Anda di halaman 1dari 23

ALKALOIDA

A. PENGERTIAN ALKALOIDA

Istilah Alkaloida pertama kali diperkenalkan oleh Carl Friedrich Wilhelm


Meisner (1819), seorang Apoteker dari Halle (Jerman) pada awal abad ke-19
untuk senyawa yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa.

Alkaloida adalah golongan senyawa organik yang banyak ditemukan di


alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroba. Senyawa ini
mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa lemah, mempunyai
cincin nitrogen yang sebagian besar heterosiklik yang bersifat aktif dan
mempunyai efek fisiologis. Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam
mempunyai efek fisiologis tertentu. Oleh karena itu alkaloid digunakan
sebagai obat diantaranya atropin sebagai obat kejang, kokain sebagai obat
bius, reserpin sebagai obat penenang. Alkaloid biasanya pahit dan sangat
beracun.

Sumber Alkaloid
Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiosperma (famili
Leguminoceae, Rubiaceae, Solanaceae) dan tumbuhan monokotil (famili
Solanaceae dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah
besar alkaloid terdapat pada hewan.
Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah
Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim
mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Di dalam tanaman yang
mengandung alkaloid, alkaloid mungkin terdapat pada bagian tertentu dari
tanaman. Namun ada bagian tertentu dari tanaman tidak mengandung
alkaloid.

Selain pada tumbuhan, alkaloid juga ditemukan pada bakteri seperti


pyosianin yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Sementara pada
fungi, terdapat alkaloid psilosin dari jamur halusinogen dan ergomin dari
Claviceps sp.
Alkaloid jarang ditemukan pada gymnospermae atau pteridophyta. Alkaloid
banyak ditemukan pada angiospermae (10-15%). Pada tanaman monokotil,
alkaloid dapat ditemukan pada tanaman dari famili Amaryllidaceae dan
Liliaceae. Pada tanaman dikotil, alkaloid dapat ditemukan pada famili
Annonaceae, Apocynaceae, Fumariaceae, Lauraceae, Loganiceae,
Magnoliaceae, Menispermaceae, Papaveraceae, Ranunculaceae, Rubiaceae,
Rutaceae, dan Solanaceae.
Alkaloid juga ditemukan pada beberapa binatang, dalam beberapa kasus
karena hewan tersebut mengkonsumsi tanaman yang mengandung alkaloid,
misalnya castoramin dari lili air yang ditemukan pada berang-berang.
Alkaloid sebagai produk metabolisme pada hewan seperti pada salamander
atau amfibi seperti bufo, phyllobates, dan dendrobates. Alkaloid sebagai
sekret dari kelenjar eksokrin banyak ditemukan pada arthropoda seperti
Hymenoptera, Neuroptera, Miriapoda, dan Coleoptera.
Pada tanaman, alkaloid ditemukan dalam bentuk garam larut air seperti
sitrat, malat, mekonat, tartrat, isobutirat, benzoat, atau kadang-kadang
kombinasi dengan tanin. Secara mikrokimia, ditemukan bahwa alkaloid
banyak ditemukan pada jaringan perifer dari batang atau akar. Alkaloid
disintesis padatempat yang spesifik seperti pada akar yang sedang tumbuh,
kloroplas, dan sel laktiferus.
(Swastini, Dewa Ayu.2007).

Sifat-sifat Alkaloida yaitu :

1. Mengandung atom Nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino


2. Umumnya berupa kristal atau serbuk amorf
3. Alkaloida yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein
4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-Oksida
atau dalam bentuk garamnya
5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit
6. Alkaloida dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non
polar
7. Alkaloida dalam bentuk garamnya udah larut dalam air
8. Alkaloida bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas
pada atom N-nya
9. Alkaloida dapat membentuk endapan dengan bentuk iodida dari Hg, Au
dan Logam berat lainya (dasar identifikasi alkaloida).

B. PENGGOLONGAN ALKALOIDA

Alkaloida tidak mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu


alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan
strikhnin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan
alkaloida.

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara,


yaitu :

1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian


dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat
dibedakan atas beberapa jenis sperti alkaloida pirolidin, alkaloida
piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.

