Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN


TEGANGAN LISTRIK 20KV PADA
GARDU PT. PLN (PERSERO) AREA
SURABAYA UTARA

UMAR FARUQ
140431100023

DOSEN PEMBIMBING
KOKO JONI, S.T., M.Eng.
NIP. 197906092005011014

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRUNIJOYO MADURA
BANGKALAN
2017

1
[Halamaninisengajadikosongkan]

ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN TEGANGAN


LISTRIK 20KV PADA GARDU PT. PLN
(PERSERO) AREA SURABAYA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Oleh :
2
Umar Faruq
NIM. 140431100023

Tanggal :
16 Juni 2017

Disetujui Oleh:
Kordinator PKL Pembimbing PKL

Kunto Aji Wibisono, S.T., M.T Koko Joni, S.T., M.Eng


NIP. 198710142015041001 NIP. 197906092005011014

Ketua Program Studi

Miftachul Ulum, S.T., M.Eng


NIP. 197608122009121001

3
[Halamaninisengajadikosongkan]

ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN TEGANGAN


LISTRIK 20KV PADA GARDU PT. PLN
(PERSERO) AREA SURABAYA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Oleh :
Umar Faruq
NIM. 140431100023

Tanggal :
16 Juni 2017
4
Disetujui Oleh:
(Pembimbing)
1. Koko Joni, S.T., M.Eng
NIP. 197906092005011014
(Penguji)
2. Achmad Fiqhi Ibadillah, S.T., M. Sc
NIP. 198807162015041005
(Penguji)
3. Ika Oktavia Suzanti, S. Kom., M.Cs
NIP. 198810182015042004

Koordinator PKL

Kunto Aji Wibisono, S.T., M.T


NIP. 198710142015041001

[Halamaninisengajadikosongkan]

5
ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN TEGANGAN
LISTRIK 20KV PADA GARDU PT. PLN
(PERSERO) AREA SURABAYA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Oleh :
Umar Faruq
NIM. 140431100023

Tanggal :
16 Juni 2017

Disetujui Oleh:
Pimpinan Perusahaan PLN Pembimbing PKL

Maria Goretti Indrawati Gunawan Aji Lesmana


Manager Asisten Manager Jaringan

6
[Halamaninisengajadikosongkan]

ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN TEGANGAN


LISTRIK 20KV PADA GARDU PT. PLN
(PERSERO) AREA SURABAYA UTARA

Nama mahasiswa : Umar Faruq


NIM : 140431100023
7
Pembimbing : Koko Joni, S.T., M.Eng
ABSTRAK
PT. PLN (Persero) Area Surabaya Utara
merupakan perusahaan yang menangani
pendistribusian listrik bagian surubaya utara.
Memiliki enam penyulang, diantaranya rayon
kenjeran, indrapura, tandes, perak, embong wungu
dan ploso. Adapun gangguan yang sering terjadi di
gardu tiap penyulang meliputi beberapa macam,
diantaranya kerusakan alat seperti Fuse Cut Out
(FCO), Lightning Arrester (LA), trafo rembes dan
alat yang ada didalam bagian panel (fuse), selain itu
pengaruh gangguan juga disebabkan dengan
grounding yang belum maksimal dan sambungan
pengkabelan yang kurang akurat, oleh sebab itu jika
gangguan kerusakan pada gardu sering terjadi maka
akan mempengaruhi nilai tegangan yang akan
distribusikan kepelanggan atau masyarakat.
Kerusankan alat banyak di sebabkan karna sudah
tidak layak untuk dipakai dan kualitasnya sudah
tidak maksimal lagi, sehingga perlu adanya
pengantian alat baru yang dapat memaksimalkan
pendistribusian tengangan listrik 20kv ke pelanggan.
Kata kunci: Fuse Cut Out (FCO), Lightning Arrester (LA),
Trafo, Grounding, Panel

8
[Halamaninisengajadikosongkan]

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kerja praktik di bagian jaringan PT. PLN (Persero)
AREA SURABAYA UTARA dengan tepat waktu.
Selama satu bulan pelaksanaan kerja praktek ini
penulis banyak mendapatkan manfaat, disamping
menambahkan pengalaman di bagian jaringan
sebagai wahana adaptasi terhadap kondisi dunia
kerja sebenarya. Laporan ini berisi hasil analisa
penelitian mengenai Analisis Gangguan Tegangan
Listrik 20kv Pada Gardu Rayon Kenjeran, Tandes
dan Ploso.
Keberhasilan penelitian kerja praktik ini tidak
lepas dari bantuan bimbingan dan dukungan semua
pihak yang terkait. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan
doa restu, motivasi serta dukungan, terutama
almarhum bapak tercinta Mulyadi atas semua
9
kasih sayang dan didikannya. Semoga bahagia
selalu di sisi-Nya.
2. Bapak Aji Lesmana, selaku pembimbing
lapangan, yang telah memberikan arahan
selama kerja praktek di bidang jaringan dan
penulisan laporan .
3. Ibu Maria Goretti Indrawati Guanawan, selaku
Direktur Perusahaan PT. PLN (Persero) AREA
SURABAYA UTARA.
4. Bapak Koko Joni, S.T., M.Eng. selaku dosen
pembimbing Akademik pada Kerja Praktek ini.
5. Bapak Kunto Aji, S.T., M.T. selaku Koordinator
Kerja Praktik Program Studi Teknik Elektro
Universitas Trunojoyo Madura.
6. Bapak Miftahul Ulum, S.T., M.T. selaku dosen
wali sekaligus Ketua Program Studi S1 Teknik
Elektro Universitas Trunojoyo Madura.
7. Bapak bapak dan karyawan di perusahaan PT.
PLN (Persero) AREA SURABAYA UTARA,
atas bantuannya selama penulis melakukan
kerja praktik, terutam kepada Pak Helmi dan
mas henry untuk bimbingan dan diskusinya.
8. Rekan-rekan kerja praktik PT. PLN (Persero)
AREA SURABAYA UTARA yang dari Institut
Teknologi Sepuluh Novembe (ITS), semangat
dan salam sukses untuk semua.
9. Semua teman-teman Program Studi Teknik
Elektro yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Bangkalan, 16 Februari 2017


