Anda di halaman 1dari 2

Nama : Atharia Refi Khairani Nasution

NPM : 260110160102

Kelas : C

Seven Stars Pharmacist

Farmasi berasal dari kata pharmacon yang dalam bahasa Yunani berarti
obat, merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan
kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggug jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Dalam sebuah bidang
tentunya ada seorang alhi, disini seorang ahli farmasi dikenal dengan istilah
farmasis atau apoteker. Apoteker adalah seorang yang ahli dalam obat-obatan dan
umumnya adalah pakar kesehatan yang mengoptimalkan penggunaan obat kepada
pasien untuk kesehatan yang lebih baik. Namun, peran farmasis telah mengalami
perubahan yang cukup signifikan dalam 20 tahun terakhir. Ruang lingkup
kefarmasian mulai berkembang pesat, dan masa mendatang seorang farmasis akan
dihadapkan dengan tantangan untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan
dalam sistem pelayanan kesehatan modern dan mengembangkannya sesuai
perkembangan sistem itu sendiri.

Seorang farmasis membutuhkan keterampilan dan sikap yang


memungkinkan untuk menjalankan fungsi yang berbeda untuk menjadi pelayan
kesehatan yang efektif. WHO (World Health Organization) dan FIP (International
Pharmaceutical Federation) menyimpulkan konsep yang disebut Seven Stars
Pharmacist dimana seorang farmasis digambarkan sebagai caregiver,
communicator, decision-maker, teacher, lifelong learner, leader dan manager.

Care giver, seorang farmasis memberi pelayanan kefarmasian kepada


pasien, berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik,
sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP No 51 tahun 2009), misalnya dalam hal
peracikan obat, memberi konseling, konsultasi, monitoring, dan lain lain.

Communicator, seorang farmasis harus mampu menjadi komunikator yang


baik , sehingga pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat,
dan tenaga kesehatan dapat berjalan dengan baik. Misalnya menjadi komunikator
yang baik dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat), penyuluhan, konseling dan
konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke ruang perawatan pasien,
menjadi narasumber dan lainnya.

Decision maker, seorang farmasis harus mampu menetapkan dan


memutuskan terkait pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing,
penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis, penggantian obat jika ditemukan
bahaya yang cukup signifikan, serta keputusan-keputusan lainnya yang bertujuan
agar pengobatan lebih aman, efektif, dan rasional. Output dari hal ini adalah
seorag farmasis dapat bekerja di sektor pemerintahan contohnya BPOM atau
Kementrian Kesehatan.

Teacher, seorang farmasis dituntut untuk menjadi seorang


pengajar/edukator bagi pasien, masyarakat, maupun tenaga kesehatan lainnya
terkait dengan ilmu farmasi dan kesehatan. Outputnya seorang farmasi dapat
menjadi seorang guru, dosen, ataupun menjadi seorang apoteker yang mampu
menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Lifelong learner, seorang lulusan farmasi tidak mungkin memperoleh


semua pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk meniti karir seumur
hidup sebagai seorang apoteker. Konsep, prinsip dan komitmen untuk belajar
seumur hidup dimulai saat kuliah farmasi dan harus didukung sepanjang karir
apoteker. Semangat belajar sepanjang waktu harus dimiliki karena informasi
kesehatan terutama mengenai obat, penyakit dan terapi terus berkembang dengan
pesat sehingga seorang farmasis perlu meng-update pengetahuan dan
kemampuannya.

Leader, seorang farmasis diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi


pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil
keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan
mengelola hasil keputusan.

Manager, seorang farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya


(manusia, fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan
memimpin orang lain dalam tim kesehatan. Sebagai contoh, farmasis manajer
(APA) di apotek , Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola
perbekalan farmasi dan mengelola karyawan agar dapat melayani dengan optimal
dan produktif dalam hal kinerja & profit. Contoh output lainnya sebagai Pedagang
Besar Farmasi/PBF), manager Quality Control (QC), Quality Assurance (QA),
Manajer Produksi, dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai