Anda di halaman 1dari 28

Kepada Yth

dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A, Msi, Med

REFLEKSI KASUS

Seorang Anak dengan Demam Tifoid dan Status Gizi Baik

oleh :
Indit Septi Pamuji
30101206773
Pembimbing:
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, Msi.Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, Msi.Med
dr. Neni Sumarni, Sp.A
dr. Adriana, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2017

0
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.DS
Umur : 4 tahun 4 bulan
Berat Badan : 19 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Genuk Sari, Semarang
Bangsal : nakula lantai 4
Masuk RS : 15 febuari 2017

Nama Ayah : Tn. D


Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. S


Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA

II. DATA DASAR


1. Anamnesis ( Alloanamnesis )
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan dengan ibu pasien
dilakukan pada tanggal 16 Febuari 2017 pukul 16.00 WIB di Bangsal nakula dan
didukung dengan catatan medis.

- Keluhan Utama : Demam


- Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit :
- 7 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien tidak masuk sekolah
karena demam, demam naik turun. Demam dirasa lebih tinggi pada saat

1
malam hari kemudian turun pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu
normal. Saat demam muncul pasien tidak mengigau, tidak menggigil,
tidak kejang, tangan dan kaki tidak dingin. Ibu pasien mengatakan
pasien mual dan muntah setiap kali makan. Pasien juga mengeluhkan
pusing. Keluhan batuk (-) dan pilek (-). BAK lancar seperti biasa dan
tidak nyeri. BAB normal. Ibu pasien mengaku jika anaknya lebih suka
jajan makanan dan minuman di PAUD, jarang mencuci tangan sebelum
makan.
- 6 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan masih
muntah setiap kali makan. Kemudian pasien diperiksakan ke bidan dan
diberi obat paracetamol dan obat anti muntah. Esok harinya pasien
sudah tidak panas, mual dan muntah sudah berkurang. Pasien dapat
bersekolah seperti biasa.
- 3 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien kembali demam, tampak
lemah, pusing, nyeri perut, dan mual. Pasien sudah tidak BAB selama 3
hari SMRS. BAK seperti biasa.
- 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,
tampak lemah, masih ada keluhan nyeri perut, pusing, dan mual
muntah setiap kali makan. Pasien belum BAB selama 3 hari terakhir,
namun BAK normal seperti biasa. Oleh ibu pasien, anak dibawa ke
IGD RSUD Kota Semarang.

- Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat sering jajan sembarangan di sekolah.
- Pasien pernah sakit seperti ini sebelumnya sekitar 2 tahun lalu dan dirawat
di rumah sakit
- Riwayat pasien dan anggota keluarga berkunjung ke daerah endemis
malaria disangkal.
- Riwayat anak nyeri saat kencing disangkal.
- Riwayat batuk lebih dari 3 minggu disangkal, riwayat demam lebih dari 2
minggu disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau turun
disangkal, riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal..

2
- Riwayat Penyakit Keluarga :
- Ibu pasien pernah mengalami keluhan serupa satu tahun yang lalu

- Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan saudara laki-laki. Ayah
pasien bekerja sebagai sopir di suatu perusahaan, ibu pasien sebagai ibu rumah
tangga. Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Air untuk minum berasal dari air
galon dan air untuk keperluan sehari-hari berasal dari sumur. Rumah dengan 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi di dalam rumah terletak di dekat
dapur. Dinding rumah dari tembok. Lantai terbuat dari keramik. Rumah saling
berdampingan dengan tetangga lainnya.
Kesan : Sosial ekonomi cukup

- Riwayat Persalinan dan Kehamilan :


Anak laki- laki lahir dari ibu P 2A0, hamil aterm, lahir secara spontan di
bidan, langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan saat
lahir, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat,tidak ada
kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir secara spontan, vigorous baby

- Riwayat Pemeliharaan Prenatal :


Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur ke puskesmas terdekat.
Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 9 bulan pemeriksaan
dilakukan 1x/bulan. Selama hamil ibu telah mendapat suntikan TT 1x. Ibu
mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat
perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal. Obatobat yang diminum selama
kehamilan adalah vitamin dan tablet penambah darah
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik

- Riwayat Pemeliharaan Postnatal :


Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik

3
- Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2800 gram. Berat badan sekarang 19 kg, tinggi badan
sekarang 104 cm.

