Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK 5

EVALUASI DAN REMEDIASI PEMBELAJARAN

ANALISIS SOAL KUANTITATIF

Disusun Oleh :

- Florica Amanda - Rima Meliawati


- Gita Muspiroh - Lisa Oktafiani
- Anneke Citra Dewi - Nike Apriani

Kelas : B3

UNIVERSITAS NASIONAL FALKUTAS ILMU KESEHATAN


DIV- KEBIDANAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Malakah yang berjudul Analisis Soal

Kuantitatif merupakan salah satu tugas mata kuliah Evaluasi dan Remediasi Pembelajaran.

Dalam penulisan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Dalam penyusunan Makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dengan melimpahkan rahmat-Nya atas

semua kebaikan yang diberikan kepada saya.

Akhir kata penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 28 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran akan selalu terkandung unsur yang didalamnya memiliki
penilaian. Yang mana sebelum dilakukan penilaian perlu diadakannya analisis soal dengan
tujuan untuk memperoleh informasi dalam menentukan kesimpulan kualitas soal tes tersebut
disertai dengan adanya validitas dan reabilitas.
Analisis soal berkaitan dengan proses mengumpulkan, meringkas, dan menggunakan
informasi tentang tiap butir soal tes, terutama informasi tentang jawaban siswa terhadap butir
soal tersebut. Analisis soal untuk tes standar berbeda dengan analisis soal untuk tes buatan
guru. Yang lebih diperlukan dikelas adalah analisis soal untuk tes buatan guru. Dengan
pengertian demikian, maka yang perlu diketahui mengenai kualitas soal dengan analisis itu
adalah tingkat kesukarannya, daya pembedanya, pola jawaban soal, dan hubungan tiap butir
soal dengan skor keseluruhan.

Dalam pembuatan makalah yang berjudul Analisis Soal Kuantitatif ini penulis
menyusun makalah Penelaahan soal secara kuantitatif didasarkan pada bukti empirik. Salah
satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara empirik adalah untuk mengetahui sejauh
mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi kemampuannya
dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah kemampuannya, sehingga
pengajar dapat mengetahui dan mengukur kualitas soal yang diberikan kepada peserta didik.

2. Tujuan

Tujuan Umum

Mahasiswa mengetahui dan mampu menganalisis soal secara kuantitatif

Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui definisi analisis soal kuantitatif

2. Mampu mengetahui pendekatan analisis soal kuantitatif

3. Manfaat
1. Penulis

Dapat mengetahui analisis soal kuantitatif

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pendokumentasian dan sebagai bahan acuan bagi mahasiswa

kebidanan untuk mengetahui cara menganalisis soal secara kuantitatif.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti
empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik adalah untuk
mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi
kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah
kemampuannya.

2. Pendekatan
Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis
secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern.

2.1 Analisis Butir Soal Secara Klasik

1. Definisi

Proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna
meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes
klasik. Pada teori tes klasik, analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan
kedudukan item dalam suatu kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item
sangat tergantung pada kelompok dimana diujicobakan sehingga kualitas item
terikat pada sampel responden atau peserta tes yang memberikan respons (sample
bounded).

2. Kelebihan

a. Murah

b. Sederhan

c. Familiar

d. Dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer dan dapat


menggunakan beberapa data dari peserta tes.

3. Keterbatasan model pengukuran secara klasik bila dibandingkan dengan teori


jawaban butir soal adalah seperti berikut (Hambleton, Swaminathan, dan Rogers.

a) Tingkat kemampuan dalam teori klasik adalah "true score". Jika tes sulit
artinya tingkat kemampuan peserta didik mudah. Jika tes mudah artinya
tingkat kemampuan peserta didik tinggi.

b) Tingkat kesukaran soal didefinisikan sebagai proporsi peserta didik dalam


grup yang menjawab benar soal. Mudah/sulitnya butir soal tergantung pada
kemampuan peserta didik yang dites dan kemampuan tes yang diberikan.
c) Daya pembeda, reliabilitas, dan validitas soal/tes didefinisikan berdasarkan
grup peserta didik.