2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini


digunakan untukmenyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida
dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu aklakoida tembakau,
alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini
mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari
tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.

3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk


menjelaskan hubunganantara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan
berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa
alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal hanya dari beberapa
asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida
dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :

a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan


lisin.

b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,


tirosin dan 3,4

dihidrofenilalanin.

c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.

4. Sistem klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima,


dimana alkaloidadikelompokkan atas :

a. Alkaloida sesungguhnya

Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan


aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali bersifat basa,
umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan
dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam
asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut
adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan
tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida quartener yang
bersifat agak asam daripada bersifat basa.

b. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relative sederhana dimana
nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.
Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk
kelompok ini.

c. Pseudoalkaloida

Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekusor asam amino.ini


biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting
dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin.

Berikut ini adalah pengelompokan alkaloid berdasarkan struktur


cincin atau struktur intinya yang khas, dimana pengelompokkan
dengan cara inijuga secara luas digunakan :

1. Inti Piridin-Piperidin, misalnya lobelin, nikotin, konini dan trigonelin

2. Inti Tropan, misalnya hiosiamin, atropine, kokain

3. Inti Kuinolin, misalnya kinin, kinidin

4. Inti Isokuinolin, misalnya papaverin, narsein

5. Inti Indol, misalnya ergometrin dan viblastin.

6. Inti Imidazol, misalnya pilokarpin.

7. Inti Steroid, misalnya solanidin dan konesin.

8. Inti Purin, misalnya kofein.

9. Amin Alkaloid, misalnya efedrin dan kolsikin

C. MANFAAT ALKALOIDA

Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik


perhatian terutama karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatang
menyusui dan pemakainnya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam
tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya ialah sebagai berikut :

1. Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak


dianut lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan
nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan
nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami
metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.

3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari


serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa
peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini
barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat manusia
sentries.

4 . Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur,


beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.

5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian


bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan
kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini,
pengamatan menunjukkan bahwa pelolohan nikotina ke dalam biakan
akar tembakau meningkatkan ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula
berfungsi dengan cara pertukaran dengan kation tanah.

Manfaat alkaloid, yaitu sebagai metabolit sekunder yang berguna melindungi


tanaman dari predator, sebagai metabolit akhir yaitu limbah yang tidak
berfungsi sebagai substansi simpanan atau sebagai regulator pertumbuhan.
Alkaloid banyak dimanfaatkan oleh manusia karena memiliki efek
farmakologi, diantaranya :
Depresan saraf pusat, yaitu morfin dan skopolamin
Simulan saraf pusat, yaitu strihnin dan kafein
Simpatomimetik, yaitu efedrin
Simpatolitik, yaitu yohimbin dan alkaloid ergot
Parasimpatomimetik, yaitu eserin dan pilokarpin
Antikolinergik, yaitu atoprin dan hiosiamin
Ganglioplegik, yaitu spartein dan nikotin
Anestesi lokal, yaitu kokain
Mengobati fibrilasi, yaitu quinidin
Antitumor, yaitu vinblastin dan eliptisin
Antibakteri, yaitu berberin
Amoebasida, yaitu emetin

D. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid


Isolasi Alkaloid
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara lain :
1. Soxhletasi
Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Disini sampel disimpan
dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam
wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut
terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya
mengekstraksi sampel.
Prinsip soxhletasi :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25
kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode ini adalah:
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
Gambar 1. Alat soxhlet
2. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk
mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Prinsip refluks:
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap
3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugian metode ini adalah :
Membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator.
Gambar 2. Alat refluks

Identifikasi Alkaloid
Identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a. Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida
dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi
dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga.
2. Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika
sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning
atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya larut.
Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan
yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkoloidnya.
3. Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel
ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah
lalu ditambah alkohol endapannya larut.
b. Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna
kuning atau merah.
2. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H 2SO4
pekat (9 bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan
menghasilkan warna jingga.
3. Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian),
ditambah NaOH, dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan
warna merah.

Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis


alkaloid lainnya bisa menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin
1. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4
pekat. Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning
kehijauan.
2. Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air
ditambah H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna
kuning kehijauan.
Selain itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi
erlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan
warna biru atau abu-abu hijau untuk alkaloid ergot.

Identifikasi Kromatografi

Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada
dalam sediaan, dengan jalan penyarian berfraksi, atau penyerapan, atau
penukaran ion pada zat padat berpori, menggunakan cairan atau gas yang
mengalir. Zat yang diperoleh dapat digunakan untuk percobaan identifikasi
atau penetapan kadar. Kromatografi yang sering digunakan adalah
kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan
kromatografi gas. Sebagai bahan penyerap selain kertas digunakan juga zat
penyerap berpori, misalnya aluminiumoksida yang diaktifkan, asam silikat
atau silika gel kiselgur dan harsa sintetik. Bahan tersebut dapat digunakan
sebagai penyerap tunggal atau campurannya atau sebagai penyangga
bahan lain. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih
berguna untuk percobaan identifikais karena cara ini khas dan mudah
dilakukan untuk zat dengan jumLah sedikit. Kromatografi gas memerlikan
alat yang lebih rumit, tetapi cara tersebut sangat berguan untuk percobaan
identifikasi dan penetapan kadar. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 523)

1. Kromatografi Kolom
Kromatografi Penyerapan
Zat penyerap ( misalnya aluminium oksida yang telah diaktifakan, silika gel,
kiselgut terkalsinasi, dan kiselgur kromatografi murni ) dalam keadaan kering
atau setelah dicampur dengan sejumLah cairan dimapatkan kedalam tabung
kaca atau tabung kuarsa denan ukuran tertentu dan mempunyai lubang
pengalir keluar dengan ukuran tertentu.
SejumLah sediaan yang diperiksa dilarutkan dalam sedikit pelarut
ditambahkan pada puncak kolom dan dibiarkan mengalir dalam zat
penyerap. Zat berkhasiat diserap dari larutan oleh bahan penyerap secara
sempurna berupa pita sempit pada puncak kolom. Dengan mengalirkan
pelarut lebih lanjut, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat
bergerak turun dengan kecepatan khas hingga terjadi pemisahan dalam
kolom yang disebut kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya daya serap zat penyerap, sifat pelarut dan suhu
dari sistem komatografi.

Kromatografi Pembagian
Pada kromatografi pembagian, zat yang harus dipisahkan terbagia atas dua
cairan yang tidak bercampur. Salah satu cairannya yaitu fase tidak gerak
atau fase yang lebih polar biasanya diserap oleh zat penyerap padat, karena
itu memberikan daerah permukaan yang sangat luas keada pelarut yang
mengalir atau fase gerak atau fase yang kurang polar dan menghasilkan
pemisahan yang baik yang tidak dapat dicapai pada pengocokan.
Kromatografi pembagian dilakuakn dengan cara mirip dengan kromatografi
penyerapan. Dalam hal tertentu lebih baik zat yang diperiksa yang telah
dilarutkan dalam fase tidak bergerak ditambahkan pada sedikit zat
penyerap, kemudian campuran ini dipindahkan pada puncak kolom. (Materia
Medika Indonesia Jilid V, hal 523).