Perkembangan :
- Senyum : Ibu tidak ingat
- Miring : 3 bulan
- Tengkurap : 5 bulan
- Duduk : 9 bulan
- Berdiri : 11 bulan
- Berjalan : 16 bulan
- Berbicara 1 kata : 12 bulan
- Menyusun kalimat : 2 tahun
Saat ini anak berusia 4 tahun 4 bulan , berbicara lancar, interaksi dengan
teman-teman baik, tidak ada gangguan emosional.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur.

- Riwayat Makan dan Minum Anak


Pasien sejak lahir tidak diberikan ASI karena Ibu pasien mengakui
bahwa ASInya tidak keluar. Sehingga pasien minum susu formula sejak
lahir. Selain susu formula, pasien juga sudah mulai diberikan makanan
pendamping ASI berupa pisang yang dilumat halus, bubur tuna, mulai usia
4 bulan. Setelah 2 tahun sampai sekarang anak mendapat tambahan berupa
makanan padat seperti anggota keluarga yang lain.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan kurang baik

- Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B, HB0 : 0 bulan
BCG (scar +), Polio I : 1 bulan
DPT+HepB+HiB (Pentabio I), Polio II : 2 bulan
Pentabio II, Polio III : 3 bulan
Pentabio III, Polio IV : 4 bulan
Campak : 9 bulan
Tifoid :-

4
Kesan : Imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu.

- Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi

- Pemeriksaan Status Gizi


Anak laki-laki usia 4 tahun 4 bulan
Berat badan 19 kg
Tinggi badan 104 cm
Pemeriksaan status gizi (Z score) :
BB/U = BB Median = 19 17 = -1,1SD (gizi baik)

SD 1,8

TB/U = TB Median = 104 105,6 = -0,3 SD (Normal)

SD 4,4

BB/TB = BB Median = 19 16,3 = 1,8 (Normal)

SD 1,5

Kesan : status gizi baik

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 16 Febuari 2017 pukul 16.00 WIB. Anak laki-laki
usia 4 tahun 4 bulan, berat badan 19 kg, tinggi badan 104 cm.
1. Keadaan Umum : composmentis, lemah, tampak sedang, gizi baik.
2. Tanda vital :
- Nadi : 110 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
- Laju nafas : 24x/ menit
- Suhu : 37,6 C
3. Status Internus
a. Kepala : Normocephale, kulit kepala tidak ada kelainan, rambut hitam dan
distribusi merata
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-)

5
c. Mata : Pupil bulat, isokor, 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, discharge (-/-), nyeri (-/-)
f. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-), lidah kotor di tengah
(+), tepi hiperemis, tidak tremor.
g. Tenggorok : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
tidak hiperemis, faring hiperemis (-)
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kaku kuduk (-)
i. Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan
epigastrial (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : vesikuler
suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi batas jantung :
atas : ICS II linea parasternalis sinistra
pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V, 2 cm medial linea mid claviculasinistra
- Auskultasi :BJ I-IInormal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
j. Abdomen :
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani (+)
- Palpasi : supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada regio epigastrium,

6
hepar teraba 4 cm dibawah arcus costa, tepi tajam dan rata. Lien
dalam batas normal
k. Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan
l. Anus : (+)
m.Ekstremitas :

Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan 15/2/1 16/2/1


7 7

Hb 11.2 11.6

Ht 28 29.3

Leukosit 11.600 11.500

Trombosit 266.000 358.000

S typhii O (+)
Pemeriksaan Serologi
- Widal 1/320 Salmonella typhii O
(+) 1/320 S typhii H (+)
- Widal 1/320 Salmonella typhii H
(+) 1/320
Kesan : infeksi demam typhoid

V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 4 tahun 4 bulan, BB 19 kg, TB 104 cm
dengan keluhan demam 7 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien tidak masuk
sekolah karena demam, demam naik turun. Demam dirasakan lebih tinggi pada saat
malam hari kemudian mulai turun pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu normal.
Ibu pasien mengatakan pasien mual dan muntah setiap kali makan. Pasien juga

7
mengeluhkan pusing. Ibu pasien mengaku jika anaknya lebih suka jajan makanan dan
minuman di PAUD, jarang mencuci tangan sebelum makan.
6 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan masih muntah
setiap kali makan. Kemudian pasien diperiksakan ke bidan dan diberi obat
paracetamol dan obat anti muntah. Esok harinya pasien sudah tidak panas, mual dan
muntah sudah berkurang. Pasien dapat bersekolah PAUD seperti biasa.
3 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien kembali demam, tampak lemah,
pusing, nyeri perut, dan mual. Pasien sudah tidak BAB selama 3 hari SMRS. BAK
seperti biasa. 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,
tampak lemah, masih ada keluhan nyeri perut, pusing, dan mual muntah setiap kali
makan. Pasien belum BAB selama 3 hari terakhir, namun BAK normal seperti biasa.

Hasil Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : composmentis, lemah, tampak sakit sedang, gizi baik
- Tanda vital :
Nadi : 110 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Laju nafas : 24x/ menit
Suhu : 37,6 C
- Status Internus
Mulut : lidah kotor di tengah, tepi hiperemis.
Abdomen : nyeri tekan epigastrium, hepar teraba 4 cm dibawah arcus
costa, tepi tajam dan rata

Hasil Pemeriksaan Penunjang


- Serologi :
- Widal Salmonella typhii O (+) 1/320
- Widal Salmonella typhii H (+) 1/320

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Demam tifoid
2. Malaria
3. ISK
4. TBC
VII. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Demam tifoid

8
2. Status gizi baik

VIII. TERAPI
Medikamentosa
Infus Kaen 3B 30 cc/jam 10 tpm

Injeksi :
Inj. Ondansetron 2 mg k/p
Inj Kloramfenicol 4x250 mg
Per oral : PCT syr 3 x 2 cth jika demam >38,5
Non medikamentosa
- Tirah baring
- Diet ditunda dulu karena penderita mual muntah
- Rencana diet :
Diet lunak (bisa bubur atau nasi, dengan syarat dikunyah hingga lembut)
Rendah serat (sayur bayam, sop wortel,buncis muda)
Tinggi protein ( hati ayam, daging, telur rebus, tempe,tahu, susu)
Menghindari makanan pedas, berbumbu tajam atau merangsang
Dengan target diet 3x lunak, rendah serat dan tinggi protein

Program: Evaluasi KU, TTV

IX. USULAN
Cek darah ulang
Kultur darah

X. EDUKASI
1. Tirah baring dan istirahat cukup.
2. Minum obat teratur
3. Menjaga higiene personal, keluarga dan sanitasi lingkungan termasuk cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan BAK dan memotong kuku
4. Makan makanan rendah serat,lunak (bubur), lalu berangsur-angsur pindah ke
makanan biasa (nasi) atau boleh makan nasi tetapi dikunyah lembut.
5. Mengurangi jajan sembarangan.
6. Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi yang
bisa terjadi.

9
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

DEMAM TIFOID

I. Pendahuluan

10
Demam tifoid atau yang dikenal dengan nama lain dari enteric fever, tifus

abdominalis adalah merupakan penyakit infeksi akut usus halus, yang terdapat

diseluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada keadaan iklim, tetapi lebih

banyak dijumpai dinegara-negara sedang berkembang didaerah tropis, Hal ini

disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan dan kebersihan

individu yang kurang baik 1.

Dikenal juga demam paratifoid yaitu merupakan infeksi pada usus halus

dimana biasanya lebih ringan dan menunjukan manifestasi klinis yang sama atau

menyebabkan enteretis akut 1.

Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, tidak ada

kesesuaian paham mengenai hubungan antara musim dan peningkatan jumlah kasus

demam tifoid, ada penelitian yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada

jumlah kasus pada musim hujan, ada yang mendapatkan peningkatan pada musim

kemarau dan ada pula yang mendapatkan peningkatan pada peralihan musim kemarau

dan musim hujan 1.

II. Definisi

Tifus abdominalis ( demam tifoid, enteric fever ) adalah penyakit infeksi

akutyang biasanya terdapat pada pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang

lebih dari satu minggu gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran 2.

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkanoleh kumamn

Salmonella tiphy 3

Demam tifoid adalah infeksi penyakit akut yang biasanya mengenai saluran

cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, terdapat gangguan saluran pencernaan

dan gangguan kesadaran 4.

11
III. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhosa, termasuk famili

Enterobakteriaceae dari genus Salmonella kuman berbentuk batang, basil gram

negative, bergerak dengan rambut getar,tidak berspora, berkapsul tumbuh baik pada

suhu optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang

mengandung empedu 2. Kuman ini mati pada pemanasan suhu 54,40C selama satu

jam dan 600C selama 15 menit serta tahan terhadap pembekuan dalam jangka lama,

Salmonella mempunyai karakteristik fermentasi terhadap glukosa dan manosa namun

tidak terhadap laktosa dan sukrosa 3.

Kuman ini mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu 2,4:

1. Antigen O ( somatic, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida )

2. Antigen H ( flagel )

3. Antigen Vi ( virulensi )

Dalan serum penderita terdapat zat anti ( aglutinin ) terhadap ketiga macam antigen

tersebut.

IV. Epidemiologi

Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia. Penyakit ini

termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang- undang nomor 6 tahun

1962 tentrang wabah. Penderita anak yang ditemukan biasanya diatas satu tahun,

sebagian besar dari penderita ( 80 % ) yang dirawat berumur diatas 5 tahun 2.

Kelompok penyakit menular ini dapat menyerang banyak orang, sehiongga dapat

menimbulkan wabah, walaupun demam tifoid tercantum dalam undang- undang

12
wabah dan wajib dilaporkan, namun data yang lengkap belum ada sehingga gambaran

epidemiologisnya belum diketahui secara pasti 1.

Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,

serta berkaitan erat dengan sanitasi yang buruk. Angka kejadian demam tifoid di

Indonesia diperkirakan 350 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau kurang

lebih sekitar 600.000 1,500.000 kasus setiap tahunnya. Diantara penyakit yang

tergolong penyakit infeksi usus demam tifoid menduduki urutan kedua setelah

gastroenteritis 3.

Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih

sering bersifat sporadic (terpencar pencar di suatu daerah) dan jarang menimbulkan

lebih dari satu kasus pada orang orang serumah. Sumber penularan biasanya tidak

dapat ditemukan .

Ada dua sumber penularan S.typhi : Pasien dengan demam tifoid dan yang

lebih sering carrier. Orang- orang tersebut mengekresikan 10 9 sampai 1011 kuman per

gram tinja. Didaerah endemic transmisi terjadi melalui air yang tercemar, makanan

yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang lebih sering didaerah

nonendemik, Carrier adalah orang yang sembuh dariu demam tifoid dam masih terus

mengekresi S. typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun 3.

V. Klasifikasi klinis diagnosis demam tifoid( Susfected typhoid fever )

1. Suspek demam tifoid

- Demam miningkat bertahap, 7 hari

- Dengan atau tampa gejala intestinal

- Dapat disertai gangguan kesadaran

2. Demam tifoid klinis ( Probable typhoid fever )

13
- Suspek demam tifoid

- Didukung laboratorium positif : pemeriksaaan widal,titer widal O 1/320

3. Demam tifoid konfirmasi ( Confirmed typhoid fever )

- Kasus yang dipastikan demam tifoid

- Hasil biakan Salmonella typhi positif, atau pemeriksaan serologi widal seial

menunjukan kenaikan titer 4x lipat pada interpal pemeriksaan 5 - 7 hari

VI. Patogenesis

Secara garis besar terdapat tiga proses terjadinya infeksi kuman kedalam tubuh

manusia 3 :

1. Proses invasi kuman Salmonella typhi kedinding sel epitel usus

2. Proses kemampuan hidup dalam makrofag

3. Proses perkembang biaknya kuman dalam makrofag

Sebenarnya tubuh mempunyai mekanisme pertahanan untuk melawan dan

membunuh kuman yang masuk yaitu dengan adanya 3 :

1. Mekanisme pertahanan non spesifik disaluran pencernaan, baik secara kimiawi

maupun fisik

2. Mekanisme pertahanan spesifik yaitu kekebalan tubuh humoral dan seluler

Kuman S.Typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang

tercemar. Infeksi terjadi pada saluran pencernaan, setelah kuman sampai di lambung maka

mula- mula timbul usaha pertahanan non spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya

suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang dihasilkannya 3.