4. Kelemahan teori tes klasik di atas diperkuat Hambleton dan Swaminathan (2003:
1-3) yaitu:

a) tingkat kesukaran dan daya pembeda tergantung pada sampel

b) penggunaanmetode dan teknik untuk desain dan analisis tes dengan


memperbandingkan kemampuan siswa pada pernbagian kelompok atas,
tengah, bawah. Meningkatnya validitas skor tes diperoleh dari tingkat
kesukaran tes dihubungkan dengan tingkat kemampuan setiap siswa

c) konsep reliabilitas tes didefinisikan dari istilah tes parallel

d) tidak ada dasar teori untuk menentukan bagaimana siswa memperoleh tes yang
sesuai dengan kemampuan siswa

e) Standart Error of measurement (SEM) hanya berlaku untuk seluruh peserta


didik.

5. Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru/dosen di sekolah


seperti beberapa contoh di bawah ini.

a) Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat
pada setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang:

a. menjawab benar pada setiap soal

b. menjawab salah (option pengecoh)

c. tidak menjawab soal. Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat


kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih
peserta didik.

b) Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkah

a. urutkan skor siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah.


b. Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada
kelompok bawah.

c. Ambil kelompok tengah (12 lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam
analisis.

d. Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa kelompok atas dan bawah
pada setiap pilihan jawaban.

e. Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal.

f. Hitung daya pembeda soal.

g. Analisis efektivitas pengecoh pada setiap soal

6. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah
setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir,
dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau
frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.

a. Tingkat Kesulitan atau Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Tingkat
kesukaran dinyatakan dalam indeks kesukaran (dificulty index), yaitu angka yang
menunjukkan proporsi siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin besar
indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dan hasil hitungan, berarti semakin
mudah soal itu. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan
dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00(Aiken).

Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari


hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal
memiliki TK=0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar da
n bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar.
Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal.
Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soalyang
bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu.

Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah

seperti berikut ini (Nitko).

Tingkat kesukaran = jumlah siswa yang menjawab benar

Jumlah siswa yang mengikuti tes

Dalam hal ini, item yang baik adalah item yang tingkat kesukarannya dapat
diketahui, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Sebab, tingkat kesukaran
item itu memiliki korelasi dengan daya pembeda. Bilamana item memiliki tingkat
kesukaran yang maksimal, maka daya pembedanya akan rendah, demikian pula
bila item itu terlalu mudah maka tidak akan memiliki daya pembeda.

Oleh karena itu, sebaiknya tingkat kesukaran soal itu dipertahankan dalam batas
yang mampu memberikan daya pembeda. Namun, jika terdapat tujuan khusus
dalam penyusunan tes, maka tingkat kesukaran itu bisa dipertimbangkan.
Misalnya, tingkat kesukaran item untuk tes sumatif berbeda dengan tingkat
kesukaran pada tes diagnostik.

Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus
sebagai berikut:

TK = U + L

Keterangan:

U = jumlah siswa yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang


menjawab benar untuk tiap soal.

L = jumlah siswa yang termasuk kurang (lower group) yang


menjawab benar untuk tiap soal.
T = jumlah siswa dari kelompok pandai dan kelompok
kurang (jumlah upper group dan lower group)

Misalkan suatu tes yang terdiri atas N soal yang diberikan kepada 40 siswa. Dari
hasil tes tersebut, tiap-tiap soal dianalisis taraf kesukarannya. mula-mula hasil tes
itu kita susun kedalam peringkat, kemudian kita ambil 25% (10 lembar jawaban
siswa kelompok pandai), dan 10 lembar jawaban siswa dari kelompok yang
kurang pandai. Kemudian kita tabulasikan. Misalkan dari tabulasi soal no. 1 kita
peroleh hasil sebagai berikut: yang menjawab benar dari kelompok pandai ada 9
siswa, dan yang menjawab benar dari kelompok kurang pandai ada 4 siswa.

Dengan menggunakan rumus diatas, maka taraf kesukaran atau TK dari soal no. 1
adalah:

TK = U + L = 9 + 4 = 0,65 atau 65%

T 20

Jadi dapat disimpilkan bahwa nilai dari TK atau tingkat kesukarannya adalah
65%.

Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Daryanto, rumus untuk mencari taraf


kesukaran atau indeks kesukaran adalah:

P= B

JS

Keterangan:

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar.

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.


Contoh:

Jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut
terdapat 12 siswa yang mampu mengerjakan soal no. 1 dengan benar. Maka
berapa indeks kesukarannya?

Jawab:

P = B

JS

= 12

40

= 0,30

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan


sebagai berikut:

a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar.


b. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang.
c. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

b. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan
peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu. Semakin tinggi koofisien daya pembeda suatu butir soal, semakin
mampu butir soal tersebut membedakan antara peerta didik yang menguasai
kompetensi dengan pesertan didik yang kurang menguasai kompetensi.

Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.

1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.


Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui
apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.

2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat


mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila
suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi.


Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

DP = U L

Keterangan:

DP = indeks DP atau daya pembeda yang dicari.

U = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang mampu


menjawab benar untuk tiap soa.

L = jumlah siswa yang termasuk kurang yang menjawab benar untuk


tiap soal.

T = jumlah siswa keseluruhan.

Contoh:

Dari hasil tes psikologi kelas 11 SPG, jumlah siswa yang dites adalah 40 siswa,
sedangkan tes tersebut terdiri dari 20 soal. Setelah hasil tes tersebut diperiksa,
kemudian disusun kedalam peringkat untuk menentukan 25% siswa yang
termasuk kelompok pandai (upper group) dan 25% siswa yang termasuk
kelompok kurang (lower group).

Kemudian hasil tes tersebut ditabulasikan dengan menggunakan format tabulasi


jawaban tes, kemudian hasil tabulasi dari kedua kelompok tersebut dimasukkan
kedalam format analisis soal tes, sehingga kita dapat menghitung tingkat
kesukaran dan daya pembeda tiap soal yang kita analisis.

Misalkan dari tabulasi soal no. 1 kita peroleh hasil sebagai berikut: yang
menjawab benar dari kelompok pandai ada 10 siswa, dan yang menjawab benar
dari kelompok kurang ada 9 siswa. Maka daya pembedanya adalah:

DP = U L

= 10 9

x (20)

= 1

10

= 0,10

Jadi dapat disimpulkan bahwa indeks pembedanya adalah 0,10.

Dalam bukunya Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, dijelaskan mengenai klasifikasi


daya pembeda, yaitu:

D = 0,00 0,20 = jelek (poor).

D = 0,20 0,40 = cukup (satisfactory).

D = 0,40 0,70 = baik (good).

D = 0,70 1,00 = baik sekali (excellent)

c. Penyebaran (distribusi) jawaban


Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia.

Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh:

a. paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/siswa,


b. lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang
belum paham materi.

d. Reliabilitas Skor Tes


Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui
tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Indeks
reliabilitas berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas suatu tes (mendekati 1), makin tinggi pula
keajegan/ketepatannya.

Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat,


reproducibel, dan generalized terhadap kesempatan testing dan
instrumen tes lainnya. Secara rinci faktor yang mempengaruhi
reliabilitas skor tes di antaranya:

a. Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek suatu tes.


b. Semakin lama waktu tes, semakinajek.
c. Semakin sempit range kesukaran butir soal, semakin besar keajegan.
d. Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.

6.2 Analisis Butir Soal Secara Modern

1. Definisi

Penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir atau item response
theory. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika
untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir dengan
kemampuan siswa.
2. Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan
menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori
ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk
menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu scal dengan
kemampuan siswa. Nama lain IRT adalah latent trait theory (LTT),
atau characteristics curve theory (ICC). Asal mula IRT adalah kombinasi
suatu versi hukum phi-gamma dengan suatu analisis faktor butir soal (item
factor analysis) kemudian bernama Teori Trait Latent (Latent Trait Theory),
kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi teori jawaban butir soal
(Item Response Theory)

3. Hambleton dan Swaminathan menyatakan bahwa tujuan utama IRT adalah


memberikan kesamaan antara statistik soal dan estimasi kemampuan. Ada tiga
keuntungan IRT adalah:

a) asumsi banyak soal yang diukur pada trait yang sama, perkiraan tingkat
kemampuan peserta didik adalah independen

b) asumsi pada populasi tingkat kesukaran, daya pembeda merupakan


independen sampel yang menggambarkan untuk tujuan kalibrasi soal

c) statistik yang digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan siswa


diperkirakan dapat terlaksana. Jadi IRT merupakan hubungan antara
probabilitas jawaban suatu butir soal yang benar dan kemampuan siswa atau
tingkatan/level prestasi siswa. Namun kelemahan bekerja dengan model IRT
adalah bekerja melalui suatu proses yang sulit karena

4. Kelebihan IRT adalah

a) tanpa varian pada parameter butir soal

b) tanpa varian pada parameter abilitas

c) adanya ketepatan pada pengukuran lokal

5. Ada empat macam model IRT


a) Model satu parameter (Model Rasch) yaitu untuk menganalisis data yang
hanya menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran coal.

b) Model dua paremeter, yaitu untuk menganalisis data yang hanya


menitikberatkan pada parameter tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

c) Model tiga parameter, yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan


pada parameter tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan menebak
(guessing).

d) Model empat parameter, yaitu untuk menganalisis data yang menitikberatkan


pada parameter tingkat kesukaran soal, daya beda soal, menebak, dan
penyebab lain. Hambleton dan Swaminathan menjelaskan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan tinggi tidak selalu menjawab soal dengan betel.
Kadang-kadang mereka sembrono (mengerjakan dengan serampangan),
memiliki informasi yang berlebihan, sehingga mereka menjawab salah pada
suatu soal. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan model 4 parameter.

Dari keempat model itu tidak sama penekanannya dan sudah barang tentu tiap-
tiap model itu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan
itu dapat diklasifkasikan sesuai dengan jumlah parameter yang ditentukan
pada masing-masing model dan tujuan menggunakan model yang
bersangkutan.

A. Kalibrasi Butir Soal dan Pengukuran Kemampuan Orang.


Kalibrasi butir soal dan pengukuran kemampuan orang merupakan
proses estimasi parameter pada model respon butir. Model persamaan dasar
Rasch adalah model probabilistik yang mencakup hasil dari suatu interaksi butir
soal-orang. Proses mengestimasi kemampuan orang dinamakan
pengukuran, sedangkan proses mengestimasi parameter tingkat kesukaran butir
soal dinamakan kalibrasi. Jadi kalibrasi soal merupakan proses penyamaan
skala soal yang didasarkan pada tingkat kesukaran butir soal dan tingkat
kemampuan siswa. Adapun ciri suatu skala adalah mempunyai titik
awal, biasanya 0, dan mempunyai satuan ukuran atau unit pengukuran.
Prosedur estimasi dapat dilakukan dengan tangan atau komputer. Ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengkalibrasi butir dan
mengukur kemampuan orang dengan seperti berikut ini :
a. Menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir soal kedalam tabel.

Dalam menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir ke

dalam tabel perlu disediakan kolom: (1) siswa, (2) butir soal, (3)
skor siswa, dan (4) skor butir soal. Data berbentuk angka 1 untuk jawaban
benar dan 0 untuk jawaban salah.

b. Mengedit data

Berdasarkan model Rasch, butir soal yang dijawab siswa betul semua atau
salah semua dan siswa yang dapat menjawab dengan betul semua atau salah
semua, soal atau siswa yang bersangkutan tidak dianalisis atau dikeluarkan dari
tabel. Pada langkah kedua ini perlu disediakan tambahan
kolom: (1) proporsi skor siswa dan (2)
proporsi skor butir soal. Proporsi skor peserta didik adalah skor siswa :
jumlah butir soal; sedangkan proporsi skor soal adalah skor soal : jumlah siswa.

c. Menghitung distribusi skor soal

Berdasarkan skor soal yang sudah diedit, maka skor soal


diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan skor yang
sama. Untuk memudahkan penghitungan Distribusi skor butirsoal,

maka perlu disusun beberapa kolom di dalam tabel, seperti kolom:


(1) kelompok skor soal (i) yaitu kelompok skor yang didasarkan pada
skor soal yang sama, kolom ini berhubungan langsung dengankolom

2 dan kolom 3; (2) nomor butir soal, (3) skor soal (Si), (4) frekuensi
soal (Fi) yaitu jumlah soal yang memiliki skorsoal sama; (5) Proporsi

benar (Pi) yaitu Si : jumlah peserta tes; (6) proporsi salah (1-Pi), (7)
logit (log odds unit)-proporsi salah (Xi) yaitu Ln [(1 -Pi)/Pi], (8) hasil
kali frekuensi soal dengan logit proporsi salah (FiXi), (9)kuadrat
logit proporsi salah (FiXi)2 , (10) hasil kali frekuensi soaldengan
kuadrat logit proporsi salah(FiXi2), (11) inisial kalibrasi butirsoal
yaitu di = Xi - nilal rata-rata skor soal, dan (12) hasil kaliantara frekuensi
soal dengan kuadrat nilai rata-rata skor coal (FIX ?).
d. Menghitung distribusi skor peserta didik.

Untuk memudahkan di dalam menghitung distribusi skor peserta didik


perlu disusun beberapa kolom yaitu kolom:

a. kemungkinan skor peserta didik (r) yang disusun secara berurutan dimulai da
n skor terendah sampai tertinggi
b. skor peserta didik,yaitu berupa toil
c. skor peserta didik frekuensi peserta didik (nr) yang memperoleh skor
d. proporsi benar (Pi-) yaitu skor peserta didikdibagi jumlah soal
e. logit proporsi benar (Yr) yaitu Ln [Pr/(1-Pr)]
f. perkalian antara frekuensi siswa dengan logit proporsi benar (nrYr)
g. logic proporsi benar yang dikuadraktan (Yr kuadrat)
h. hasil perkalianantara frekuensi peserta didik dengan logic proporsi benar
yang dikuadratkan (nrYr kuadrat)
i. inisial pengukuran kemampuan peserta didik (br Yr)
j. perkalian antara frekuensi peserta didik dengan nilai rata-rata skor peserta
didik (nrYr kuadrat).
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan pada bukti
empirik. Salah satu tujuan utama pengujian butir-butir soal secara emperik adalah untuk
mengetahui sejauh mana masing-masing butir soal membedakan antara mereka yang tinggi
kemampuannya dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dari mereka yang rendah
kemampuannya.

Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis
secara kuantitatif yaitu pendekatan secara klasik dan modern. Analisis Soal Klasik adalah
Proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan
mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Pada teori tes
klasik, analisis item tes dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan item dalam suatu
kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas item sangat tergantung pada kelompok
dimana diujicobakan sehingga kualitas item terikat pada sampel responden atau peserta tes
yang memberikan respons (sample bounded). Analisis Soal Modern adalah Penelaahan butir
soal dengan menggunakan teori respon butir atau item response theory. Teori ini merupakan
suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang
menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa

Berbagai uraian diatas menunjukkan bahwa analisis butir soal memberikan manfaat: (1)
menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi denganbaik; (2) meningkatkan butir
soal melalui tiga komponen analisis yaitu, tingkatan kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh
soal; (3) merevisi soalyang tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai dengan
banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.

2. Saran

Ketika kita menjadi pengajar dan pendidik, sebaiknya dalam penyusunan instrumen tes,
seperti soal tes hendaknya disesuaikan dengan kriteria penyusunan soal yang baik dan benar.
Dimana, tingkat kesukarannya diperhatikan, daya pembeda disesuaikan, pengecoh soal
berfungsi dengan baik. Dan juga ketika diuji dengan validitas maupun reliabilitas sesuai
dengan kualitas dan metode pembelajaran yang menjunjung tinggi cita-cita guru Indonesia
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga mampu menganalisis soal secara kuantitatif
ataupun kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Sukiman. 2008. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Sudijono Anas. 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Grafindo Persada

http://aboodeemaz.blogspot.co.id/2011/08/analisis-butir-soal-secara-kuantitatif.html. Dilihat

pukul 11.00 WIB tanggal 27 November 20016.

Evaluasi Pendidikan/705-analisis-hasilanalisis-butir-soal.htm. Dilihat Pukul 18.00 WIB

tanggal 27 November 2016

Anda mungkin juga menyukai