2. Kromatografi Kertas
Pada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas
dengan susunan serabut atau tebal yang cocok. Pemisahan dapat dilakukan
dengan menggunakan pelarut tunggal dengan proses yang analog dengan
kromatografi penyerapan atau menggunakan dua pelarut yang tidak dapat
bercampur dengan proses analaog dengan kromatografi pembagian. Pada
kromatografi pembagian fase bergerak merambat perlahan-lahan melalui
fase tidak bergerak yang membungkus serabut kertas atau yang membentuk
kompleks dengan serabut kertas. Perbandingan jarak perambatan suatu zat
terhadap jarak perambatan fase bergerak dihitung dari titik penetesan
larutan zat dinyatakan sebagai Rf zat tersebut. Perbandingan jarak
perambatan suatu zat dengan jarak perambatan zat pembanding kimia
dinyatakan sebagai Rr. Letak bercak yang diperoleh dari zat yang
dikromatografi dapat ditetapkan dengan cara berikut :
a. Pengamaatan langsung, jika tampak dengan cahaya biasa atau dengan
sinar ultra violet
b. Pengamatan dengan cahaya biasa atau dengan sinar ultraviolet setelah
kertas disemprot dengan pereaksi yang dapat memberikan warna pada
bercak.
c. menggunakan pencacah geiger-muler atau otora diografik jika ada zat
radioaktif.
d. menempatkan pita atau potongan kertas pada medium perbiakan yang
telah ditanami untuk melihat hasil stimulasi atau pertumbuahan bakteri.
Alat yang digunakan berupa bejana kromatogarfi raltahan korosi , bak
pelarut, batang kaca anti sifon dan kertas kromatografi. (Materia Medika
Indonesia Jilid V, hal 525).

3. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan
serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap
sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan didasarkan pada
penyerapan pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat
penyerap pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap
dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. KLT dengan
penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.
Harga Rf yang diperoleh pada KLT tidak tetap jika dibandingkan dengan yang
diperoleh pada kromatografi kertas karena itu pada lempeng yang sama
disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram
dari zat pembanding kimia lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda.
Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga
Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat
digunakan untuk memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti
dapat digunakan dengan cara densito metri atau dengan mengambil bercak
dengan hati-hati dari lempeng, kemudian disari dengan pelarut yang cocok,
dan ditetapkan dengan cara spektrofotometri. Pada KLT 2 dimensi lempeng
yang telah dievaluasi diputar 900 dan dievaluasi lagi umumnya
menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain. Alat yang digunakan
adalah lempeng kaca, baki lempeng, rak penyimpanan, zat penyerap, alat
pembuat lapisan, bejana kromatografi, sablon, pipet mikro, alat penyemprot
pereaksi, pelarut, dan lampu ultraviolet. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal
528).

4. Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah satu cara pemisahan kromatografi dimana
sebagai fase bergerak digunakan gas yang disebut gas pembawa. Jika
sebagai fase tidak bergerak digunakan zat padat yang disebut kromatografi
gas padat dan jika sebagai fase tidak bergerak digunakan cairan disebut
kromatografi gas cairan. Alat yang digunakan antara lain : tempat
penyuntikan yang terletak dimuka kolom kromatografi, kolom kromatografi
dari kaca atau baja tahan karat berisi bahan padat penyangga halus yang
cocok dan dilapisi dengan fase tidak bergerak, detektor yang dihubungkan
dengan alat pencatat. (Materia Medika Indonesia Jilid V, hal 531).

Contoh Simplisia yang Mengandung Alkaloid

1. Bunga Pukul Empat


Nama simplisia : Mirabilidis Radix
Nama Tanaman Asal : Mirabilis jalapa L.
Keluarga : Nyctaginaceae
Zat berkhasiat : Mirabilidis Radix
Penggunaan : batuk, infeksi saluran kemih, keputihan, kencing
manis,
radang amandel, radang payudara, radang
persendian, radang
prostat, bisul (obat luar) dan eksem (obat luar)
Anti inflamasi dan diuretik
2. Bungur
Nama simplisia : Lagerstoemiae speciosa Cortex
Nama Tanaman Asal : Lagerstroemia speciosa Auct. Non (L.)
Keluarga : Lythraceae
Zat berkhasiat : Tanin, alkaloid, saponin, terpena dan glukosa
Penggunaan : Disentri, kencing darah, mencret

3. Gandarusa
Nama simplisia : Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix
Nama Tanaman Asal : Justicia gendarussa Burm. F.
Keluarga : Acanthaceae
Zat berkhasiat : Alkaloid,saponin, flavonoid, polifenol, Alkaloid
yustisina dan minyak atsiri
Penggunaan : Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat
luar), patah tulang (obat luar), radang kulit bernanah
(obat luar), rematik (obat luar) dan sakit kepala (obat
luar), Analgesik, antipiretik, diaforetik, diuretik dan
sedatif

4. Handeuleum (Daun wungu)


Nama simplisia : Graptophylli Folium
Nama Tanaman Asal : Graptophyllum pictum L. Grif
Keluarga : Acanthaceae
Zat berkhasiat : Lendir, alkaloid, steroida,dan tanin
Penggunaan : Batu empedu, demam,dan wasir, Diuretik dan
laksatif

5. Mengkudu
Nama simplisia : Morindae citrifoliae Fruktus ; buah mengkudu,
Morindae
citrifoliae Folium; daun mengkudu
Nama Tanaman Asal : Morinda citrifolia L.
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri, alkaloid
Penggunaan : Buah : Amandel, asma, batuk, disentri, hati & limfa
membesar,
haid tidak teratur, tekanan darah tinggi, nyeri pinggang,
Radang amandel (obat kumur), radang tenggorokan (obat
kumur),
sariawan (obat Kumur)
Daun : Haid tidak teratur, obat cacing, kencing
manis, Batuk (obat
luar), limfa membesar (obat luar), mulas ( obat
luar)
Hipotensif, antelmintik, dan emenagog

6. Nilam
Nama simplisia : Pachouli Folia(daun Nilam)
Nama Tanaman Asal : Pogostemon cablin (Blamco) Benth.
Keluarga : Lamiaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri, delwangin alkaloid (epiguipiridin),
Penggunaan : Disentri, haid tidak teratur, mulas, nyeri haid, sakit
kepala dan wasir, Antiseptik, sudorifik, dan
stomakik

7. Pohon Tanjung
Nama simplisia : Mimusopsidis Cortex, Mimusopsidis Fructus
Nama Tanaman Asal : Mimusops elengi L.
Keluarga : Sapotaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri, alkaloid
Penggunaan : Demam, mencret, keputihan, gatal (obat luar),
sariawan (obat
kumur),radang gusi, rematik (obat luar), sakit
tenggorokan (obat
luar)

8. Sidaguri
Nama simplisia : Sidae Folium
Nama Tanaman Asal : Sida rhombifolia L.
Keluarga : Malvaceae
Zat berkhasiat : flavonoid, sterol Alkaloid hipaforina,gula,
triterpenoid.
Penggunaan : Batuk darah, batu ginjal,cacing keremi, demam,
disentri, malaria, sakit perut, rematik, radang
amandel, selesma,
usus buntu, Bisul (obat luar), Eksem (obat luar),
gatal (obat luar),
ketombe (obat luar)
Anti inflamasi, diuretik, dan analgesik.

9. Som Jawa (ginseng jawa)


Nama simplisia : Talinum paniculati Radix
Nama Tanaman Asal : Talinum paniculatum Jack. Gaertn.
Keluarga : Portulacaceae
Zat berkhasiat : Saponin, steroid, dan minyak atsiri
Penggunaan : tonik Pria (tonikum), digunakan pada kondisi badan
lemah,
berkeringat dingin, pusing, Aphrodisiak (penguat
syahwat) batuk
dengan dahak dan darah, radang paru-paru,
diare, banyak
kencing, haid tidak teratur, ASI sedikit, keputihan.
Aprodisiak, anti inflamasi, antibengkak,
menguatkan paru-paru.

10. Srikaya
Nama simplisia : Annonae Radix, Annonae Cortex
Nama Tanaman Asal : Annona squamosa L.
Keluarga : Annonaceae
Zat berkhasiat : borneol, camphol, terpene, alkaloid anonain
Penggunaan : stres, menghilangkan nyeri tulang punggung,
sembelit
pencahar

11. Tapak Dara Merah


Nama simplisia : Catharanthi Folium
Nama Tanaman Asal : Catharanthus roseus (L.) G.Don.
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat : Alkaloid ajmalina, katarantina, vinkristina,
serpentina, reseosida
vinkaleukoblastina, dan lebih dari 60 jenis alkaloid
lainnya.
Penggunaan : Leukemia-limpositik, kencing manis, tekanan
darahtinggi
Antineoplastik, hipotensi dan tranguilizer.