Kurang lebih ada dua factor yang dapat menentukan apakah kuman dapat melewati

barrier asam lambung yaitu 3 :

1. Jumlah asam lambung yang masuk

14
2. kondisi asam lambung

Untuk dapat menimbulkan infeksi, diperlukan sekurang kurangnyasebanyak 10 5

109 yang tertelan melalui makanan dan minuman, keadaan asam lambung dapat

menghambat multiplikasi Salmonella pada PH 2 ,0 sebagian besar kuman dapat terbunuh

dengan cepat.3. Pada penderita gastrektomi, hipoklorhidria, aklorhidria yang mempengaruhi

kondisi asam lambung, pada keadaan ini S, typhi lebih mudah melewati pertahanan tubuh.

Sebagian kuman yang masuk ke lambung akan dimusnahkan oleh asam lambung,

sebagian lagi masuk ke usus halus yaitu kuman yang memiliki mekanisme pertahanan

local berupa motilitas dan flora normal usus kuman berusaha menghanyutkan kuman

dengan usaha pertahanan tubuh nunspesifik yaitu oleh kekuatan peristaltic usus bila kuman

masih bisa mengatasi hal tersebut maka kuman akan melekat pada permukaan usus,

menembus kedalam kripti lamina propia, berkembang biak dan selan jutnya akan

difagositosis oleh monosit dan makrofag karena kuman memiliki kapsul maka kuman dapat

bertahan daan berkembang biak, kuman ikut aliran limfe mesenterial kedalam sirkulasi

darah ( bakterimia primer ) 2,3.

Melalui pembuluh limfe masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan organ

terutama hati dan limpa, kuman yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan

limpa ( multifikasi ) sehingga organ tersebut akan membesar 2. Kemudian kuman masuk ke

peredaran darah ( bakterimia kedua ) dan menyebarkeseluruh tubuh terutama kelenjar

limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri,

tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus 1,2,3.

VII. Gejala klinis

15
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan

dengan penderita dewasa. Masa tunas 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi

melalui makanan,sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman 2.

Pada minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi

pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obtipasi,

perasaan tidak enak diperut , dan batuk 2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan

meningkat Dalam minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas berupa demam,

bradikardi relative, lidah yabng khas ( kotor ditengah, tepid an ujung merah dan tremor ,

hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental ataun kesadaran.

Dari literature lain diperjelas lagi bahwa selama masa inkubasi dapat ditemukan

gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak

bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu 2:

1. Demam

Pada kasus kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat remiten dan

suhu tidak mberapa tinggi. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur angsur

meningkat setriap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagio pada sore dan

malam hari. Pada minggu kedua penderita terus dalam keadaan demam, dalam minggu

ketiga suhu tubuh berangsur angsur turun dan kembali normal kembali pada akhir minggu

ketiga 2.

2.Gangguan pada saluran pencernaan.

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah

(ragaden ). Lidah ditutupi selaput putih kotor ( coated tongue ) ujung dan tepinya

kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut

kembung ( meteorismus ) hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan , biasanya

didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin juga normal bahkan dapat terjadi diare 2,.

16
3. Gangguan kesadaran

Uumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis

sampai somnolen, jarang terjadi spoor, koma atau gelisah 1,2.

Disamping gejala gejala yang biasa ditemukan tersebut mungkin juga dapat ditemukan

gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu, ( bercak

mukopaoular ) bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.biasanya

ditemukan pada minggu pertama demam, ukuran 1-6 mm ditemukan 40% - 80% penderita
2,3
dan berlangsung singkat ( 2-3 hari ) . Jika tidak ada komplikasi dalam 2 - 4 menggu,

gejala dan tanda klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap sampai 1 2 bulan.

Kadang kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan

epistaksis 2.

VIII. Relaps ( kambuh )

Relaps adalah suatu keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan

tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah suhu

badan normal kembali. Terjadinya sukar diteranglan, seperti halnya keadaan kekebalan

alam yaitu tidak pernah menjadi sakit walaupun mendapat infeksi yang cukup berat 2 .

Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya kuman sdalam organ organ yang

tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin juga terjadi pada

waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan

jaringan fibroblast 2.

IX. Diagnosis kerja

17
Dari anamnesis dan pemeriksaan jasmani dapat dibuat diagnosis observasi tifus

abdominalis. Untuk memastikan diagnosa perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium

sebagai berikut 2 :

1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosa 2

a. Pemeriksaan darah tepi

Terdapat gambaran leucopenia, limfositosis relative dan aneosinofilia

Pada permulaan sakit, Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.

Pemiriksaan darah tepi ini sederhana, mudah dikerjakan dilaboratorium yang

sederhana akan tetapi sanjgat berguna untuk membantu diagnosis yang tepat.

b. Pemeriksaan sumsum tulang 2

Dapat digunakan untuk menyokong diagnosa, pemeriksaan ini tidak

Termasuk pemerriksaan rutin sederhana. Terdapat sumsum tulang berupa

hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag, sedangkan system eritropoisis,

granulopoisis dan trombopoisis berkurang.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis

Berikut beberapa pemeriksaan laboratorium :

1. Pemeriksaan Mikrobiologi (kultur)

Metode diagnosis mikrobiologik atau kultur merupakan gold standart untuk

diagnosis demam tifoid. Spesifikasinya lebih dari 90% pada penderita yang

belum diobati, kultur darahnya positif pada minngu pertama. Jika sudah

diobati hasil positif menjadi 40% namun pada kultur sum-sum tulang hasil

positif tinggi 90%. Pada minggu selanjutnya kultur tinja dan urin meningkat

yaitu 85% dan 25%, berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4.

Selama 3 bulan kultur tinja dapat positif kira-kira 3% karena penderita

18
tersebut termasuk carrier kronik. Carrier kronik sering terjadi pada orang

dewasa dari pada anak-anak dan lebih sering pada wanita daripada laki-laki.

2. Pemeriksaan Klinik (darah)

a. Hitung lekosit total pada demam tifoid menunjukkan lekopenia,

kemungkinan 3.000 sampai 8.000 per mm kubik.

b. Hitung jenis lekosit: Kemungkinan limfositosis dan monositosis.

3. Pemeriksaan Serologi

a. Widal test

Merupakan uji yang medeteksi anti bodi penderita yang timbul pada

minggu pertama. Uji ini mengukur adanya antibodi yang ditimbulkan oleh

antigen O dan H pada Salmonella sp. Dasar pemeriksaan ialah reaksi

aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi

antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi

reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar zat anti

dapat diotentukan yaitu pengenceran tertinggi yang dapat menimbulkan

reaksi aglutinas 2. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat

anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih atau
2,4
menunjukan kenaikan yang progresifdigunakan untuk membuat diagnosa .

Titer tersebut mencapai puncaknya bersamaan dengan penyembuhan

penderita. Titer terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis, karena

dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau bila penderita telah lama

sembuh Hasil bermakna jika hasil titer O dan H yaitu 1:160 atau lebih.

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia menggunakan uji widal untuk

mendiagnosis demam tifoid.

b. IDL Tubex test

19
Tubex test merupakan pemeriksaan yang sederhana dan cepat.

Prinsip pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi pada penderita. Serum

yang dicampur 1 menit dengan larutan A. Kemudian 2 tetes larutan B

dicampur selama 12 menit. Tabung ditempelkan pada magnet khusus.

Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan

antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna pada

magnet khusus.

c. Typhidot test

Uji serologi ini untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM yang spesifik

untuk S. typhi. Uji ini lebih baik dari pada uji Widal dan merupakan uji

Enzyme Immuno Assay (EIA) ketegasan (75%), kepekaan (95%). Studi

evaluasi juga menunjukkan Typhidot-M lebih baik dari pada metoda kultur.

Walaupun kultur merupakan pemeriksaan gold standar. Perbandingan

kepekaan Typhidot-M dan metode kultur adalah >93%. Typhidot-M

sangat bermanfaat untuk diagnosis cepat di daerah endemis demam tifoid.

X. Diagnosa pasti

Bila ditemukan kuman S. typhi dari darah, urin, tinja, dan sumsum tulang

belakang,cairan duodenum, atau rose spots. Berkaitan dengan patogenesis maka kuman

lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang diawal penyakit, sedangkan pada

stadium berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan positif memastikan demam tyfoid,

namun hasil yang negative tidak menyingkirkan demam typhoid, karena hasilnya

bergantung pada bberapa faktor, seperti 1:

1. Jumlah darah yang diambil

2. Perbandingan volume darah dan media empedu

20
3. Waktu pengambilan darah

Menurut Watson jumlah rata rata kuman 7,6 per ml darah, walaupun penderita

dalam keadaan bakteremia, sehingga untuk biakan diperlukan 5 10 ml darah.Untuk

menetralisir efek bakterisidal oleh antibody atau komplemen yang dapat menghambat

pertumbuhan kuman, maka darah harus diencerkan 5 10 kali, waktu pengambilan darah

yang paling baik ialah pada saat demam tinggi atau sebelum pemakaian antibiotic karena

setelah diberi antibiotic kuman sudah sukar ditemukan dalam darah. 3

XI. Komplikasi

Dapat terjadi pada :

1.Usus halus

Umumnya jarang terjadi akann tetapi sering fatal, yaitu 2 :

a. Perdarahan usus, Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan

tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat

disertai perasaan nyeri perut dengan tanda tanda renjatan.

b. Perforasi usus, Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan

terjadipada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritoniotis hanya

dapat ditemukan bila terda[pat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati

menghilang dan terdapat udara bebas diantara hati dan diafragma pada foto

rongent abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tampa perforasi usus,

ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen

tegang ( defans musculair ) dan nyeri pada tekanan.

21
2. Komplikasi diluar usus halus

Terjadi karena lokasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ) yaitu meningitis,

kolesistitis, ensefalopati dan lain lain. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu

bronkopneumonia.Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang

kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi 2.

XII. Diagnosa banding

Bila terdapat dem,am yang lebih dari satu minggu sedangkan penyakit yang dapat

menerangkan demam itu belum jelas , perlulah dipertimbangkan pula penyakit selain tifus

abdominalis, yaitu penyakit penyakit sebagai berikut : paratifoid A. B, C Influenza,

Malaria, Tuberkulosis, Dengeu, Salmoneilosis, pneumonia lobaris, dan lain lain 2,4.

XIII. Pengobatan 1,2,3.4

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.

2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit yang

lama, lemah,anoreksia,dan lain lain.

3. Istirahat selama demam sampai 2 minggu normal kembali yaitu istirahat mutlak

berbaring terus ditempat tidur, seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya

boleh berdiri dan berjalan.

4. Diet , makananharus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, bahan

makanan tidak boleh mengandung banyak serat tidak merangsang dan tidakl

menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas sehari perlu diberikan. Jenis

makanan untuk penderita dengan kesadaran yang menurun adalah makanan cair

yang dapat diberikan melalui pipa lambung. Bila nafsu makan baik maka dapat

diberikan makanan lunak.

22
5. Obat pilihan ialah kloramfenikol dianjurkan dengan dosistinggi yaitu 100

mg/kgBB/hari diberikan 4 kali sehari peroral atau intra muscular atau intravena bila

memungkinkan. Pemberian dosis tinggi tersebut memberikan manfaat yaitu waktu

perawatran dipersingkat dan relaps tidak terjadi

6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya pemberian

cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dan asidosis. Bila terdapat

bronkopneumonia harus ditambahkan penisilin.

Penggunaan antibiotic yang dianjurkan selama ini adalah sebagai berikut 3 :

1. Lini pertama

a. Kloramfonikol

Masih merupakan pilighan pertama dalam urutan antibiotic (drug of

choise ) diberikan dalam dosis 50 -100 mg/kgbb/hari,secara intravena dalam

empat dosis selama 10 14 hari. Banyak penelitian membuktikan bahwa

obat ini cukuop sensitif terhadap Salmonella typhi namun perhatian khusus

harus diberikan pada kasus dengan leucopenia ( tidak dianjurkan pada

leukosit < 2000/ul ) dan dosis maksimal adalah 2 gramper hari.atau

b. Ampisilin

Diberikan dengan dosis 150 200 mg/kgbb/hari diberikan peroral / iv

selama 14 hari, atau

c. Kotrimoksazol

Diberikan dengan dosis 10 mg/kgbb/hari trimetroprim dibagi dua dosis

selama 14 hari.

2. Lini kedua, diberikan pada kasus kasus demam typhoid yang disebabkan S,typhi

yang resisten terhadap berbagai obat ( MDR = multidrug resistance ), yang terdiri

atas 3:

23
a. Ceftriakson

Diberikan dengan dosis 50 80 mg/kgbb/hari dosis tunggal selama 10 hari,

penyembuhan sampai 90 % juga dilaporkan pada pengobatan 3- 5 hari.

b. Cefiksim

Diberikan dengan dosis 10 -12 mg/kgbb/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis

selama 14 hari, adalah alternative pengganti seftriakson yang cukup mahal.

c. Florokinolon (siprofloksasin, ofloksasin )

Siprofloksasin diberikan dalam dosis 10 mg/kgbb/hari dalam 2 dosis,atau

ofloksasin 10 15 mg/kgbb/hari dalam 2 dosis sudah dipakai dalam

pengobatanlama pemberian obat dilaporkan bervariasi 2 5 hari.

Penggunaan obat ini dianjurkan pada kasuis demam typhoid dengan MDR.

d. Asitromisis

Dengan pemberian 5 7 harijugfa telah dicoba dan memberikan hasil yang

baik, berupa penurunan demam sebelum hari keempat.

XIV. Keberhasilan terapi

Pengobatan terhadap demam typhoid akan berhasil baik bila penegakan

diagnosis dilakukan dengan tepat. Pengobatan demam typhoid adalah gabungan

antara pemberian antibiotic yang sesuai, perawatan penunjang termasuk pemantauan,

pemberian cairan serta pengenalan dini terhadap komplikasi 3.

Terapi typhoid toksik :

- Penderita dirawat intensif

- Diberikan antibiotic parenteral kombinasi dua macam antibiotic

24
- Diberikan kortikosteroid seperti desametason bolus 3 mg/kgbb IV selama 30

menit, dilanjutkan pemberian 6 jam kemudian 1- 3 mg/kgbb selanjutnya setiap 6

jam selama 2 hari.

Pengelolaan karier

- Pencegahan sejak awal

- Pemilihan antibiotic yang tepat dan adekuat

- Monitor kemungkinan karier dengan biakan feses serial pada saat pulang, 4

minggu, dan 3 bulan kemudian

- Terapi kuinolon 4 minggu ( siprofloksasin 2x750mg,norfloksasin 2x 400mg )

- Evaluasi dan atasi factor predisposisi karier

XV. Resistensi Antibiotik

Masalah resistensi obaat ganda terhadap Salmonella typhi telah dilaporkan 50

70% kasus demam typhoid.A pabila S.typhi telah resisten terhadap dua atau lebih

antibiotic yang dipergunakan untuk pengobatan demam typhoid secara konvensional

yaitu Ampisilin,Kloramfenikol, Kotrimoksazol. Adanya resistensi terhadap S.typhi

maka diperlukan antibiotic yang poten. Pada kasus demam typhoid yang tidak tampak

perbaikan setelah pengobatan maka Sefiksim merupakan pilihan pertama.

XVI. Prognosis

Umumnya prognosis tyfus abdominalis pada anak baik, asal penderita cepat

berobat. Angka mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi

kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti 2:

1. Panas tinggi ( hiperpireksia ) atau febris continue.

2. Adanya penurunan kesadaran

25
3. Terdapat komlplikasi yang berat misalnya, dehidrasi,asidosis, peritonitis dll

4. Keadaan gizi penderita buruk ( malnutrisi energi protein )

XVII. Edukasi

Usaha pencegahan dapat dibagi atas usaha terhadap lingkungan hidup,


penyediaan air minum yang memenuhi syarat, pembuangan kotoran manusia
yang higienis, pemberantasan lalat, pengawasan terhadap penjual makanan.
Usaha terhadap manusia seperti imunisasi, menemukan dan mengobati karier,
pendidikan kesehatan masyarakat. Imunisasi Vaksin yang digunakan adalah:
vaksin yang dibuat dari Salmonella typhosa yang dimatikan dan vaksin yang
dibuat dari strai salmonella yang dilemahkan (Hadisapoetra, 1981).

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Saefullah M noer , buku ajar penyakit dalam jilid satu edisi ketiga, balai penerbit FKUI Jakarta
2005,435- 443

2. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI ,buku kuliah ilmu kesehatan anak no 2 ,

penerbit info medika Jakarta 2005.

3. Tumbelaka AR, Tata laksana demam tifoid pada anak, Pediatric update ikatan dokter anak
Indonesia Jakarta 2007, halaman 37 43.

4. Mansjoer Arief, Kapita selekta kedokteran ,edisi ketiga ,jilid dua, penerbit Media Ausclapius FK
UI 2008, halaman 432 433.

27

Anda mungkin juga menyukai