesehatan ibu ( AKI ).

c. ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpegaruh terhadap
kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil
dengan tingkat social ibu hamil yang baik otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baikpula.
Status gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas, selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis
mengenai biaya persalinan dan pemenuhan kebutuhan sehari
hari setelah bayinya lahir.

d. kekerasan dalam kehamilan


terjadinya kekerasan dalam kehamilan akan sangat
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Jika ibu mengalami
depresi maka kemungkinan besar motivasi untuk merawat bayi
juga akan menurun, sehingga bidan perlu waspada terhadap
adanya penyulit dan komplikasi tersebut.

e. tingkat pendidikan
pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah kadang
ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai
kesehatannya, maka ia tidak tahu bagaimana cara melakukan
perawatan kehamilan yang baik.
f. Pekerjaan

18
Pekerjaan seseorang akan mengambarka aktivitas dan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai
pengetahuan yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja,
karena pada ibu yang bekerja banyak memiliki kesempatan
untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga lebih mempunyi
banyak peluang juga untuk mendapatkan informasi seputar
keadaannya. 8

F. Ketidak Nyamanan Selama Kehamilan Trimester I, II dan III.

No Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1 Sering buang air Penjelasan mengenai sebab
kecil, TM 1 dan III terjadinya.
Kosongkan saat ada dorongan untuk
BAK
Perbanyak minum pada siang hari
Jangan kurangi minum untuk
mencegah nokturia, kecuali jika
nokturia sangat mengganggu pada
malam hari.
Batasi minum kopi, teh atau minuman
bersoda.
Jelaskan tentang bahaya infeksi
saluran kemih dengan menjaga posisi
tidur, yaitu dengan berbaring miring ke
kiri dan kaki ditinggikan untuk
mencegah diuresis.
2 Striae gravidarum Gunakan emolien topikal atau antipruritik jika
ada indikasinya
Gunakan baju longgar yang dapat menopang
payudara dan abdomen.
3 Hemoroid TM I dan II Hhindari konstipasi
Makan makanan yang berserat dan banyak
minum
Gunakan kompres es atau air hangat

8
Ari sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, 2009, hlm.

19
Dengan perlahan masukkan kembali anus
setiap selesai BAB
4 Kelelahan/ Fatigue Yakinkan bahwa ini normal pada awal
TM I kehamilan
Anjurkan ibu untuk sering beristirahat
Hindari istirahat yang berlebihan
5 Keputihan TM I, II Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap
dan III hari
Memakai pakaian dalam dari bahan katun
dan mudah menyerap
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan
buah dan sayur.
6 Keringat bertambah Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
secara perlahan dan Tingkatkan asupan cairan
akan terus meningkat Mandi secara teratur
sampai akhir
kehamilan.
7 Sembelit TM I dan Tingkatkan diet asupan cairan
TM III Buah perm atau jus perm
Minum cairan dingin atau hangat, terutama
saat perut kosong.
Istirahat yang cukup dan lakukan senam
hamil sesuai usia kehamilan.
Membiasakan BAB secara teratur
BAB segera setelah ada rasa ingin BAB
8 Kram pada kaki Kurangi konsumsi susu ( kandungan
setelah usia fosfornya tinggi).
kehamilan 24 minggu Latihan dorsofleksi pada kaki dan
meregangkan otot yang terkena kram
Gunakan penghangat untuk otot.

9 Mengidam (pica) TM I Tidak perlu dikhawatirkan selama diet


memenuhi kebutuhan
Jelaskan tentang tanda bahaya makanan
yang tidak bisa diterima, mencakup gizi yang
diperlukan serta memuaskan rasa mengidam
atau kesukaan menurut kultur.
10 Napas sesak TM I Jelaskan penyebab fisiologinya
dan III Dorong agar secara sengaja mengatur laju
dan dalamnya pernapasan pada kecepatan
yang normal terjadi
Merentangkan tangan diatas kepala serta

20
menarik napas panjang
Mendorong postur tubuh yang baik,
melakukan pernapasan interkostal

11 Nyeri ligamentum Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri


rotundum TM I dan III Tekuk lutut ke arah abdomen
Mandi air hangat
Gunakan bantalan pemanas pada area yang
terasa sakit hanya jika tidak terdapat
kontraindikasi
Gunakan sebuah bantal untuk menopang
uterus dan bantal lainnya letakkan di antara
lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring
12 Berdebar- debar Jelaskan bahwa hal itu normal saat hamil
(palpitasi jantung)
13 Panas perut Makan sedikit namun sering
(heartburn). Mulai Hindari makanan berlemak dan berbumbu
bertambah sejak TM I tajam
dan bertambah Hindari rokok, asap rokok, alkohol, dan
semakin lamanya cokelat
kehamilan. Hilang Hindari berbaring setelah makan
saat waktu Hindari minum air putih ketika makan
persalinan. Kunyah permen karet
Tidur dengan kaki ditinggikan

14 Perut kembung TM I Hindari makan makanan yang mengandung


dan III gas
Mengunyah makanan secara sempurna
Lakukan senam secara teratur
Pertahankan BAB secara teratur
15 Pusing/ sinkop TM II Bangun secara perlahan dari posisi istirahat
dan III Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan
yang hangat dan sesak
Hindari berbaling telentang
16 Mual dan muntah TM Hindari faktor pemicu
I Makan biskuit kering atau roti bakar sesaat
sebelum bangun dari tempattidur di pagi hari.
Makan sedikit tapi sering
Duduk tegap setiap kali selesai makan
Minum minuman berkarbonat

21
Bangun dari tempat tidur secara
perlahanhindari menggosok gigi setelah
makan
Istirahat sesuai kebutuhan.
17 Sakit punggung atas Gunakn posisi tubuh yang baik
dan bawah TM I dan Gunakan bra yang menopang
III Gunakan kasur yang keras dan tenang
Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan
pinggang
18 Varises pada kaki. Tinggikan kaki sewaktu berbaring
TM I DAN III Jaga agar kaki tidak bersilang
Hindari duduk atau berdiri terlalu lama
Senam untuk melancarkan peredaran darah
Hindari pakaian atau korset yang ketat.
(Sumber : Ari Sulistyawati, 2009)9

G. Asuhan Kebidanan Pada Kunjungan Awal dan Ulang.


Pemeriksaan Kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara
berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan
yang ditemukan (Depkes RI, 2005) 10
Terdapat 6 alasan penting dalam asuhan antenatal care yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas
kesehatan.
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi
yang dikandungnya.
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan
kehamilannya.
4. Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6. Menghindari gangguan kesehatan selama kehamilan yang
akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.

1. Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal (K1)

9
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta, 2009, hlm
123.
10
AI Yeyeh Rukiah,DKK, Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan), CV. Trans Info Media, Jakarta, 2009,
hlm. 144

22
Kunjungan awal adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama
kali saat ibu hamil.
a. Tujuan kunjungan awal (K1)
Tujuan dari kunjungan antenatal care secara komprehensif
adalah untuk menyiapkan ibu hamil dan keluarganya terhadap
kehamilannya., persalinan dan nifas termasuk laktasi, perawatan
bayi baik dari segi fisik, psikologi, spiritual dan social sebagai
suatu hal yang dipandang secara holistic.
Tujuan tersebut diatas meliputi :
1) Membangun hubungan dan komunikasi yang baik sebagai
parter antara wanita hamil dan provider kesehatan dalam
memberikan asuhan dan memastikan bahwa hamil tersebut
mendapatkan continuity of care dan mendapatkan asuhan
dari tenaga professional.
2) Memastikan bahwa wanita hamil mendapatkan informasi
yang baik tentang segala aspek dalam asuhan yang
diberikan dan memberdayakan merekan dengan
memberikan informed choice untuk menghormati
otonominya.
3) Meastikan bahwa kehamilan berjalan dengan normal melalui
pemeliharaan dan jika perlu meningkatkan kesehatan wanita
hamil tersebut secara umum.
4) Memastikan deteksi dini, rujukan dan menejemen komplikasi
yang tepat selama kehamilan.
5) Memastikan persiapan untuk persalinan normal yang aman
dan menyenangkan dengan mempersiapkan wanita hamil
tersebut baik secara fisik maupun psikologis.
6) Mempersiapkan skrining dengan hati-hati kepada seluruh
wanita baik yang melahirkan dilkinik maupun dirumah.
7) Mempersiapkan untuk masa nifas yang normal dan
perawatan bayi baru lahir (parent hood).
8) Mendukung dan mapersiapkan laktasi / breast feeding.
9) Mempersiapkan wanita hamil dan keluarganya dalam
mempersiapkan kegawatdaruratan yang mungkin saja terjadi
baik pada ibu maupun janinnya.

23
10) Mempromosikan atau memberikan health education yang
diperlukan untuk meningkatkan kesehatan wanita dalam
kehamilannya termasuk family planning (KB). ( Indrayani,
2011)11

b. Pengkajian Data Kesehatan Ibu Hamil


Hal terpenting yang dibutuhkan oleh Bidan dalam pengkajian
dta ini, adalah ketrampilan komunikasi dengan klien. Dengan
komunikasi yang baik semua data dapat terkaji dengan akurat
dan lengkap. Apabila pada saat kunjungan, ibu ditemani oleh
pasangan suami atau keluarga upayakan untuk selalu
melibatkan pasangan/suami/keluarga pasangan pada saat
memberikan informasi dan mempersilahkan unuk memberikan
pertanyaan yang mungkin saja ingin merekan tanyakan.
Standar dalam memberikan asuhan antenatal adalah sebagai
berikut :

1) Menyambut ibu dan pasangannya


Wanita hamil dan pasangan/suami/keluarganya harus
disambut dengan baik. Mereka harus diperlakukan dengan
bijaksana dan berikan informasi yang mereka butuhkan.
Dalam hal ini, bidan dalam penyedia layanan kesehatan
memperkenalkan diri kepada klien sebagi upaya untuk
membina hibungan baik dengan klien.

2) Menggali data pribadi (biodata)


Biodata yang digali tergantung dari kebijakan unit pelayanan
setempat. Secara umum, data pribadi yang diperlukan
adalah nama, usia/tanggal lahir, pekerjaan,agama, suku dan
alamat lengkap termasuk nomor telepon beserta data
pasangan/suaminya.
3) Menggali riwayat (history taking)
Penggalian riwayat merupakan salah satu bagian penting
dalam antenatal care sebagai salah satu prosedur screening
11
Indrayani, SST, Buku Ajar Asuhan Kehamilan, Trans Info Media, Jakarta, 2011, hlm 234.

24
untuk mengidentifikasi apakah ibu hamil dalam kondisi
normal atau memiliki factor resiko yang perlu diperhatikan.
Ibu hamil dibantu agar merasa relaks sehingga dapat
memberikan seluruh informasi yang diperlukan. Kemampuan
bidan dalam memperhatikan, mengobservasi harus
dilakukan dengan baik dan seluruh informasi harus dicatat
dengan baik.
a) Riwayat menstruasi

Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan mentruasi


adalah umur saat menarche. Hal yang ditanyakan
meliputi, siklus dan lamanya mentruasi, banyaknya darah
yang keluar, mentruasi yang terkhir, dismenorhoe.

b) Riwayat perkawinan

Hal yang ditanyakan meliputi , berapa kali menikah, usia


saat menikah dan lamanya perkawinan.

c) Riwayat kehamilan yang sekarang

HPHT dan apakah normal derta TP. Gali tentang firs day
of last menstrual period (HPHT) yang dialami ibu. Apakah
HPHT tersebut normal? (baik dari segi siklus , lamnya dan
jumlahnya) untuk meyakinkan bahw ayang dikatakan
adalah benar HPHT sehingga dapat digunakan untuk
memperkirakan taksiran persalinan/Estimated Of Delivery
(EDD) dengan menggunakan rumus Naegele.

4) Gerakan janin
Tanyakan juga mengenai gerakan janin yang dirasakan oleh
ibu. Apabila terdapat keraguan mengenai HPHT gali
mengenai gerakan janin pertama yang dirasakan ibu
sebagai catatan untuk membantu memperkirakan usia
kehamilan. Gerakan janin pertama kali dirasakan oleh

25
primigravida sekitarusi kehamilan 18-20 minggu,
sedangakan pada multi gravid dapat dirasakan sekitar usia
kehamilan 16 minggu.
5) Tanda-tanda bahaya atau penyulit
Menggali tentang tanda-tanda bahaya atau penyulit yang
mungkin dirasakn oleh ibu. Seperti perdarahan pergavinam,
sakit kepala yang berat, demam.

6) Keluhan umum
Menanyakan mengenai keluhan yang dirasakan ibu. Apakah
selama ini kehamilannya berjalan dengan normal tanpa ada
komplikasi. Apakah ibu dapat beristirahat dengan baik,
mendapatkan cukup asupan gizi atau adakah
ketidaknyamanan normal yang mungkin saja dirasakan oleh
ibu.

7) Obat yang dikonsumsi


Penting juga untuk menggali obat-obat yang dikonsumsi ibu
termasuk jamu-jamuan atau tindakan invasive potensial
mengarah pada tera togenik seperti penggunaan sinar X,
cobalt, pengobatan cytotoxic atau zat-zat radioaktif.

8) Kekhawatiran-kekhawatiran khusus
Ibu hamil mungkin mengalami kekawatira-kekawatiran
khusus mengenai kehamilannya sehinga Bidan perlu untuk
menggali mengenai hal ini untuk memberikan support yang
sesuai dengan kebutuhan ibu.

9) Imunisai
Imunisasi apa yang sudah ibu dapatkan dan berapa kali.
Imunisasi TT merupakan perlindungan terbaik untuk melawan
tetanus baik untuk ibu maupun bayinya. Oleh karena itu hal

26
ini sangat penting bagi wanita untuk di imunisasi sesuai
jadwal.

Jenis Presentase
Interval Lama
Status Suntikan Perlindungan
Waktu Perlindungan
TT (%)
Belum
pernah
T0 mendapat
suntikan
TT
T1 TT 1 80
4 minggu
T2 TT 2 3 tahun* 95
dari TT 1
6 bulan
T3 TT 3 5 tahun 99
dari TT 2
Minimal
T4 TT 4 10 tahun 99
1 tahun
dari TT
3
25 tahun /
3 tahun
T5 TT 5 Seumur
dari TT 4
Hidup
(Sumber: Indrayani, 2011).12

10) Menghitung perkiraan tanggal persalinan rumus:

Bila HPHT nya antara bulan April s/d Desember


(hari + 7) (Bulan 3) (Tahun + 1 ) = Taksiran persalinan (TP)
Bila HPHT nya antara bula januari s/d Maret
(Hari + 7) (Bulan + 9) = Taksiran Persalinan (TP)

11) Riwayat kehamilannya yang lalu


a) Jumlah kehamilan, anak yang hidup, kelahiran premature
dan riwayat keguguran

12
Indrayani, SST, Buku Ajar Asuhan Kehamilan, Trans Info Media, Jakarta, 2011, hlm 10.

27
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Apakah kehamilannya berjalan dengan normal atau ada
permasalahan seperti kehamilan dengan tekanan darah
tinggi / pre-eklamsia, IUGR, polihdramnion atau
oligohidramnion. Riwayat persalinan dengan forceps,
vacuum, SC, partus lama. Riwayat nifas seperti
perdarahan, infeksi, masalah dalam menyusi maupun
masalah psikologi. Berat badan bayi juga penting digali
untuk memberikan gambaran kapasitas dari
pelvic/panggul ibu.
c) Masalah yang lain gali juga masalah-masalah lain yang
berhubungan dan dipercya oleh wanita hamil dan
pasangannya mengenai kehamilan, persalinan dan nifas.

12) Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kunjungan
awal, bukan hanya untuk mendeteksi adanya
ketidaknormalan atau factor risiko yang mungkin ditemukan
tetapi juga sebgai data dasar untuk pemeriksaan pada
kunjungan selanjutnya sehingga sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan secara akurat dan seluruh informasi
yang didapatkan dicatat dengan baik. Pemeriksaan harus
dilakukan dengan memberikan penjelasan secra hati-hati
kepada klien. Bidan dapat mendorong klien untuk berbicara
dengannya selama pemeriksaan. Hal tersebut dapat
membantu klien lebih relaks dan dapat membantu bidan
untuk melihat sikap mental klien baik secara psikologi
maupun emosional.
Pada saat pemeriksaan, klien dianjurkan untuk tidak
terus tidur terlentang selama lebih dari 10 menit karena
akan dapat menyebabkan supine hypotensive syndrome.
Penting juga diperhatikan privacy klien pada saat dilakukan

28
pemeriksaan oleh Bidan, tutup tubuh klien dengan selimut
atau dengan kain linen bersih dan hanya bagien tubuh yang
diperiksa saja yang terespose, memahami dan melakukan
seluruh prosedur dengan gentle. Apabila ada
ketidaknormalan baik secara fisik maupun psikologi atau
factor risiko yang ditemukan pada saat pemeriksaan, catat
pada kartu klien dan rujuk kepada dokter ahli segera setelah
dilakukan pemeriksaan.

a) General examination
Membantu tingkay energy ibu, nilai dan catat keadaan
emosi dan psikologi ibu, apakah klien sadar, cooperative
dan komunikasi atau lamban dan kurang tanggap, tenang
atau gelisah dan cemas, ramah atau aggressive, senang
atau tampak depresi, perhatikan juga posturnya pada saat
dilakukan pemeriksaan. Menjelaskan seluruh prosedur
sambil melakukan pemerksaan. Mengajukan pertanyaan
lebih lanjut untuk klarifikasi sambil melakukan
pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan kelayakan.
Meminta klien untuk memberikan specimen urin untuk
dilakukan pemeriksaan. Mengukur tinggi dan berat badan.
Perhatikan juga postur tubuhnya apakah loyo, berjalan
tertatih-tatih atau pinacang, terlalu tinggi atau terlalu
pendek, kyposis, scoliosis, terlalu lordosos, cacat juga
apabila terdapat pendulous abdomen ( perut berjuntai/
perut gantung).

b) Tanda tanda vital


Mengukur tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
sesuai dengan prosedur standar. Meminta klien untuk
melepaskan pakaian dan menawarkan kain linen penutup
tubuhnya (atau meminta klien untuk melonggarkan
pakaian dan menggunakan selimut untuk penutup