Penulis,

10
Umar Faruq
NIM 140431100023

DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 contoh Diagram Alur Metodologi Penelitian

11
[Halamaninisengajadikosongkan]

DAFTAR TABEL

12
13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik merupakan kebutuhan primer yang tidak
bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir
semua kegiatan manusia bergantung pada listrik, mulai
dari memasak, meliputi rice cooker, kulkas, kompor
listrik dan beragam kegiatan lainnya. PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara, yang berperan sebagai
pendistribusi tegangan listrik daerah surabaya utara. Dari
beberapa penyulang yang ada di PT. PLN (Persero) area
surabaya utara memiliki gangguan yang bermacam-
macam, ada yang disebabkan gangguan grounding yang
tidak maksimal atau putus, kerusakan alat dan gangguan
penyusutan jaringan (losses) yang disebabkan oleh
masalah teknis dan non teknis.
Masalah teknis umumnya disebabkan oleh kualitas
daya hantar listrik, semakin bagus kualitas daya hantar
listrik maka semakin rendah susut yang akan terjadi.
Sedangkan susut non teknis umumnya diakibatkan oleh
rusaknya unstalasi di jaringan maupun dalam rumah yang
tidak standar (akibat pencurian) maupun menggunakan
peralatan yang tidak sesuai. Penyusutan jaringan (losses)
merupakan salah satu penyebab kerugian yang dialami
PT. PLN (Persero) area surabaya utara. Untuk itu PT.
PLN (Persero) area surabaya utara menekankan agar
supaya semua penyulang yang menggunakan sabungan
konektor harus di menggantikan dengan linetab agar
supaya tidak terjadi losses. Salah satu penyebab
terjadinya losses yaitu menggunakan konektor yang tidak
maksimal.

1
1.2 Rumusan Masalah
Permaslahan yang akan dibahas dalam Kerja Praktik
ini adalah:
a. Bagaimana cara mengetahui alat yang yang rusak
(Fuse Cut Out (FCO), Lightning Arrester (LA),
Trafo dan panel)
b. Apa pengaruh groundig yang tidak maksimal
c. Apa saja yang menyebabkan Penyusutan jaringan
(losses)

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ii adalah:
a. Mengetahui alat-alat yang sudah rusak
b. Mengetahui fungsi suatu groud di gardu
c. Mengetahui penyebab terjadinya penyusutan
jaringan (losses)

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari kegiatan magang
mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa:
1) Menambah wawasan dan pengalaman
mahasiswa, sehingga mampu berpartisipasi
aktif dalam lingkungan dunia kerja.
2) Meningkatkan pemahaman, kreativitas, dan
keterampilan pada ilmu pengetahuan yang
terkait dengan jaringan PLN.
b. Bagi Universitas Trunojoyo:
1) Sarana perkembangan IPTEK, khususnya
pada dunia kerja Elektro serta bahan
pertimbangan dalam penyusunan program di
Universitas Trunojoyo.

2
2) Sebagai bahan masukan dan evaluasi
program pendidikan di Universitas Trunojoyo
agar dapat menghasilakan tenaga-tenaga
terampil, sesuai dengan kebutuhan industri di
bidang masing-masing.
c. Bagi Perusahaan PT. PLN (Persero) Area
Surabaya Utara:
1) Menjalin kerjasama dengan Universitas
Trunojoyo.
2) Sarana informasi terkait dengan kireteria
tenaga kerja yang dibutuhkan di PT. PLN
(Persero) Area Surabaya Utara.

1.5 Batasan Masalah


Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat
dilakukan secara terarah dan sesuai dengan yang
diaharapkan dalam waktu yang relatif singkat, maka
ditetapkan batasan-batasan permasalahan antara lain:
a. Megger adalah sebuah alat ukur yang berfungsi
untuk mengetahui polaritas indek (pi) pada
transformator dan untuk mengetahui bagus
tidaknya sebuah alat arester dan CO.
b. Clamp on earth tester sebuah alat ukur yang
berfungsi untuk mengetahui nilai grounding dan
untuk menggukur beban di panen ataupun
tegangan.
c. Linetab digunakan sebagai penghubung sebuah
kabel agar supaya mengurangi penyusutan
jaringan (losses)

3
1.6 Sistematika Penulisan
a. BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi pendahuluan
yang menjelaskan latar belakang permaslahan,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan penelitian serta sistematika
penulisan.
b. BAB II Profil Perusahaan. Berisi tentang struktur
organisasi, sejarah singkat perusahaan. Visi dan
misi perusahaa.
c. BAB III Dasar Teori dan Tinjauan Pustaka. Berisi
tinjauan pustaka yang meliputi teori-teori dasar
dan penelitian sebelumnya (referensi).
d. BAB IV Metodelogi Penelitian. Bab ini berisi
tentang langkah-langkah yang dilakukan meliputi
rancangan sistem dan jadwal kegiatan.
e. BAB V Hasil dan Pembahsan. Berisi tentang
analisa sistem baik dari segi kebutuhan hardwere
dan softwere. Serta implementasi sistem dan
pengujian sistem.
f. BAB VI Penutup. Berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

4
2.1 Struktur Organisasi
Menjelaskan tentang organisasi dalam perusahaan
atau instansi tempat PKL.
Tabel 2.1 Bagun Susunan Organisasi PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
PT. PLN (Persero) AREA SURABAYA UTARA

PT PLN (Persero) Area Surabaya Utara


dipimpin oleh seorang Manajer dan membawahi 5
(lima) Asisten Manajer (Asman) yang masing-
masing Asisten Manajer tersebut memimpin satu
bidang. Kelima bidang tersebut antara lain adalah
bidang Jaringan, Kontruksi, Pelayanan dan
Administrasi, Perencanaan dan Evaluasi, dan
Transaksi Energi Listrik.
2.2 Sejarah Singkat
Era awal di akhir abad ke 19, perkembangan
ketenagalis-trikan di Indonesia mulai ditingkatkan,
saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
bergerak di bidang pabrik gula, dan pabrik teh
mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan
sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan
5
pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda
tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah
kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia
II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir
Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang
menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda, dan buruh listrik
melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas,
yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat
berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk
menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut
kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27
Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk
Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan
Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak
dibidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada
tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara
(PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara
dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai
pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara
(PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas
menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan pemerintah yang
memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk
6
bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan
Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan
juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.

2.3 Visi Misi dan Motto Pelayanan PT. PLN (Persero)


Visi, Misi, dan Motto Pelayanan PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara adalah sebagai berikut:
a. Visi PT. PLN (Persero)
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang
bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan
bertumpu pada potensi insani.

b. Misi PT. PLN (Persero)


1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang
lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan
dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media
untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi
pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang
berwawasan lingkungan.

2.4 Logo PLN


Bentuk, warna dan makna lambang
Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai
yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan
Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. :
031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai

7
Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik
Negara.

Gambar 2.2 Logo PLN


a. Bidang Persegi Panjang
Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen
lambang lainnya, melambangkan bahwa PT. PLN
(Persero) merupakan wadah atau organisasi yang
terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning
untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang
diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang
dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
b. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di
dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan
oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan
kerja cepat dan tepat para kariawan PT. PLN
(Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para
pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan
kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama
di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.

c. Tiga Gelombang

8
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang
dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti
perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan
distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras
para insan PT. PLN (Persero) guna memberikan
layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna
biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu
yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping
itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki
insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan
terbaik bagi para pelanggannya.

[Halamaninisengajadikosongkan]

9
BAB III
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Dasar Teori


A. Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang
dipergunakan untuk memindahkan daya atau energi
listrik dari suatu bagian rangkaian ke rangkaian yang
lain secara induksi dengan tengangan dan arus
berubah serta frekuensi tetap (melalui suatu
gandengan magnet dan prinsip-prinsip
elektromagnetik).
Didalam tenaga listrik transformator
dikelompokkan menjadi:
1. Transformator daya disebut juga
transformator penarik tegangan (step-up)
digunakan untuk menaikkan tegangan
pembangkit menjadi tegangan transmisi.
2. Transformator distribusi disebut juga sebagai
transformator penurun tegangan (step-down)
digunakan untuk menurunkan tegangan
transmisi menjadi tegangan yang dapat
disalurkan kekonsumen atau pemakai.
3. Transformator pengukur yang terdiri dari
transformator arus dan tegangan.
Sedangkan dalam bidang elektronika transformator digunakan
untuk :
1. Mengubah tinggi tegangsn bolsk-bslik ysitu
menaikksn dan menurunkannya.
2. Menyesuaikan impedansi.
3. Menyekat sirkuit.
10
Hal-hal yang merupakan bagian penting dari sebuah
transformator adalah sebagai berikut:
a. Konstruksi Transformator.
Umumnya konstruksi transformator daya secara
singkat terdiri dari:
1. Inti yang terbuat dari lembaranlembaran plat
besi lunak atau baja silikon yang diklem
menjadi satu.
2. Belitan dibuat dari tembaga yang cara
membelitkannya pada inti dapat dikosentris
atau spiral.
3. Sistem pendinginan pada transformator
dengan daya yang cukup besar. 4. Bushing
untuk menghubungkan rangkaian dalam
transformator dengan rangkaian luar.
Antara inti dan belitan akan memberikan dua jenis transformator
adalah sebagai berikut:
1. Jenis inti (kode type) yaitu belitan mengelilingi
inti, terlihat pada gambar 3.1 untuk tranformator
dengan daya dan tegangan tinggi.

Gambar 3.1 kontruksi transformator


tipe inti.
1. jenis cangkang (shell type) yaitu inti mengelilingi
belitan, seperti pada gambar 3.2 yang mana untuk
trafo daya tegangan rendah.

Gambar 3.2 kontruksi tranformator


tipe cangkang.

11
b. Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja transformator adalah dimana alat ini
terdiri dari sebuah susunan teras besi tertutup
didalamnya terdapat gulungan kawat tembaga yang
digulungkan pada kaki-kaki transformator yaitu:
1. Gulungan primer (P) adalah gulungan yang
dipasangkan pada sumber arus.
2. Gulungan sekunder (S) adalah gulungan yang
dipasang pada aliran listrik.
Bekerjanya transformator ini berdasarkan
pembangkitan tegangan bolak balik secara induksi
didalam gulungangulungan kawat yang melingkari
garis gaya (fluks) yang berubah. Tegangan bolak-balik
E1 mengalir I1 dan aliran I1 akan membangkitkan
tegangan induksi E2 pada klem-klem gulungan
sekunder.

c. Indeks polarisasi
Salah satu ukuran untuk menentukan kualitas isolasi
adalah dengan menggunakan metode Indeks Polarisasi
(IP). Indeks Polarisasi adalah perbandingan antara
hasil pengukuran tahanan isolasi selama 10 menit
dengan hasil pengukuran tahanan isolasi selama 1
menit. Indeks Polarisasi (IP) dapat dirumuskan :

IP =
dimana :
R10 : tahanan isolasi selama 10 menit
R1 : tahanan isolasi selama 1 menit

Titik yang akan diuji antara lain :


Primer Ground
Sekunder Ground
12
Tertier Ground
Primer Sekunder
Primer Tertier
Sekunder Tertier

Batasan pengujian isolasi


Menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum
besaranya tahanan isolasi kumparan trafo, pada suhu
operasi dihitung sebagai berikut.
1 kilo Volt = 1 M (Mega Ohm) .
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap
tanah, kebocoran arus yang diijinkan setiap kV = 1 mA.
Selain batasan umum untuk tahanan isolasi, juga terdapat
batasan Indeks Polarisasi (IP).

Tabel 3.1 Batasan Indeks Polarisasi


Kondisi Index Polarisasi
Berbahaya <1
Jelek 1 - 1,1
Dipertanyakan 1,1 - 1,25
Baik 1,25 2
Sangat Baik >2

B. Lightning Arrester (LA)


Lightning Arrester disingkat arrester adalah alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap
tegangan lebih surja yang diakibatkan oleh surja petir
ataupun surja hubung. Ia berlaku sebagai jalan pintas
(by pass) sekitar isolasi dengan membentuk jalan yang
mudah dilalui oleh arus sambaran petir sehingga tidak
timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Arrester harus memiliki sifat khusus dimana pada
keadaan normal, arrester berlaku sebagai isolator
13
yaitu menahan arus yang bernilai kecil. Apabila timbul
tegangan lebih surja, arrester berlaku sebagai
konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi.
Setelah surja hilang, arrester harus dengan cepat
kembali menjadi isolator sehingga pemutus daya tidak
sempat membuka.
Macam-macam Arrester
1. Expulsion Type Lightning Arrester (ekspulsi)
2. Valve Type Lightning Arrester (kutup)
a. Gap Type SiC Arrester
b. Gapless Metal Oxide Varistor
Bagian-bagian Penting Arrester
a) Elektroda / terminal
Terdapat dua jenis elektroda yaitu bagian atas
dihubungkan dengan saluran bertegangan
sedangkan bagian bawah dihubungkan ke
ground atau pengetanahan.
b) Spark gap
Sela percik merupakan bagian pada arrester yang
dapat menahan tegangan atau menjadi isolator
dalam kondisi operasional. Apabila terjadi
tegangan lebih, maka terjadi breakdown pada
spark gap sehingga berubah menjadi
konduktor.
c) Tahanan katup
Tahanan yang difungsikan untuk menghilangkan
potensi terjadinya arus susulan. ketika
arrester telah mengalirkan petir ke tanah.

d) Housing
Bagian luar atau selubung yang berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam. Housing biasanya

14
terbuat dari kaca, porselen, campuran keramik
silikon, dll.
e) Counter
Alat penghitung jumlah kerja arrester

C. Fuce Cut Out (CO)


Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus
rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan
bagian dari komponennya (fuse link) yang telah
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk
itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah rumah
fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan
fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat
diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut :
a) Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat
distribusi
b) Utamanya digunakan untuk penyulang TM
dan proteksi trafo
c) Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan
pada tiang /crossarm
d) Dihubungkan ke sistim distribusi dengan
batas-batas tegangan operasinya

d. Jenis-jenis Fuse Cut Out Letupan


Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang
diklasifikasi sebagai Fuse Cut-Out (FCO) distribusi
yaitu:
a. Fuse cut out bertabung fiber (Fibre tube
fuse)
b. Fuse link terbuka (Open link fuse)
a. Fuse cut out bertabung fiber (Fibre tube fuse)
Fuse cut-out bertabung fiber mempunyai fuse link
yang dapat digantiganti (interchangeability) dan
15
terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder)
berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa.
Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out
terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup
(enclosed fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat
pada gambar 3.3.Pada gambar ini terlihat fuse
bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan
jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse
holdernya pada fuse cut out tertutup, tabung fuse
terpasang disebelah dalam pintu fuse cut out dan
seluruh kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse
yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada gambar
3.4.
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada
jaringan-jaringan dengan sistim delta atau jaringan
dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga
pada jaringan - jaringan yang menggunakan sistim
netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse
cutout secara individual tidak melebihi tegangan
maksimum
pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah
sesuai dengan kebutuhan operasinya.

Gambar 3.3 Fuse Cut out


terbuka

16
Gambar 3.4 Fuse Cut out
tertutup

b. Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)


Fuse cut out link terbuka terdiri dari sebuah fuse
link yang tertutup di dalam sebuah tabung fiber yang
relatif kecil dengan dilengkapi kabel penghubung
tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang
kedua ujung tabungnya. Terlihat pada gambar 3.5:

Gambar 3.5 Fuse Cut out


tipe Open Link
Kabel
penghubung tambahan ini
kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada
rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik.
Kerja pegas ini dimaksudkan untuk menjamin
pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat
fuse bekerja dan ini dipakai karena kemampuan
pemutusan pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas.
Fuse cut out ini dirancang untuk dipakai pada tegangan
17 kV, selain itu fuse ini mempunyai arus pengenal
pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cut out
bertabung fiber.

D. Pengertian Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah


(PHB-TR)
17
PHB-TR adalah satu perangkat peralatan listrik
berupa alat hubung, alat pengaman, alat ukur dan
alat indikator lainnya yang terpasang pada satu
tempat yang disebut panel. Pada sistem distribusi,
PHB-TR merupakan bagian dari gardu distribusi
pada sisi tegangan rendah. PHB-TR dipasang pada
gardu distribusi tegangan rendah atau sisi hulu dari
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
a. Fungsi PHB-TR
Fungsi PHB-TR antara lain:
1) Sebagai alat penghubung antara sumber
tenaga listrik (trafo distribusi) dengan alat
pemanfaatan tenaga listrik melalui
jaringan tegangan rendah (JTR).
2) Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.

b. Konstruksi PHB TR
PHB tegangan rendah adalah jenis PHB
metalclad yang tersimpan di dalam lemari panel
yang tahan hujan dan debu. PHB TR ini dipasang
sekurangkurangnya 1,2 meter dari permukaan
tanah atau bebas terkena banjir. Penghantar antara
PHBTR dengan jaringan tegangan rendah dapat
mamakai kabel NYY yang dimasukkan ke dalam 1
pipa pelindung galvanis, namun bukan jenis kabel
pilin (twisted cable) untuk Saluran Udara Tegangan
Rendah.

c. PHB-TR jenis lemari

18
a. Semua peralatan terpasang di dalam
lemari yang terbuat dari pelat besi dan
kerangka dari bahan besi profil.
b. Dipasang pada tiang (tiang tunggal atau
portal)
c. Digunakan pada gardu pasangan luar
(cantol/portal) dengan kapasitas
maksimal 400 kVA.
Menurut konstruksi PHB-TR jennis
lemari dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Kontruksi PHB-TR 4 Jurusan
2. Kontruksi PHB-TR 2 Jurusan

Gambar 3.6
Kontruksi
PHB-TR 4 Jurusan

Gambar 3.7 Kontruksi PHB-TR 2


Jurusan
19
E. Jaringan Susut (losses)
Energi listrik yang hilang dalam perjalanan baik di
saluran transmisi maupun di saluran distribusi disebut
dengan rugi-rugi atau losses teknis. Sedangkan losses
non teknis lebih banyak disebabkan oleh masalah-
masalah yang berkaitan dengan pengukuran pemakaian
energi listrik. Sehingga Pada dasarnya susut energi pada
sistem distribusi primer berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi:

1. Susut energi teknis


Pada dasarnya Susut energi teknis ini berdasarkan susut
energi pada komponen yang diakibatkan ada
kesalahan pada komponen tersebut.
Sedangkan susut transformator terdiri dari susut inti besi
dan susut tembaga. Besarnya susut inti besi
konstan (tidak dipengaruhi pembebanan pada
transformator). Besarnya susut tembaga
transformator Disebabkan resistansi di kumparan
trafo. Rugi-rugi tembaga sebanding dengan
kuadrat arus atau kuadarat kVA. Dengan kata lain,
rugi-rugi tembaga setengah beban penuh sama
dengan seperempat rugi-rugi beban penuh.
Besarnya rugi-rugi ini dapat diketahui melalui tes
hubung singkat

2. Susut energi non tekni


Susut energi non teknis merupakan susut energi yang
bukan diakibatkan kesalahan sistem, dalam arti
penyebab susut energi adalah dari luar sistem atau
yang berhubungan dengan sistem.

a. Penentuan Pemakaian Penghantar


20
Untuk menentukan jenis penghantar baik itu
kawat berisolasi maupun kabel, harus ditentukan
berdasarkan pertimbangan teknis yang meliputi
tegangan nominalnya, konstruksi (ukuran), dan
KHA (kuat hantar arusnya). Konstruksi atau luas
penampang dari penghantar juga dapat ditentukan
dengan melihat rapat arus nominal suatu
penghantarnya. Pada dasarnya, penentuan rapat
arus ini berhubungan dengan suhu maksimum
penghantar yang akan ditimbulkan oleh aliran arus.
Rapat arus (S) ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
I
S= A

Keterangan:
S = Rapat Arus (A/mm2)
A = Luas Penampang Kabel (mm2)
I = Arus Lewat (A)
Berdasarkan konstruksi dan kuantitasnya juga
akan mempengaruhi besarnya nilai resistansi dari
penghantar, yang besarnya didasarkan oleh hukum
Ohm dalam panas sebagai pengganti satuan listrik,
yaitu:
L
R= A

Keterangan:
R = Nilai Resistansi ()
A = Luas Penampang Penghantar (m2)
= Resistivitas Bahan (/m)
L = Panjang Penghantar (m).

