Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYAKIT HIPERTENSI

OLEH
DEBORA CHRISTIANINGTYAS
083210122

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Penyakit Kardiovaskuler


Sub Pokok Bahasan : Pengenalan Penyakit Hipertensi
Sasaran : Keluarga Bapak KM
Hari/tgl : Selasa , 22 Maret 2011
Pukul : 18.00 - 18.30 Wita
Penyaji : Debora Christianingtyas
Tempat : Ruang tamu keluarga Bapak KM

I. Latar Belakang
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah
menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama
besar di negara berkembang maupun di negara maju.1 Hipertensi merupakan salah satu
faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi
dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan
penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita
mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES
III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31%
pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90
mmHg.3 Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah
pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi
minum obat kemungkinan lebih besar.

II. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga Bapak
KM mengerti tentang penyakit Hipertensi
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan penyebab hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Menyebutkan penatalaksaan hipertensi

III. Kegiatan penyuluhan


A. Garis besar materi
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Penatalaksanaan hipertensi

B. Metoda :
1. Ceramah
2. Tanya jawab

C. Setting Tempat

Bpk.KM

Ibu NS
MATE

PENY
AJI
RI
Meja

DC

SP

D. Langkah- langkah Kegiatan Penyuluhan


KEGIATAN
NO WAKTU
PENYULUH KELUARGA/PENUNGGU
1. Pembukaan :
1. Memberikan salam 1. Membalas salam
2. Mendengarkan
pembuka
3. Mendengarkan 5 menit
2. Memperkenalkan diri
4. Mengungkapkan hal-hal yang
3. Menyampaikan tujuan
diketahui tentang hipertensi
penyuluhan
4. Apersepsi
2. Kegiatan inti penyuluhan 15 menit
Menyampaikan materi
tentang :
1. Menjelaskan
Menyimak dan memperhatikan
pengertian hipertensi
2. Menjelaskan penyuluhan
penyebab hipertensi
3. Menjelaskan
tanda dan gejala
hipertensi
4. Menjelaskan
penatalaksanaan
hipertensi
3. Penutup
1. Melakukan tanya jawab 1. Menanyakan hal-hal yang
2. Mengevaluasi pemahaman
belum diketahui
sasaran tentang materi 2. Menjawab pertanyaan yang
yang diberikan diberikan 10 menit
3. Menyimpulkan materi 3. Mendengarkan
4. Membalas salam
yang telah diberikan
4. Mengucapkan permintaan
maaf dan salam penutup

IV. Alat penyuluhan


A. Alat
1. Leaflet
V. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Media/leaflet sudah disiapkan
SAP/materi sudah disiapkan
2. Evaluasi Proses
Kegiatan berlangsung tepat waktu
Peserta yang hadir 90% dari jumlah total
peserta
Tempat: Ruang tamu keluarga Bapak KM
Peserta yang aktif bertanya 80% dari total
peserta.
3. Evaluasi Hasil
a. 80% anggota keluarga dapat menyebutkan mengenai definisi Penyakit
Hipertensi.
b. 80% anggota keluarga dapat menyebutkan kembali penyebab Penyakit
Hipertensi.
c. 80% anggota keluarga dapat menyebutkan kembali tanda dan gejala
Penyakit Hipertensi.
d. 80% anggota keluarga dapat menyebutkan kembali penatalaksanaan
Hipertensi.

VI. Lampiran-lampiran
a. Materi
b. Leaflet
Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN PENYAKIT HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg
dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
(http://www.ningharmanto.com/2009/01/hipertensi/)
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi
jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih
besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai normal. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada
tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu.
2. Penyebab Hipertensi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara
mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi
2 jenis :
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi). Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab;
beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan
bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat
dari adanya penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil
KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
Stenosis arteri renalis
Pielonefritis
Glomerulonefritis
Tumor-tumor ginjal
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
Hiperaldosteronism
Sindroma Cushing
Feokromositoma
3. Obat-obatan
Pil KB
Kortikosteroid
Siklosporin
Eritropoietin
Kokain
Penyalahgunaan alkohol
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
Koartasio aorta
Preeklamsi pada kehamilan
Porfiria intermiten akut
Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1. Peningkatan kecepatan denyut jantung
2. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

3. Tanda dan gejala Hipertensi


Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya
berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak nafas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

4. Penatalaksanaan Hipertensi
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah
raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam
lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya
ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan
non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek
pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara
pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi
lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin
dan Reserpin.
Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-
hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang
mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor
resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
POST TEST

Coba Bapak/Ibu sebutkan pengertian hipertensi


Coba Bapak/Ibu sebutkan penyebab hipertensi
Coba Bapak/Ibu sebutkan tanda dan gejala hipertensi
Coba Bapak/Ibu sebutkan penatalaksanaan hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3. Jakarta :EGC
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6
volume 1. Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
http://www.scribd.com/doc/11554397/Paper-Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai