Anda di halaman 1dari 7

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya

doa.[2]

Maksud hadits ini adalah kalian harus merasa yakin dan percaya bahwa Allah
dengan kemurahan-Nya dan karunia-Nya yang agung tidak akan mengecewakan
seseorang yang berdoa kepada-Nya, apabila dipanjatkan dengan penuh
pengharapan dan ikhlas yang sebenar-benarnya. Hal ini disebabkan apabila
seseorang yang berdoa tidak percaya dan yakin akan terkabulnya doa yang ia
panjatkan, maka tidaklah mungkin ia memanjatkan doanya dengan bersungguh-
sungguh.

3. Mengakui dosa-dosa yang diperbuat. Perbuatan tersebut mencerminkan


sempurnanya penghambaan terhadap Allah

Hal ini berdasarkan hadits dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, ia berkata,
Telah bersabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

:
:

.

Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya apabila ia berkata: Tidak ada


sesembahan yang hak kecuali Engkau, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku
sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku karena sesungguhnya tidak ada yang
mengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau. Allah berfirman, Hamba-Ku telah
mengetahui bahwa baginya ada Rabb yang mengampuni dosa dan
menghukum.[3]

4. Bersungguh-sungguh dalam berdoa


Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu,
bahwasanya ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila salah seorang di antara kalian berdoa maka hendaklah ia bersungguh-


sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, Ya Allah,
apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah doaku ini, karena sesungguhnya tidak ada
yang memaksa Allah.[4]

Maksud dari bersungguh-sungguh dalam berdoa adalah terus-menerus dalam


meminta dan memohon kepada Allah dengan mendesak.

5. Mendesak terus-menerus dalam berdoa


Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata,
:
.

Mantel kepunyaannya telah dicuri, kemudian ia mendoakan kejelekan kepada


orang yang mencurinya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Jangan engkau meringankannya.[5]

Maksudnya janganlah engkau meringankan dosa perilaku mencurinya dengan


doamu untuk kejelekannya.

6. Berdoa dengan mengulanginya sebanyak tiga kali


Telah diriwayatkan dengan shahih dalam as-Sunnah, sebagaimana hadits riwayat
Muslim yang panjang dari Sahabat Ibnu Masud Radhiyallahu anhu, ia berkata,


:


.

Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selesai dari shalatnya, beliau


mengeraskan suaranya, kemudian mendoakan kejelekan bagi mereka dan apabila
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa, beliau ulang sebanyak tiga kali dan
apabila beliau Shallallahu alaihi wa sallam memohon, diulanginya sebanyak tiga
kali kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam berdoa: Ya Allah, atas-Mu
kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah, atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy, Ya Allah,
atas-Mu kuserahkan kaum Quraisy.[6]

7. Berdoa dengan lafazh yang singkat dan padat namun maknanya luas
Yaitu dengan perkataan ringkas dan bermanfaat yang menunjukkan pada makna
yang luas dengan lafazh yang pendek dan sampai kepada maksud yang diminta
dengan menggunakan susunan kata yang paling sederhana (tidak bersajak-sajak)
sebagaimana keterangan yang terdapat dalam Sunan Abi Dawud dan Musnad Imam
Ahmad dari Aisyah bahwasanya ia berkata:

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sangat menyukai berdoa dengan doa-doa


yang singkat dan padat namun makna-nya luas dan tidak berdoa dengan yang
selain itu.[7]

Salah satu contoh dari doa ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Farwah bin
Naufal, ia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah tentang doa yang senantiasa
dipanjatkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata, Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam senantiasa mengucapkan doa:

.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah
aku kerjakan dan dari keburukan yang belum aku kerjakan.[8]

Sedangkan contoh yang lain adalah hadits Abu Musa al-Asyari, dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam bahwasanya beliau senantiasa berdoa dengan doa berikut:

Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahan-kesalahanku,


kebodohanku, serta sikap berlebihanku dalam urusanku dan segala sesuatu yang
Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan
kepadaku atas keseriusanku dan candaku, kekeliruanku dan kesengajaanku, semua
itu ada pada diriku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas apa-apa yang telah
aku lakukan dan yang belum aku lakukan, apa-apa yang aku sembunyi-kan dan
yang aku tampakkan, serta apa-apa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku,
Engkaulah Yang Mahamendahulukan (hamba kepada rahmat-Mu) dan Yang
Mahamengakhirkan, Engkaulah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.[9]

8. Orang yang berdoa hendaknya memulai dengan mendoakan diri sendiri (jika
hendak mendoakan orang lain)

Sebagaimana firman Allah Taala:

...Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami... [Al-Hasyr/59: 10]

Firman-Nya yang lain:

Musa berdoa: Ya Rabbku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
ke dalam rahmat Engkau [Al-Araaf/7: 151]

Firman-Nya yang lain:

Ya Rabb-ku, berikanlah ampun kepadaku dan kedua ayah ibuku dan sekalian orang-
orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat). [Ibrahim/14: 41]
Dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Kaab, ia berkata,

Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ingat kepada seseorang, maka


beliau mendoakannya dan sebelumnya beliau mendahulukan berdoa untuk dirinya
sendiri.[10]

Namun hal tersebut bukan merupakan kebiasaan dari Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam dan terkadang memang benar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
mendoakan orang lain tanpa mendoakan dirinya sendiri sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam kisah Hajar:

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Ibu Nabi Ismail, seandainya beliau
membiarkan air Zamzam (mengalir bebas) niscaya ia menjadi mata air yang terus
mengalir.[11]

9. Memilih berdoa di waktu yang mustajab (waktu yang pasti dikabulkan), di


antaranya adalah:
a. Pada waktu tengah malam[12]
b. Di antara adzan dan iqamah[13]
c. Di saat dalam sujud[14]
d. Ketika adzan
e. Ketika sedang berkecamuk peperangan[15]
f. Setelah waktu Ashar pada hari Jumat[16]
g. Ketika hari Arafah[17]
h. Ketika turun hujan[18]
i. Ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan (Lailatul Qadar). (Lihat ad-Dua, karya
Abdullah al-Khudhari).[19]

[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis Abdul Hamid bin Abdirrahman as-
Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah
Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H -
Maret 2006M]
_______
Footnote
[1]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481).
Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah dalam
Shahiihul Jaami (no. 3988).
[2]. Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunannya (no. 3479). Dihasankan
oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no.
594).
[3]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Hakim (II/98-99) dari Sahabat Ali bin Rabiah. Lihat
Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1653), karya Syaikh Muhammad Nashiruddin
al-Albani rahimahullah.
[4]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6338) dan Muslim (no. 2678). Lafazh
hadits ini berdasarkan riwayat al-Bukhari.
[5]. Dhaif: Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya (no. 1497). Didhaifkan
oleh Syaikh al-Albani t dalam Dhaiif Sunan Abi Dawud (no. 1050).
[6]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 240) dan Muslim (no. 1794 (107)).
[7]. Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1482), Ahmad (VI/148, 189) dan al-
Hakim (I/539). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-
Jaamiish Shaghiir (no. 4949).
[8]. Shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2716).
[9]. Shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6399) dan Muslim (no. 2719 (70)).
[10]. Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3385) dan Abu Dawud (no. 3984).
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih al-Jaamiish Shaghiir
(no. 4723).
[11]. Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (V/ 121, no. 21163).
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-
Shahiihah (no. 1669).
[12]. Dalilnya firman Allah Taala:

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). [Adz-


Dzaaariyat/51: 18]

Hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam


bersabda:

:
.

Rabb kita (Allah) turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang
terakhir seraya berfirman; Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku saat ini, niscaya
Aku akan memperkenankannya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku
akan memberikannya, barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuninya. [HR. Al-Bukhari no. 1145, Muslim no. 758 dan at-Tirmidzi
no. 3498]

[13]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

Doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak, maka
berdoalah. [HR. Abu Dawud no. 521, at-Tirmidzi no. 212, Ahmad III/155 dan at-
Tirmidzi berkata: Hadits hasan shahih. Syaikh al-Albani menshahihkan dalam
Shahiihul Jaami no. 3408).

[14]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika dia
sedang sujud (kepada Rabb-nya), maka perbanyaklah doa (dalam sujud kalian).
[HR. Muslim no. 482, Abu Dawud no. 875 dan an-Nasa-i II/226 no. 1137]

[15]. Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Dua waktu yang tidak akan ditolak (permohonan yang dipanjatkan di dalamnya,
atau sedikit kemungkinan untuk ditolak, yaitu doa setelah (dikumandangkan)
adzan dan doa ketika berkecamuk peperangan, tatkala satu dan lainnya saling
menyerang. [HR. Abu Dawud no. 2540, ad-Darimi no. 1200, Syaikh al-Albani
menshahihkan dalam Shahiihul Jami no. 3079].

[16]. Setelah Ashar pada hari Jumat, dalilnya:

Pada hari itu (hari Jumat) terdapat waktu-waktu tertentu, tidaklah seorang hamba
berdiri melaksanakan shalat dan berdoa memohon sesuatu kepada Allah,
melainkan Allah pasti akan mengabulkannya. Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa
sallam memberikan isyarat dengan tangannya (yang menggambaran) waktu itu
pendek. [HR. Al-Bukhari no. 935 dan Muslim no. 852 (13)]

Waktu itu adalah saat setelah shalat Ashar sebagaimana yang dikuatkan oleh Ibnul
Qayyim dalam kitabnya Zaadul Maad (I/390).

[17]. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

...

Sebaik-baik doa ialah doa hari Arafah [HR. At-Tirmidzi no. 3585, Malik dalam al-
Muwaththa no. 500, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albani di dalam Shahiihul Jami no. 3274 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no.
1503]
[18]. Dari Sahl bin Saad Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:

Dua waktu yang padanya sebuah permohonan (doa) tidak akan ditolak oleh Allah,
doa ketika setelah dikumandangkan adzan dan doa ketika turun hujan. [HR. Al-
Hakim II/114, Abu Dawud no. 3540. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
menghasankannya dalam Shahihul Jami no. 3078]

[19]. 10 hari terakhir bulan Ramadhan (di dalamnya terdapat Lailatul Qadar). Dari
Aisyah Radhiyallahu anhuma ia berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah
yang sebaiknya aku baca pada Lailatul Qadar? Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam menjawab, Bacalah:

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemberi maaf dan mencintai pemberian


maaf, maka maafkanlah aku. [HR. At-Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850.
Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jami no. 4423].

Anda mungkin juga menyukai