F. Grounding

21
Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan
20 kV harus selalu diketanahkan karena menjaga
kemungkinan kegagalan sangat besar oleh tegangan lebih
transient tinggi yang disebabkan oleh busur tanah
(arching ground atau restriking ground faults). Untuk itu
pengetanahan yang sesuai dengan kreteria adalah :
a) Tahanan Rendah terutama untuk system yang
dipakai mensuplai mesin-mesin berputar,
khususnya pemakaian dalam industri.
b) Tahanan tinggi, dengan tahanan tinggi kerusakan
karena arus sangat berkurang. Pengetanahan ini
dipilih dengan tujuan:
1. Mencegah pemutusan yang tidak
direncanakan
2. Apabila system sebelumnya dioperasikan
tanpa pengetahanan dan tidak ada rele tanah
yang dipasang.
3. Apabila pembatasan kerusakan karena arus
dan tegangan lebih diinginkan tetapi tidak
dibutuhkan rele tanah yang selektif.
Pengetanahan langsung, mempunyai biaya paling
rendah dari semua metode
Pengetanahan Langsung, mempunyai biaya
paling rendah dari semua metode. Pengetahanan,
untuk sistem distribusi saluran udara ( SUTM ) dan
sistem yang disuplai dengan trafo dengan pengaman
lebur pada sisi primer perlu memberikan arus
gangguan yang cukup untuk melebur pengaman
leburnya.
Dalam standart SPLN no.2 tahun 1978
ditetapkan pengetanahan Jaringan Tegangan
Menengah adalah pengetanahan netral sistem 20 kV
beserta pengamannya dengan tahanan.

22
3.2 Tinjauan Pustaka
Akbar (UNDIP, 2013) menjelaskan arrester
berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang
dan menyalurkannya ke tanah sebelum menuju
keperalatan lain. Arrester dibagi menjadi dua macam
yaitu expulsion type lightning arrester dan valve type
lightning arrester. Arrester harus memiliki sifat isolator
pada keadaan normal, namun berlaku sebagai konduktor
bila dialiri tegangan tinggi.
Aziz (UNDIP, 2014) menjelaskan tentang Perbedaan
penempatan fuse cut out terhadap arrester pada trafo
distribusi 3 phase mempengaruhi tegangan yang lolos
dari pelepasan arrester, adapun pemasangan fuse cut out
terdiri beberapa macam diantaranya.
1. Pada sistem pemasangan fuse cut out sebelum
arrester, tegangan yang menerpa FCO hanya
27,4485 kV/s, sehingga FCO masih aman
karena masih di bawah BIL FCO yaitu 125 kV.
2. Pada sistem pemasangan fuse cut out sebelum
arrester, menghasilkan tegangan surja yang lolos
ke sisi primer trafo sebesar 30,1135 kV/s. Nilai
ini masih di bawah BIL trafo sebesar 125 kV,
sehingga trafo masih aman.
3. Pada sistem pemasangan fuse cut out sesudah
arrester, tegangan surja yang menerpa FCO
adalah sebesar 190,4762 kV/s, sehingga FCO
akan rusak karena melebihi dari BIL FCO yaitu
125 kV.
4. Pada sistem pemasangan fuse cut out sesudah
arrester, menghasilkan tegangan surja yang lolos
ke sisi primer trafo sebesar 20,3711 kV/s. Nilai
ini masih di bawah BIL trafo sebesar 125 kV,
sehingga trafo masih aman.
23
Tengangan surja yang lolos ke sisi primer trafo pada sistem
pemasangan fuse cut out sesudah arrester lebih kecil
dari pada sistem pemasangan fuse cut out sebelum
arrester. Perubahan tegangan arrester pada tiap
sistem penempatan memiliki kesamaan yaitu
163,0276 kV/s dan 160,4468 kV/s sehingga
arrester bekerja maksimal pada tiap penempatan.

[Halamaninisengajadikosongkan]

24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tahapan Kegiatan


Selama kegiatan kerja praktik di PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara, dilakukan beberapa tahapan
kegiatan untuk menganalisa gangguan pada gardu rayon
kenjeran dan rayon tandes seperti Gambar 4.1 di bawah
ini.
Gambar 4.1 Tahapan Kegiatan

4.2. Des

ai
n
Sistem
Perbaikan
Desain sistem perbaikan merupakan tahapan kerja
perbaikan gardu tiap penyulang. Sebelum memperbaiki
gardu teknisi sudah mempunyai data kerusakan pada
gardu tersebut. Adapun langkah-langkahnya perbaikan
diantaranya: pengukuran resistansi dan ground, setelah
pengukan dilakukan jika sebuah gardu rusak maka
langkah pertama adalah izin padam untuk melakukan
perbaikan, kedua pelepasa CO agar tidak ada aliran listrik
yang mengalir ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
25
ketiga pelepasan Fuse, setelah dilepas semua langkah
selanjutnya adalah pengukuran polaritas index trafo yang
mana berfungsi untuk mengetahui ketahanan minyak
trafo, selain pengukuran trafo jika CO rusak dikarnakan
pemakaian yang sudah terlalu lama maka CO harus
diganti begitu juga untuk Arrester, selanjutnya
pengantian SKAT atau SKT setelah itu pemasangan
selang agar supaya kabel tidak cepet rusak, pengantian
konektor dengan linetab agar supaya mengurangi jaringat
susut (losses), pengkopelan grounding agar supaya nilai
resistansinya kecil, ketika sudah diganti semua maka
inzin nyalakan listrik dan pemasangan CO terahir

pemasangan fuse dan perbaikan selesai, listrik normal


26
kemabali mengalir kepelanggan seperti pada Gambar 4.2
Kegiatan
di bawah ini.
Gambar 4.2 Diagram activity pada sistem
Minggu
perbaikan.
4.3. Jadwal Kegiatan
Dalam pelaksanaan praktik kerja di PT. PLN
(Persero) Area Surabaya Utara, jadwal kegiatan tersusu
seperti Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Jadwal kegiatan praktik

Pengerjaan Database Pemeliharaan Pengerjaan


Inspeksi GTT GTT Lapora
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

27
[Halamaninisengajadikosongkan]

28
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Grounding Di Parallel (Kopel)


Sistem pentanahan atau bisa di sebut sebagai
grounding system adalah sistem pengamanan terhadap
perangkat-perangkat yang mengunakan listrik sebagai
sumber tenaga dari lonjakan listrik utamanya petir.
Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antara
suatu peralatan atau sirkit listrik dengan bumi.
Perbedaan anatar grounding disusun secara seri dan
disusun secara parallel. Jika suatu gardu groundingnya
disusun secara seri maka nilai resistansinya masih terlalu
besar, akan tetapi jika grounding disusun secara parallel
maka nilai resistansinya akan semakin kecil dari pada
nilai grounding yang disusun seri, sepertihalnya teori
hambatan (resistor) jika suatu hambatan disusun secara
parallel maka hambatan totalnya semakin kecil dan
tegangan yang dihasilkan pada masing-masing hambatan
sama akan tetapi untuk arus berbeda tergantung pada
hambatan masing-masing, oleh karna itu pengkopelan
grounding (parallel) mempengaruhi penghantar listrik,
semakin kecil resitansinya maka semakin memperkecil
jaringan susut (losses). Gambar 5.1 nilai grounding yang
disusun secara seri dan gambar 5.2 nilai grounding yang
disusun secara parallel.

29
Gambar 5.1 Nilai
grounding
disusun secara
seri
Gambar 5.2 Nilai
grounding disusun secara parallel
5.2. Pengaruh Kerusakan Alat (Tarfo, Arrester, Cut
Oot, Panel)
Gardu distribusi tegangan listrik PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara memiliki alat-alat utama di
antarnya: Trafo, Cut Out (CO), Lightning Arrester dan

PHB-TR, yang memiliki fungsi masing-masing.


a. Trafo
Adapaun Trafo yang digunakan oleh PT.
PLN (Persero) Area Surabaya Utara adalan Trafo
step down yang berfungsi sebagai penurun
tegangan menjadi 220volt, trafo step down
merupakan trafo digunakan untuk
pendistribusian tegangan listrik ke masyarakat,
oleh karna itu jika trafo rusak maka tegangan
listrik 220volt tidak akan bisa mengalir ke
masyarakat.
Tatacara mengetahui baik tidaknya suatu
trafo adalah dengan mengetahui nilai polaritas
index pada trafo, nilai polaritas index minimal
30
hasilnya 1 jika kurang dari satu maka trafo sudah
rusak, semakin tinggi nilai polaritas index pada
trafo maka semakin baik pula trafo yang
digunakan. Adapun batasan index polaritas
sebagai berikut:

Tabel 5.1 Batasan Indeks Polarisasi


Kondisi Index Polarisasi
Berbahaya <1
Jelek 1 - 1,1
Dipertanyakan 1,1 - 1,25
Baik 1,25 2
Sangat Baik >2

Untuk mengetahui nilai polaritas index


maka lakukanlah pengukuran pada trafo
kumparan primer ground, kumparan sekunder
ground, kumaran primer sekunder dengan
menggunakan sebuah alat yaitu megger, gambar
5.3 Megger. Selain itu pengukuran juga
dilakukan pada kumparan primer-primer dan
kumparan sekunder-sekunder dengan
menggunakan alat
Avometer, gambar
5.4 Avometer.
Gangguan yang
selalu terjadi adalah
gangguan kerusakan
terafo, karna trafo
merupakan alat
utama untuk
menurunkan
tegangan 20kv menjadi 220volt, adapun
kerusakan yang sering terjadi adalah trafo
31
rembes. Adapun penyebab trafo rembes yaitu:
pemakaian trafo sudah terlalu lama, karatan di
bagian sirip-sirip yang ada disekitar body trafo.

Gambar 5.3 megger

Gambar 5.4 Avometer


b. Cut Out (CO)
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat
pengaman yang melindungi jaringan terhadap
arus beban lebih (over load current) yang
mengalir melebihi dari batas maksimum, yang
disebabkan karena hubung singkat (short
circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi
dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila
dibandingkan dengan pemutus beban (circuit
breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-
station). Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai
32
kemampuan yang sama dengan pemutus beban.
Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu
saluran kawat jaringan di dalam satu alat.
Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa
maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga
buah. Oleh karna itu cut out berperan penting
untuk memutus beban jika terjadi beban lebih
agar supaya tidak terjadi hubungan sigkat.
Gambar 5.5 Cut Out (CO)