12. Tapak Dara Putih


Nama simplisia : Catharanthi Folium
Nama Tanaman Asal : Catharanthus roseus (L.) G.Don.
Keluarga : Apocynaceae
Zat berkhasiat : Alkaloid ajmalina, katarantina, vinkristina,
serpentina, reseosida
vinkaleukoblastina, dan lebih dari 60 jenis alkaloid
lainnya.
Penggunaan : Leukemia-limpositik, kencing manis, tekanan darah
tinggi
Antineoplastik, hipotensi dan tranguilizer

13. Tasbih merah


Nama simplisia : Cannae indicae Rhizoma
Nama Tanaman Asal : Canna indica Linn.
Keluarga : Cannaceae
Zat berkhasiat : 6 subtansi phenol, 2 terpene, 4 coumarin, pati,
glukose,
lemak, alkaloid dan getah
Penggunaan : penurun panas (antipiretic), tekanan darah tinggi,
chronic
dysentry, metrorrhagia (haid banyak), sakit
kuning(acute icteric
hepatitis), batuk darah (hemoptysis),keputihan
(leucorrhoe)
Penurun panas, penurun tekanan darah tinggi,
penenang
(tarnquilizer).

14. Tasbih Putih


Nama simplisia : Cannae indicae Rhizoma
Nama Tanaman Asal : Canna indica Linn.
Keluarga : Cannaceae
Zat berkhasiat : 6 subtansi phenol, 2 terpene, 4 coumarin, pati,
glukose,
lemak, alkaloid dan getah
Penggunaan : penurun panas (antipiretic), tekanan darah tinggi,
chronic
dysentry, metrorrhagia (haid banyak), sakit
kuning(acute icteric
hepatitis), batuk darah (hemoptysis),keputihan
(leucorrhoe)
Penurun panas, penurun tekanan darah tinggi,
penenang
(tarnquilizer).

15. Tasbih kuning


Nama simplisia : Cannae indicae Rhizoma
Nama Tanaman Asal : Canna indica Linn.
Keluarga : Cannaceae
Zat berkhasiat : 6 subtansi phenol, 2 terpene, 4 coumarin, pati,
glukose,
lemak, alkaloid dan getah
Penggunaan : penurun panas (antipiretic), tekanan darah tinggi,
chronic
dysentry, metrorrhagia (haid banyak), sakit
kuning(acute icteric
hepatitis), batuk darah (hemoptysis),keputihan
(leucorrhoe)
Penurun panas, penurun tekanan darah tinggi,
penenang
(tarnquilizer).

16. Pegagan
Nama simplisia : Centellae Herba
Nama Tanaman Asal : Centella asiatica L. Urban.
Keluarga : Apiaceae
Zat berkhasiat : Alkaloid hidrokotilina, glikosida asiatikosida,
oksiasiatikosida,
saponin, asam isotankunat, asam betulinat,
minyak lemak, dan
minyak atsiri
Penggunaan : Asma, batuk, batu ginjal, bronkitis, campak, Demam,
disentri, hati sakit, hepatitis, infeksi saluran
kemih, keputihan,
membangkitkan nafsu makan, penawar racun
jengkol, penenang
ringan, radang amandel, sariawan usus, sakit
tenggorokan,
selesma, wasir, luka bernanah (obat luar), sakit
kulit (obat luar)
Antipiretik, diaforetik, diuretik, dan infeksi

17. Merica Hitam


Nama simplisia : Piperis nigri Fructus
Nama Tanaman Asal : Piperis nigri
Keluarga : Piperaceae
Zat berkhasiat : saponin, flavonoida, minyak atsiri, kavisin, resin, zat
putih telur,
amilum, piperine, piperiline, piperoleine,
poperanine, piperonal,
dihdrokarveol, kanyo-fillene oksida, kariptone,
tran piocarrol, dan
minyak lada
Penggunaan : melancarkan menstruasi, meredakan serangan asma,
meringankan
gejala rematik, mengatasi perut kembung, serta
menyembuhkan
rasa sakit kepala

18. Opium
Nama simplisia : Gum Opium
Nama Tanaman Asal : Papaver somniferum
Keluarga : Papaveraceae
Zat berkhasiat : Didalam opium atau sarinya terdapat lebih dari 25
jenis alkaloid,
bebeapa diantaranya merupakan hasil prubahan
dari alkaloid yang
memang terdapat diantaranya dalam alkaloid yang
terpenting
dalam morfin 4-21 %, kodain 0,8-2,5 %, tabain 0,5-
2%. Alkaloid
lain meliputi nersein, procopin, laucapin, kriptopin,
latopin,
makonadin dll opium juga menggandung 3-5%
asam mekonat
yang terdapat dalam keadaan bebas atau terikat
dengan morfin,
kodain atau alkaloid lainnya.
Penggunaan : sebagai obat penghilang rasa

19. Hemlock beracun


Nama simplisia : Conii Fructus
Nama Tanaman Asal : Conium maculatum
Keluarga : Umbelliferae
Zat berkhasiat : koniin, -coniceine
Penggunaan : antisasmodik dan sedatif

20. Biji pinang


Nama simplisia : Areca Semen
Nama Tanaman Asal : Areca catechu L.
Keluarga : Palmae
Zat berkhasiat : arekolin
Penggunaan : anthelmentikum pada hewan

21. Tembakau
Nama simplisia : Nicoteana Folium
Nama Tanaman Asal : Nicotiana tabacum L.
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat : nikotin, Anabasine (alkaloid yang serupa dengan
nikotin tapi
kurang aktif), Glucosides (tabacinine, tabacine),
2,3,6-Trimetil-
1 ,4-naphthoquinone, 2-Methylquinone, 2-
Napthylamine, asam
propionat, Anatalline, Anthalin , Anethole,
Acrolein, Anatabine,
Cembrene, Kolin, Nicotelline, Nicotianine,
Pyrene.
Penggunaan : antispasmodic, diuretik, mencegah muntah,
ekspektoran, obat
penenang, sialagogue, dan homeopati.

22. Kulit delima


Nama simplisia : Punicae Cortex
Nama Tanaman Asal : Punica granatum L.
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat : nicotine
Penggunaan : taenifuga

23. Kecubung
Nama simplisia : Daturae Semen
Nama Tanaman Asal : Datura stramonium
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat : hiosin, co-oksalat, zat lemak, atropin (hyosiamin) dan

skopolamin.
Penggunaan : antispasmodik dan sedative

24. Henbane
Nama simplisia : Hyoscyami Folium
Nama Tanaman Asal : Hyoscyamus niger L.
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat : Hiosiamin
Penggunaan : daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada
otot

25. Daun koka


Nama simplisia : Cocae Folium
Nama Tanaman Asal : Erythroxylum coca
Keluarga : Erythroxylaceae
Zat berkhasiat : kokain
Penggunaan : analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf,
selain itu juga
berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik

26. Belladon
Nama simplisia : Belladonae Fulium
Nama Tanaman Asal : Atropa belladonna
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat : Atropine, Scopolamine, Hyoscyamine
Penggunaan : antispamolitik, antikolinergik, anti asma dan
midriatik.

27. Kulit kina


Nama simplisia : Cinchonae Cortex
Nama Tanaman Asal : Cinchona succirubra
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : alkaloida kinina, saponin, flavonoida dan politenol
Penggunaan : anti malaria

28. Kulit Acronychia


Nama simplisia : Acronychiae Cortex
Nama Tanaman Asal : Acronychia bauery
Keluarga : Rutaceae
Zat berkhasiat : Akronisina
Penggunaan : antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba
dan
diharapkan mampu merupakan obat yang efektif
untuk
kemoterapi neoplasma pada manusia.

29. Akar ipeka


Nama simplisia : Ipecacuanhae Radix
Nama Tanaman Asal : Cephaelis ipacacuanha
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : emetin, inolin, dan psikhotrin
Penggunaan : Akar ipecac dicampur dengan Doveri Opium (Pulvis
Doveri)
digunakan sebagai diaforetik

30. Akar Hydrastis


Nama simplisia : Hydrastis Rhizoma
Nama Tanaman Asal : Hydrastis canadensis
Keluarga : Ranunculaceae
Zat berkhasiat : hidrastin, barberin, dan kanadin
Penggunaan : adstringensia pada penyakit radang selaput lendir.

Kesimpulan
Alkaloida adalah senyawa yang mengandung sebuah atom nitrogen yang bersifat basa
lemah, mempunyai cincin nitrogen yang heterosiklik karena itu dapat larut dalam asam-asam
serta membentuk garamnya dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis yang baik terhadap
manusia ataupun hewan.
Alkaloid umumnya bersifat tidak larut dalam air dan larut dalam kloroform, eter dan
pelarut organik lain, kecuali dalam bentuk garamnya. Alkaloid mempunyai rasa pahit.
Klasifikasi alkaloid berdasarkan beberapa cara yaitu,
1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul.
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik.
Kegunaan alkaloid yaitu sebagai :
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
2. Alkaloid berguna sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun
dan tidak mengalami metabolisme.
3. Alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, dimana ada sebagian alkaloid yang
merangsang perkecambahan dan ada sebagian yang menghambat.
5. Alkaloid dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.
Isolasi alkaloid dapat dilakukan dengan cara ekstraksi yaitu dengan cara soxhletasi dan
refluks. Sedangkan identifikasinya dapat dilakukan dengan cara direaksikan dengan pereaksi
dragendorf, meyer dan bauchardat.
Daftar Pustaka

Sovia Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan

Alkaloida. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf

diakses 20 Maret 2010.

Anonim. Alkaloid : Senyawa Organik Terbanyak di Alam.

www.chem-is-try.org diakses 20 Maret 2010.

Anonim. 2009. Alkaloid. www.dieno.wordpress.com diakses 20

Maret 2010.

Anonim. 1982. Card System dan Reaksi Warna. ARSPRAEPARANDI

Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Anonim. 1970. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.

Egon Stahl. 1985. Analisis obat Secara Kromatografi dan

Mikroskopi. Penerbit ITB. Bandung.

Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.

Penerbit ITB. Bandung.

Ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf. Diakses tanggal 13


Maret 2014, pukul 19:53.
Graviti. 2010. Ekstraksi Lemak Kasar Menggunakan Soxhlet Extractor.
http://eskariachandra.wordpress.com/2010/03/04/soklet/. Diakses
tanggal 11 Maret 2014, pukul 21:00.
Hamdani, S. 2012. Metode Ekstraksi.
http://catatankimia.com/catatan/metoda-ekstraksi.html. Diakses
tanggal 10 Maret 2014, pukul 11:00.
Meronda, Rahma. 2009. Isolasi dan Identifikasi Alkaloid.
http://rgmaisyah.files.wordpress.com/2009/10/tgs-fito_alkaloid.pdf.
Diakses tanggal 10 Maret 2014, pukul 11:20.
Mj, Hudspith dan Evans RM. 2009. Pharmacopoeilal and Related Drugs
Of Biological Origin. http.academia.idu/5971646/evans_978-0-7022933-
2. Diakses tanggal 12 Maret 2014, pukul 11:12.
Murtadlo, Yazid. 2013. ISOLASI, IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID TOTAL
DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) DAN UJI SITOTOKSIK
DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Semarang :
Universits Diponegoro. ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/kimia/article/view/1956. Diakses tanggal 25
Maret 2014, pukul 22 : 30.
Pranata, F. Sinung. 2012. Isolasi Alkaloid dari Bahan Alam (Alkaloid
Insulation of Natural Materials). Yogyakarta : Fakultas Biologi Universitas
Atma Jaya. http://yustikaforict.files.wordpress.com/2012/12/jurnal-5.pdf.
Diakses tanggal 11 Maret 2014, pukul 10.10.
Wijaksono, Aris. 1989. Isolasi Alkaloid dari Akar Tuba Biji (Anamirta
cocculus L). Surabaya : Intitut Teknologi Nopember.
http://digilib.its.ace.id/public/ITS-undergraduate-21984-1841 400034-
cover.pdf. Diakses tanggal 8 maret 2014, pukul 20:51.

Anda mungkin juga menyukai