29
tubuhnya). Perhatikan juga keadaan, kondisi dan tekstur
kulitnya, rasakan juga kulitnya (harusnya lembut dan
elastic), tidak ada atau ada sedikit oedema (50-70%
wanita hamil ada sedikit oedema pada kehamilan lanjut),
tidak ada lesi atau rashes/kudis/bintik merah (cacat
apabila ada pucat, jaundice, cyanosis, kasar, tidak elastic,
oedema, rashes atau lesi, memar atau ptekie).

c) Kepala dan leher


Perhatikan warna, texture, dan distribusi rambutnya
memeriksa apakah terjadi oedema pada wajah dan
pigementasi. Memeriksa mata, sclera, reaksi pupilnya,
pengeluaran serta konjungtiva. Inpeksi juga hidungnya
Memeriksa mulut, bibir, gusu, lidah, palatum, pharynk, dan
gigi. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui
adanya pembesaran kelencar tiroid dan pembuluh limfe
atau adanya peningkatan tekanan pada vena jugularis.
d) Payudara
Inspeksi keadaan dada dan payudara. Denagan posisi
tangan klien disamping, periksa bentuk, ukuran dan
simetrik tidak, putting, adanya pengeluaran dari putting
serta benjolan. Pada saat klien mengangkat tangan ke
atas payudara ke axial untuk mengetahui adanya massa
atau pembesaran pembuluh limfe.
e) Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat meyakinkan ibu bahwa
kehamilannya berkembang dengan baik. Ibu dapat
memperoleh informasi dan keyakinan, ibu juga
menghargai sentuhan therapeutic dan peluang untuk
menerima asuhan holistic dan bersifat individual,
meskipun merupakan pemeriksaan yang sederhana,
setipa komponen dalam pemeriksaan ini perlu dilakukan

30
dan dapat memberikan berbagaiinformasi yang bermakna.
Pemeriksaan abdomen tidak pernah dilakukan secara
terpisah, selalu menjadi bagian dari pemeriksaan
antenatal yang lengkap. Tehnik pemeriksaan abdomen
terdiri dari 3 tahap :

Inspeksi
Ukuran : mungkin dipengaruhi oleh obesitas, otot
abdomen yang kendur, kehamilan kembar, poli dan
oligohydramnion, ukuran dan letak janin dan usia gestasi
Bentuk : dapat memberikan indikasi posisi dan presentasi
janin
Perubahan kulit :
Linea
Striae gravidarum
Tanda tanda bedah abdomen /luka bekas operasi
sebelumnya
Pergerakan janin ataupun kontraksi

13) Palpasi
Pemeriksaan abdomen hanya dapat dilakukan apabila
klien dalam posisi tidur dengan satu atau dua bantal
menyangga kepala klien untuk berbaring dimeja/tempat tidur
pemerikasaan yang bersih. Jangan membiarkan ibu hamil
terlentang dengan punggung datar, karena berat uterus
dapat menekan pembuluh darah balik ke jantung sehingga
bisa mengakibtakan sindrom hypotensi terlentang/pingsan.
Bantu klien untuk berbaring dengan posisi semifowler.
Sebelum dilakukan pemeriksaan abdomen hendaknya
kandung kencing klien dalam keadaan kososng karena
kandung kemih yang penuh akan mempengaruhi tinggi
fundus. Palpasi abdominal dibagi menjadi tiga aspek yaitu,
palpasi fundus, lateral dna panggul. Palpasi yang dilakukan
adalah, mengukur tinggi fundus uteri (TFU), dan mengukur

31
tinggi fundus uteri dnegan menggunakan jari tangan drai
awal kehamilan sampai usia kehamilan 22 minggu dan
menggunakan pita ukur setela usia kehamilan lebih dari 22
minggu.

a) Leopold I : untuk menentukan umur kehamilan dan


bagian janin yang terdapat pada fundus. Tinggi fundus
yang tidak konsesten dengan usia kehamilan dapat
mengindikasikan :
Bokong : teraba lebih lunak, kurang melenting, lebih
besar kurang jelas bentuknya.
Kepala : teraba lebi bulat dan melenting. Misalnya dapat
digerakan secara perlahan kekiri dan kekanan. Apabila
bagian janin tidak teraba pada fundus, letak janin bukan
longitudinal/membujur.

b) Leopold II : Untuk menentkan letak punggung janin dan


bagian-bagian kecil janin
Bagian punggung, biasanya lebih keras dan lebih rata.
Bagian kecil anak, akan teraba tidak teratur (anggota
badan) dengan bagian uterus akan teraba lebih lunak.

c) Leopold III : untuk menentukan presentasi janin atau


bagian janin yang berada di bawah segmen bawah uterus
atau bagian terbawah janin dan apakah bagian tersebut
sudah masuk kerongga panggul atau belum.
Kepala : bila bagian berbentuk bulat, teraba keras,
berbatas tegas dan mudah digerakan bila belum
memasuki rongga panggul.
Bokong : bila bentuknya kurang tegas, teraba kenyal,
relative lebih besar, dan sulit terpegang secra mantap.

d) Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh bagian


terbawah janin sudah masuk PAP.

32
Telusuri bagian kiri dan kanan abdomen kea rah bawah
dengan kedua telapak tangan. Amati pertemuan kedua
tangan tersebut.
Konvergen, bila kedua telapak tangan bertemu/meyatu
Divergen bila kedua telapak tangan tidak
bertemu/menyatu
Metode perlimaan
Penurunan bagian terbawah dapat diukur dengan metode
lima jari antara lain :
5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba
diatas simfisis pubis.
4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah
memasuki PAP.
3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawha janin
masih berada di atas simfisis dan 3/5 bagian telah
turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak
dapat digerakan )
1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada di atas simfisis dan 4/5
bagian telah turun ke dalam rongga panggul.
0/5 bagian terbawah janin tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin
sudah masuk ke dalam rongga panggul.
14) Auskultasi
Auskultasi denyut jantung janin (DJJ). Hitung DJJ selama 1
menit (normal : 120-160 kali per menit). Adanya denyut
jantng janin merpakan tanda pasti hamil.
15) Tangan dan kaki
a) Memeriksa tangan dan kaki apakah terdapat oedema atau
tampak pucat pada ujung-ujung jarinya
b) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya
varises
c) Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi
gerakan hipo atau hiper.

33
16) Pemeriksa per vaginam
Saat ini, pemeriksaan pervaginam pada awal
kehamilan tidak selalu digunakan. Tetapi dengan
pemeriksaan ini dapat mendeteksi tanda-tanda kehamilan.
Tanda-tanda yang dapat diobservasi dengan melakukan
pemeriksaan pervaginam, antara lain :
a) Melunakan isthmus yang biasa disebut dengan hegars
sign yang dapat dideteksi mulai kehamilan 6 minggu.
b) Selain isthmus, serviks juga terasa lebih lunak jika
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, yang
dikenal dengan istilah Goodells sign dan dapat mulai
terdeteksi pada usia kehamilan 8 minggu.
c) Pulpusi dari arteri uterine yang teraba di bagian lateral
fornices yang biasa disebut sebagai Osianders sign.
tanda ini mulai dapat dilihat pada 8 minggu kehamilan.
d) Internal Ballotement yang dapat di rasakan dari kehamilan
16 minggu.
e) Braxton Hicks juga dapat dirasakan mulai usia kehamilan
16 minggu.
f) Pembesaran uterus dapat dirasakan melalui pemeriksaan
pervaginam, khususnya untuk mendeteksi kehamilan
sebelum uterus dapat dipalpasi dari pemeriksaan luar
disebut dengan Piscaseks sign (pada usia kehamilan
kurang dari 12 minggu).
17) Pemeriksaan Anus
Apakah ada Haemoroid atau ketidaknormalan lainnya.
a) Pemeriksaan Panggul
Ukuran panggul kecil dapat diperiksa secara klinis dengan
melakukan pemeriksaan dalam ataupun dengan
rontgenologi. Ukuran-ukuran panggul luar antara lain:
Distantia spinarum
Jarak antara spina iliaka anterior kiri dan kanan,
ukuran normal 23-26 cm.
Distantia kristarum

34
Jarak yang terjauh antara krista iliaka kanan dan kiri,
ukuran 26-29 cm.
Konjugata eksterna (boudeloque)
Jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung
processus spinosustulang lumbal V, ukuran 18-20 cm.
Ukuran Lingkar Panggul
Dari pinggir atas simpisis ke pertengahan antara spina
iliaka anterior superior dan trochanter mayor sepihak
dan kembali melalui tempat yang sama, di pihak
lainnya ukuran 80-90 cm.

18) Pemeriksaan penunjang


a) Laboratorium
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb secara Sahli dilakukan pada ibu
hami lpada kunjungan awal dan pada trimester III (28
mg) dan bila didaptakan tanda-tanda anemia
menjelang persalinannya sebagai tindakan antisipasi
pada proses persalinan seandainya terjadi
komplikasi. Menurut Manuaba pemeriksaan Hb
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada trimester I dan III. Selain menggunakan metode
Sahli, pemeriksaan Hb dapat pula dilakukan dengan
menggunakan kertas Talquis. Hasil pemeriksaan Hb
Sahli dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Hb 11 gr
% dikatakan tidak anemia, 9-10 gr % anemia ringan,
7-8 g r% anemia sedang, < 7g gr % anemia berat.
b) Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan
protein dengan menggunakan asam asetat 5% , dan
apabila setelah dipanaskan urine menjadi keruh berarti
ada protein di dalam urine.
Standard kadar keruhan protein urine adalah :
Negatif : Urine jernih
Positif 1 (+) : Ada keruhan

35
Positif 2 (++) : Kekeruhan mudah dilihat dan
ada endapan
Positif 3 (+++) : Urine lebih keruh dan
endapan yang lebih jelas
Positif 4 (++++) : Urine sangat keruh dan disertai
endapan yang menggumpal
19) Pemeriksaan urine reduksi
Tujuan pemeriksaan :
Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk melihat adanya
glukosa dalam urine. Urine normal biasanya tidak
mengandung glukosa. Dalam kasus tertentu urine
mengandung glukosa seperti pada ibu yang mempunyai
riwayat penyakit DM. Diabetes Mellitus pada ibu hamil dapat
mengakibatkan adanya penyakit berupa preeklamsia,
polihidramnion, bayi besar. (Saifuddin, 2006) 13

20) Pengkajian fetal


Selain ibunya, Bidan juga harus mengkaji kesejahteraan
janin. Secara ideal, penilaian kesejahteraan janin dilakukan
setiap kunjungan antenatal dengan menilai uterine growth,
DJJ dan ritmenya serta pergerakan janin. Beberapa
hal/metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi atau
menilai kesejahteraan janin adalah sebagai berikut :
a) Memantau gerakan janin
Pada awalnya, gerakan janin hanya dipergunakan untuk
mengkonfirmasi usia kehamilan saja, pada tahun 1958
Smyth dan Farrow mempublikasikan bahwa gerakan janin
juga dapat menjadi gejala klinik yang mengarah kepada
neonatal asphyksia fetal kick count dilakukan mulai usia
kehamilan 28 minggu.
Pada trimester 3 janin menghabiskan sekitar 10%
waktunya untuk bergerak dan waktu yang paling sering
bergerak aktif adalah dari jam 9 sore s.d jam 1 pagi. Janin
13
Saifuddin AB, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2006 , hlm 118.

