Anda di halaman 1dari 23

Case Report Session

KELUARGA BERENCANA (PROGRAM KONTRASEPSI MANTAP)

DI PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2016

Oleh:

HARRY YUSEPTIAN
1210313073

Preseptor:
dr. Firdawati, M.Kes, PhD

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Batasan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi Keluarga Berencana

2.1.2 Manfaat Keluarga Berencana

2.1.3 Jenis Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana

2.2 Program KB Kontrasepsi Mantap

2.2.1 Definisi Kontrasepsi Mantap

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Mantap

2.2.3 Persyaratan Kontrasepsi Mantap

2.2.4 Waktu Pelaksanaan Kontrasepsi Mantap

2.2.5 Prosedur Kontrasepsi Mantap

2.2.6 Kontra Indikasi Kontrasepsi Mantap

2.3 Program Keluarga Berencana

BAB 3 ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Ambacang

3.1.1 Keadaan Geografis

3.1.2 Keadaan Demografi


3.2 Program KB Kontrasepsi Mantap di Puskesmas Ambacang

BAB 4 PEMBAHASAN

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global

yang muncul di seluruh dunia. Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai dengan

kualitas yang memadai, justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan

pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

nasional. Salah satu upaya pemerintah untuk menekan peningkatan jumlah

penduduk adalah Keluarga Berencana (KB).1

Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat strategis,

komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat

dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya

untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi

untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.2,3

Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai tujuan yang salah satunya

adalah menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi.

Program KB Nasional salah satu diantaranya yakni mengakhiri kehamilan dengan

metode yang paling efektif yaitu Kontrasepsi mantap Medis Operatif Wanita

(MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP), khususnya untuk Pasangan Usia Subur

(PUS) wanita usia minimal 35 tahun dan telah memiliki 2 orang anak atau lebih.
Pengembangan metode kontrasepsi mantap masih jauh tertinggal, hal ini

disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi mantap

diantaranya umur, pendidikan,pekerjaan, ekonomi dan paritas.4

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi adalah salah satu metode kontrasepsi

yang dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur bagi wanita

atau memotong saluran sperma bagi pria . Dengan cara ini, proses reproduksi

tidak lagi terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk selamanya. Karena sifatnya

yang permanen, kontrasepsi ini hanya di perkenankan bagi mereka yang sudah

mantap memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak.4

Menurut data Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia tahun 2012

kesehatan masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah

peserta KB yang memakai kontrasepsi MOW atau tubektomi 3,2% dan jumlah

peserta MOP hanya 0,2%. Padahal tubektomi merupakan alat kontrasepsi yang

dianggap sangat efektif, murah dan aman dalam menghentikan kehamilan.5

Berdasarkan data-data diatas penulis tertarik untuk mengetahui

pelaksanaan program KB kontrasepsi mantap pada wilayah kerja Puskesmas

Ambacang pada tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pelaksanaan program KB kontrasepsi mantap di Puskesmas

Ambacang pada tahun 2016?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Mengetahui pelaksanaan program KB kontrasepsi mantap di Puskesmas

Ambacang tahun 2016.


b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah peserta program KB kontrasepsi mantap di
Puskesmas Ambacang tahun 2016.
2. Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program KB di
Puskesmas Ambacang tahun 2016.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur dan laporan Puskesmas Ambacang, analisis, dan diskusi bersama

pemegang program KB di Puskesmas Ambacang.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana


2.1.1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak

reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan,pengaturan dan dukungan yang

diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal ; mengatur

jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak yaitu pengaturan kehamilan dan

melahirkan anak, pengaturan kehamilan serta membina ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.6
2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana
Berdasarkan UU No. 52 tahun 2009 dijelaskan tujuan dari keluarga

berencana adalah:3
a. Mengatur kehamilan yang diinginkan;
b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan

anak;
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan

pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;


d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga

berencana;
e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan

jarak kehamilan.

Tujuan keluarga berencana berdasarkan rencana strategis (RENSTRA)

2010-2014 meliputi:
a. Mewujudkan keserasian
b. Keluarga dengan anak ideal
c. Keluarga sehat
d. Keluarga berpendidikan
e. Keluarga sejahtera
f. Keluarga berketahanan
g. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
h. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

2.2. Jenis Kontrasepsi


Jenis kontrasepsi dibagi menjadi dua;
a. Kontrasepsi dengan metode alamiah, terbagi dua yaitu tanpa alat dan

dengan alat. Metode alamiah tanpa alat terdiri dari:


Metode Kalender
Metode Suhu Basal Badan (THERMAL)
Metode Lendir Cervic
Metode Sympto Thermal
Metode Amenore Laktasi
Metode Coitus Interruptus (Senggama Terputus)

Metode alamiah dengan alat terdiri dari:

Kondom
Spermisida
Diafragma
Kap Serviks

b. Metode non alamiah terdiri dari metode hormonal dan nonhormonal. Metode

Hormonal terdiri dari:


Pil
Suntik
Implant
Metode non hormonal terdiri dari:
IUD
MOW
MOP

Program keluarga berencana juga terdapat istilah Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).

Kontrasepsi yang termasuk dalam MKJP yaitu AKDR, kontrasepsi mantap

(MOW/MOP), dan implan.

2.3. Program KB Kontrasepsi Mantap

2.3.1. Definisi Kontrasepsi Mantap


Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling

efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tertinggi. Kontrasepsi

mantap merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, secure contraception dan

nama lain adalah sterilisasi (sterilization), atau kontrasepsi operatif (surgical

contraception). Pada kontrasepsi mantap dikenal istilah medis operatif wanita

(MOW) untuk sterilisasi wanita dan medis operatif pria (MOP) untuk sterilisasi

pria. Sterilisasi pria juga dikenal dengan istilah vasektomi, yaitu pemotongan vas

deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di

dalam testi vesikula seminalis. Dengan memotong atau menyumbat vas deferens

sperma tidak mampu diejakulasikan dan pria akan menjadi tidak subur setelah vas

deferens bersih dari sperma, yang memakan waktu sekitar tiga bulan. Pada wanita

dikenal dengan istilah tubektomi yaitu dengan memotong saluran telur / tuba

fallopi sehingga sperma tidak dapat mencapai sel telur.7

2.3.2. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Mantap

Keuntungan yang utama adalah bahwa kontap merupakan suatu cara KB

paling efektif dibanding seluruh cara yang tersedia. Keefektifannya tercapai

begitu operasi selesai dikerjakan. Kontap merupakan cara KB jangka panjang

yang tidak memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali dikerjakan. Cara ini

permanen, dapat dikatakan continuation rate-nya praktis 100%. Meskipun kontap

dilakukan dengan cara operasi, metode ini merupakan cara yang paling aman,

bebas dari efek samping asal semua prosedur dan persyaratan operasi terpenuhi.

Kontap bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan ulang yang

terjadwal, tidak menggangu hubungan seksual, tidak menurunkan libido.

Sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan


istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat

dikerjakan di lapangan (field based) dengan memenfaatkan kamar operasi di

puskesmas.7

Kerugian kontap adalah sifatnya yang permanen, sehingga calon klien

harus menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi, ia hampir tidak mungkin

hamil kembali. Penyesalan merupakan masalah besar yang sulit diatasi, oleh

karena itu konselor harus benar-benar menekankan sifat permanennya. Cara ini

hanya cocok untuk mereka yang tidak menginginkan anak lagi, bukan sebagai

cara penjarangan anak. Dan pemberian konseling merupakan bagian yang sangat

menentukan ada tidaknya penyesalan dikemudian hari. Kontap merupakan

tindakan operasi, sehingga syarat operasi harus terpenuhi terutama yang

menyangkut pencegahan infeksi. Ia juga menuntut ketrampilan yang prima bagi

operatornya, terutama sterilisasi laparoskopik bagi wanita.7

2.3.3. Persyaratan Kontrasepsi Mantap

Persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk menentukan dapat atau

tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan kontarsepsi mantap7:

1. Sukarela, artinya calon peserta KB tidak dipaksa atau ditekan untuk

menjadi peserta kontrasepsi mantap, untuk menentapkan syarat sukarela

ini perlu dilakukan pelayanan informasi konseling.


2. Bahagia, artinya calon peserta KB terikat dalam perkawinan yang sah dan

harmonis,telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang atau lebih dari 2

orang anak dengan umur anak terkecil 2 tahun, dan dengan

mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya lebih dari 26 tahun,


syarat bahagia ini dapat diketahui pada saat dilakukan pelayanan informasi

dan konseling.
3. Kesehatan, artinya tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan peserta KB

tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap, syarat kesehatan ini

dapat diketahui pada saat pemeriksaan prabedah.

2.3.4. Indikasi dan Kontra Indikasi Kontrasepsi Mantap

Secara umum indikasi kontap dapat dibagi empat macam yakni indikasi

medis, obstetrik, genetik dan indikasi kontrasepsi:7

1. Indikasi medis yaitu penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit

jantung (terutama derajat tiga dan empat), ginjal, paru dan penyakit kronik

lainnya. Tidak semua penyakit merupakan indikasi, hanya penyakit yang

membahayakan keselamatan ibu saat kondisi hamil.


2. Indikasi obstetris adalah keadaan dimana risiko kehamilan berikutnya

meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa.

Termasuk dalam indikasi obstetrik anatara lain adalah multiparitas ,

dengan usia relatif lanjut (misal yang disebut grandemultigravida, yakni

paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), seksio sesarea

dua kali atau lebih dan lain-lain.


3. Indikasi genetik adalah penyakit herditer yang membahayakan kesehatan

dan keselamatan anak, seperti Huntingtons chorea, TaySachs disease,

hernophilia, marfans syndrome, Wilsons disease dan lain-lain.


4. Indikasi kontrasepsi adalah indikasi adalah yang murni ingin

menghentikan (mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak

menginginkan kelahiran anak lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain

yang membahayakankeselamatan ibu seandainya ia hamil kembali.


Indikasi khusus Indonesia dapat ditambahkan indikasi ekonomis artinya

pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi


keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga

tersebut.7
2.3.5. Efek Samping Kontrasepsi Mantap
Kontap merupakan cara KB yang paling aman, karena tidak bersifat

hormonal, sehingga tidak memiliki efek samping sistemik. Kontap juga tidak

menempatkan benda asing seperti AKDR (Kecuali cincin Falop yang relatif

sangat kecil) sehingga tidak ada risiko Penyakit Radang Panggul. Komplikasi

yang terjadi pada dasarnya dapat dibagi dua yakni komplikasi akibat anastesi dan

tindakan operasi.7

2.4. Program Keluarga Berencana

Sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada

pasal 78 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab dan menjamin

ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan

pelayanan keluarga berencana yang aman bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat.

a. Alat dan obat kontrasepsi (Alokon)

Pada saat ini Pemerintah menyediakan secara gratis tiga jenis alokon di

seluruh wilayah Indonesia, yaitu kondom, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR), dan susuk KB.2

b. Sistem Pelayanan KB

Sistem pelayanan KB di Faskes meliputi:

1) Pelayanan KB dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP) yang berlaku serta menerapkan pilihan kontrasepsi secara cafetaria.


2) Mengisi lembar informed consent untuk setiap pelayanan KB suntik,

IUD/implan, vasektomi dan tubektomi.