Gambar 5.5 Cut Out


c. Lightning Arrester
Lightning Arrester disingkat arrester adalah alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik
terhadap tegangan lebih surja yang diakibatkan
oleh surja petir ataupun surja hubung. Ia berlaku
sebagai jalan pintas (by pass) sekitar isolasi
dengan membentuk jalan yang mudah dilalui
oleh arus sambaran petir sehingga tidak timbul
tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Oleh
sebab itu Lightning Arrester sangatlah penting
untuk gardu distribusi tegangan listrik agar
supaya alat-alat tidak rusak ketika tersambar
petir. Gambar 5.6 Lightning Arrester.
33
Gambar 5.6 Lightning Arrester.

d. PHB-TR
PHB-TR adalah satu perangkat peralatan listrik berupa
alat hubung, alat pengaman, alat ukur dan alat
indikator lainnya yang terpasang pada satu tempat
yang disebut panel. Pada sistem distribusi, PHB-
TR merupakan bagian dari gardu distribusi pada
sisi tegangan rendah. PHB-TR dipasang pada
gardu distribusi tegangan rendah atau sisi hulu
dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik. Adapun
fungsinya antara lain:
1) Sebagai alat penghubung antara sumber
tenaga listrik (trafo distribusi) dengan alat
pemanfaatan tenaga listrik melalui jaringan
tegangan rendah (JTR).
2) Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
34
Pelaratan listrik pada PHB-TR
Ada 2 (dua) kelompok, yaitu:
a. Peralatan utama
1. Saklar utama
2. Busbar dan saluran pembagi
3. Penjepit fuse (ground plate)
4. Fuse (zekering)
5. Sistem Pembumian
b. Peralatan pelengkap
1. Instrumen ukur
2. Alat test tegangan saluran
3. Magnetic contactor
Lampu penerangan
PHB-TR sangatlah penting untuk
pendisbusian listrik kepelanggan karna
jika PHB-TR rusak maka listrik tidak akan
mengalir ke Jaringan Tengangan Rendah
(JTR) karna fungsi dari PHB-TR tersebut
sebagai penghung listrik ke JTR. Gambar
5.7 PHB-TR

35
Gambar
5.7 PHB-

TR

5.3. Pengaruh Penggunaan Linetab


Salah satu yang mengakibatkan terjadinya jaringan
susut (losses) yaitu penentuan pemakaian penghantar,
adapun penggunaan linetab berfungsi dapat memperkecil
jaringan susut (losses) pada suatu gardu. Dibandingkan
dengan konektor, linetab merupakan penguhubung dua
kabel yang bersentuhan langsung dan erat setelah dijebit
sebuah alat. Linetab merupakan sebuah alat yang terbuat
dari aluminium, Gambar 5.8 Linetab. Jika menggunakan
konektor dapat terjadi jaringan susut (losses) karna
konektor merupakan alat penghubung dengan
menggunakan more dan karet yang mana jika terlalu
36
lama akan karatan ataupun memuwai, Gambar 5.9
Konektor, oleh sebab itu PT.PLN (Persero)Area Surabaya
Utara menganjurkan untuk semua penyulang yang
menggunakan konektor maka harus diganti oleh linetab.

gambar 5.8 Linetab gambar 5.9 Konektor

5.4. Data Uji Coba

[Halamaninisengajadikosongkan]

37
BAB VI
SARAN DAN KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Gangguan yang sering terjadi di pendistribusia
tegangan listrik pada PT. PLN (Persero) Area
Surabaya Utara adalah tarfo rembes, dan
kerusakan trafo. Kerusakan trafo dapat diketahui
dengan mengukur kumparan sekuder ground,
kumparan primer ground dan kumparan primer
sekunder dengan menggunakan sebuah alat yaitu
megger, semakin besar nilai yang dihasilkan oleh
pengukuran (PI) maka semakin bagus trafo yang
digunakan akan tetapi jika nilai pengukuran PI
kurang dari 1(satu) maka trafo sudah rusak dan
tidak dapat digunakan lagi.
b. Grounding yang disusun secara parallel dapat
memperkecil resistansi sebuah gardu dan
mempengaruhi aliran tegangan listrik seraca
bagus.
c. Penggunaan alat penghantar dapat mempengaruhi
nilai jaringan susut (losses).

6.2. Saran
38
Melalui penelitian yang telah dilakukkan. Dapat
ditemukan saran untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut yaitu, pemberitahuan kerusakan gardu atau
tegangan putus via SMS menggunakan microkontroller.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Achmad Susilo Revie. Pengujian Elektrik Trafo Dan


Interpretasinya
[2] Saliwin Anwar, 2008. Voltage Variable To Result Of
Electroplating At Gilder Metal,
[3] Primanda, Unggul, Teguh. Setudi Perkiraan Susut
Teknis dan Alternatif Perbaikan Pada Penyulang
Kayoman Gardu Induk Sukorejo.
[4] Akbar, 2013. Pemiliharaan Lightining Arrester (LA)
Pada Gardu Induk Krapyak 150KV PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali APP Semarang.
[5] Moediyono. Grounding Sistem Dalam Distribusi
Tenaga Listrik 20 KV.
[6] Aziz, Arkhan, 2014. Perbandingan Pengaruh
Penempatan Arrester Sebelum Dan Sesudah Fco
Sebagai Pengaman Transformator 3 Phasa
Terhadap Gangguan Surja Petir Di Penyulang
Pandean Lamper 5 Rayon Semarang Timur

39

Anda mungkin juga menyukai