36
yang sehat biasnaya bergerak secra aktif dengan variasi
antara 4-100 gerakan per jam.Berkurangnya gerakan janin
dapat mengindikasikan kearah penurunan fungsi plasenta
termasuk preeclamsia, hipertensi kronis dan DM. Jika
terdapat kurang dari 3 gerakan per jam atau 10-12
gerakan dalam 12 jam atau 10 gerakan dalam 2 jam
menjadi alarm signal, janin mungkin dalam keadaan
beresiko.
Keuntungan fetal kick chart ini adalah simple, mudah dan
murah untuk dilaksanakan, ibu dapat melakukannya
sendiri di rumah. Tetapi dapat juga menimbulkan
kecemasan bagi ibu ataupun kesalahan dalam melakukan
penghitungannya sehingga penting bagi bidan untuk
mengetahui kebudayaan, kebiasaan dan tingkat
pendidikan klien dalam memberikan penjelasan agar
dapat ditangkap dengan baik dan benar.
b) Menghitung Denyut Jantung Janin
Saat melakukan pemeriksaan atau kunjungan antenatal,
selain memantau keadaan ibu, Bidan juga memantau
keadaan janin dengan mengitung DJJ selama 1 menit
untuk mengetahui frekuensi dan regulitas dari DJJ. DJJ
yang normal berkisar 120-160 kali per menit. Biasanya
DJJ kan meningkat apabila janin bergerak.
Non Stress Test (NST)/ Non Stress Cardiotecograhpy
(NSCTG)
NST digunakan untuk mendeteksi kesejahteraan janin
tanpa memberikan stimulasi pada janin, untuk melihat ada
atau tidaknya akselerasi atau deselarasi pada DJJ
ataupun gerakan janin. NST dilakukan dengan indikasi :
Ibu dengan riwayat stillbirth
Plasenta previa atau solution palsenta
Drug abuse dan alcoholism
Kemungkinan aspiksia
Suspect IUGR

37
Kondisi medis seperti DM atau cronik renal disease
Hipertensi dalam kehamilan
Tidak merasakan gerakan janin

2. Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang


Kunjungan ulang adalah kunjungan yang dilakukan setelah
kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan.
(Varney, 1997)14
a. Tujuan
Tujuan kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian
komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan.
b. Jadwal
Biasanya kunjungan ulang dijadwalkan aetiap 4 minggu
sampai usia kehamilan 28 minggu, selanjutnya setiap 2 minggu
sampai usia kehamilan 36 minggu dan seterusnya setiap minggu
sampai masa persalinan. Akna tetapi jadwal kunjungan ini
flexible dengan kunjungan minimal sebanyak 4 kali yaitu 1 kali
pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III.
Namun sebaiknya jadwal kunjungan adalah :
1) Sampai dengan 28 minggu usia kehamilan, setiap 4 minggu.
2) Antara 28-36 minggu usia kehamilan, setiap 2 minggu.
3) Antara 36 minggu sampai kelahiran, setiap minggu.
c. Isi kunjungan ulang
Riwayat kehamilan :
1) gerakan janin
2) masalah / tanda
3) keluhan
4) kekhawatiran
d. pemeriksaan fisik
1) BB, TTV
2) TFU
3) Palpasi abdominal
4) DJJ
5) Oedema, reflek, varikositis
e. Pemeriksaan laboratorium
1) Protein urin
2) Glukosa urin
f. Pemeriksaan panggul, VT (Vagina Touche) bila perlu
14
Nurul Jannah, Buku Ajar Asuhan Kebidanan: Kehamilan, C.V AndiOffest (ANDI), Yogyakarta,
2012, hlm. 180.

38
g. Riwayat kehamilan sekarang
1) Gerakan janin
2) Setiap maslah atau tanda-tanda bahaya
3) Keluhan-keluhan lazim dalam kehamilan
4) Kekhawatiran-kekhawatiran lain

h. Pemeriksaan Fisik
1) Berat badan, apakah sesuai dengan anjuran kenaikan BB
berdasarkan indeks Masa Tubuh (IMT)
2) Tanda-tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, Nadi, Suhu,
dan Pernafasan
3) Pengukuran tinggi fundus uteri (setelah 12 minggu dengan
palpasi, setelah 22 minggu dengan pita ukuran).
4) Palpasi Leopold untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36
minggu)
5) DJJ (setelah 28 minggu)
6) Pemeriksaan ektremitas bawah (oedema, reflek tendon,
varicosities)

i. Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang


1. Evaluasi penemuan masalah pada wanita hamil
Oleh karena telah banyak dilakukan pengkajian mengenai
riwayat ibu dan pemeriksaan lengkap selama kunjungan
antenatal pertama, maka kunjungan ulangan difokuskan
pada pendeteksian komplikasi komplikasi, mempersiapkan
kelahiran, kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang
terfokus dan pembelajaran. Pada tahap ini bidan
menginventarisasi beberapa masalah yang terjadi beserta
aspek-aspek yang menonjol yang membutuhkan
penanganan dan pemberian KIE.
2. Evaluasi Data Dasar
Pada tahap ini bidan melakukan evaluasi data dsar yang
dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis pada
kunjungan yang pertama.
3. Evaluasi keefektifan manajemen/asuhan
a) Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan
yang sudah dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya.

39
b) Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang
dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi
serta memastikan aspek mana yang efektif agar tetap
dipertahankan
c) Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah:
d) Menanyakan kembali kepada pasien mengenai apa yang
sudah dilakukan pada kunjungan sebelumnnya
e) Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal yang
berfokus pada pemantauan kesehatan ibu dan janin
f) Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien
antara lain sebagai berikut:
g) Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses
pemberian asuhan pada kunjungan sebelumnya
h) Hal-hal yang membuat pasien kurang merasa nyaman
i) Peningkatan pengetahuan pasien mengenai perawatan
kehamilan hasil dari proses KIE yang lalu
j) Berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada
kunjungan yang lalu setelah dilakukan penataksanaan

4. Pengkajian data focus


a) Riwayat
Menanyakan bagaimana perasaan pasien sejak
kunjungan terakhir
Menanyakan apakah pasien mempunyai pertanyaan
atau kekhawitaran yang timbul sejak kunjungan
terakhir
b) Deteksi komplikasi dan Ketidaknyamanan
Menyakan keluhan-keluhan yang biasa dialami oleh
ibu hamil
Menyakan kemungkinan tanda-tanda bahaya yang
dialami oleh ibu
c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tekanan darah
Mengukur TFU
Melakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi
adanya kemungkinan kehamilan ganda, serta

40
mengetahui presentasi, letak, posisi dan penurunan
kepala (jika UK >36 minggu)
Memeriksa DJJ
d) Pemeriksaan Laboratorim
Protein urine dan reduksi urine
e) Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan kehamilan
Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang
dialaminya
Sesuai dengan usia kehamilan ajarkan ibu tentang
materi pendidikan kesehatan pada ibu
Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran
dan jika terjadi kegawatdaruratan.
Ajari ibu untuk mengenal tanda-tanda bahay, pastikan
untuk memahami apa yang dilakukan jika menemukan
tanda bahaya
Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya.

H. Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu dan Janin Selama Masa


Kehamilan.

1. Perdarahan pervaginam
Dilihat dari SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu
dikarenakan perdarahan (28%). Perdarahan pervaginam dalam
kehamilan ada yang bersifat fisiologis maupun patologis. Perdarahan
yang bersifat fisiologis terjadipada awal kehamilan yang terjadi oleh
proses implantasi. Sedangkan perdarahan pervaginum yangbersifat
patologis ada dua yaitu yang terjadi pada awal kehamilan dan pada
masa kehamilan lanjut.
Pada awal kehamilan, pada usia kurang dari 22 minggu,
biasanya keluar darah merah, perdarahan banyak disertai nyeri,
dapat dicurigai terjadi abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan
mola. Perdarahan pada kehamilan usia lanjut, terjadi setelah 22
minggu sampaisebeliumpersalinan,tanda-tandanya yaitu keluar
darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan

41
banyak dan terus menerus disertai nyeri, biasanya dikarnakan
plasenta previa, solusio plasenta, dan ruptur uteri, atau ada
pembekuan darah. (Pusdiknakes, 2005).15

2. Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering
kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
3. Penglihatan/ pandangan kabur
Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam
jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan kabur
atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) dan berkunang-kunang.
4. Bengkak pada Muka dan Tangan
Hampir separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang
normalpada kaki. Bengkak dapat menunjukan adanya masalah
serius apabila bengkak yang muncul pada muka dan tangan tidak
hilang setelah istirahat, disertai sakit kepala hebat, pandangan mata
kabur, hal ini merupakan tanda anemia, gagal jantung, atau
preeklamsi.
5. Nyeri Perut yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah beristirahat.
6. Gerakan Bayi yang Berkurang
Gerakan janin terjadi pada usia kehamilan 20-24 minggu. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3kali dalam priode 3 jam. Gerakan janin akan
lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat serta jika ibu
makan dan minum dengan baik. Ibu hamil perlu melaporkan jika
terjadi penurunan/gerakan yang berhenti (Vivian Nanny, 2010).16
7. Kejang.
Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena eklampsi
(24%). Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya
15
Departemen Kesehatan, Buku Acuan Pelayanan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Rencana Strategi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009, hlm
257.
16
Puruhito, Menuju Indonesia Sehat, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 2010,
hlm 59.

42
keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu
hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin
kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam
kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia (Saifuddin,
2006).17

Komplikasi selama masa kehamilan antara lain:


1. Kehamilan Mola.
Yaitu adanya jonjot korion, yang tumbuh berganda berupa
gelembung- gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk
neoplasma trofoblas yang jinak (benigna).
Pasien dengan kehamilan jenis ini akan memiliki tanda dan gejala
sebagai berikut:
a. Mual dan muntah yang berlebihan.
b. Pusing, gangguan penglihatan, dan tekanan darah tinggi.
c. Terdapat perdarahan sedikit atau banyak, warna tengguli
kecokelatan.
d. Pembesaran uterus tidak sesuai usia kehamilan.
e. Keluar jaringan mola.
f.Muka terliha kuning, badan terlihat pucat.
g. Tidak teraba bagian janin saat palpasi.
h. Tidak ada DJJ, terdengar bunyi bising atau bunyi khas.
i. Kadar HCG yang tinggi
j. Konsistensi abdomen lembek
k. Pada foto rontgen tidak terlihat adanya kerangka janin.
l. Pada USG hanya terlihat gumpalan putih.
2. Kehamilan Ektopik.
Yaitu kehamilan dengan hasil konsepsi tidak teraba didalam
endometrium uterus. Keadaan ini akan meningkat menjadi
kehamilan ektopik tergangu (KET) pad usia kehamilan lebih dari 10
minggu. Sebagian besar (KET) terjadi pada kehamilan yang terletak
pada tuba. (Ari Sulistyawati, 2009)18
Diagnosis dan gejala- gejala klinis yang biasanya ditemui adalah
sebagai berikut:

17
Saifuddin AB, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2006 , hlm 212.
18
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta, 2009,
hlm 150.

43
a. Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala amenore serta
keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.
b. Pada KET jika terjadi abortus tuba, maka kemungkinan keluhan
tidak begitu berat, hanya ada rasa sakit diperut dan pengeluaran
darah pervagina, yang kadang dikacaukan oleh diagnosis
abortus biasa.
c. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba- tiba diperut terasa seperti
diiris- iris dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa sampai
jatuh pingsan.
d. Tanda- tanda akut nyeri abdomen adalah sebagai berikut:
1) Nyeri tekan yang hebat
2) Muntah, gelisah, pucat dan anemis.
3) Pad pemeriksaan tanda vital didapat denyut nadi yang kecil
dan halus serta tekanan darah yang rendah sampai tidak
terukur.
4) Terdapat tanda cullen, yaitu adanya warna biru lebam pada
linea alba atau sekitar pusat.
5) Nyeri bahu karena adanya rangsangan ke diafragma.
6) Pada PD didapatkan nyeri goyang porsio, nyeri tekan yang
hebat, teraba massa.
7) Terdapat tanda- tanda perdarahan intra abdominal.
8) Pad pemeriksaan Hb, didapatkan penurunan kadar Hb, dan
terjadi leukositosis.
9) Kuldosentesis dan pemeriksaan USG atau Ronntgen ( Ari
Sulistyawati, 2009).19
I. Tanda tanda Persalinan dan Persiapan Persalinan.

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin )


yang telah cukup bulan atau telah dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa
bantuan. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

19
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba Medika, Jakarta, 2009,
hlm 151.

44
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai penyulit. (APN, 2007). 20

a. Adapun tanda- tanda persalinan antara lain:

1. Perut mulas secara teratur, mulasanya sering dan lama.


2. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
3. Keluar air ketuban dari jalan lahir.

