TF
TF
REFLEKSI KASUS
oleh :
Indit Septi Pamuji
30101206773
Pembimbing:
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, Msi.Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, Msi.Med
dr. Neni Sumarni, Sp.A
dr. Adriana, Sp.A
0
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.DS
Umur : 4 tahun 4 bulan
Berat Badan : 19 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Genuk Sari, Semarang
Bangsal : nakula lantai 4
Masuk RS : 15 febuari 2017
1
malam hari kemudian turun pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu
normal. Saat demam muncul pasien tidak mengigau, tidak menggigil,
tidak kejang, tangan dan kaki tidak dingin. Ibu pasien mengatakan
pasien mual dan muntah setiap kali makan. Pasien juga mengeluhkan
pusing. Keluhan batuk (-) dan pilek (-). BAK lancar seperti biasa dan
tidak nyeri. BAB normal. Ibu pasien mengaku jika anaknya lebih suka
jajan makanan dan minuman di PAUD, jarang mencuci tangan sebelum
makan.
- 6 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan masih
muntah setiap kali makan. Kemudian pasien diperiksakan ke bidan dan
diberi obat paracetamol dan obat anti muntah. Esok harinya pasien
sudah tidak panas, mual dan muntah sudah berkurang. Pasien dapat
bersekolah seperti biasa.
- 3 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien kembali demam, tampak
lemah, pusing, nyeri perut, dan mual. Pasien sudah tidak BAB selama 3
hari SMRS. BAK seperti biasa.
- 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,
tampak lemah, masih ada keluhan nyeri perut, pusing, dan mual
muntah setiap kali makan. Pasien belum BAB selama 3 hari terakhir,
namun BAK normal seperti biasa. Oleh ibu pasien, anak dibawa ke
IGD RSUD Kota Semarang.
2
- Riwayat Penyakit Keluarga :
- Ibu pasien pernah mengalami keluhan serupa satu tahun yang lalu
3
- Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2800 gram. Berat badan sekarang 19 kg, tinggi badan
sekarang 104 cm.
Perkembangan :
- Senyum : Ibu tidak ingat
- Miring : 3 bulan
- Tengkurap : 5 bulan
- Duduk : 9 bulan
- Berdiri : 11 bulan
- Berjalan : 16 bulan
- Berbicara 1 kata : 12 bulan
- Menyusun kalimat : 2 tahun
Saat ini anak berusia 4 tahun 4 bulan , berbicara lancar, interaksi dengan
teman-teman baik, tidak ada gangguan emosional.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur.
- Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B, HB0 : 0 bulan
BCG (scar +), Polio I : 1 bulan
DPT+HepB+HiB (Pentabio I), Polio II : 2 bulan
Pentabio II, Polio III : 3 bulan
Pentabio III, Polio IV : 4 bulan
Campak : 9 bulan
Tifoid :-
4
Kesan : Imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu.
SD 1,8
SD 4,4
SD 1,5
5
c. Mata : Pupil bulat, isokor, 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, discharge (-/-), nyeri (-/-)
f. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-), lidah kotor di tengah
(+), tepi hiperemis, tidak tremor.
g. Tenggorok : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
tidak hiperemis, faring hiperemis (-)
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kaku kuduk (-)
i. Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan
epigastrial (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : vesikuler
suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi batas jantung :
atas : ICS II linea parasternalis sinistra
pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V, 2 cm medial linea mid claviculasinistra
- Auskultasi :BJ I-IInormal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
j. Abdomen :
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani (+)
- Palpasi : supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada regio epigastrium,
6
hepar teraba 4 cm dibawah arcus costa, tepi tajam dan rata. Lien
dalam batas normal
k. Genitalia : laki-laki, tidak ada kelainan
l. Anus : (+)
m.Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"
Hb 11.2 11.6
Ht 28 29.3
S typhii O (+)
Pemeriksaan Serologi
- Widal 1/320 Salmonella typhii O
(+) 1/320 S typhii H (+)
- Widal 1/320 Salmonella typhii H
(+) 1/320
Kesan : infeksi demam typhoid
V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 4 tahun 4 bulan, BB 19 kg, TB 104 cm
dengan keluhan demam 7 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien tidak masuk
sekolah karena demam, demam naik turun. Demam dirasakan lebih tinggi pada saat
malam hari kemudian mulai turun pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu normal.
Ibu pasien mengatakan pasien mual dan muntah setiap kali makan. Pasien juga
7
mengeluhkan pusing. Ibu pasien mengaku jika anaknya lebih suka jajan makanan dan
minuman di PAUD, jarang mencuci tangan sebelum makan.
6 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan masih muntah
setiap kali makan. Kemudian pasien diperiksakan ke bidan dan diberi obat
paracetamol dan obat anti muntah. Esok harinya pasien sudah tidak panas, mual dan
muntah sudah berkurang. Pasien dapat bersekolah PAUD seperti biasa.
3 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien kembali demam, tampak lemah,
pusing, nyeri perut, dan mual. Pasien sudah tidak BAB selama 3 hari SMRS. BAK
seperti biasa. 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,
tampak lemah, masih ada keluhan nyeri perut, pusing, dan mual muntah setiap kali
makan. Pasien belum BAB selama 3 hari terakhir, namun BAK normal seperti biasa.
8
2. Status gizi baik
VIII. TERAPI
Medikamentosa
Infus Kaen 3B 30 cc/jam 10 tpm
Injeksi :
Inj. Ondansetron 2 mg k/p
Inj Kloramfenicol 4x250 mg
Per oral : PCT syr 3 x 2 cth jika demam >38,5
Non medikamentosa
- Tirah baring
- Diet ditunda dulu karena penderita mual muntah
- Rencana diet :
Diet lunak (bisa bubur atau nasi, dengan syarat dikunyah hingga lembut)
Rendah serat (sayur bayam, sop wortel,buncis muda)
Tinggi protein ( hati ayam, daging, telur rebus, tempe,tahu, susu)
Menghindari makanan pedas, berbumbu tajam atau merangsang
Dengan target diet 3x lunak, rendah serat dan tinggi protein
IX. USULAN
Cek darah ulang
Kultur darah
X. EDUKASI
1. Tirah baring dan istirahat cukup.
2. Minum obat teratur
3. Menjaga higiene personal, keluarga dan sanitasi lingkungan termasuk cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan BAK dan memotong kuku
4. Makan makanan rendah serat,lunak (bubur), lalu berangsur-angsur pindah ke
makanan biasa (nasi) atau boleh makan nasi tetapi dikunyah lembut.
5. Mengurangi jajan sembarangan.
6. Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi yang
bisa terjadi.
9
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
DEMAM TIFOID
I. Pendahuluan
10
Demam tifoid atau yang dikenal dengan nama lain dari enteric fever, tifus
abdominalis adalah merupakan penyakit infeksi akut usus halus, yang terdapat
diseluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada keadaan iklim, tetapi lebih
disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan dan kebersihan
Dikenal juga demam paratifoid yaitu merupakan infeksi pada usus halus
dimana biasanya lebih ringan dan menunjukan manifestasi klinis yang sama atau
kesesuaian paham mengenai hubungan antara musim dan peningkatan jumlah kasus
demam tifoid, ada penelitian yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada
jumlah kasus pada musim hujan, ada yang mendapatkan peningkatan pada musim
kemarau dan ada pula yang mendapatkan peningkatan pada peralihan musim kemarau
II. Definisi
akutyang biasanya terdapat pada pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran 2.
Salmonella tiphy 3
Demam tifoid adalah infeksi penyakit akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, terdapat gangguan saluran pencernaan
11
III. Etiologi
negative, bergerak dengan rambut getar,tidak berspora, berkapsul tumbuh baik pada
suhu optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang
mengandung empedu 2. Kuman ini mati pada pemanasan suhu 54,40C selama satu
jam dan 600C selama 15 menit serta tahan terhadap pembekuan dalam jangka lama,
2. Antigen H ( flagel )
3. Antigen Vi ( virulensi )
Dalan serum penderita terdapat zat anti ( aglutinin ) terhadap ketiga macam antigen
tersebut.
IV. Epidemiologi
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang- undang nomor 6 tahun
1962 tentrang wabah. Penderita anak yang ditemukan biasanya diatas satu tahun,
Kelompok penyakit menular ini dapat menyerang banyak orang, sehiongga dapat
12
wabah dan wajib dilaporkan, namun data yang lengkap belum ada sehingga gambaran
Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,
serta berkaitan erat dengan sanitasi yang buruk. Angka kejadian demam tifoid di
Indonesia diperkirakan 350 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau kurang
lebih sekitar 600.000 1,500.000 kasus setiap tahunnya. Diantara penyakit yang
tergolong penyakit infeksi usus demam tifoid menduduki urutan kedua setelah
gastroenteritis 3.
sering bersifat sporadic (terpencar pencar di suatu daerah) dan jarang menimbulkan
lebih dari satu kasus pada orang orang serumah. Sumber penularan biasanya tidak
dapat ditemukan .
Ada dua sumber penularan S.typhi : Pasien dengan demam tifoid dan yang
lebih sering carrier. Orang- orang tersebut mengekresikan 10 9 sampai 1011 kuman per
gram tinja. Didaerah endemic transmisi terjadi melalui air yang tercemar, makanan
yang tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang lebih sering didaerah
nonendemik, Carrier adalah orang yang sembuh dariu demam tifoid dam masih terus
mengekresi S. typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun 3.