3) Pelayanan KB di Faskes dilakukan melalui pendekatan satu atap (one stop

service) artinya setiap akseptor/calon akseptor potensial yang

membutuhkan pelayanan KB, dapat dilayani kebutuhan KIEnya di

beberapa unit terkait, dan setelah dilakukan promosi dan KIP/Konseling

serta pengambilan keputusan mengenai metode kontrasepsi yang dipilih,

maka dilakukan pelayanan medis KB di tempat yang telah ditetapkan.


4) Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan komponen kesehatan

reproduksi lainnya, antara lain dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular

Seksual (PP-IMS) dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (dalam hal

ini pemberian informasi tentang KB).


5) SDM dan sarana prasana yang tersedia harus memenuhi ketentuan.
6) Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik.
7) Harus ada sistem monitoring, evaluasi dan umpan balik dari klien dalam

rangka pengendalian kualitas pelayanan.


8) Ayoman pasca pelayanan.
Gambar 2.3 Alur Pelayanan di Faskes Tingkat Pertama (Puskesmas)

Penjelasan :

1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Instalasi Rawat Jalan dan

Rawat Inap Praktik mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu

kepesertaan BPJS Kesehatan dan mendapat K/IV/KB.


2. Dokter dan atau Bidan memberikan KIP/Konseling kepada klien untuk

memilih pelayanan KB yang dikehendaki


3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB

yang dikehendaki klien maka perlu dirujuk ke Faskes KB yang lebih

lengkap/sesuai dengan membuat surat rujukan.


4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode

kontrasepsi khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan dan atau vasektomi

perlu persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed

consent, apabila klien tidak setuju perlu diberikan KIP/Konseling ulang.


5. Setelah pelayanan KB, dokter dan bidan memantau hasil pelayanan KB

dan memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien

pulang dan kontrol kembali.8

BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum Puskesmas


Puskesmas Ambacang Kuranji terletak pada 0 55 25.15 Lintang Selatan

dan +100 23 50.14 Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Kuranji adalah sekitar 12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasar

Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan Kelurahan Lubuk

Lintah.10

Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji


Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 20159

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji yang

menjadi sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2015 adalah sebanyak 49.966

jiwa dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km2. 10

3.2 Program Keluarga Berencana di Puskesmas Ambacang

Hasil pencapaian peserta program Keluarga Berencana di wilayah kerja

Puskesmas Ambacang hingga November 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.11
Tabel 3.1 Tabel Pelaporan Wilayah Sementara KB Puskesmas Ambacang
sampai November 2016
No Kelurahan Jumlah Peserta Peserta KB Drop Out Peserta KB
PUS Baru Aktif Pasca
Persalinan
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Ps.Ambacang 3436 219 6,4 2357 68,8 69 2,9 115 32,8

2. Anduring 2779 235 8,4 1789 64,3 54 3,0 94 33,7

3. Lb.Lintah 2072 207 9,9 1733 83,6 53 3,0 82 40,6

4. Ampang 1534 173 11,3 1302 84,8 67 5,1 54 37,5

Total 9821 834 8,5 7181 73,2 243 3,4 345 35,4

Sumber: Laporan Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang 2016 10


Pada tabel 3.1 diatas menunjukkan bahwa angka peserta baru KB sangat

rendah yaitu rata-rata 8,5% dari 4 kelurahan yang berada dalam wilayah kerja

Puskesmas Ambacang dengan daerah paling banyak adalah Ampang (11,3%).

Namun angka pencapaian peserta KB aktif termasuk tinggi yaitu rata-rata 73,2%

dari seluruh wilayah kerja Puskesmas Ambacang. Hal ini menunjukkan target dari

nasional tidak tercapai yaitu 75%. Selain itu, penggunaan KB pasca persalinan

juga termasuk rendah dengan angka rata-rata 35,4%.

Tabel 3.2 Tabel Pelaporan Wilayah Sementara KB Puskesmas Ambacang


sampai November 2016
No Kelurahan PUS PUS PUS Peserta KB Peserta KB Peserta KB
Gakin 4T ALKI Aktif GAKIN Aktif 4T Aktif
Peny.Kronis
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Ps.Ambacang 778 259 161 557 71,6 160 61,8 112 68,3
2. Anduring 654 218 137 455 69,5 137 68,8 100 45,8
3. Lb.Lintah 701 234 148 404 57,6 147 62,8 108 72,9
4. Ampang 667 222 139 406 60,8 113 50,9 96 69,0
Total 2800 933 585 1822 65,1 557 59,7 414 70,7
Sumber: Laporan Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang 2016 10
Pada tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa PUS Gakin paling banyak

terdapat pada kelurahan Pasar Ambacang (778) dengan peserta KB Aktif Gakin

terbanyak juga di kelurahan Pasar Ambacang (71,6%). PUS 4T paling banyak

terdapat di kelurahan Pasar Ambacang (259) dengan peserta KB Aktif 4T

terbanyak di kelurahan Pasar Ambacang (61,8%). Angka peserta KB aktif 4T

sudah mencapai setengah dari seluruh PUS 4T di seluruh kelurahan di wilayah

kerja puskesmas Ambacang. PUS ALKI paling banyak terdapat di kelurahan Pasar

Ambacang (161) dengan peserta KB Aktif Penyakit Kronis terbanyak di

kelurahan Lubuk Lintah (72,9%).


Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang adalah sebagai berikut

Tabel 3.4 Jumlah Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi Puskesmas


Ambacang dari Januari sampai November 2016

N Kelurahan Jumlah Peserta KB Aktif MKJP


o MKJP NON MKJP + Non
MKJP
IUD MOW/ IMP STK PIL KDM OBT
MOP VAGINA
DAN
LAINNYA
1 Ps. Ambacang 148 61/5 96 1628 279 140 0 2357
2 Anduring 192 34/5 104 876 492 86 0 1789
3 Lb. Lintah 174 44/1 86 831 567 30 0 1733
4 Ampang 224 40/1 65 474 481 97 0 1302
Total 738 179/12 351 3804 1739 353 0 7181
Sumber: Laporan Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang 2016 10

Tabel 3.5 Persentase Jumlah Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi


Puskesmas Ambacang dari Januari sampai November 2016

Kelurahan % Peserta KB Aktif MKJP


N MKJP NON MKJP + Non
o MKJP
IUD MOW/ IMP STK PIL KDM OBT
MOP VAGINA
DAN
LAINNYA
1 Ps. Ambacang 6,3 2,6/ 0,4 69,0 11,8 5,9 0 68,6
0,2

2 Anduring 8,1 1,9/ 5,8 49,0 27,5 3,6 0 64,4


0,3

3 Lb. Lintah 7,4 2,5/ 5,0 47,9 32,7 1,7 0 83,6


0,1

4 Ampang 17,2 3,0/ 0,5 36,4 30,8 7,5 0 84,8


0,1
Total 10,3 2,5/ 4.9 53,0 24,2 4,9 0 73,2
0.2
Sumber: Laporan Lokakarya Mini Puskesmas Ambacang 2016 10
Berdasarkan tabel 3.4 dan 3.5 diatas menunjukkan bahwa penggunaan alat

kontrasepsi yang terbanyak pada peserta KB Aktif adalah kontrasepsi non MKJP

yaitu suntik (53%) dan pil (24,2%). Alat kontrasepsi yang paling sedikit

digunakan adalah kontrasepsi mantap wanita/pria (MOW/MOP) (2,5%/0,2%) dan

obat vagina (0%).

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pelaksanaan Program KB Kontrasepsi Mantap di

Puskesmas Ambacang
Program KB merupakan suatu program UKM esensial yang masuk

kedalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Ambacang.


Dalam pelaksanaannya tim ini tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari

pihak lain, sehingga dalam pelaksanaanya tim ini melakukan kerjasama lintas

program. Tim ini berperan penting dalam mensosialisasikan program KB kepada

PUS pada saat pelaksanaan posyandu.