Jika muncul salah satu dari tanda diatas, suami atau keluarga
harus segera membawa ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan
(Depkes, 2012).21

Oleh karena itu persiapan perlu dilakukan semenjak ibu memasuki


Trimester III, dalam kunjungan ulang yang dilakukan ibu. Rencana
persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota
keluarganya dan dibantu oleh bidan. Rencana persalinan ini sangat
penting karena:

1. Persalinan kadang- kadang dapat diprediksi juga tidak dapat


diprediksi, tanggal kelahiran, fase yang dilewati, apa yang terjadi
selama proses persalinan.
2. Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan biasanya memang
tidak tertulis. Rencana ini lebih hanya sekedar diskusi untuk
memastikan bahwa ibu dapa menerima asuhan yang ia perlukan.
Dengan adanya rencana persalinan akan menurunkan angka
kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan danmeningkatkan
kemungkinan dimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta
tepat waktu. Tetapi alangkah lebih baik jika dalam bentuk tertulis,
berisi harapan- harapan ibu dan tujuan yang hendak dicapai.

20
Icesmi Sukarni K dan Margareth ZH, Kehamilan Persalinan dan Nifas, Nuha Medika,
Yogyakarta, 2013, hlm 185.
21
Kementrian Kesehatan RI, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan, Jakarta, 2012,
hlm 8.

45
3. Sebagai alat komunikasi untuk bidan dan wanita sebagai sarana
untuk mendidik wanita menyiapkan diri menjadi orang tua dan agar
bidan dapat memahami harapan wanita.
4. Sebagai jalan yang baik untuk menggali keinginan/ harapan wanita.

Ada lima komponen penting dalam rencana persalinan. Untuk membuat


setiap komponen rencana tersebut, bidan harus mendiskusikan hal hal
penting yang dijelaskan dibawah ini dengan ibu dan keluarganya, yaitu:

Langkah 1: Membuat rencana persalinan.

Idealnya setiap keluarga harus mempunyai kesempatan untuk membuat


suatu rencana persalinan. Hal- hal dibawah ini haruslah digali dan
diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut.

1. Tempat persalinan.
2. Memilih tenaga kesehatan terlatih.
3. Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut.
4. Bagaimana transportasi ke tempat persalinan.
5. Siapa yang akan menemani persalinan.
6. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara
mengumpulkan biaya tersebut.
7. Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.

Langkah 2: Membuat rencana persalinan pembuatan keputusan jika


terjadi kegawatdaruratan pada saat pembuat keputusan utama tidak
ada, penting bagi bidan untuk mendiskusikan:

1. Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga.


2. Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama
tidak ada saat kegawatdaruratan.

Langkah 3: Mempersiapkan system transportasi jika terjadi


kegawatdaruratan.

46
Banyak ibu yang meninggal karena komplikasi yang serius
selama kehamilan, persalinan atau pasca persalinan, tetapi tidak
mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke
tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang
kompeten untuk masalah mereka. Setiap keluarga harus mempunyai
suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan
perlu segera dirujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi. Rencana ini
perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan dan harus terdiri dari
elemen- elemen dibawah ini:

1. Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, rumah sakit).


2. Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika
terjadi kegawatdaruratan.
3. Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk.
4. Bagaimana cara mendapatkan dana akan terjadi
kegawatdaruratan.
5. Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial.

Langkah 4: Membuat rencana/ pola menabung.

Keluarga harus dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana


akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi
kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus dimana ibu tidak mencari asuhan
atau mendapat asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang
diperlukan.

Langkah 5: Mempersiapkan barang- barang yang diperlukan untuk


persalinan.

Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk persalinan.


Ia dan keluarganya dapat mengumpulkan barang- barang seperti

47
pembalut wanita atau kain, sabun, sprei serta menyimpannya untuk
persalinan nanti. (Indrayani, 2011) 22

BAB III

MANAJEMEN KEBIDANAN

22
Indrayani, SST, Buku Ajar Asuhan Kehamilan, Trans Info Media, Jakarta, 2011, hlm 198.

48
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan antenata bertujuan untuk memantau kemajuan


kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik sosial ibu
dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan

49
kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar
masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif,
mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Apabila pria dan wanita melakukan hubungan senggama saat
masa subur maka salah satu sel sperma bisa membuahi ovum.
Pertemuan sel telur dan sperma ini disebut ( fertilisasi ) , karena inilah
seorang wanita menjadi hamil.

Kehamilan adalah peristiwa penting bagi seorang wanita


manapun, diinginkan atau tidak wanita atau calon ibu hamil akan
gelisah dengan kesehatannya. Lazimnya berbagai upaya dilakukan
untuk menjaga kesehatannya. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Deteksi dini mengenai kelainan selama hamil merupakan hal
penting yang harus dilakukan oleh bidan, untuk menjadi landasan
dalam memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan keadaan
klien.
Begitu pula dengan klien atau ibu hamil juga perlu memiliki
kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini, mulai dari TM
I hingga TM III. Agar terjadi kesinambungan antara bidan dan klien
dalam bekerja sama meningkatkan kesejahteraan hidup, baik itu ibu
ataupun janin.

B. Saran
1. Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara
teratur sehingga apabila ada kelainan serta komplikasi dalam
kehamilan bisa diketahui lebih dini sehingga dapat diberikan
penanganan yang tepat.

50
2. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan hendaknya lebih teliti dalam melakukan
pemeriksaan ANC, agar segala kemungkinan kelainan atau
masalah yang terjadi pada klien dapat terdeteksi dan segera
mendapat asuhan yang tepat dan sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, Ilmu kebidanan, PT Bina Pustaka, Jakarta, 2012.


Dra. G. A Mandriwati, M.Kes, Penuntun Belajar Askeb Ibu Hamil, EGC,
Jakarta, 2008.
Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Salemba
Medika, Jakarta, 2009.
AI Yeyeh Rukiah,DKK, Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan), CV. Trans Info
Media, Jakarta, 2009.
Indrayani, SST, Buku Ajar Asuhan Kehamilan, Trans Info Media, Jakarta,
2011.
Saifuddin AB, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006.

51
Nurul Jannah, Buku Ajar Asuhan Kebidanan: Kehamilan, C.V AndiOffest
(ANDI), Yogyakarta, 2012.
Icesmi Sukarni K dan Margareth ZH, Kehamilan Persalinan dan Nifas,
Nuha Medika, Yogyakarta, 2013.
Kementrian Kesehatan RI, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian
Kesehatan, Jakarta, 2012.
Henderson. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

52

Anda mungkin juga menyukai