13
- Suspek demam tifoid
- Hasil biakan Salmonella typhi positif, atau pemeriksaan serologi widal seial
VI. Patogenesis
Secara garis besar terdapat tiga proses terjadinya infeksi kuman kedalam tubuh
manusia 3 :
maupun fisik
Kuman S.Typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Infeksi terjadi pada saluran pencernaan, setelah kuman sampai di lambung maka
mula- mula timbul usaha pertahanan non spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya
Kurang lebih ada dua factor yang dapat menentukan apakah kuman dapat melewati
14
2. kondisi asam lambung
109 yang tertelan melalui makanan dan minuman, keadaan asam lambung dapat
kondisi asam lambung, pada keadaan ini S, typhi lebih mudah melewati pertahanan tubuh.
Sebagian kuman yang masuk ke lambung akan dimusnahkan oleh asam lambung,
sebagian lagi masuk ke usus halus yaitu kuman yang memiliki mekanisme pertahanan
local berupa motilitas dan flora normal usus kuman berusaha menghanyutkan kuman
dengan usaha pertahanan tubuh nunspesifik yaitu oleh kekuatan peristaltic usus bila kuman
masih bisa mengatasi hal tersebut maka kuman akan melekat pada permukaan usus,
menembus kedalam kripti lamina propia, berkembang biak dan selan jutnya akan
difagositosis oleh monosit dan makrofag karena kuman memiliki kapsul maka kuman dapat
bertahan daan berkembang biak, kuman ikut aliran limfe mesenterial kedalam sirkulasi
Melalui pembuluh limfe masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan organ
terutama hati dan limpa, kuman yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan
limpa ( multifikasi ) sehingga organ tersebut akan membesar 2. Kemudian kuman masuk ke
limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri,
15
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas 10 20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi
melalui makanan,sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman 2.
Pada minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi
pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obtipasi,
perasaan tidak enak diperut , dan batuk 2. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan
meningkat Dalam minggu kedua gejala gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardi relative, lidah yabng khas ( kotor ditengah, tepid an ujung merah dan tremor ,
Dari literature lain diperjelas lagi bahwa selama masa inkubasi dapat ditemukan
gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak
1. Demam
Pada kasus kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat remiten dan
suhu tidak mberapa tinggi. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur angsur
meningkat setriap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagio pada sore dan
malam hari. Pada minggu kedua penderita terus dalam keadaan demam, dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur angsur turun dan kembali normal kembali pada akhir minggu
ketiga 2.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah
(ragaden ). Lidah ditutupi selaput putih kotor ( coated tongue ) ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung ( meteorismus ) hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan , biasanya
didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin juga normal bahkan dapat terjadi diare 2,.
16
3. Gangguan kesadaran
Uumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis
Disamping gejala gejala yang biasa ditemukan tersebut mungkin juga dapat ditemukan
gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu, ( bercak
mukopaoular ) bintik bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.biasanya
ditemukan pada minggu pertama demam, ukuran 1-6 mm ditemukan 40% - 80% penderita
2,3
dan berlangsung singkat ( 2-3 hari ) . Jika tidak ada komplikasi dalam 2 - 4 menggu,
gejala dan tanda klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap sampai 1 2 bulan.
Kadang kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan
epistaksis 2.
Relaps adalah suatu keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan
tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali. Terjadinya sukar diteranglan, seperti halnya keadaan kekebalan
alam yaitu tidak pernah menjadi sakit walaupun mendapat infeksi yang cukup berat 2 .
Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya kuman sdalam organ organ yang
tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin juga terjadi pada
waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan
jaringan fibroblast 2.
17
Dari anamnesis dan pemeriksaan jasmani dapat dibuat diagnosis observasi tifus
sebagai berikut 2 :
sederhana akan tetapi sanjgat berguna untuk membantu diagnosis yang tepat.
diagnosis demam tifoid. Spesifikasinya lebih dari 90% pada penderita yang
belum diobati, kultur darahnya positif pada minngu pertama. Jika sudah
diobati hasil positif menjadi 40% namun pada kultur sum-sum tulang hasil
positif tinggi 90%. Pada minggu selanjutnya kultur tinja dan urin meningkat
yaitu 85% dan 25%, berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4.
18
tersebut termasuk carrier kronik. Carrier kronik sering terjadi pada orang
dewasa dari pada anak-anak dan lebih sering pada wanita daripada laki-laki.
3. Pemeriksaan Serologi
a. Widal test
Merupakan uji yang medeteksi anti bodi penderita yang timbul pada
minggu pertama. Uji ini mengukur adanya antibodi yang ditimbulkan oleh
reaksi aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar zat anti
reaksi aglutinas 2. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat
anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih atau
2,4
menunjukan kenaikan yang progresifdigunakan untuk membuat diagnosa .
dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau bila penderita telah lama
sembuh Hasil bermakna jika hasil titer O dan H yaitu 1:160 atau lebih.
19
Tubex test merupakan pemeriksaan yang sederhana dan cepat.
Kemudian pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan
antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna pada
magnet khusus.
c. Typhidot test
Uji serologi ini untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM yang spesifik
untuk S. typhi. Uji ini lebih baik dari pada uji Widal dan merupakan uji
evaluasi juga menunjukkan Typhidot-M lebih baik dari pada metoda kultur.
X. Diagnosa pasti
Bila ditemukan kuman S. typhi dari darah, urin, tinja, dan sumsum tulang
belakang,cairan duodenum, atau rose spots. Berkaitan dengan patogenesis maka kuman
lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang diawal penyakit, sedangkan pada
stadium berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan positif memastikan demam tyfoid,
namun hasil yang negative tidak menyingkirkan demam typhoid, karena hasilnya
20
3. Waktu pengambilan darah
Menurut Watson jumlah rata rata kuman 7,6 per ml darah, walaupun penderita
menetralisir efek bakterisidal oleh antibody atau komplemen yang dapat menghambat
pertumbuhan kuman, maka darah harus diencerkan 5 10 kali, waktu pengambilan darah
yang paling baik ialah pada saat demam tinggi atau sebelum pemakaian antibiotic karena
XI. Komplikasi
1.Usus halus
tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat
b. Perforasi usus, Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadipada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritoniotis hanya
dapat ditemukan bila terda[pat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati
menghilang dan terdapat udara bebas diantara hati dan diafragma pada foto
c. Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tampa perforasi usus,
ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
21
2. Komplikasi diluar usus halus
kolesistitis, ensefalopati dan lain lain. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu
Bila terdapat dem,am yang lebih dari satu minggu sedangkan penyakit yang dapat
menerangkan demam itu belum jelas , perlulah dipertimbangkan pula penyakit selain tifus
Malaria, Tuberkulosis, Dengeu, Salmoneilosis, pneumonia lobaris, dan lain lain 2,4.
3. Istirahat selama demam sampai 2 minggu normal kembali yaitu istirahat mutlak
berbaring terus ditempat tidur, seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya
4. Diet , makananharus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat tidak merangsang dan tidakl
menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas sehari perlu diberikan. Jenis
makanan untuk penderita dengan kesadaran yang menurun adalah makanan cair
yang dapat diberikan melalui pipa lambung. Bila nafsu makan baik maka dapat
22
5. Obat pilihan ialah kloramfenikol dianjurkan dengan dosistinggi yaitu 100
mg/kgBB/hari diberikan 4 kali sehari peroral atau intra muscular atau intravena bila
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya pemberian
cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dan asidosis. Bila terdapat
1. Lini pertama
a. Kloramfonikol
obat ini cukuop sensitif terhadap Salmonella typhi namun perhatian khusus
b. Ampisilin
c. Kotrimoksazol
selama 14 hari.
2. Lini kedua, diberikan pada kasus kasus demam typhoid yang disebabkan S,typhi
yang resisten terhadap berbagai obat ( MDR = multidrug resistance ), yang terdiri
atas 3:
23
a. Ceftriakson
b. Cefiksim
Penggunaan obat ini dianjurkan pada kasuis demam typhoid dengan MDR.
d. Asitromisis
24
- Diberikan kortikosteroid seperti desametason bolus 3 mg/kgbb IV selama 30
Pengelolaan karier
- Monitor kemungkinan karier dengan biakan feses serial pada saat pulang, 4
70% kasus demam typhoid.A pabila S.typhi telah resisten terhadap dua atau lebih
maka diperlukan antibiotic yang poten. Pada kasus demam typhoid yang tidak tampak
XVI. Prognosis
Umumnya prognosis tyfus abdominalis pada anak baik, asal penderita cepat
berobat. Angka mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi
kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti 2:
25
3. Terdapat komlplikasi yang berat misalnya, dehidrasi,asidosis, peritonitis dll
XVII. Edukasi
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Saefullah M noer , buku ajar penyakit dalam jilid satu edisi ketiga, balai penerbit FKUI Jakarta
2005,435- 443
2. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI ,buku kuliah ilmu kesehatan anak no 2 ,
3. Tumbelaka AR, Tata laksana demam tifoid pada anak, Pediatric update ikatan dokter anak
Indonesia Jakarta 2007, halaman 37 43.
4. Mansjoer Arief, Kapita selekta kedokteran ,edisi ketiga ,jilid dua, penerbit Media Ausclapius FK
UI 2008, halaman 432 433.
27