Peran Puskesmas Ambacang dalam pelaksaan program KB kontrasepsi

mantap di wilayah kerjanya yaitu mempromosikan program KB khususnya untuk

pemakaian MKJP dan memberikan konseling kepada calon yang akan melakukan

MOW/MOP. Konseling yang diberikan berupa penjelasan mengenai keuntungan,

efek samping, dan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah tindakan.

Pelaksanaan MOW/MOP bekerja sama dengan Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB) dan BKKBN untuk menentukan jadwal dan tempat pelakasaan

tindakan.

4.2 Hasil Pencapaian Program KB Kontrasepsi Mantap di Puskesmas

Ambacang
Pencapaian peserta KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Ambacang dari

Januari-November 2016 sudah cukup baik, yaitu sebanyak 73,2%. Namun

pencapaian ini belum mencapai target nasional sebanyak 75%.


Hasil pencapaian peserta KB kontrasepsi mantap dari bulan Januari-

November 2016 sebanyak 179 orang (2,5%) untuk MOW dan 12 orang (0,2%)

untuk MOP. Jumlah tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah peserta

KB jenis suntik sebanyak 3804 orang dan pil sebanyak 1739 orang. Tingginya

penggunaan metode tersebut disebabkan oleh banyaknya peserta yang merasa

penggunaan dengan pil dan suntik lebih efektif bagi dirinya untuk mencegah

kehamilan. Selain itu masih rendahnya motivasi peserta KB untuk melakukan

metode kontrasepsi jangka panjang khususnya untuk kontrasepsi mantap. Jumlah


petugas yang sedikit di program KB ini juga menyebabkan sosialisasi KB

terhadap PUS tidak berjalan maksimal. Ditandai dengan masih kurangnya

pengetahuan masyarakat terhadap keefektifan metode kontrasepsi mantap.

Pelaksanaan program KB diperlukan sosialisasi yang optimal sehingga

masyarakat mengetahui dengan baik kelebihan ataupun kekurangan dari setiap

jenis alat kontrasepsi sehingga dapat tercapai tujuan yang diinginkan.

BAB 5

PENUTUP

1. Kesimpulan
1. Jumlah peserta program KB kontap di Puskesmas Ambacang sebanyak

179 orang (2,5%) untuk MOW dan 12 orang (0,2%) untuk MOP
2. Permasalahan yang dihadapi dalam program KB kontap di Puskesmas

Ambacang adalah kurangnya minat dan motivasi masyarakat untuk

memilih kontrasepsi mantap


2. Saran
1. Memberikan dan mengoptimalkan penyuluhan berupa edukasi kepada

PUS tentang program KB kontap di Puskesmas, Pustu, dan Posyandu baik

dari petugas kesehatan langsung ataupun dari kader.


2. Sebaiknya puskesmas mengajukan penambahan SDM Puskesmas,

sehingga program KB dapat berjalan dengan optimal.


DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN. Program KB Nasional. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. 2008.
2. Kemenkes RI. Buletin Jendela: Data dan Informasi Kesehatan Situasi
Keluarga Berencana di Indonesia. 2013.
3. UU 52 tahun 2009. Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga. 2009.
4. Zendrato, Sari S. Karakteristik Peserta Kontrasepsi Sterilisasi Di Klinik
Mantap Medan Periode 2014. Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara.
Skripsi. 2015
5. BKKBN, Kemenkes RI, BPS, MEASURE DHS ICF International. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. 2013
6. BKKBN. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP). Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. 2011.
7. Wati TSD. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan
Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat
Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat 2009. Sumatera Utara,
Universitas Sumatera Utara. Skripsi. 2010.
8. BKKBN. Pedoman Penyelenggaraan Keluarga Berencana dalam Jaminan
Kesehatan Nasional. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. 2014.
9. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan 2015. Padang; 2015.
10. Puskesmas Ambacang. Laporan Bulanan Juli 2016. Padang; 2016.

Anda mungkin juga menyukai