Berdo
Berdo
doa.[2]
Maksud hadits ini adalah kalian harus merasa yakin dan percaya bahwa Allah
dengan kemurahan-Nya dan karunia-Nya yang agung tidak akan mengecewakan
seseorang yang berdoa kepada-Nya, apabila dipanjatkan dengan penuh
pengharapan dan ikhlas yang sebenar-benarnya. Hal ini disebabkan apabila
seseorang yang berdoa tidak percaya dan yakin akan terkabulnya doa yang ia
panjatkan, maka tidaklah mungkin ia memanjatkan doanya dengan bersungguh-
sungguh.
Hal ini berdasarkan hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata,
Telah bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
:
:
.
:
.
7. Berdoa dengan lafazh yang singkat dan padat namun maknanya luas
Yaitu dengan perkataan ringkas dan bermanfaat yang menunjukkan pada makna
yang luas dengan lafazh yang pendek dan sampai kepada maksud yang diminta
dengan menggunakan susunan kata yang paling sederhana (tidak bersajak-sajak)
sebagaimana keterangan yang terdapat dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad Imam
Ahmad dari Aisyah bahwasanya ia berkata:
Salah satu contoh dari doa ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Farwah bin
Naufal, ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah tentang doa yang senantiasa
dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata, Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam senantiasa mengucapkan doa:
.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah
aku kerjakan dan dari keburukan yang belum aku kerjakan.[8]
Sedangkan contoh yang lain adalah hadits Abu Musa al-Asyari, dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam bahwasanya beliau senantiasa berdoa dengan doa berikut:
8. Orang yang berdoa hendaknya memulai dengan mendoakan diri sendiri (jika
hendak mendoakan orang lain)
...Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami... [Al-Hasyr/59: 10]
Musa berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
ke dalam rahmat Engkau [Al-Araaf/7: 151]
Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-
orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat). [Ibrahim/14: 41]
Dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Kaab, ia berkata,
Namun hal tersebut bukan merupakan kebiasaan dari Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam dan terkadang memang benar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
mendoakan orang lain tanpa mendoakan dirinya sendiri sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam kisah Hajar:
Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ibu Nabi Ismail, seandainya beliau
membiarkan air Zamzam (mengalir bebas) niscaya ia menjadi mata air yang terus
mengalir.[11]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis Abdul Hamid bin Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah
Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H -
Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481).
Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam
Shahiihul Jaami (no. 3988).
[2]. Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunannya (no. 3479). Dihasankan
oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no.
594).
[3]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Hakim (II/98-99) dari Sahabat Ali bin Rabiah. Lihat
Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1653), karya Syaikh Muhammad Nashiruddin
al-Albani rahimahullah.
[4]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6338) dan Muslim (no. 2678). Lafazh
hadits ini berdasarkan riwayat al-Bukhari.
[5]. Dhaif: Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (no. 1497). Didhaifkan
oleh Syaikh al-Albani t dalam Dhaiif Sunan Abi Dawud (no. 1050).
[6]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 240) dan Muslim (no. 1794 (107)).
[7]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1482), Ahmad (VI/148, 189) dan al-
Hakim (I/539). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-
Jaamiish Shaghiir (no. 4949).
[8]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2716).
[9]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6399) dan Muslim (no. 2719 (70)).
[10]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3385) dan Abu Dawud (no. 3984).
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-Jaamiish Shaghiir
(no. 4723).
[11]. Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (V/ 121, no. 21163).
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahiihah (no. 1669).
[12]. Dalilnya firman Allah Taala:
:
.
Rabb kita (Allah) turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang
terakhir seraya berfirman; Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku saat ini, niscaya
Aku akan memperkenankannya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku
akan memberikannya, barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuninya. [HR. Al-Bukhari no. 1145, Muslim no. 758 dan at-Tirmidzi
no. 3498]
Doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak, maka
berdoalah. [HR. Abu Dawud no. 521, at-Tirmidzi no. 212, Ahmad III/155 dan at-
Tirmidzi berkata: Hadits hasan shahih. Syaikh al-Albani menshahihkan dalam
Shahiihul Jaami no. 3408).
Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika dia
sedang sujud (kepada Rabb-nya), maka perbanyaklah doa (dalam sujud kalian).
[HR. Muslim no. 482, Abu Dawud no. 875 dan an-Nasa-i II/226 no. 1137]
Dua waktu yang tidak akan ditolak (permohonan yang dipanjatkan di dalamnya,
atau sedikit kemungkinan untuk ditolak, yaitu doa setelah (dikumandangkan)
adzan dan doa ketika berkecamuk peperangan, tatkala satu dan lainnya saling
menyerang. [HR. Abu Dawud no. 2540, ad-Darimi no. 1200, Syaikh al-Albani
menshahihkan dalam Shahiihul Jami no. 3079].
Pada hari itu (hari Jumat) terdapat waktu-waktu tertentu, tidaklah seorang hamba
berdiri melaksanakan shalat dan berdoa memohon sesuatu kepada Allah,
melainkan Allah pasti akan mengabulkannya. Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa
sallam memberikan isyarat dengan tangannya (yang menggambaran) waktu itu
pendek. [HR. Al-Bukhari no. 935 dan Muslim no. 852 (13)]
Waktu itu adalah saat setelah shalat Ashar sebagaimana yang dikuatkan oleh Ibnul
Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maad (I/390).
...
Sebaik-baik doa ialah doa hari Arafah [HR. At-Tirmidzi no. 3585, Malik dalam al-
Muwaththa no. 500, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albani di dalam Shahiihul Jami no. 3274 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no.
1503]
[18]. Dari Sahl bin Saad Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
Dua waktu yang padanya sebuah permohonan (doa) tidak akan ditolak oleh Allah,
doa ketika setelah dikumandangkan adzan dan doa ketika turun hujan. [HR. Al-
Hakim II/114, Abu Dawud no. 3540. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
menghasankannya dalam Shahihul Jami no. 3078]
[19]. 10 hari terakhir bulan Ramadhan (di dalamnya terdapat Lailatul Qadar). Dari
Aisyah Radhiyallahu anhuma ia berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah
yang sebaiknya aku baca pada Lailatul Qadar? Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menjawab, Bacalah: