UMAR FARUQ
140431100023
DOSEN PEMBIMBING
KOKO JONI, S.T., M.Eng.
NIP. 197906092005011014
1
[Halamaninisengajadikosongkan]
LEMBAR PENGESAHAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Oleh :
2
Umar Faruq
NIM. 140431100023
Tanggal :
16 Juni 2017
Disetujui Oleh:
Kordinator PKL Pembimbing PKL
3
[Halamaninisengajadikosongkan]
Oleh :
Umar Faruq
NIM. 140431100023
Tanggal :
16 Juni 2017
4
Disetujui Oleh:
(Pembimbing)
1. Koko Joni, S.T., M.Eng
NIP. 197906092005011014
(Penguji)
2. Achmad Fiqhi Ibadillah, S.T., M. Sc
NIP. 198807162015041005
(Penguji)
3. Ika Oktavia Suzanti, S. Kom., M.Cs
NIP. 198810182015042004
Koordinator PKL
[Halamaninisengajadikosongkan]
5
ANALISIS PENYEBAB GANGGUAN TEGANGAN
LISTRIK 20KV PADA GARDU PT. PLN
(PERSERO) AREA SURABAYA UTARA
Oleh :
Umar Faruq
NIM. 140431100023
Tanggal :
16 Juni 2017
Disetujui Oleh:
Pimpinan Perusahaan PLN Pembimbing PKL
6
[Halamaninisengajadikosongkan]
8
[Halamaninisengajadikosongkan]
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kerja praktik di bagian jaringan PT. PLN (Persero)
AREA SURABAYA UTARA dengan tepat waktu.
Selama satu bulan pelaksanaan kerja praktek ini
penulis banyak mendapatkan manfaat, disamping
menambahkan pengalaman di bagian jaringan
sebagai wahana adaptasi terhadap kondisi dunia
kerja sebenarya. Laporan ini berisi hasil analisa
penelitian mengenai Analisis Gangguan Tegangan
Listrik 20kv Pada Gardu Rayon Kenjeran, Tandes
dan Ploso.
Keberhasilan penelitian kerja praktik ini tidak
lepas dari bantuan bimbingan dan dukungan semua
pihak yang terkait. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan
doa restu, motivasi serta dukungan, terutama
almarhum bapak tercinta Mulyadi atas semua
9
kasih sayang dan didikannya. Semoga bahagia
selalu di sisi-Nya.
2. Bapak Aji Lesmana, selaku pembimbing
lapangan, yang telah memberikan arahan
selama kerja praktek di bidang jaringan dan
penulisan laporan .
3. Ibu Maria Goretti Indrawati Guanawan, selaku
Direktur Perusahaan PT. PLN (Persero) AREA
SURABAYA UTARA.
4. Bapak Koko Joni, S.T., M.Eng. selaku dosen
pembimbing Akademik pada Kerja Praktek ini.
5. Bapak Kunto Aji, S.T., M.T. selaku Koordinator
Kerja Praktik Program Studi Teknik Elektro
Universitas Trunojoyo Madura.
6. Bapak Miftahul Ulum, S.T., M.T. selaku dosen
wali sekaligus Ketua Program Studi S1 Teknik
Elektro Universitas Trunojoyo Madura.
7. Bapak bapak dan karyawan di perusahaan PT.
PLN (Persero) AREA SURABAYA UTARA,
atas bantuannya selama penulis melakukan
kerja praktik, terutam kepada Pak Helmi dan
mas henry untuk bimbingan dan diskusinya.
8. Rekan-rekan kerja praktik PT. PLN (Persero)
AREA SURABAYA UTARA yang dari Institut
Teknologi Sepuluh Novembe (ITS), semangat
dan salam sukses untuk semua.
9. Semua teman-teman Program Studi Teknik
Elektro yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
10
Umar Faruq
NIM 140431100023
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 contoh Diagram Alur Metodologi Penelitian
11
[Halamaninisengajadikosongkan]
DAFTAR TABEL
12
13
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Permaslahan yang akan dibahas dalam Kerja Praktik
ini adalah:
a. Bagaimana cara mengetahui alat yang yang rusak
(Fuse Cut Out (FCO), Lightning Arrester (LA),
Trafo dan panel)
b. Apa pengaruh groundig yang tidak maksimal
c. Apa saja yang menyebabkan Penyusutan jaringan
(losses)
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ii adalah:
a. Mengetahui alat-alat yang sudah rusak
b. Mengetahui fungsi suatu groud di gardu
c. Mengetahui penyebab terjadinya penyusutan
jaringan (losses)
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari kegiatan magang
mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa:
1) Menambah wawasan dan pengalaman
mahasiswa, sehingga mampu berpartisipasi
aktif dalam lingkungan dunia kerja.
2) Meningkatkan pemahaman, kreativitas, dan
keterampilan pada ilmu pengetahuan yang
terkait dengan jaringan PLN.
b. Bagi Universitas Trunojoyo:
1) Sarana perkembangan IPTEK, khususnya
pada dunia kerja Elektro serta bahan
pertimbangan dalam penyusunan program di
Universitas Trunojoyo.
2
2) Sebagai bahan masukan dan evaluasi
program pendidikan di Universitas Trunojoyo
agar dapat menghasilakan tenaga-tenaga
terampil, sesuai dengan kebutuhan industri di
bidang masing-masing.
c. Bagi Perusahaan PT. PLN (Persero) Area
Surabaya Utara:
1) Menjalin kerjasama dengan Universitas
Trunojoyo.
2) Sarana informasi terkait dengan kireteria
tenaga kerja yang dibutuhkan di PT. PLN
(Persero) Area Surabaya Utara.
3
1.6 Sistematika Penulisan
a. BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi pendahuluan
yang menjelaskan latar belakang permaslahan,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan penelitian serta sistematika
penulisan.
b. BAB II Profil Perusahaan. Berisi tentang struktur
organisasi, sejarah singkat perusahaan. Visi dan
misi perusahaa.
c. BAB III Dasar Teori dan Tinjauan Pustaka. Berisi
tinjauan pustaka yang meliputi teori-teori dasar
dan penelitian sebelumnya (referensi).
d. BAB IV Metodelogi Penelitian. Bab ini berisi
tentang langkah-langkah yang dilakukan meliputi
rancangan sistem dan jadwal kegiatan.
e. BAB V Hasil dan Pembahsan. Berisi tentang
analisa sistem baik dari segi kebutuhan hardwere
dan softwere. Serta implementasi sistem dan
pengujian sistem.
f. BAB VI Penutup. Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
4
2.1 Struktur Organisasi
Menjelaskan tentang organisasi dalam perusahaan
atau instansi tempat PKL.
Tabel 2.1 Bagun Susunan Organisasi PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
PT. PLN (Persero) AREA SURABAYA UTARA
7
Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik
Negara.
c. Tiga Gelombang
8
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang
dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti
perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan
distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras
para insan PT. PLN (Persero) guna memberikan
layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna
biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu
yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping
itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki
insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan
terbaik bagi para pelanggannya.
[Halamaninisengajadikosongkan]
9
BAB III
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
11
b. Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja transformator adalah dimana alat ini
terdiri dari sebuah susunan teras besi tertutup
didalamnya terdapat gulungan kawat tembaga yang
digulungkan pada kaki-kaki transformator yaitu:
1. Gulungan primer (P) adalah gulungan yang
dipasangkan pada sumber arus.
2. Gulungan sekunder (S) adalah gulungan yang
dipasang pada aliran listrik.
Bekerjanya transformator ini berdasarkan
pembangkitan tegangan bolak balik secara induksi
didalam gulungangulungan kawat yang melingkari
garis gaya (fluks) yang berubah. Tegangan bolak-balik
E1 mengalir I1 dan aliran I1 akan membangkitkan
tegangan induksi E2 pada klem-klem gulungan
sekunder.
c. Indeks polarisasi
Salah satu ukuran untuk menentukan kualitas isolasi
adalah dengan menggunakan metode Indeks Polarisasi
(IP). Indeks Polarisasi adalah perbandingan antara
hasil pengukuran tahanan isolasi selama 10 menit
dengan hasil pengukuran tahanan isolasi selama 1
menit. Indeks Polarisasi (IP) dapat dirumuskan :
IP =
dimana :
R10 : tahanan isolasi selama 10 menit
R1 : tahanan isolasi selama 1 menit
d) Housing
Bagian luar atau selubung yang berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam. Housing biasanya
14
terbuat dari kaca, porselen, campuran keramik
silikon, dll.
e) Counter
Alat penghitung jumlah kerja arrester
16
Gambar 3.4 Fuse Cut out
tertutup
b. Konstruksi PHB TR
PHB tegangan rendah adalah jenis PHB
metalclad yang tersimpan di dalam lemari panel
yang tahan hujan dan debu. PHB TR ini dipasang
sekurangkurangnya 1,2 meter dari permukaan
tanah atau bebas terkena banjir. Penghantar antara
PHBTR dengan jaringan tegangan rendah dapat
mamakai kabel NYY yang dimasukkan ke dalam 1
pipa pelindung galvanis, namun bukan jenis kabel
pilin (twisted cable) untuk Saluran Udara Tegangan
Rendah.
18
a. Semua peralatan terpasang di dalam
lemari yang terbuat dari pelat besi dan
kerangka dari bahan besi profil.
b. Dipasang pada tiang (tiang tunggal atau
portal)
c. Digunakan pada gardu pasangan luar
(cantol/portal) dengan kapasitas
maksimal 400 kVA.
Menurut konstruksi PHB-TR jennis
lemari dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Kontruksi PHB-TR 4 Jurusan
2. Kontruksi PHB-TR 2 Jurusan
Gambar 3.6
Kontruksi
PHB-TR 4 Jurusan
Keterangan:
S = Rapat Arus (A/mm2)
A = Luas Penampang Kabel (mm2)
I = Arus Lewat (A)
Berdasarkan konstruksi dan kuantitasnya juga
akan mempengaruhi besarnya nilai resistansi dari
penghantar, yang besarnya didasarkan oleh hukum
Ohm dalam panas sebagai pengganti satuan listrik,
yaitu:
L
R= A
Keterangan:
R = Nilai Resistansi ()
A = Luas Penampang Penghantar (m2)
= Resistivitas Bahan (/m)
L = Panjang Penghantar (m).
F. Grounding
21
Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan
20 kV harus selalu diketanahkan karena menjaga
kemungkinan kegagalan sangat besar oleh tegangan lebih
transient tinggi yang disebabkan oleh busur tanah
(arching ground atau restriking ground faults). Untuk itu
pengetanahan yang sesuai dengan kreteria adalah :
a) Tahanan Rendah terutama untuk system yang
dipakai mensuplai mesin-mesin berputar,
khususnya pemakaian dalam industri.
b) Tahanan tinggi, dengan tahanan tinggi kerusakan
karena arus sangat berkurang. Pengetanahan ini
dipilih dengan tujuan:
1. Mencegah pemutusan yang tidak
direncanakan
2. Apabila system sebelumnya dioperasikan
tanpa pengetahanan dan tidak ada rele tanah
yang dipasang.
3. Apabila pembatasan kerusakan karena arus
dan tegangan lebih diinginkan tetapi tidak
dibutuhkan rele tanah yang selektif.
Pengetanahan langsung, mempunyai biaya paling
rendah dari semua metode
Pengetanahan Langsung, mempunyai biaya
paling rendah dari semua metode. Pengetahanan,
untuk sistem distribusi saluran udara ( SUTM ) dan
sistem yang disuplai dengan trafo dengan pengaman
lebur pada sisi primer perlu memberikan arus
gangguan yang cukup untuk melebur pengaman
leburnya.
Dalam standart SPLN no.2 tahun 1978
ditetapkan pengetanahan Jaringan Tegangan
Menengah adalah pengetanahan netral sistem 20 kV
beserta pengamannya dengan tahanan.
22
3.2 Tinjauan Pustaka
Akbar (UNDIP, 2013) menjelaskan arrester
berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang
dan menyalurkannya ke tanah sebelum menuju
keperalatan lain. Arrester dibagi menjadi dua macam
yaitu expulsion type lightning arrester dan valve type
lightning arrester. Arrester harus memiliki sifat isolator
pada keadaan normal, namun berlaku sebagai konduktor
bila dialiri tegangan tinggi.
Aziz (UNDIP, 2014) menjelaskan tentang Perbedaan
penempatan fuse cut out terhadap arrester pada trafo
distribusi 3 phase mempengaruhi tegangan yang lolos
dari pelepasan arrester, adapun pemasangan fuse cut out
terdiri beberapa macam diantaranya.
1. Pada sistem pemasangan fuse cut out sebelum
arrester, tegangan yang menerpa FCO hanya
27,4485 kV/s, sehingga FCO masih aman
karena masih di bawah BIL FCO yaitu 125 kV.
2. Pada sistem pemasangan fuse cut out sebelum
arrester, menghasilkan tegangan surja yang lolos
ke sisi primer trafo sebesar 30,1135 kV/s. Nilai
ini masih di bawah BIL trafo sebesar 125 kV,
sehingga trafo masih aman.
3. Pada sistem pemasangan fuse cut out sesudah
arrester, tegangan surja yang menerpa FCO
adalah sebesar 190,4762 kV/s, sehingga FCO
akan rusak karena melebihi dari BIL FCO yaitu
125 kV.
4. Pada sistem pemasangan fuse cut out sesudah
arrester, menghasilkan tegangan surja yang lolos
ke sisi primer trafo sebesar 20,3711 kV/s. Nilai
ini masih di bawah BIL trafo sebesar 125 kV,
sehingga trafo masih aman.
23
Tengangan surja yang lolos ke sisi primer trafo pada sistem
pemasangan fuse cut out sesudah arrester lebih kecil
dari pada sistem pemasangan fuse cut out sebelum
arrester. Perubahan tegangan arrester pada tiap
sistem penempatan memiliki kesamaan yaitu
163,0276 kV/s dan 160,4468 kV/s sehingga
arrester bekerja maksimal pada tiap penempatan.
[Halamaninisengajadikosongkan]
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.2. Des
ai
n
Sistem
Perbaikan
Desain sistem perbaikan merupakan tahapan kerja
perbaikan gardu tiap penyulang. Sebelum memperbaiki
gardu teknisi sudah mempunyai data kerusakan pada
gardu tersebut. Adapun langkah-langkahnya perbaikan
diantaranya: pengukuran resistansi dan ground, setelah
pengukan dilakukan jika sebuah gardu rusak maka
langkah pertama adalah izin padam untuk melakukan
perbaikan, kedua pelepasa CO agar tidak ada aliran listrik
yang mengalir ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR),
25
ketiga pelepasan Fuse, setelah dilepas semua langkah
selanjutnya adalah pengukuran polaritas index trafo yang
mana berfungsi untuk mengetahui ketahanan minyak
trafo, selain pengukuran trafo jika CO rusak dikarnakan
pemakaian yang sudah terlalu lama maka CO harus
diganti begitu juga untuk Arrester, selanjutnya
pengantian SKAT atau SKT setelah itu pemasangan
selang agar supaya kabel tidak cepet rusak, pengantian
konektor dengan linetab agar supaya mengurangi jaringat
susut (losses), pengkopelan grounding agar supaya nilai
resistansinya kecil, ketika sudah diganti semua maka
inzin nyalakan listrik dan pemasangan CO terahir
27
[Halamaninisengajadikosongkan]
28
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Gambar 5.1 Nilai
grounding
disusun secara
seri
Gambar 5.2 Nilai
grounding disusun secara parallel
5.2. Pengaruh Kerusakan Alat (Tarfo, Arrester, Cut
Oot, Panel)
Gardu distribusi tegangan listrik PT. PLN (Persero)
Area Surabaya Utara memiliki alat-alat utama di
antarnya: Trafo, Cut Out (CO), Lightning Arrester dan
d. PHB-TR
PHB-TR adalah satu perangkat peralatan listrik berupa
alat hubung, alat pengaman, alat ukur dan alat
indikator lainnya yang terpasang pada satu tempat
yang disebut panel. Pada sistem distribusi, PHB-
TR merupakan bagian dari gardu distribusi pada
sisi tegangan rendah. PHB-TR dipasang pada
gardu distribusi tegangan rendah atau sisi hulu
dari instalasi pemanfaatan tenaga listrik. Adapun
fungsinya antara lain:
1) Sebagai alat penghubung antara sumber
tenaga listrik (trafo distribusi) dengan alat
pemanfaatan tenaga listrik melalui jaringan
tegangan rendah (JTR).
2) Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
34
Pelaratan listrik pada PHB-TR
Ada 2 (dua) kelompok, yaitu:
a. Peralatan utama
1. Saklar utama
2. Busbar dan saluran pembagi
3. Penjepit fuse (ground plate)
4. Fuse (zekering)
5. Sistem Pembumian
b. Peralatan pelengkap
1. Instrumen ukur
2. Alat test tegangan saluran
3. Magnetic contactor
Lampu penerangan
PHB-TR sangatlah penting untuk
pendisbusian listrik kepelanggan karna
jika PHB-TR rusak maka listrik tidak akan
mengalir ke Jaringan Tengangan Rendah
(JTR) karna fungsi dari PHB-TR tersebut
sebagai penghung listrik ke JTR. Gambar
5.7 PHB-TR
35
Gambar
5.7 PHB-
TR
[Halamaninisengajadikosongkan]
37
BAB VI
SARAN DAN KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Gangguan yang sering terjadi di pendistribusia
tegangan listrik pada PT. PLN (Persero) Area
Surabaya Utara adalah tarfo rembes, dan
kerusakan trafo. Kerusakan trafo dapat diketahui
dengan mengukur kumparan sekuder ground,
kumparan primer ground dan kumparan primer
sekunder dengan menggunakan sebuah alat yaitu
megger, semakin besar nilai yang dihasilkan oleh
pengukuran (PI) maka semakin bagus trafo yang
digunakan akan tetapi jika nilai pengukuran PI
kurang dari 1(satu) maka trafo sudah rusak dan
tidak dapat digunakan lagi.
b. Grounding yang disusun secara parallel dapat
memperkecil resistansi sebuah gardu dan
mempengaruhi aliran tegangan listrik seraca
bagus.
c. Penggunaan alat penghantar dapat mempengaruhi
nilai jaringan susut (losses).
6.2. Saran
38
Melalui penelitian yang telah dilakukkan. Dapat
ditemukan saran untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut yaitu, pemberitahuan kerusakan gardu atau
tegangan putus via SMS menggunakan microkontroller.
DAFTAR PUSTAKA
39